Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENAMBAHAN Trichoderma Sp PADA MEDIA TANAM UNTUK

MENUNJANG PERTUMBUHAN CABE RAWIT (Capsicum sp)

OLEH :
Rizky Ferdinan Rumagit
05.01.19.1752

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2023
ii

PROPOSAL TUGAS AKHIR


PENAMBAHAN Trichoderma Sp PADA MEDIA TANAM UNTUK

MENUNJANG PERTUMBUHAN CABE RAWIT (Capsicum sp)

OLEH :
Rizky Ferdinan Rumagit
05.01.19.1752

TUGAS AKHIR
Sebagai salah satu syarat memperoleh sebutan professional
Sarjana Terapan Pertanian pada Progam Diploma IV

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN

2023

Judul : Penambahan Trichoderma Sp pada media tanam


iii

untuk menunjang pertumbuhan Cabe Rawit


(Capsicum sp)
Nama : Rizky Ferdinan Rumagit
NIRM : 05.01.19.1752
Program Studi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Jurusan : Pertanian

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Detia Tri Yunandhar. SP.,M.Si Rachmat SP.MP


NIP. 19800605 200312 1 003 NIP. 19800127 200910 1 001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Pertanian

Ramli, SP., MP.


NIP.19741010 200604 1 038
LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN
iv

LAPORAN TUGAS AKHIR

Penulis menyatakan dengan sebenar benarnya bahwa laporan Tugas akhir

dengan judul Penambahan Trichoderma sp pada media tanam untulk

menunjang pertumbuhan tanaman cabe rawit (Capsicum sp) adalah hasil

karya sendiri dengan arahan dan bimbingan dosen pembimbing dan belum

diajkukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun data dan

informasi yang dikutip telah disebarkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka laporan tugas akhir ini. Apabila pernyataan yang saya buat

tidak benar adanya, maka saya siap menerima sanksi/hukuman.

Gowa, Juli 2023

Penulis

RIZKY FERDINAN RUMAGIT

PRAKATA
v

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah mencurahkan kasih karunia, berkat dan anugerah-Nya kepada
penulis, sehingga Laporan Tugas Akhir Penambahan Trichoderma sp untuk
menunjang Pertumbuhan Cabe rawit (Capsicum sp) Ini dapat selesai dengan
baik dan tepat waktu.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Detia Tri Yunandar,
SP.,M.Si dan Bapak Rachmat, SP.MP selaku dosen pembimbing atas
kesediaan waktunya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini. dan kepada Bapak Ir
Abd.Rahman Arinong dan Ibu Munirah selaku penguji yang dengan setia
memberikan saran dan masukan yang membangun bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari Laporan
tugas akhir ini, baik dari segi materi maupun teknik penulisan dikarenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki. Untuk itu
penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan tidak menutup diri terhadap
semua kritik dan saran serta masukan yang bersifat konstruktif bagi penulis.
Semoga proposal tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis, institusi
pendidikan dan masyarakat luas.

Gowa, Juli 2023

Rizky Ferdinan Rumagit

ABSTRAK
vi

RIZKY FERDINAN RUMAGIT (05.01.119.1752) “Penambahan


Trichoderma sp pada media tanam untuk menunjang pertumbuhan
Cabe rawit (Capsicum sp)” (Dibimbing oleh Dr. Detia Tri Yunandar,
SP.,M.Si dan Bapak Rachmat, SP.MP).

DAFTAR ISI
vii

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR LAMPIRAN vii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
D. Manfaat 4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Teknis 5
1. Deskripsi tanaman cabe 5
2. Trichoderma Sp 7
3. Media Tanam Cabe Rawit 8
B. Aspek Penyuluhan Pelaksanaan Kajiwidya 10
C. Kerangka Berpikir 15
D. Hipotesis . 17
III. METODE PELAKSANAAN

A. Kajian 18
1. Tempat Dan Waktu 18
2. Alat dan Bahan . 18
3. Pelaksanaan Kajian 18
4. Parameter Pengamatan . 21
viii

B. Teknik Pengumpulan Data 22


C. Aspek Penyuluhan 22
D. Penetapan Materi dan Metode Penyuluhan 24
E. Pelaksanaan Penyuluhan 24
F. Evaluasi Penyuluhan 25
G. Devinisi operasional 26
DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 30

DAFTAR TABEL
ix

Gambar Halaman

1 Kerangka Pikir 17

DAFTAR GAMBAR
1

DAFTAR LAMPIRAN
2

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Negara kita terkenal akan keberagamannya yang begitu kaya salah

satunya dari segi kuliner. Indonesia memiliki 38 Provinsi dengan resep

masakan yang berbeda-beda. Salah satu bumbu masakan yang sering di

gunakan dalam kuliner Indonesia yaitu Cabe rawit, Pengunaan Cabe rawit

juga tidak sebatas hanya sebagai bumbu masak tetapi juga dikonsumsi

secara segar serta dapat diolah menjadi berbagai produk seperti Saos,

pasta, bubuk cabe bahkan obat obatan. Hal inilah yang menjadi salah satu

penyebab permintaan cabe terus meningkat dari tahun ketahun.

kebutuhan cabe rawit yang meningkat mendorong petani cabe agar

selalu bisa memenuhi permintaan konsumen. Namun ada beberapa hal yang

menjadi kendala dalam memenuhi permintahan tersebut yaitu salah satunya

dari segi budidaya. Umumnya pada budidaya tanaman cabe rawit , Petani

sangat tergantung pada penggunaan pupuk kimia seperti Urea dan NPK

sebagai sumber nutrisi untuk mendorong pertumbuhan dan hasil. Menurut

Adijaya (2013) Penggunaan Pupuk kimia pada saat budidaya cabe dinilai

dapat merusak ekosistem tanah.


3

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendorong

pertumbuhan dan hasil panen tanaman cabe yaitu dengan menggunakan

Agensisa hayati dalam proses budidayanya. Salah satu Agensia hayati yang

dinilai evektif dalam meningkatkan pertumbuhan serta hasil panen yaitu

Trichoderma sp. Agensia hayati ini merupakan mikroorganisme tanah

bersifat

aprofit yang secara alami menyerang cendawan patogen dan bersifat

menguntungkan bagi tanaman. Cendawan Trichoderma sp. merupakan salah

satu jenis cendawan yang banyak dijumpai hampir pada semua jenis tanah

dan pada berbagai habitat yang m erupakan salah satu jenis cendawan yang

dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati pengendali patogen tanah.

Cendawan ini dapat berkembang biak dengan cepat pada daerah perakaran

tanaman. (Gusnawati Hs,2014)

Berdasarkan uraian di atas Spesies Trichoderma sp, disamping

sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agensia hayati.

Trichoderma sp. dalam peranannya sebagai agensia hayati bekerja

berdasarkan mekanisme antagonis yang dimilikinya hal ini dikarenakan

Trichoderma sp merupakan cendawan parasit yang dapat menyerang dan

mengambil nutrisi dari cendawan lain sehingga tanaman utamanya dapat

bertumbuh dengan baik. (Wahyuno et al, 2009)


4

Maka berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian mengenai

Respon pertumbuhan tanaman Cabe rawit terhadap pemberian jamur

Trichoderma sp. hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan solusi

dalam budidaya tanaman cabe kedepannya.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dapat

diambil adalah sebagai berikut.

1. Bagaima efektivitas pertumbuhan dan perkembangan cabe rawit ketika

dilakukan penambahan Trichoderma sp pada media tanamnya?

2. Bagaimana respon petani terhadap efektivitas pertumbuhan dan

perkembangan cabe rawit ketika dilakukan penambahan Trichoderma sp

pada media tanamnya?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas pertumbuhan dan perkembangan

tanaman cabe rawit ketika dilakukan penambahan Trichoderma sp pada

media tanamnya.

2. Untuk mengetahui repons petani terhadap penambahan Trichoderma sp

pada media tanam cabe rawit


5

1.4 Manfaat
Berdasarkan Tujuan diatas agar proposal tugas akhir ini memiliki manfaat

antaralain

1. Agar petani dapat mengetahui bagaimana efektivitas pertumbuhan dan

perkembangan cabe rawit ketika dilakukan penambahan Trichoderma sp

pada media tanamnya.

2. Agar petani memiliki pengetahuan sikap dan keterampilan terhadap

efektivitas pertumbuhan dan perkembangan cabe rawit ketika dilakukan

penambahan Trichoderma sp pada media tanamnya.


6

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Aspek teknis

1. Deskripsi Tanaman Cabe Rawit


Cabai merupakan komoditas andalan Indonesia dibidang

hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat dibutuhkan

masyarakat sebagai bumbu penyedap masakan, bahan baku obat-obatan

dan zat pewarna alami. Pertumbuhan tanaman cabai sangat ditentukan

oleh tingkat adaptasi tanaman terhadap lingkungan tumbuh sesuai

dengan karekter genetik (varietas) karena setiap varietas memiliki daya

pertumbuhan yang berbeda pada tempat dan waktu yang sama (Fitria et

all, 2021).

Pertumbuhan dan komponen produksi tanaman merupakan hasil

kuantitatif yang diperoleh dari ekspresi tanaman akibat faktor

genetik dan kondisi lingkungan tumbuh tanaman Kemampuan tanaman

dalam menyesuaikan pada lingkungan tumbuh ditentukan oleh

karakterisasi dan sifat masing-masing varietas yang dapat mengatasi

perubahan lingkungan tumbuh. Setiap varietas memiliki adaptasi yang

berbeda-beda terhadap lingkungan sehingga sangat penting untuk

memperhatikan kesesuaian lingkungan tumbuh tanaman

Cabe rawit (Cap sicum sp.) adalah sayuran semusim yang termasuk

famili terung-terungan (Solanaceae). Cabe rawit merupakan komoditas yang


7

dibudidayakan dalam berbagai skala usaha. Cabe rawit juga mengandung

zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Cabe rawit

dapat dijadikan komoditas pilihan usahatani karena cabe rawit memiliki

banyak keunggulan, di antaranya memiliki nilai ekonomis yang tinggi,

multiguna dalam kehidupan sehari-hari, memiliki wilayah pemasaran yang

cukup baik, serta komoditas yang dapat dijual dalam berbagai bentuk produk

(Setiadi, 2020).

Di dalam buah cabe rawit, terkandung kapsaisin, karotenoid, alkaloid

asiri, resin, minyak atsiri, vitamin A, dan Vitamin C. Kapsaisin merupakan

suatu zat yang memberikan rasa pedas pada cabe. Zat ini berkhasiat untuk

melancarkan aliran darah serta pemati rasa kulit. Bijinya mengandung

Glikosida yang bermanfaat untuk memperkuat metabolisme tubuh, anti biotik,

serta mempercepat metabolit atau regenerasi sel (Rijai et all, 2019).

Semprotan cabe yang berbahan aktif capsaicin digunakan secara luas untuk

perlindungan pribadi. Cabe rawit merah juga dapat digunakan sebagai obat .

Yang paling banyak digunakan adalah sebagai salep untuk meringankan

nyeri otot, sendi, dan sakit gigi, untuk mengobati batuk, asma, dan sakit

tenggorokan, sebagai stimulan, dan untuk mengobati sakit perut (Rawit et all,

2019).

Salah satu upaya meningkatkan produksi tanaman cabai rawit adalah

dengan cara menanam di dalam polybag. Keuntungan yang diperoleh dari


8

budidaya cabai umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya

sayuran lain. Tanaman Cabai pun kini menjadi komoditas ekspor yang

menjanjikan (Sholihah et al. 2020).

2. Trichoderma sp

Trichoderma sp adalah salah satu jenis jamur antagonis yang umum

diaplikasikan sebagai pengendali patogen tular tanah (agensia hayati)

sekaligus berperan sebagai mikroorganisme pengurai (biodekomposer)

bahan organik seerta dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Selain itu,

agens hayati jenis Trichoderma sp mempunyai mekanismekerja yang lebih

baik dibandingkan dengan Agensia hayati lainnya. Diketahui Trichoderma

sp mampu bertahan hidup dan menguasai ruang tumbuh dengan baik

sehingga mempunyai tingkat kompetisi yang tinggi jika berkembang biak

pada lingkungan tumbuh yang sama dengan patogen (Fitria et all, 2021).

Trichoderma sp. memiliki sifat antagonistik yang kuat dalam

menghambat pertumbuhan jamur patogen. Kemampuan penghambatan

Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan jamur patogen dapat dikaitkan

dengan kemampuan Trichoderma sp. sebagai penghasil enzim kitinase

(Rahmiati et al., 2020).

Selain efek biokontrol patogen, menurut menurut David vernando

(2019) Trichoderma sp memberikan manfaat lain bagi tanaman melalui

dekomposisi bahan organik, diketahui bahwa Trichoderma sp dapat


9

melepaskan nutrisi dalam bentuk yang bisa dengan mudah di serap tanaman

yaitu melalui aktivitas pelarutan fosfat dalam tanah, hal itulah yang menjadi

pendorong pertumbuhan dan perkembangan tanaman, Trichoderma sp juga

diketahui dapat menghasilkan metabolit yang merangsang proses

perkembangan tanaman , dan kemampuan untuk berkembang biak di dalam

tanah. Adapun beberapa zat yang dihasilkan dari pelarutan Trichoderma sp

dalam tanah yaitu seperti auksin, giberelin dan sitokinin yang diketahui dapat

merangsang pertumbuhan tanaman. Trichoderma sp telah disorot sebagai

promotor pertumbuhan tanaman pada tanaman terong, kacang-kacangan,

kopi, tomat, kentang dan spesies tanaman lainnya

3. Media tanam cabe

Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok

tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis

tanaman yang akan ditanam. Secara umum, dalam menentukan media

tanam yang tepat media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah

sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan

unsur hara.

Media tanam yang baik untuk tanaman cabe ialah media tanam dengan

kondisi yang gembur hal ini bertujuan agar pertumbuhan akar tanaman dan

perkembangan tanaman dapat lebih maksimal. Media tanam harus memenuhi

syarat: dapat menyediakan ruang bagi perkembangan akar tanaman, gembur

agar akar tanaman lebih mudah berkembang dan menyerap nutrisi untuk
10

tanaman, dapat menyimpan kebutuhan air bagi tanaman dan memiliki

pembuangan air yang baik saat ketersediaan air berlebih, mengandung

humus dan unsur hara sebagai kebutuhan nutrisi tanaman, tidak mengandung

benih penyakit dan hama yang dapat menyerang tanaman di kemudian hari

(Ariyanto, 2019).

Ketersediaan hara dapat diberikan berupa pupuk organik dan atau

diberi campuran pupuk anorganik. Media tanam yang termasuk dalam

kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup,

misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit

kayu. Media tanam berbahan dasar organik mempunyai banyak keuntungan

dibandingkan media tanah, yaitu kualitasnya tidak bervariasi, bobot lebih

ringan, tidak mengandung inokulum penyakit, dan lebih bersih. Penggunaan

bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibanding dengan

bahan anorganik. Hal itu disebabkan bahan organik mampu menyediakan

unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-

pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang

dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi. (Dalimoenthe,

2019).

Bahan organik sebagai media tumbuh akan mengalami proses

pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan mikroorganisme membentuk

kompos. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air

(H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara
11

yang dapat diserap tanaman sebagai zat makanan. Selain itu, kelebihan dari

penggunaan pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang pada media

tanam mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat

tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis (Dalimoenthe, 2019).

B. Aspek Penyuluhan

1. Penyuluhan pertanian

Pengertian penyuluhan pertanian kemudian dikembangkan lagi

dengan terbitnya Undang Undang RI Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem

Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan menyatakan bahwa

penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama

agribisnis agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya

mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya,

sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,

pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam

pelestarian lingkungan hidup.

Penyuluhan pertanian dapat juga diartikan sebagai sistem

pembelajaran luar sekolah (non formal) untuk para petani dan keluarganya

(ibu tani dan petani muda) dengan tujuan agar mereka mau dan mampu,

sanggup dan berswadaya meningkatkan kesejahteraan sendiri serta

masyarakatnya (Padmanagara, 2012).

2. Tujuan penyuluhan
12

Tujuan penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku petani dan

anggota keluarganya yaitu mengubah pengetahuan, sikap, dan tata nilai,

serta keterampilannya. Perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan ini

akan merupakan pintu gerbang terjadinya penghayatan atau penerapan dari

inovasi pertanian yang disuluhkan atau yang menjadi misinya. Tanpa terjadi

perubahan perilaku tidak akan terjadi proses penghayatan atau penerapan

dalam diri petani dan anggota keluarganya (Padmowihardjo, 2002).

3. Materi penyuluhan

Materi penyuluhan merupakan materi pokok yang harus diberikan

sebagai bahan penumbuhan minat responden yang diperlukan oleh petani,

sesuai dengan tingkat pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan, serta

dapat menguntungkan secara ekonomis (Mardikanto, 2014).

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 Pasal 28 ayat (1),

materi penyuluhan dalam bentuk teknologi tertentu yang akan disampaikan

kepada pelaku utama dan pelaku usaha harus mendapat rekomendasi dari

lembaga pemerintah, kecuali teknologi yang bersumber dari pengetahuan

tradisional. Materi penyuluhan harus berangkat dari kebutuhan yang

dirasakan (felt need) terutama menyangkut :

a. Kegiatan yang sedang dan akan segera dilaksanakan

b. Masalah yang sedang dan akan dihadapi

c. Perubahan-perubahan yang diperlukan / diinginkan (Mardikanto, 2010).

4. Metode penyuluhan
13

Metode penyuluhan yang akan dipilih harus selalu disesuaikan dengan

karakteristik penerima manfaatnya, sumber daya yang tersedia atau yang

dapat dimanfaatkan serta keadaan lingkungan (termasuk tempat dan waktu)

diselenggarakan kegiatan penyuluhan tersebut. Menurut peraturan Menteri

Pertanian Nomor 52 Tahun 2009, pertimbangan yang akan digunakan dalam

pemilihan metode penyuluhan pertanian pada dasarnya dapat digolongkan

menjadi 5 yaitu :

a. Tahapan dan kemampuan adopsi

b. Sasaran

c. Sumber daya

d. Keadaan daerah

e. Kebijakan pemerintah.

Metode yang sering digunakan dalam pendekatan dengan petani yaitu:

a. Metode penyuluhan massal, metode ini digunakan untuk menjangkau

sasaran yang lebih luas dan banyak, biasanya menggunakan media

seperti radio, televisi, slide, dan surat kabar.

b. Metode kelompok, metode ini diarahkan pada kegiatan kelompok untuk

melaksanakan kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama .

Metode ini biasa menggunakan media pertemuan atas dasar kerjasama

dalam kegiatan seperti kursus, latihan, diskusi, dan demonstrasi cara,

Metode kelompok diarahkan untuk tahap menilai dan mencoba.

c. Metode perorangan, didasarkan atas hubungan langsung penyuluh


14

dengan sasaran, hal ini dilakukan untuk membuat petani merasa dihargai

oleh petugas, sehingga petani akan lebih bebas dan terbuka untuk

membicarakan persoalannya secara pribadi serta kunjungan rumah dan

kunjungan usaha tani sehingga menciptakan rasa kekeluargaan.

5. Media penyuluhan

Media penyuluhan pertanian adalah segala bentuk benda yang berisi

pesan atau informasi yang dapat membantu kegiatan penyuluhan pertanian

(Anonim, 2010). Jenis-jenis media penyuluhan dapat dibedakan menjadi

empat, yaitu :

a. Benda sesungguhnya dan tiruan, seperti benda sesungguhnya, maket

dan lain-lain

b. Tercetak, seperti poster, folder, diagram, buku dan lain-lain

c. Audio, seperti kaset, dan lain-lain

d. Audio visual, seperti film, vidio, televisi dan lain-lain.

Penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan

bagi petani untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya

lebih baik, dan meningkatkan penampilan dalam melakukan keterampilan

sesuai dengan yang menjadi tujuan penyuluhan.

6. Teknik penyuluhan pertanian

Penyampaian pesan secara lisan pada suatu kelompok masa

merupakan hal penting. Orang-orang yang mahir berbicara bukan hanya


15

mudah menguasai masa tetapi juga akan mendapatkan keberhasilan

(Mardikanto, 2003). Oleh karena itu, teknik penyuluhan pertanian adalah

keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh pertanian dalam memilih

serta menata simbol dan isi pesan, menentukan pilihan cara dan frekuensi

penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan.

7. Evaluasi penyuluhan

Evaluasi adalah suatu proses pengambilan keputusan dengan

menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar,

baik yang menggunakan instrumen tes dan non tes. Evaluasi penyuluhan

pertanian adalah sebuah proses yang sistematis untuk memperoleh informasi

yang relevan tentang sejauh mana tujuan program penyuluhan pertanian

disuatu wilayah dapat dicapai dan menafsirkan informasi atau data yang

didapat sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan kemudian digunakan untuk

mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program

penyuluhan yang dilakukan (Padmowihardjo, 2002).

C. Kerangka pikir

Salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani adalah

inovasi teknologi. Penerapan penggunaan Trichoderma Sp dalam budidaya

tanaman cabai dinilai masih sangat kurang. Melihat realita yang ada

sekarang masih banyak petani yang belum mengenal tentang Penerapan

penggunaan Trichoderma Sp dalam budidaya tanaman cabe. Oleh karena


16

itu, perlu dilakukan kajiwidya yang kemudian melakukan penyuluhan kepada

petani sesuai dengan metode yang dibutuhkan untuk meningkatkan

pengetahuan dan sikap petani. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada

gambar 1

Penambahan Trichoderma Sp Pada Media Tanam Untuk


Menunjang Pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum Sp)

Masalah Tujuan
1. 1.
Bagaima Agar petani
evektifitas dapat
pertumbuhan bagaimana
mengetahui dan evektifitas
evektifitas pertumbuhan dan perkembangan cabe
perkembangan cabe rawit ketika dilakukan
rawit ketika dilakukan penambahan Trichoderma sp
penambahan Trichoderma sp pada media
pada media tanamnya.
tanamnya?
2. Agar petani memiliki pengetahuan sikap dan
2. Bagaimana respon petani terhadap evektifitas
keterampilan terhadap evektifitas pertumbuhan dan
pertumbuhan dan perkembangan cabe rawit ketika
perkembangan cabe rawit ketika dilakukan
dilakukan penambahan Trichoderma sp pada
penambahan Trichoderma sp pada media tanamnya.
media tanamnya?
17

Pelaksanaan Kajiwidya

Hasil Kajiwidya

Tidak teradopsi evaluasi Diadopsi

D. Hipotesis
1. Diduga adanya pengaruh pada tanaman cabe terhadap penambahan

Trichoderma sp pada media tanamnya.

2. Diduga terdapat perubahan pengetahuan dan sikap pada petani

terhadap penggunaan Trichoderma Pada Tanaman Cabe Rawit.


18

III. METODE PELAKSANAAN

A. Kajian

1. Tempat dan Waktu

Kaji Widya ini direncanakan akan dilakukan di lahan praktek kampus I

Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa. Waktu pelaksanaan berlangsung

pada bulan April-juni 2023 Penyuluhan dilaksanakan di kelompok Tani

Kamboja desa Kalukuang, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar,

Profinsi Sulawesi Selatan.


19

2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag ukuran 45 x

45 cm, jangka sorong, cangkul, baki semai, dan timbangan. Bahan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Trikoderma, benih cabe rawit, air

bersih dan tanah

3. Pelaksanaan Kajian

a. Metode Pelaksanaan Kajian

Kaji widya ini dilakukan secara eksperimen menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan

sehingga terdapat 24 sampel pengamatan, kemudian dilakukan perlakuan

dengan melakukan penambahan Trichoderma sp dengan dosis yang

berbeda-beda. Susunan perlakuan adalah sebagai berikut:

K0 : Tanpa penambahanTrichoderma sp

k1 : Dilakukan penambahan 25 gram Trichoderma sp / polibag

K2 : Dilakukan penambahan 50 gram Trichoderma sp / polibag

K3 : Dilakukan penambahan 75 gram Trichoderma sp / polibag

k4 : Dilakukan penambahan 100 gram Trichoderma sp / polibag

1) Pemilihan Bibit cabe Rawit

Bibit cabai rawit yang dipilih adalah bibit yang baik dengan ciri ciri

antara lain: telah berumur 28 hari setelah semai, memiliki daun sebanyak 5-6
20

helai, memiliki batang yang kokoh, tinggi tanaman yang seragam yaitu 8-

10cm, Bersih, sehat, serta tidak ada tanda serangan hama ataupun penyakit.

2) Pembuatan Trichoderma

 Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam pembuatan Trichoderma sp ini antaralain sarung

tangan, tupperware dengan ukuran tinggi 5cm lebar 7x7cm, dan kain

penutup. Bahan yang digunakan antaralain nasi, dan biang Trichoderma sp

sebanyak 50gram/Tupperware.

 Cara pembuatan

- Ambil nasi yang telah disiapkan lalu dibulatkan seukuran jempol orang

dewasa.

- Masukan nasi yang telah dibulatkan ke dalam Tupperware lalu

tambahkan biang Tricoderma dengan cara di sebarkan ke permukaan

nasi yang telah di siapkan tadi

- Tutup Tupperware lalu bungkus dengan kain penutup kemudian simpan

di tempat yang lembab agar jamur Tricoderma sp dapat dengan mudah

berkembang biak.

- Setelah 6-7 hari maka akan muncul jamur berwarna hijau yang

menandakan bahwa Biakan Trichoderma yang kita buat telah berhasil

dan siap untuk di aplikasikan ke tanaman.

3) Persiapan Media Tanam


21

Media tanam dibersihkan terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran

yang tercampur dengan tanah. Kemudian campurkan tanah dengan dengan

pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 lalu masukan kedalam polibag

berukuran 45x45 cm.

4)Penanaman cabe Rawit

Penanaman cabe rawit dilakukan pada pagi hari sekitar jam 7-9 pagi

saat matahari belum terlalu terik, hal ini dimaksudkan agar tanaman tidak layu

saat di tanam pada media tanamnya. Sebelum melakukan penanaman

pertama tama buat lobang tanam dengan dalam 5cm kemudian masukan

Trichoderma sp sesai dengan dosis perlakuan pada lobang tanam lalu

masukan bibit cabe rawit dan timbun pangkal batang cabe rawit dengan tanah

agar tanaman tetap kokoh.

5) Pemeliharaan

Pemeliharaan cabe rawit yaitu dengan melalukan penyiraman

sebanyak 2x sehari pada pagi dan Sore hari, Penggemburan tanah dilakukan

setiap 2-3 hari sekali agar penyerapan air dan unsur hara pada tanah oleh

tanaman dapat terserap dengan baik, penyiangan dilakukan dengan cara

mencabut setiap rumput yang tumbuh pada media tanam.

Parameter Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan interval 1 minggu sekali selama 50 hari

sejak pindah ke polibag. Adapun parameter yang diukur yaitu:


22

1) Tinggi tanaman

Metode pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur

pada awal dan akhir pengaplikasian. Hasil pengukuran awal bandingkan

dengan hasil pengukuran akhir

2) Jumlah daun

Jumlah daun dihitung secara manual dengan cara menghitung

setiap1x daun yang tumbuh dari masing-masing perlakuan.

3) Diameter batang

Pengukuran diameter batang dilakukan dengan cara

menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter batang ini dilakukan

pada akhir penelitian.

4) Pembungaan

Pengukuran ini dilakukan dengan cara menghitung bunga yang

muncul dari masing-masing perlakuan. Hal ini dimaksudkan agar kita

dapat mengetahui dosis manakah yang evektif untuk menunjang produksi

tanaman cabe rawit.

B. Teknik Pengumpulan Data

1) Obserfasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan langsung

terhadap kondisi obyek Kajiwidya.

2) Wawancara, Yaitu pengumpulan data melalui pertemuan untuk

menggali informasi kepada responden selama berlangsungnya

kegiatan Kajiwidya.
23

3) Kuesioner, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana pengetahuan dan sikap responden tentang materi yang di

sampaikan.

4) Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang relevan dengan penelitian

yang tersedia pada instansi atau lembaga yang terkait serta

pengambilan gambar di lapangan.

C. Aspek penyuluhan

1) Desain Penyuluhan

Desain penyuluhan merupakan alat bantu bagi penyuluh sebelum

melakukan penyuluhan dengan melihat pertimbangan berbagai aspek

analisis kebutuhan, masalah, tujuan yang ingin dicapai, metode serta teknik

penyuluhan yang akan digunakan agar proses penyuluhan dengan materi

Penambahan Trichoderma sp pada media tanam untuk menunjang

pertumbuhan tanaman. dapat diserap oleh sasaran secara maksimal.

2) Identifikasi keadaan dan potensi wilayah

Identifikasi potensi wilayah dilakukan untuk mendapatkan data

keadaan wilayah dengan menggunakan data primer maupun data sekunder.

Data primer diperoleh di lapangan baik dari petani maupun masyarakat,


24

sedangkan data sekunder diperoleh dari monografi Desa/Kecamatan/BPP

dan atau dari sumber-sumber lain yang relevan.

3) Identifikasi petani responden

Identifikasi petani sasaran dilakukan untuk mengetahui karakteristik

petani yang mencakup jumlah petani berdasarkan kelompok umur, tingkat

pendidikan dan pengetahuan.

4) Penentuan lokasi penyuluhan

Penentuan petani responden atau sampel dalam evaluasi penyuluhan

pertanian mengacu pada keterwakilan dari petani/kelompok tani yang berada

di wilayah Desa/Kelurahan yang merupakan sasaran penyuluhan.

Responden yang akan digunakan dalam penyuluhan adalah 25 orang

responden pada kelompok tani Kamboja. Metode pengambilan responden

yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu dengan cara sensus yang

dimana semua anggota kelompok tani menjadi sampel yang berjumlah 25

orang.

D. Penetapan materi dan metode penyuluhan

Penetapan materi penyuluhan pertanian yang harus dipertimbangkan

adalah dari segi aspek teknis, karakter petani, ekonomi serta lingkungan

yang ada. Materi penyuluhan yang dibawakan dalam kegiatan penyuluhan

adalah Penambahan Trichoderma sp pada media tanam untuk menunjang

pertumbuhan tanaman. Metode yang akan digunakan yaitu metode


25

pendekatan individu dan kelompok terhadap sasaran. Kegiatan penyuluhan

diperlukan alat bantu yaitu folder,kuesioner dan benda sesungguhnya. Hal ini

dilakukan sebagai upaya untuk memberikan gambaran dan meyakinkan

petani dalam menggunakan Trichoderma dalam budidaya tanaman, sehingga

diharapkan petani mau menerapkannya.

E. Pelaksaan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan dimulai dengan mempersiapkan Lembar

Persiapan Menyuluh (LPM) sebagai materi yang akan disampaikan nantinya,

sinopsis dan juga kuesioner sebagai alat ukur untuk mengetahui

pengetahuan dan sikap petani tentang materi yang disampaikan. Media yang

digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan berupa media cetak serta bendah

sesungguhnya. Adapun metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan

penyuluhan yaitu ceramah dan diskusi.

F. Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau

membuat keputusan, sampai sejauh mana tujuan penyuluhan telah tercapai.

Kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana perubahan

pengetahuan sikap dan keterampilan responden. Teknik pengumpulan data

mengajukan pertanyaan terdiri dari 14 pertanyaan yang masing-masing

aspek, terdiri dari 12 pertanyaan dengan kriteria.


26

Hasil penilaian tes awal dan terakhir diberi actor dengan ketentuan

sebagai berikut: opsi (a) nilai 4, opsi (b) nilai 3, opsi (c) nilai 2 dan opsi (d)

nilai1. Evaluasi dilakukan untuk mengukur pengetahuan dan sikap kepada

petani yang digunakan berupa pertanyaan (kuesioner) kepada petani,

kemudian untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap responden maka

digunakan analisis rating scale atau skala nilai. Adapun untuk mengukur

tingkat pengetahuan dan sikap petani dapat dihitung menggunkan rumus

yaitu:

Jumlah Skor
Peningkatan Aspek = ×100 % … … … … ..
Nilai Tertinggi

Untuk mengetahui efektivitas penyuluhan digunakankriteria persentase


efektivitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Ps−Pr
Efektivitas Penyuluhan= ×100 % … . .
N 4 Q−Pr

Keterangan: Ps = Tes akhir (Post test)

Pr = Tes awal (Pree tes)

N = Jumlah respoden

4 = Nilai tertinggi

Q = Jumlah pertanyaan
Ps–Pr = Peningkatan pengetahuan
N.4.Q = Nilai kesenjangan

Maka kriteria persentase efektivitas penyuluhan adalah sebagai berikut:

≤ 25 % = Kurang efekiif
27

26–50 % = Cukup efektif

51-75 % = Efektif

>76-100 % Efektif = Sangat Efektif (Padmowihardjo, 2002).

G. Devinisi Oprasional
1) Agensia adalah mikroorganisme yang mengintervensi / menghambat

pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan.

2) Aprofit merupakan suplemen yang mengandung ekstrak tribulus

terestris, selenium, dan zink sebagai zat aktifnya

3) Arivulen adalah kemampuan mikroorganisme patogenik untuk

menyebabkan kerusakan pada inang.

4) Biocontrol adalah pengendalian organisme pengganggu tumbuhan

(OPT) oleh musuh alami atau agensia pengendali hayati.

5) Dekomposisi merupakan salah satu perubahan secara kimia yang

membuat objek, biasanya makhluk hidup yang mati dapat mengalami

perusakan susunan/struktur yang dilakukan oleh dekomposer atau

media pembusukan

6) Fluktuasi merupakan perubahan harga khusus yang disebabkan oleh

mekanisme pasar yang perubahannya berupa kenaikan maupun

penurunan nilai harga itu sendiri yang bisa digambarkan secara

grafikal
28

7) Metabolisme adalah proses ketika tubuh mengubah makanan dan

minuman yang dikonsumsi menjadi energi.

8) Patogen adalah organisme yang dapat menyebabkan gangguan

kesehatan. Patogen memerlukan inang di untuk berkembang dan

bertahan hidup.

9) Trichoderma sp merupakan salah satu jamur penghuni tanah yang

berfungsi sebagai pupuk biologis dan agensia pengendali hayati

terhadap mikroba lainnya khususnya dari kelompok penyakit patogen

tanaman.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daftar pustaka

Alfizar, M& Susanti, F. (2013). Kemampuan Antagonis Trichoderma


spTerhadap Beberapa Jamur Patogen In Vitro. J. Floratek,(8): 45-51.
29

Ariyanto, Shodiq Eko, and Nova Laili Wisuda. "Peningkatan Pendapatan


Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi Budidaya Cabe di
Pekarangan." Muria Jurnal Layanan Masyarakat 1.1 (2019)
Camargo-Cepeda, David Fernando, dan Edwin Ricardo Avila (2014).
"Pengaruh Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan dan
perkembangan kacang polong (Pisum sativum L.)." Sains dan
Pertanian
Dalimoenthe, Salwa Lubnan. "Pengaruh media tanam organik terhadap
pertumbuhan dan perakaran pada fase awal benih teh di
pembibitan." Jurnal Penelitian Teh dan Kina 16.1 (2013): 1-11.
Gusnawaty hs, 2014. "Karakterisasi Morfologis Trichoderma Spp. Indigenus
Sulawesi Tenggara." Jurnal Agroteknos.
Harman, G.E., C. R. Howell., A.Viterbo., I. Chet., and M. Lorito.2004. Review:
Trichoderma Species-Opportunistic, Avirulent Plant Symbionts.
Departments of Horticultural Sciences and Plant Pathology. Cornell
University. USA.
Harpems. A, Dermuwan. R. 2009, Budi Daya Cabai Unggul, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Melysa, F.N., Suharjono & Dwiastuti, M. E. (2013). Potensi Trichoderma sp.
sebagai Agen Pengendalian Fusarium sp. Patogen Tanaman
Strawberry (Fragaria sp.). Jurnal Biotropika, 1(4): 177-181
Mardikanto,T.(2014).CSR(Corporate Social Responsibility)(tanggungjawab
sosial korporasi). Bandung: Alfabeta.

Padmowihardjo, S. 2002. Evaluasi Penyuluhan Pusat. Universitas Terbuka.


Jakarta

Padmanagara. 2012. Penyuluhan Pertanian Pengabdi Petani Sepanjang


Hayat, Cet.1. Jakarta: PT Duta Karya Swasta.

Rahmiati, R., Karim, A. & Fauziah, I. (2020). Isolasi Dan Uji


Antagonis Trichoderma Terhadap Fusarium Oxysporum Secara
In Vitro.JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences),6(1):18-22.
Rawit, Tanaman Cabe, and Muhammad Hatta. 2011. “Muhammad Hatta
(2011) J.
30

Rijai, Laode. "Senyawa glikosida sebagai bahan farmasi potensial secara


kinetik." Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry 3.3 (2016): 213
Setiadi 2006. Bertanam Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya
Sholihah, Siti M., Luluk Syahr Banu, Ani Nuraini, and Petrus Amrih Piguno.
2020. “Kajian Perbandingan Analisa Usaha Tani Serta Produktivitas
Tanaman Cabai Rawit Di Dalam Polibag Dan Di Lahan Pekarangan.”
Jurnal Ilmiah Respati
Suwahyono, U. 2009. Biopestisida.PT. Niaga Swadaya. Jakarta

Wahyuno D, Manohara D, dan Mulya K. 2009. Peranan bahan organik pada


pertumbuhan dan daya antagonisme Trichoderma harzianum dan
pengaruhnya terhadap P. capsici. pada tanaman lada.

Wiryanta 2006. Bertamam Cabai pada Musim Hujan. Agromedia


Tanggerang.
31

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai