OLEH
BUKITTINGGI
2018
LEMBARAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul Penetapan Kadar Vitamin C Pada Paprika Merah
(Capsicumannum Var. Grossum L.) Secara Iodimetri
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Karya tulis ilmiah dengan judul penetapan kadar vitamin c pada paprika merah (capsicum annum var.
Grossum L.) secara iodimetri
Tim penguji
Ketua
Anggota
Anggota
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Penetapan Kadar Vitamin C Pada Paprika
Merah (Capsicum Annum Var. Grossum L.) Secara Iodimetri “ yang merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Farmasi di Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi. Pada
1. Ibu Dra. ‘Ainun naim, m. Farm. Apt selaku Direktur Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi
sekaligus pembimbing I yang telah meluangkan waktu serta penuh kesabaran memberikan
masukan, bimbingan, dorongan serta arahan selama penelitian sehingga penulis telah dapat
2. Bapak Yusman, A,Md.Farm selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaga
untuk memberikan bimbingan, arahan, dorongan, dan saran sejak rencana penelitian hingga
3. Ibu Dewi Nofita, S.Si selaku Kepala Laboratorium Kimia yang telah memberikan izin untuk
4. Bapak dan Ibu dosen beserta staf Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi yang telah
memberikan ilmunya, motivasi, arahan, dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan
5. Mama tercinta yang selalu memberikan semangat, doa-doa, kasih sayang yang berlimpah serta
kesabaran telah membesarkan dan mendidik hingga penulis dapat menempuh pendidikan yang
6. Buat almarhum papa terima kasih karena selama ini telah memberikan motivasi, dukungan moril
maupun materil selama papa hidup sampai penulis bias seperti ini. PAPA IS MY HERO
7. Buat mama linda faroza dan papa ratman terima kasih atas segala dukungan, doa, bantuan selama
penulis kuliah terima kasih sudah menjadi orang tua buat penulis
8. Kepada adek-adek (tauhid dan yusron) selalu memberikan semangat dan doa-doa sehingga dapat
9. Teman-teman dan semua pihak yang telah mau membantu dan membagi pengetahuan kepada
penulis selama pembuatan proposal, penelitian, seminar sehingga penulis dapat menyelesaikan
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kata
sempurna masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan dapat masukan berupa
kritikan dan saran demi perbaikan dan kesempurnaannya. Atas perhatiannya semua pihak penulis
Penulis
Akademi farmasi
Dwi farma bukittinggi
Karya tulis ilmiah, Agustus 2018
ABSTRAK
Penetapan Kadar Vitamin C Pada Paprika Merah (Capsicum Annum Var. Grossum L.) Secara Iodimetri
Paprika merupakan suatu komoditi sayuran yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, dan
kaya akan Vitamin C. penelitian penetapan kadar Vitamin C pada paprika merah (Capsicum annum Var.
Grossum L) secara Iodimetri telah dilakukan penelitian didapatkan hasil kadar Vitamin C sebesar
0,15016%b/b
ABSTRAK vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
I. PENDAHULUAN
2.3 Vitamin C 9
2.4 Titrimetri
2.6 Hipotesa 11
3.2.1 Alat 12
3.2.2 Bahan 12
4.2 Pembahasan 15
5.1 Kesimpulan 17
5.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Vitamin C memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan diantaranya dalam
pembentukan kolagen yang merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam tulang
rawan serta dapat meningkatkan imunitas. Vitamin C banyak terdapat dalam tanaman antara
lain paprika. Paprika merupakan sayuran yang berpotensi sebagai antioksidan dan banyak
memiliki manfaat yang sangat baik bagi kesehatan manusia karena mengandung Vitamin C
meningkatkan gizi masyarakat. Gizi yang banyak terkandung dalam sayuran yaitu: vitamin,
mineral, dan karbohidrat. Seiring meningkatnya kebutuhan gizi masyarakat, kebutuhan akan
sayuran terus meningkat dan jenis sayurannya pun semakin bervariasi (Harjono, 1996).
Paprika ( Capsicum annum Var. Grossum L.) merupakan salah satu komoditi sayuran
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, selain sebagai bahan sayuran. ( Tonny K. Moesan
dkk, 2008). Ternyata paprika juga kaya akan Vitamin C ( 190 mg / 100 g ) sedangkan kadar
vitamin C pada cabai merah mengandung ( 107,8 mg / 100 g ). Paprika juga banyak
mengandung zat gizi yang dapat mencegah kanker, jantung koroner dan diabetes mellitus
( Prihmantoro, dkk.2003). Paprika dikonsumsi rumah tangga, selain untuk bumbu masak
paprika digunakan untuk industri makanan dan minuman, industri farmasi ( Khopkar, S, M.
1990 ).
I.2 Perumusan Masalah
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar Vitamin C yang terkandung
pada paprika merah ( Capsicum annum Var. Grossum L.) secara Iodimetri.
mengandung Vitamin C.
2. Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahuan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang
2.1 Tinjauan Botani Paprika Merah ( Capsicum annum Var. Grossum L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum L
Varietas : Grossum L
Tanaman paprika merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Tanaman paprika tumbuh sebagai perdu atau semak dengan tinggi mencapai empat
meter. Batang tanaman paprika keras dan berkayu, berbentuk bulat, halus, berwarna hijau dan
memiliki percabangan dengan jumlah yang banyak. Buah paprika memiliki keanekaragaman
bentuk, ukuran, warna dan rasa. Buah paprika umumnya berbentuk seperti tomat, tetapi lebih
bulat dan pendek, atau seperti genta dengan permukaan bergelombang besar atau bersegi-segi.
Buah akan terbentuk setelah penyerbukan. Kulit halus dan daging buahnya tebal sehingga tidak
temperature, kelembapan udara, curah hujan, dan cahaya matahari. Tanaman paprika
memerlukan temperature 21°C- 27°C pada siang hari dan 13°C-16°C pada malam hari agar
tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Kelembapan udara yang cukup ideal untuk
budidaya paprika adalah 80%. Curah hujan yang sesuai dengan untuk tanaman paprika adalah
Paprika dapat dipanen dalam buah masih dalam keadaan hijau maupun buah dalam
keadaan matang sempurna. Buah paprika mulai matang pada 4-5 minggu setelah pembungaan
dan dapat dipetik setelah 5-7 hari kemudian. Puncak dari periode panen terjadi 4-7 bulan setelah
benih di semai. Paprika sebaiknya dipanen pada pagi hari ketika suhu udara masih rendah dan
kelembapan udara masih cukup tinggi. Pemanenan pada pagi hari dimaksudkan untuk
mengurangi penguapan agar buah tidak layu dan keriput ( Amstrong, F.B 1995 )
2.2 Tinjauan Kimia dan Fisika Vitamin C
6. Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol tidak larut
Vitamin C merupakan vitamin yang banyak manfaatnya antara lain penting untuk
kesehatan gigi, gusi, tulang, membentuk sel-sel tubuh dan pembuluh darah. Salah satu fungsi
utama dari Vitamin C adalah berperan dalam pembentukan kolagen. Kolagen berfungsi
sebagai pembentukan jaringan ikat dan diperlukan dalam pematangan sel darah merah dan
pembentukan tulang. Vitamin C berperan dalam proses hidrogenasi prolin dan lisin dalam
pembentukan kolagen, kedua senyawa ini merupakan komponen kolagen. Fungsinya adalah
dalam proses penyembuhan luka, daya tahan tubuh, penyakit dan stress ( Departemen
Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air dan mudah rusak dalam
pemanasan yang terlalu lama. Vitamin C mempunyai bentuk serbuk, atau hablur putih agak
kuning, tidak berbau, mempunyai rasa asam. Vitamin C apabila dalam bentuk Kristal kering
akan bersifat lebih stabil, tetapi dalam bentuk larutan Vitamin C mudah rusak karena oksidasi
Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif. Rata-rata absorbsi adalah 90% dari yang
jaringan yang terdapat di dalam rongga mulut, ditulang dan gigi serta kerusakan didalam darah.
Apabila suplai Vitamin C di dalam jaringan tidak mencukupi, makan Vitamin C yang diberikan
di dalam tubuh akan sedikit sekali yang diekresikan di dalam urine. Kadar Vitamin C didalam
jaringan tubuh dan di dalam darah yang dianggap normal ialah 0,8-10 mg ( Harjadi, W, 1990 ).
a. Sampel ditambahkan KMnO4 terjadi warna violet hilang dan terjadi endapan
cokelat
2.4 Titrimetri
Analisis titrimetri adalah analisis kuantitatif dimana kadar komposisi dari zat uji
ditetapkan berdasarkan volume pereaksi yang ditambahkan kedalam larutan zat uji. Hingga
komponen yang akan ditetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Oleh
karena itu analisa volumetri disebut juga analisis titrimetri (Santoso, 1995). Suatu reaksi dapat
digunakan sebagai dasar analisis titrimetri apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak
terlalu lama.
2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang
larutan standar sekunder ( Day Underwood, 1999). Larutan baku primer adalah larutan yang
kosentrasinya dapat diketahui dengan cara penimbangan zat dengan seksama, baku primer
harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu yaitu : murni atau mudah dimurnikan, reaksi
dengan zat yang dibakukan harus stoikiometrik sehingga dapat dicapai dasar perhitungan,
mudah ditangani (tidak higroskopik atau dipengaruhi udara), mempunyai bobot ekuivalen
yang tinggi, sehingga kesalahan penimbangan kecil, mudah didapat. Larutan baku sekunder
adalah larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara dibakukan terlebih dahulu
( Santoso, 1995).
Titrasi iodimetri merupakan titrasi dengan prinsip reaksi oksidasi reduksi. Titrasi ini juga
merupakan titrasi langsung dengan suatu larutan iod standar (indah, et al , 2007). Pada titrasi
iodimetri menggunakan iodium yang merupakan oksidator yang kuat, pada saat reaksi oksidasi
I2 + 2e 2I
Vitamin C merupakan zat yang bersifat reduktor (pereduksi kuat), sehingga dapat dititrasi
Titik akhir pada iodimetri diamati dengan timbulnya warna biru akibat reaksi antara
amylum dengan kelebihan satu tetes iodium. Zat pereduksi yang cukup kuat untuk dititrasi
langsung dengan iod adalah thiosulfate, arsenit (III), timah, dan sulfide. Kekuatan reduksi dari
zat pereduksi tersebut tergantung pada konsentrasi ion hydrogen (Sudjadi, 2007).
2.6 Hipotesa
Hipotesa dari penelitian ini adalah paprika merah ( Capsicum annum Var. Grossum L.)
Mengandung Vitamin C.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018 sampai Juli 2018 di Laboratorium
3.2.1 Alat
Timbangan digital, buret dan standart buret, erlemeyer, labu ukur, becker glass, kertas
3.2.2 Bahan
Paprika merah, Iodium, Natrium Thiosulfat, larutan kanji, Asam klorida P, Asam sulfat P,
kalium Bikromat, Natrium Karbonat P, Natrium Bikarbonat, Kalium Iodida P dan aqua destilata.
Sampel yang digunakan adalah paprika merah ( Capsicum annum Var. Grossum L.) yang
diperoleh dari swalayan di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Adapun teknik pengambilan
Paprika merah dicuci bersih, dikering anginkan, lalu dirajang, aduk homogeny, timbang
100 gram, masukkan kedalam blender, tambahkan aqua destilata secukupnya, kemudian
diblender. Saring dengan kain flannel bilas ampas berkali-kali hingga negatif terhadap iodium.
Masukkan kedalam labu ukur 1000 ml, cukupkan dengan aqua destilata sampai 1000 ml.
3.4 Pembuatan Reagen
Didihkan aqua destilata dalam erlemeyer tertutup, setelah beberapa menit buka tutup
erlemeyer sebentar, kemudian tutup lagi. Diamkan sampai dingin dan tidak boleh
Larutkan 1,3 g natrium thiosulfat P dan 10 mg natrium karbonat P dengan air bebas CO2
Larutkan 317 mg iodium kedalam 450 mg larutan iodide P dalam aquadest 100 ml, gerus
hingga larut pindahkan ke labu ukur 250 ml + aquadest hingga tanda batas kocok
Tambahkan secara hati-hati 28 ml Asam Sulfat P kedalam lebih kurang 100 ml aquadest,
Timbang seksama 210 mg Kalium bikromat yang sudah dikeringkan pada suhu 120°C
selama 4 jam, larutkan dalam labu ukur 100 ml, tambahkan aqua destilata sampai tanda batas
Larutan Kanji
Gerus 500 mg kanji dengan 5 ml air dan tambahkan sambil gerus diaduk air secukupnya
0,3 gram Kalium Iodida P 0,2 gram Natrium bikarbonat P dan 1 ml Asam klorida P tutup
menit.
b. Titrasi dengan Larutan Natrium Thiosulfat hingga warna kuning muda, tambahkan 5
tetes indicator kanji, titrasi kembali secara perlahan tepat warna biru hilang.
d. Hitung Normalitas
b. Kemudian titrasi dengan larutan Iodium 0,01 N sampai larutan berwarna biru
c. Hitung Normalitas
I2 + Na2S2O3 Na + Na2S4O6
a. Pindahkan 100 ml larutan uji masukkan kedalam erlemeyer, tambahkan 5 ml asam sulfat
encer, lalu tambahkan 5 tetes kanji P, titrasi segera dengan Iodium 0,01 N hingga tepat
G = V x N x BE x BM
0,01 N
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Dalam penelitian ini digunakan sampel Paprika Merah yang diperoleh dari swalayan di
Kota Padang. Penelitian ini dilakukan secara Iodimetri dimana merupakan salah satu titrasi
redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter, karena Vitamin C bersifat reduktor
( Bobrof, L, B, 2002)
Larutan baku yang digunakan untuk titrasi ini adalah Natrium Thiosulfat 0,01 N kedua
larutan baku tersebut merupakan larutan baku sekunder dimana normalitasnya tidak bisa
diketahui dengan pasti melalui penimbangan, oleh karena itu larutan baku ini harus dibakukan
terlebih dahulu sebelum digunakan. Larutan Natriu Thiosulfat dibakukan dengan Kaliu Bikromat
sebagai baku primer, larutan Natrium Thiosulfat yang sudah diketahui normalitasnya
Pada proses pembakuan Natrium Thiosulfat 0,01 N terlebih dahulu Kalium Bikromat P
dilarutkan dengan air dalam erlemeyer, goyangkan sampai padatan larutan sempurna, tambahkan
dengan cepat Kalium Iodida, Natrium bikabornat dan Asam klorida P. Natrium bikabornat
ditambahkan untuk menghindari terbentuknya asam Iodida dari kelebihan Iodide dan asam
melalui oksidasi oleh udara sehingga Iodium tetap bebas. Asam klorida berfungsi sebagai
katalisator dalam reaksi ini karena kalium bikromat bekerja pada suasana asam. Tutup erlemeyer
simpan di tempat gelap selama 10 menit yang bertujuan menyempurnakan reaksi pembentukan
Iodium. Titrasi segera mungkin dengan Natrium Thiosulfat hingga warna hijau kekuningan dari
iod sampai menghilang. Tambahkan larutan kanji P dan lanjutkan titrasi sampai warna biru tepat
hilang. Larutan akhir akan berwarna biru hilang, warna yang disebabkan oleh ion kromium (III).
Lakukan titrasi tiga kali pengulangan, dari hasil perhitungan diperoleh Normalitas Natrium
ThioSulfat 0,0095 N.
pembakuan larutan Iodium. Larutan Iodium 0,01 N dibuat dengan cara menimbang iodium diatas
kaca arloji tertutup karena Iodium merupakan oksidator dan untuk menghindari penguapan.
Larutkan iodium P dalam larutan Kalium Iodida karena Iodium sangat mudah larut dalam
garamnya, kemudian encerkan dengan aqua destilata hingga tanda batas. Kemudian pipet 10 ml
encerkan dengan aqua destilata hingga 100 ml. larutan Natrium Thiosulfat dipipet 10 ml
pindahkan kedalam erlemeyer tambahkan 3 tetes larutan kanji. Titrasi dengan larutan Iodium
0,01 N sampai warna biru. Titrasi dilakukan 3 kali, dan dari hasil perhitungan diperoleh
Normalitas Iodium 0,0058 N. Pada Penetapan kadar Vitamin C pentiter yang digunakan adalah
mempercepat reaksi dan 5 tetes kanji, tutup, segera titrasi dengan larutan iodium sampai timbul
warna biru. Dari hasil penelitian diperoleh kadar vitamin C pada buah paprika adalah 0,01506%.
Hasil ini lebih kecil yang dinyatakan peneliti terdahulu karena, yaitu 0,19% hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti pemakaian pupuk yang berbeda, iklim, ketinggian
tempat, dan faktor kesuburan tanah tempat paprika Merah tumbuh ( Tutus Gusnidar dkk, 1983).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini Paprika Merah mengandung Vitamin C yang ditetapkan secara
5.2 Saran
Amstrong, F.B ( 1995 ), Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia, Jakarta.
Basset , Jdan R C Denney, dkk, (1994) Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik,
Buku Kedokteran EEG, Jakarta.
Bobrof, L, B, Oguendo, V. (2002). Fact about vitamin C. Uneversity of florida.
Cahyono, B. (2007). TeknikBudidayaCabaiPaprika. Kanisius. Yogyakarta.
Day, Underwood, (1999). Kimia Analisis Kuantitatif, Jakarta : Erlangga
Deepa et al ( 2006 ). Paprika Sayuran Yang Berpotensi Sebagai Antioksidan. Bali
Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI :
Jakarta.
Departemen Kesehatan dan kesejahteraan social RI. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia,
Jakarta.
Dinas pertanian Bali (2014). Tanaman Holtikultura Denpasar.
Harjadi. W. (1990). Ilmu Kimia Analitik. Gramedia .Jakarta
Harjono, I. 1996. Budidaya Paprika Cabai Manis Bernilai Komersil. CV. Aneka, Solo.
Indah,et,al. (2007) Iodimetri, Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang.
Khopkar, S, M, (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik, universitas Indonesia, Jakarta
Prihmantoro, H dan Yovita.2003. Paprika Hodroponik dan non Hodroponik penebar Jakarta :
swadaya.
Rivai. H. (2006). Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Gadjahmada. Yogyakarta.
Santoso, (1995) Ilmu kimia teori jilid III, SMF, Jakarta
Sidjadi, (2007), Kimia Farmasi Analisi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Tutus Gusdinar dkk (1983). Pharmaceutical and clinical research, bandung.
Tonny K. Moekasan dkk (2008) Budidaya Paprika Di Dalam Rumah Kaca. Bandung barat :
balai penelitian dan sayuran.
Winarno, D, G, (2010), analisis farmasi edisi II, Buku Kedokteran Jakarta
Lampiran 1. Pengolahan Sampel
1 0 10,5 10,5
2 10,5 21 10,5
3 21 31,5 10,5