Oleh:
Kelompok 3
1 Eka Ayu Lestari (342015010)
.
2 Gristia Astelly (342015014)
.
3 Surpa Latania Putri (342015015)
.
4 Khotimah Lasmita Sari (342015018)
.
5 Larasati Kusuma Putri (342015027)
.
Dosen Pengampu:
Susi Dewiyeti, S.Si., M.Si.
Erni Anggraini, S.Si., M.Si.
i
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, ridho serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah “Pengendalian Mikroorganisme Secara Antibiotik dan
Zat Kemoterapeutik” mata kuliah Mikrobiologi terapan. Shalawat serta salam tak
lupa saya haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa dari
zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang, serta memberikan
pedoman hidup al-quran dan as-sunnah untuk petunjuk kehidupan umat
manusia.
Adapun Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah Mikrobiologi Terapan dan untuk lebih memahami materi-materi
Mikrobiologi Terapan. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Mikrobiologi Terapan Ibu Susi Dewiyeti,S.Si., M.Si. dan
Ibu Erni Anggaraini,S.Si., M.Si. yang telah membimbing dan memberikan arahan
sehingga penulis bisa mendapat lebih banyak pengetahuan dan menyelesaikan
Makalah Mikrobiologi Terapan.
Layaknya sebagaimana manusia biasa yang penuh kekurangan. Segala
kritik dan saran yang bersifat membangun tentang isi Makalah ini sangat
dibutuhkan demi perbaikan ke depannya. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat
dan memberikan pengetahuan kepada kita semua. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii
Daftar Gambar................................................................................................iv
Daftar Tabel....................................................................................................v
Daftar Lampiran..............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
A. Pengertian, Tujuan Pengendalian secara Antibiotik, Kemoterapeutik.. 3
1. Pengertian Antibiotik...............................................................3
2. Pengertian Zat Kemoterapeutik...............................................6
3. Tujuan Antibiotik dan Zat Kemoterapeutik...............................8
B. Sifat-sifat Zat Antibiotik Kemoterapeutik..............................................8
C. Macam-Macam Antibiotik dan Kemoterapeutik...................................10
1. Macam-Macam Antibiotik........................................................10
2. Macam-Macam Zat Kemoterapeutik........................................18
D. Mekanisme Kerja Antibiotik dan Zat Kemoterapeutik..........................20
1. Penghambatan Pada Sintetis Dinding Sel...............................21
2. Penghambatan Pada Fungsi Membran Plasma......................23
3. Penghambatan Melalui Sintetis Asam Nukleat........................24
4. Penghambatan Pada Sintetis Protein......................................24
5. Penghambatan Pada Metabolisme Folat.................................26
E. Resistensi Terhadap Antibiotik............................................................27
1. Riwayat Resistensi..................................................................27
iii
2. Resistensi Terhadap Mikroorganisme.....................................33
BAB III PENUTUP..........................................................................................42
A. Kesimpulan.........................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 44
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme hidup yang
berukuran sangat kecil dan hanya dapat di amati dengan menggunakan
mikroskop. Mikroorganisme ada yang tersusun atas satu sel (Uniseluler)
dan ada yang tersusun atas beberapa sel (Multiseluler). Walaupun
mikrorganisme Uniseluler hanya tersusun atas satu sel, namun
mikoorganisme tersebut menunjukkan semua karakteristik organisme
hidup, yaitu bermetabolisme, bereproduksi, berdiferensiasi, melakukan
komunikasi, melakukan pergerakan, dan berevolusi (Pratiwi, 2008: 2).
Mikroorganisme tidak selamanya berdampak negatif bagi kita.
Justru mikroorganisme baik, dapat dimanfaatkan untuk mengatasi
mikroorganisme patogen di dalam tubuh. Pada awalnya istilah yang
digunakan adalah antibiosis, yang berarti substansi yang dapat
menghambat pertumbuhan organisme hidup yang lain, dan berasal dari
mikroorganisme. Namun pada perkembangannya, antibiosis ini disebut
sedagai antibiotik dan istilah ini tidak hanya terbatas untuk substansi yang
berasal dari mikroorganisme, melainkan semua substansi yang diketahui
memiliki kemampuan untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain
khususnya mikroorganisme (Pratiwi, 2008: 151).
Dalam penemuan dan perkembangan antibiotik selanjutnya,
dibedakan antara antibiotik terhadap sel prokariotik (bakteri) dan antibiotik
terhadap sel eukariotik (fungi, protozoa dan cacing). Salah satu
keberhasilan yang penting dalam ilmu kedokteran adalah eradikasi
berbagai penyakit infeksi dengan mempergunakan zat kemoterapeutik
(Syahrurachman, et.al., 1994: 47).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan tujuan pengendalian mikroorganisme secara
antibiotik dan zat kemoterapeutik?
2. Apa dan bagaimana sifat-sifat zat antibiotik dan kemoterapeutik?
3. Apa saja macam-macam antiobiotik dan zat kemoterapeutik?
1
4. Bagaimana mekanisme kerja antibiotik dan zat kemoterapeutik?
5. Bagaimana resistensi bakteri terhadap antibiotik?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan pengendalian
mikroorganisme secara antibiotik dan zat kemoterapeutik.
2. Untuk mengetahui sifat-sifat zat antibiotik dan kemoterapeutik.
3. Untuk mengetahui macam-macam antibiotik dan zat kemoterapeutik.
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja antibiotik dan zat kemoterapeutik
5. Untuk mengetahui resistensi bakteri terhadap antibiotik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gristia Astelli 10
2) Penisilin Semisintesis
Melalui penelitian ekstensif mengenai aspek kimia penisilin
alamiah, telah didapati bahwa persenyawaan tersebut memiliki suatu
inti bersama yang dikenali sebagai asam β -aminipenisilanat. Hal
tersebut mendorong dikembangkannya teknik-teknik pembiakan untuk
dapat menghasilkan persenyawaan inti itu dalam jumlah banyak dan
kemudian melalui reaksi kimiawi, dapat ditambahkan kepadanya
rantai samping yang berlainan. Produk yang dihasilkan secara
demikian disebut penisilin semisintesis.
Salah satu penisilin semisintesis pertama yang dibuat untuk
penggunaan klinis ialah fenetisilin. Penisilin ini lebih mudah diabsorbsi
dibandingkan dengan penisilin V dan keefektifannya sama seperti
penisilin G. Penisilin semisintesis yang lain, yaitu mestisilin, lebih
resisten terhadap penisilinase sehingga tidak mudah diinaktifkan.
Penisilin semisintesis ketiga, yaitu ampisilin, manjur terhadap banyak
bakteri gram negatif disamping spesies-spesies gram positif. Ampisilin
bersifat sangat bakterisidal dan tidak beracun, terapi tidak terhadap
penisilinase, serta tidak stabil pada pH asam.
Cara kerja:
Penisilin menghambat pembentukan dinding sel bakteri
dengan cara mencegah digabungkannya asam N-asetilmuramat,
yang dibentuk di dalam sel, ke dalam struktur mukopeptide yang
biasanya memberi bentuk kaku pada dinding sel bakteri. Mekanisme
kerja ini konsisten dengan kenyataan bahwa penisilin hanya bejerja
pada bakteri yang sedang tumbuh dengan aktif. Sel-sel bakteri yang
peka penisilin yang ditumbuhkan dengan adanya antibiotik ini akan
menjadi luar biasa besar ukurannya serta memiliki bentuk yang tak
umum. Basillus yang dikenai penisilin membentuk tonjolan-tonjolan
pada dinding selnya sehingga sitoplasma mengalir ke dalamnya. Sel
kehilangan sitoplasmanya karena lisis, dan tertinggalah membran
sitoplasma yang kosong sebagai "hantu".
b. Sefalosporin
Sefalosporin merupakan sekelompok antibiotik yang di hasilkan
oleh suatu spesies cendawan laut Cephalosporium acremonium.
Gristia Astelli 11
Kelompok kimiawinya sama seperti penisilin, yaitu β -laktam. Sejumlah
besar sefalosporin semisintetik sudah dapat dibuat dan beberapa di
antaranya bernilai kemoterapeutik. Aktif terhadap banyak bakteri gram
positif dan gram negatif. Tidak di rusak oleh penisillinase dan beberapa
diantaranya stabil pada pH asam.
Cara kerja:
Tetrasiklin bekerja dengan cara menghalangi terikatnya RNA(RNA
transfer aminoasil) pada situs spesifik di ribosom, selama pemanjangan
rantai peptide. Akibatnya sintesis protein mengalami hambatan pula.
c. Streptomisin
Streptomisin di hasilkan oleh Streptomyces griseus. Suatu bakteri
tanah yang di isolasi oleh Waksman dan rekan - rekannya yang
melaporkan mengenai aktifitas antibiotik pada tahun 1944. Yang terutama
penting ialah penemuan mengenai aktivitasnya terhadap basilus TBC;
streptomisin kemudian menjadi antibiotik utama untuk kemoterapi
tuberkulosis. Sangat di sayangkan berkembangnya resistensi dengan
amat cepat terhadap obat ini serta toksistasnya selama penggunaan obat
ini dalam waktu lama mengurangi kegunaannya dalam pengobatan
tuberkulosis . Meskipun demikian, streptomisin masih dianggap sebagai
salah satu dari beberapa obat utama untuk terapi tuberkulosis.
Streptomisin efektif terhadap banyak bakteri gram positif dan gram
negatif. Secara kimiawi, streptomisin tergolong ke dalam kelompok
antibiotik yang di sebut aminoglikoside. Sesuai dengan namanya
persenyawaan ini mengandung gula amino, dan komponen komponen
molekulnya di hubungkan oleh ikatan glikoside. Antibiotik lain dalam
kelompok ini adalah dehidrostreptomisin, spektinomisin, neomisin,
kanamisin, gentamisin, dan tobramisin. Dehidrostreptomisin memiliki
sprektum anti bakterial yang mirip dengan streptomisin tetapi lebih
beracun.
Spektinomisin dianjurkan untuk pengobatan gonorea bagi orang-
orang yang alergi terhadap penisilin atau yang terinfeksi oleh Galur
Neisseria gonohoeae yang resisten terhadap penisilin. Kanamisin dan
gentamisin aktif terhadap berbagai macam bakteri gram positif dan gram
negatif. Gentamisin terutama aktif terhadap beberapa Galur psedumonas.
Gristia Astelli 12
Neomisin sukar di serap dari saluran pencernaan bila diberikan secara
oral (melalui mulut) pengaruh utamanya ialah terhadap flora usus.
Neomisin juga di gunakan dalam bentuk lotion dan salep untuk
pengobatan setempat terhadap infeksi kulit dan mata.
Cara kerja:
Eritromisin dapat berinteraksi dengan subunit-subunit ribosom
sehingga mencegah urutan reaksi yang normal dalam sintesis protein.
d. Tetrasiklin
Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin merupakan nama-
nama umum untuk tiga antibiotik yang memiliki sifat biologis dan kimiawi
yang serupa. Sebagai kelompok, ketiganya biasanya dinamakan
tetrasiklin. Antibiotik ini dihasilkan oleh bakteri dari genus Streptomyces.
Dianggap sebagai antibiotik berspektrum luas, dan spektrum
antimikrobialnya serupa: organisme yang resisten terhadap salah satu
diantaranya akan resisten pula terhadap kedua yang lain. Antibiotik ini
digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh banyak bakteri
gram negatif dan beberapa gram positif. Ada beberapa perbedaan
diantara persenyawaan-persenyawaan ini dalam hal stabilitas, toksisitas,
dan afinitas terhadap protein.
Cara kerja:
Tetrasiklin bekerja dengan cara menghalangi terikatnya RNA(RNA
transfer aminoasil) pada situs spesifik di ribosom, selama pemanjangan
rantai peptide. Akibatnya sintesis protein mengalami hambatan pula.
Gristia Astelli 13
e. Eritromisin
Eritromisin ditemukan oleh Selman Waksman pada tahun 1952
didalam produk metabolik suatu galur Streptomyces erythreus, yang
diisolasi dari tanah yang dikumpulkan di philipina. Eritromisin tergolong ke
dalam kelompok kimiawi yang disebut antibiotik makrolide; anggota
lainnya ialah oleandomisin dan spiramisin. Secara kimiawi, makrolude
dicirikan oleh suatu struktur molekular yang mengandung cincin lakton,
yang terikat pada gula amino malaui ikatan glikoside. Eritromisin aktif
terhadap sebagian besar bakteri gram positif, beberapa bakteri gram
negatif (Neisseria spp. dan Bordetella pertussis), dan spiroket patogenik.
Dalam hal spektrum antibakterial dan kegunaan klinisnya, eritromisin
menyerupai penisilin, namun antibiotik ini juga aktif terhadap organisme
yang menjadi resisten terhadap penisilin dan streptomisin. Antibiotik ini
seringkali diberikan kepada pasien yang alergi terhadap penisilin.
Cara kerja:
Eritromisin dapat berinteraksi dengan subunit-subunit ribosom
sehingga mencegah urutan reaksi yang normal dalam sintesis protein.
f. Kloramfenikol (kloromisetin)
Kloramfenikol merupakan antibiotik berspektrum luas yang aktif
terhadap banyak bakteri gram positif dan gram negatif. Meskipun relatif
tidak beracun bagi mamalia bila di gunakan secara terapeutik antibiotik ini
Gristia Astelli 14
dapat menyebabkan beberapa pasien. Karena itu baru dianjurkan
pemakaiannya pada kasus-kasus yang tidak dapat di obati secara efektif
dengan antibiotik lain.
Cara kerja:
Kloramfenikol bergabung dengan subunit-subunit ribosom
sehingga mengganggu sintesis protein.
Gristia Astelli 15
lipoprotein serta mencegah berfungsinya membran sebagai perintang
osmotik.
h. Antibiotik antifungal (nistatin, griseofulvin, amfoterisin B)
Nistatin merupakan zat anti fungal yang berguna dalam terapi
infeksi fungal nonsistemik. Nistatin di hasilkan oleh suatu Galur
Streptomyces noursei. Antibiotik ini di temukan oleh Elisabeth Hazen dan
Rachel brown pada tahun 1950 . Aktivitas antimikrobial nistatin terbatas
hanya pada khamir dan cendawan lain. Antibiotik ini terutama efektif
untuk mengobati infeksi khususnya pada kulit, kuku, dan vagina yang di
sebabkan oleh khamir Candida albicans. Sariawan, suatu penyakit yang
menyerang selaput lendir mulut, terutama pada anak-anak juga di
sebabkan oleh organisme tersebut.
Cara kerja:
Nistatin merusak sel-sel khamir juga sel cendawan lain dengan
cara bergabung dengan steril yang terdapat dalam membran sel. Hal ini
mengakibatkan kacaunya organisasi di dalam struktur molekuler
membran, diikuti dengan gangguan pada fungsinya. Sterol bukan
merupakan komponen membran bakteri sehingga nistatin tidak efektif
bagi bakteri.
Griseofulvin di peroleh dari penicillium griseofulvin. Antibiotik ini di
gunakan untuk mengobati banyak infeksi superfisial pada permukaan kulit
dan tubuh yang di sebabkan oleh cendawan seperti kurap. Disamping itu
juga efektif dalam pengobatan beberapa mikosis sistemik, tetapi tidak
aktif terhadap khamir candida albicans atau bakteri.
Amfoterisin B ialah salah satu dari hanya beberapa zat
kemoterapeutik yang tersedia untuk mengobati infeksi sistemik oleh
cendawan. Cara kerjanya seperti nistatin (Pelczar & Chan, 2014: 515-
524).
Gristia Astelli 16
Beberapa antibiotik lain akan dirangkumkan didalam Tabel 2.1:
Tabel 2.2 Produk Metabolik Bakteri dan Cendawan Yang Berguna Sebagai
Antibiotik
ANTIBIOTIK DIHASILKAN AKTIF TERHADAP MEKANISME
OLEH KERJA
Penisilin
Penisilin G Penicillum Bakteri gram positif Menghambat
chrysogenum sintesis dinding
Ampisilin P. chrysogenum Bakteri gram negatif sel
yang menyebabkan
infeksi pada saluran
pernapasan,
pencernaan, dan kemih.
Metisilin Penicillum sp. Bakteri penghasil
penisilinase
Sefalosporin Cephalosporium Bakteri gram negatif dan Menghambat
Sefalotin sp. positif sintesis dinding
Sefaloridin sel
Sefaloglisin
Aminoglikoside
Streptomisin Streptomyces Infeksi tuberklosis Menginduksi
griceus sintesis protein
Spektinomisin Streptomyces sp. Neisseria gonorrhoe abnormal
yang resisten terhadap
penisilin
Neomisin S. fradie Menghambat bakteri
usus
17
Gristia Astelli aeruginosa
Polimiksin B B. polymyxa Bakteri gram negatif,
Merusak
Lanjutan Tabel 2.2 Produk Metabolik Bakteri dan Cendawan Yang Berguna
Sebagai Antibiotik
keefektifannya lebih membran sel
rendah dari kolistin
Basitrasin B. subtilis Bakteri gram positif Menghambat
namun tidak gram pembentukan
negatif dinding sel
Linkomisin Steptomyces Bakteri gram positif Mengganggu
lincolnensis yang umum dijumpai sintesis protein
Vankomisin Streptomyces Bakteri gram positif, Mengganggu
orientalis termasuk stafilokokus sintesis protein
dan enterokoki
penghasil penisilinase
Viomisin S. griseus var. Infeksi tuberkulosis Mengganggu
purpureus sintesis protein
Rifamisin Streptomyces Infeksi tuberkulosis Mengganggu
mediterranel sintesis protein
Antibiotik
Antifungal
Nistain Streptomyces Infeksi fungal, Merusak
noursei khususnya infeksi pada membran sel
mulut, kulit, usus, dan
vagina yang disebabkan
oleh Candida
Griseofulvin Infeksi oleh cendawan Merusak
membran sel
Amfoterisin B Infeksi mikotik yang Mengganggu
dalam fungsi membran
Sumber: Pelczar & Chan, 2014: 525-526
18
19
20
Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotik dibedakan menjadi lima,
yaitu antibiotik dengan mekanisme penghambatan sintesis dinding sel,
perusakan membran plasma, penghambatan sintesis protein, penghambatan
sintesis asam nukleat, penghambatan sintesis metabolit esensial (Pratiwi,
Surpa Latania Putri
2008: 154).
21
Gambar 2.6 Dinding sel bakteri Gram positf dan Gram negatif dan masuknya antibiotik
melalui porin pada dinding bakteri Gram negatif
22
Sumber : Sudigdoadi, 2015 :4
23
24
Antibiotik yang bekerja melalui mekanisme ini adalah :
a. Aminoglikosida
Surpa Latania Putri
Mekanisme kerja dari streptomisin telah dipelajari jauh
sebelum ditemukannya aminoglikosida yang lain seperti
kanamisin, neomisin, gentamisin, tobramisin, amikasin, dan
sebagainya, namun diduga bahwa semua antibiotik ini mempunyai
mekanisme kerja yang sama. Tahap awal adalah perlekatan
aminoglikosida pada reseptor protein spesifik yaitu subunit 30S
pada ribosom bakteri dan selanjutnya aminoglikosida akan
menghambat aktivitas kompleks inisiasi dari pembentukan peptida
(mRNA + “formyl methionine” + tRNA). Kemudian pesan mRNA
akan dibaca salah oleh “regio pengenal” pada ribosom, sehingga
terjadi insersi asam amino yang salah pada peptida yang
menghasilkan protein nonfungsional. Sebagai akibat terakhir
perlekatan aminoglikosida akan menghasilkan pecahnya polisom
menjadi monosom yang tidak mampu mensintesis protein.
Resistensi kromosomal mikroba terhadap aminoglikosida
tergantung pada tidak adanya reseptor protein spesifik pada
subunit 30S dari ribosom. Resistensi melalui plasmid tergantung
dari pembentukan enzim-enzim adenilat, fosforilat dan asetilat
yang dapat merusak obat. Resistensi lain terjadi karena defek
permeabilitas yaitu perubahan membran luar yang dapat
menurunkan transport aktif aminoglikosida ke dalam sel sehingga
obat tidak dapat mencapai ribosom. Mekanisme ini juga melalui
plasmid.
b. Tetrasiklin
Tetrasiklin berikatan dengan subunit 30S dari ribosom
mikroba. Selanjutnya akan menghambat sintesis melalui
penghambatan pada perlekatan aminoasil-tRNA. Akibatnya akan
terjadi penghambatan di dalam pengenalan asam amino yang
baru terbentuk pada rantai peptida. Resistensi terhadap tetrasiklin
terjadi karena perubahan permeabilitas envelop sel mikroba. Pada
sel yang peka, obat akan berada pada lingkungan dan tidak akan
25
Surpa Latania Putri
meninggalkan sel, sedangkan pada sels-sel yang resisten obat
tidak dapat di transportasikan secara aktif ke dalam sel atau akan
hilang dengan cepat sehingga konsentrasi hambat minimal tidak
dapat dipertahankan. Mekanisme dikontrol oleh plasmid.
c. Kloramfenikol
Antibiotik ini berikatan dengan subunit 50S dari ribosom dan
akan mempengaruhi pengikatan asam amino yang baru pada rantai
peptida karena kloramfenikol menghambat peptidil transferase.
Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan pertumbuhan
mikroorganisme akan berlangsung lagi apabila antibiotik ini menurun.
Resistensi bakteri terhadap kloramfenikol disebabkan bakteri
menghasilkan enzim kloramfenikol asetiltransferase yang dapat
merusak aktivitas obat. Pembentukan enzim ini berada di bawah
kontrol plasmid.
d. Makrolid : eritromisin, azitromisin, klaritromisin.
Obat-obat ini berikatan dengan subunit 50S ribosom dengan
tempat ikatan pada 23S tRNA. Selanjutnya akan berpengaruh dalam
pembentukan inisiasi kompleks pada sintesis rantai peptida atau
berpengaruh pada reaksi translokasi aminoasil. Beberapa bakteri
resisten terhadap makrolid tidak memiliki reseptor yang tepat pada
ribosom melalui metilasi tRNA. Mekanisme ini dapat melalui kontrol
plasmid atau kromosom.
e. Linkomisin, klindamisin :
Antibiotik golongan ini bekerja dengan berikatan pada subunit
50S ribosom mikroba dengan tempat ikatan, aktivitas antibakteri dan
cara kerja seperti makrolid. Mutasi pada kromosom menimbulkan
resistensi karena tidak terjadi ikatan pada subunit 50S ribosom.
5. Penghambatan pada metabolisme folat.
Trimetoprim dan sulfonamid mempengaruhi metabolisme folat
melalui penghambatan kompetitif biosintesis tetrahidrofolat yang bekerja
sebagai pembawa 1 fragmen karbon yang diperlukan untuk sintesis DNA,
RNA dan protein dinding sel (Sudogdiadi, 2015: 3-9).
26
Khotimah Lasmita Sari
27
Khotimah Lasmita Sari
yang resisten itu terjaga, sehingga tidak menimbulkan masealah. Bila ada
penisilin, maka galur yang senaitif praktis tidak bereproduksi. Tetapi, mutan
yang resisten itu akan bereproduksi, dan pada akhirnya akan mendominasi
populasi. Hal ini mempunyai implikasi klinis yang penting serta merupakan
salah satu alasan praktis yang tidak rentan terhadap penisilinase.
Banyak organisme yang tidak membentuk penisilinase juga resisten
terhadap penisilin. Hal ini berarti organisme memiliki lintasan metabolik
pilihan atau reaksi-reaksi enzim yang tidak rentan terhadap penghambatan
oleh penisilin (Pelczar & Chan, 2014: 531-532).
Sejalan dengan perkembangan dan penggunaan antibiotika, banyak
bukti, dan laporan yang menyatakan bahwa bakteri-bakteri patogen menjadi
resisten terhadap antibiotika. Hal ini dimungkinkan karena adanya transfer
materi genetik (plasmid atau transposon) di antara genus bakteri yang
berbeda yang masih memiliki hubungan dekat, meliputi bakteri Escherichia
coli, Klebsiella, dan Salmonella (Lusiastuti, 2008: 162).
Obat-obat antimikroba tidak efektif terhadap semua mikroorganisme.
Spektrum aktivitas setiap obat merupakan hasil gabungan dari beberapa
faktor, dan yang paling penting adalah mekanisme kerja obet primer.
Demikian pula fenomena terjadinya resistensi obat tidak bersifat universal
baik dalam hal obat maupun mikroorganismenya.
Menurut Utami, 2011: 193, timbulnya resistensi terhadap suatu
antibiotika terjadi berdasarkan salah satu atau lebih mekanisme berikut:
a. Bakteri mensintesis suatu enzim inaktivator atau penghancur
antibiotika. Misalnya Stafilokoki, resisten terhadap penisilin G
menghasilkan beta-laktamase, yang merusak obat tersebut. Beta-
laktamase lain dihasilkan oleh bakteri batang Gram-negatif.
b. Bakteri mengubah permeabilitasnya terhadap obat. Misalnya
tetrasiklin, tertimbun dalam bakteri yang rentan tetapi tidak pada
bakteri yang resisten.
c. Bakteri mengembangkan suatu perubahan struktur sasaran bagi obat.
Misalnya resistensi kromosom terhadap aminoglikosida berhubungan
dengan hilangnya (atau perubahan) protein spesifik pada subunit 30s
ribosom bakteri yang bertindak sebagai reseptor pada organisme yang
rentan.
2. RESISTENSI MIKROORGANISME
Resistensi didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan
bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal
yang seharusnya atau kadar hambat minimalnya. Sedangkan multiple
drugs resistance didefinisikan sebagai resistensi terhadap dua atau lebih
obat maupun klasifikasi obat. Sedangkan cross resistance adalah
resistensi suatu obat yang diikuti dengan obat lain yang belum pernah
dipaparkan (Utami, 2011: 192 dalam Tripathi, 2003).
Pemberian antibiotik yang tidak teratur akan mengakibatkan
bakteri resisten terhadap antibiotik (Fitrah, et.al, 2013: 124). Resistensi
terjadi ketika bakteri berubah dalam satu atau lain hal yang menyebabkan
turun atau hilangnya efektivitas obat, senyawa kimia atau bahan lainnya
yang digunakan untuk mencegah atau mengobati infeksi. Bakteri yang
mampu bertahan hidup dan berkembang biak, menimbulkan lebih banyak
bahaya. Kepekaan bakteri terhadap kuman ditentukan oleh kadar hambat
minimal yang dapat menghentikan perkembangan bakteri (Utami, 2011:
193 dalam Bari, 2008).
Problem resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik mula-mula
ditemukan pada tahun 1980an dengan ditemukan nya kasus multipel
resisten pada strain bakteri Streptococcus pneumoniae, Mycobacterium
tuberculosis, Staphylococcus aureus, dan Enterococcus faecalis.
Semakin tinggi penggunaan antibiotik, semakin tinggi pula tekanan
selektif proses evolusi dan proliferasi strain mikroorgaanisme yang
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut :
1. Antibiotik merupakan zat kimia yang di hasilkan oleh suatu
mikroorganisme yang menghambat mikroorganisme lain.
2. Zat kemoterapeutik ialah zat kimia yang digunakan untuk mengobati
penyakit menular (kemoterapi) atau mencegah penyakit
(kemoprofilaksis).
3. Tujuan Pengendalian Zat Antibiotik dan Kemoterapeutik
a. Mencegah penyebaran penyakit dan penyebaran infeksi
b. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi
c. Mencegah perusakan oleh mikroorganisme
4. Suatu zat antibiotik kemoterapeutik yang ideal hendaknya memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
a. Harus mempunyai kemampuan untuk merusuk atau menghambat
mikroorganisme patogen spesifik.
b. Tidak mengakibatkan berkembangnya bentuk-bentuk resisten
parasit.
c. Tidak menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki pada
inang.
d. Tidak melenyapkan flora normal pada inang.
e. Harus dapat diberikan melalui mulut tanpa diinaktifkan oleh asam
lambung, atau melalui suntikan (parenteal) tanpa terjadi
pengikatan dengan protein darah.
f. Memiliki saraf kelarutan yang tinggi dalam zat alir tubuh.
g. Konsentrasi antibiotik di dalam jaringan atau darah harus dapat
mencapai taraf cukup tinggi sehingga mampu menghambat atau
mematikan penyebab infektif.
5. Macam-macam Antibiotik
a. Penisilin
b. Sefalosporin
c. Streptomisin
42
d. Tetrasiklin
e. Eritromisin
f. Kloramfenikol (kloromisetin)
g. Polimiksin dan basitrasin
h. Antibiotik antifungal (nistatin, griseofulvin, amfoterisin B)
6. Macam-macam zat kemoterapeutik
a. Sulfonamide
b. Nitrofuran
c. Hidrazide asam isonikotinat (isoniazid)
d. Asam nalidiksat.
7. Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotik dibedakan menjadi lima,
yaitu
a. Antibiotik dengan mekanisme penghambatan sintesis dinding sel
b. Perusakan membran plasma
c. Penghambatan sintesis protein
d. Penghambatan sintesis asam nukleat
e. Penghambatan sintesis metabolit esensial
8. Resistensi antibiotik terjadi ketika mikroorganisme mengalami
perubahan menyebabkan obat yang diberikan yang dengan tujuan
untuk menyembuhkan infeksi oleh mikroorganisme menjadi tidak
efektif lagi.
9. Macam-macam Resistensi terhadap antibiotik :
a. Resistensi terhadap penisilin dan sefalosporin
b. Resistensi terhadap vankomisin
c. Resistensi terhadap tetrasiklin
d. Resistensi terhadap aminoglikosida
e. Resistensi terhadap kloramfenikol
f. Resistensi terhadap makrolida
g. Resitensi terhadap fluorokuinolon
h. Resistensi terhadap rifampisin
i. Resistensi terhadap sulfonamid dan trimetoprin
43
DAFTAR PUSTAKA
Fitrah, Ilham Deskarifal,. Et.al. (2013). Isolasi Pasteurella multocida Pada Kuda
dan Sensitivitasnya Terhadap Antibiotik. Jurnal Medika Veterinaria. Vol
7(2). Hal 124.
44
Utami, Eka Rahayu. (2011). Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi.
Jurnal Antibiotika Resistensi. Vol 1(4). Hal 193.
45