Anda di halaman 1dari 23

PEMBUATAN HAND SANITIZER ALAMI MENGGUNAKAN GEL

LIDAH BUYA (ALOE BARBADENSIS MILLER) DAN EKSTRAK JAHE


MERAH (ZINGIBER OFFICINALE VAR RUBRUM)

Gagasan Ilmiah
Oleh

Yolanda Devia Aprilia


1707113919

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2020
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis ungkapkan kepada Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan gagasan ilmiah ini sesuai
pada waktunya dengan judul “Pembuatan Hand Sanitizer Alami Menggunakan
Gel Lidah Buya (Aloe Barbadensis Miller) Dan Ekstrak Jahe Merah (Zingiber
Officinale Var Rubrum)“

Pembuatan gagasan ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dosen yang telah
membimbing penulis dan teman-teman yang telah memberikan dukungan. Penulis
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan gagasan ilmiah ini.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga gagasan ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi peneliti dan para pembaca pada umumnya, Amin.

Pekanbaru
13 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBARvi
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI 4
2.1 Antimikroba4
2.1.1Definisi Antimikroba 4
2.1.2 Mekanisme Kerja Antimikroba 5
2.2 Patogenesis Kulit Infeksi 5
2.3 Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum) 6
2.3.1Morfologi (Zingiber officinale var rubrum) 7
2.3.2 Kandungan (Zingiber officinale var rubrum) 7
2.4 Lidah Buaya (Aloe barbonesis miller) 8
2.4.1 Kandungan Lidah Buaya (Aloe barbonesis miller) 8
BAB III METODE PENULISAN 10
3.1 Metode Pengumpulan Data 10
3.2 Kerangka Gagasan 10
BAB IV PEMBAHASAN 12
4.1 Tahapan Prosedur Pembuatan 12
4.1.1 Persiapan Bahan dan Alat 12
4.2 Prosedur Pembuatan 12
4.2.1 Pembuatan Ekstrak Jahe Merah 13
4.2.2 Pembuatan Gel Antiseptik Lidah Buaya 13
4.3 Pengumpulan Data dan Analisis Data 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 16
5.1 Kesimpulan 16
5.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Jahe Merah.........................................................................14


Gambar 2.2 Gambar Tanaman Lidah Buaya.......................................................16

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Uji Fitokimia Etanol Jahe Merah..........................................................14

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada akhir tahun 2019 dunia dihebohkan dengan wabah coronavirus atau
dikenal sebagai wabah CoVid-1. Penyakit ini disebabkan oleh coronavirus jenis
baru yang dinamkan SARS-CoV-2. CoVid-19 pertama kali dideteksi di Kota
Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019. Dikutip dari CNN,
sebanyak 2.112 korban meninggal terdapat di China daratan. Di Indonesia sendiri
wabah coronavirus sudah menyebar dan ada beberapa orang yang sudah menjadi
korban.
World Health Organization (WHO) melalui keterangan tertulisnya
mengatakan penularan COVID-19 serupa dengan penularan flu. Virus corona ini
bisa menular ketika seseorang yang menderita COVID-19 batuk atau
menghembuskan napas dan mereka melepaskan tetesan cairan yang terinfeksi.
Kebanyakan tetesan ini jatuh pada permukaan dan benda di dekatnya seperti meja,
meja, atau telepon. Orang yang sehat bisa terinfeksi COVID-19 dengan
menyentuh permukaan atau benda yang terkontaminasi kemudian menyentuh
mata, hidung, atau mulut. Beberapa upaya dikerahkan pemerintah untuk
mencegah ataupun mengantisipasi diri terhadap coronavirus, salah satunya adalah
dengan mejaga kebersihan tangan. Masyarakat tidak sadar bahwa dalam
beraktivitas, tangan seringkali terkontaminasi dengan mikroorganisme yang
berbahaya bagi tubuh. Mikroorganisme seperti baketri ataupun virus berpotensi
menjadi patogen jika jumlahnya melebihi batas dan akan menjadi bahaya bagi
manusia. Mencuci tangan dapat menurunkan jumlah bakteri sampai dengan 58%.
Masyarakat sering menggunakan gel antiseptik sebagai media pencuci tangan
(hand sanitizer) untuk menggantikan sabun dan air agar lebih praktis.
Pemakaiannya yang efektif dan efisien menjadi daya tarik utama dari hand
sanitizer. Bahan aktif dari hand sanitizer umumnya senyawa golongan alkohol
dengan konsentrasi ± 60% sampai 80% dan golongan fenol (triklosan) sehingga
memiliki mekanisme kerja dengan cara mendenaturasi dan mengkoagulasi protein
sel kuman.

1
2

Penggunaan hand sanitizer dapat menimbulkan iritas, kulit terbakar jika


digunakan secara berulang-ulang dan juga sebuah penelitian menyatakan bahwa
penggunaan hand sanitizer memudahkan penyerapan BPA (bhisphenol-A) dari
kertas struk bukti belanja berjenis thermal paper (Hormann et, al. 2014). Salah
satu upaya untuk mengurangi pemakaian bahan kimia berupa alkohol dan
triklosan yang terkandung dalam produk antiseptik hand sanitizer, maka
dilakukan inovasi produk antiseptik hand sanitizer dengan menggunakan ekstrak
tanaman yang ada di alam yang mengandung sifat antibakteri, misalnya daun
mangga, daun serai, lidah buaya dan jahe merah. Berdasarkan hasil penelitian
dilaporkan bahwa lidah buaya (aloe vera) memiliki kandungan saponin,
flavonoid, polifenol, serta tanin yang mempunyai kemampuan untuk
membersihkan dan bersifat antiseptik (Dewi et.al, 2016). Rimpang jahe merah
mengandung gingerol yang memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri,
antiinflamasi, antikarsinogenik, antimutagenik, antitumor (Kim et.al, 2005).
Kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman jahe-jahean terutama dari
golongan flavonoid, fenol, terpenoid, dan minyak atsiri. Hal ini menjadikan latar
belakang pembuatan hand sanitizer alami dengan mengurangi resiko kerusakan
pada kulit.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat keterkaitan antara aktivitas antibakteri
rimpang jahe merah dan lidah buaya buaya dengan formula hand sanitizer yang
banyak digunakan dalam bidang kedokteran dan kehidupan sehari – hari. Maka,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tersebut tentang pembuatan hand
sanitizer alami tanpa penambahan antibakteri kimia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam karya tulis
saya adalah bagaimana pemanfatan hand sanitizer yang tidak merusak kulit
dengan menggunakan bahan alami yaitu gel lidah buaya dan ektrak jahe merah
serta mengetahui bagaimana pembuatan hand sanitizer yang dapat dicontoh oleh
masyarakat dengan bahan baku yang mudah di temukan dan tidak mengeluarkan
banyak biaya dalam proses pembuatannya.
3

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan dari
penulisan karya ilmiah ini adalah dapat mengetahui bagaimana proses
pembuatan serta pemanfaatan hand sanitizer alami serta mengetahui
kandungan yang terdapat pada lidah buaya dan eksrak jahe merah
sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat dengan aman secara berulang
kali tanpa takut terkontaminasi zat kimia berbahaya. Dan juga dapat
diproduksi secara luas guna menigkatkan perekonomian petani maupun
masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Antimikroba
2.1.1 Definisi Antimikroba
Antimikroba adalah bahan-bahan atau obat-obat yang digunakan untuk
memberantas infeksi mikroba pada manusia. Obat -obat yang digunakan untuk
membasmi mikroorganisme yang menyebabkan infeksi pada manusia, hewan
ataupun tumbuhan harus bersifat toksisitas selektif artinya obat atau zat tersebut
harus bersifat sangat toksis terhadap mikroorganisme penyebab penyakit tetapi
relatif tidak toksis terhadap jasad inang atau hospes (Djide, 2008).
Antimikroba dapat bersifat:
a. Bakteriostatika, yaitu zat atau bahan yang dapat menghambat atau
menghentikan pertumbuhan bakteri tetapi tifak menyebabkan kematian seluruh
bakteri.
b. Bakteriosida, yaitu zat atau bahan yang dapat membunuh mikroorganisme
(bakteri) tetapi tidak menyebabkan lisis atau pecahnya sel bakteri (Djide, 2008).
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti
bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang.
Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut; ini berarti
bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang,
dapat merusak parasit.
Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat
mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic).
2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme patogen.
3. Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada
host, seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya .
4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti
flora usus atau flora kulit.

4
5

2.1 2 Mekanisme Kerja Antimikroba


Antimikroba mempunyai mekanisme kerja antara lain sebagai berikut:
a. Denaturasi protein
Turunan alkohol, halogen dan halogenator, senyawa merkuri, peroksida,
turunan fenol dan senyawa amonium kuartener bekerja sebagai antiseptika dan
desinfektan dengan cara denaturasi dan konjugasi protein sel bakteri (Djide,
2008).
b. Mengubah permaebilitas membran sitoplasma bakteri
Mengubah permeabilitas membran sitoplasma bakteri yang sifatnya
semipermeabel dan mengendalikan transport berbagai metabolit ke dalam dan ke
luar sel. Adanya gangguan atau kerusakan struktur pada membran plasma dapat
menghambat atau merusak kemampuan membran plasma sabagai penghalang
(barrier) osmosis dan mengganggu sejumlah proses biosintesis yang diperlukan
dalam membran yang menyebabkan bocornya konstituen sel yang
esensial,sehingga bakteri mengalami kematian (Djide, 2008).
c. Penghambatan terhadap sintesis dinding sel
Antimikroba golongan ini dapat menghambat sintesis atau menghambat
aktivitas enzim yang dapat merusak dinding sel mikroorganisme.Yang temasuk
golongan ini antara lain: Penisilin, Sefalosporin, Vankomosin, Sikloserin,
Basitrasin (Djide, 2008). Mekanisme kerjanya adalah dapat mencegah ikatan
silang peptidoglikan pada tahap akhir sintesis dinding sel, yaitu dengan cara
menghambat protein pengikat penisilin. Protein ini mer pakan enzim dalam
membran plasma sel bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam
amino yang berikatan silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan
memblok aktivasi enzim transpeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-
polimer gula panjang yang membentuk dinding sel bakteri sehingga dinding sel
menjadi rapuh dan mudah lisis (Pratiwi, 2008).
2.2 Patogenesis Kelainan Kulit karena Infeksi
Menurut (Sari, 2001) Patogenesis kelainan kulit yang ditimbulkan infeksi
dapat dibagi dalam 3 kategori:
1. Mikroorganisme patogen dari aliran darah menyebabkan infeksi sekunder
pada kulit.
6

Kelainan kulit pada keadaan ini dapat langsung akibat mikroorganisme


patogen itu pada epidermis, dermis, atau endotel kapiler dermis, atau dapat
disebabkan respons imun antara organisme dan antibodi atau faktor selular pada
kulit. Tahap pertama pertahanan adalah mekanisme antibakteri yang tidak
tergantung dari pengenalan antigen. Kulit dan permukaan epitel mempunyai
sistem non-spesifik atau innate protective system yang membatasi masuknya
organisme invasif. Asam lemak yang dihasilkan kulit juga bersifat toksik terhadap
banyak organisme. Kulit merupakan barier fisik yang dapat mempertahankan
tubuh dari agen patogen. Apabila terdapat kerusakan kulit, maka kulit akan
mempertahankan tubuh dengan proses imunologik yang cepat terhadap agen
patogen tersebut dan mengeluarkan mikroorganisme tersebut dari epidermis dan
dermis. Sistem imun berkembang dengan fungsi yang khusus dan bekerja pada
kulit.
2. Penyebaran toksin spesifik yang berasal dari mikroorganisme patogen
menyebabkan kelainan pada kulit.
Infeksi mikroorganisme pada daerah lokal, namun toksin yang dibebaskan
mencapai kulit melalui aliran darah. Seperti diketahui bakteri mempunyai banyak
antigen permukaan yang berbeda dan mengeluarkan bermacam-macam faktor
virulen (misalnya toksin) yang dapat merangsang respons imun. Contoh penyakit
eksantema yang disebabkan toksin ini adalah demam skarlet karena streptokokus,
toxic shock syndrome, dan lain-lain. Streptokokus merupakan kokus Gram-positif,
anaerob, menyebabkan infeksi toksigenik dan piogenik pada manusia, seperti pada
demam skarlet (eksotoksin).
3. Penyakit sistemik menimbulkan kelainan kulit karena proses imunologik.
Antigen terikat pada sel yang dapat mempresentasikan antigen seperti sel
langerhans, makrofag dan dendrosit dermis. Sel tersebut akan memproses antigen
dan mempresentasikan fragmen antigen kepada limfosit spesifik.
2.3 Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum)
Jahe merah merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk suku
Zingiberaceae dan merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang telah lama
digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (Pramitasari, 2010).
7

Gambar 2.1 Jahe Merah (Cahyadi, 2014)


2.3.1 Morfologi Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum)
Tanaman jahe merah berbatang semu, beralur dan tinggi nya sekitar 30-60
cm. Memiliki rimpang dengan bobot antara 0,5-0,7 kg/rumpun. Struktur rimpang
jahe merah, kecil berlapis-lapis dan daging rimpangnya berwarna merah jingga
sampai merah, ukuran lebih kecil dari jahe putih kecil. Diameter rimpang dapat
mencapai 4 cm dan tingginya antara 5,26-10,40 cm. Panjang rimpang dapat
mencapai 12,50 cm (Pramitasari, 2010).
Akar yang keluar dari rimpang berbentuk bulat, berdiameter antara 2,9-5,71
cm dan panjangnya dapat mencapai 40 cm. Akar yang dikumpulkan dalam satu
rumpun jahe merah dapat mencapai 300 gram, jauh lebih banyak dari jahe gajah
dan jahe emprit. Susunan daun terletak berselang-seling teratur dan berwarna
hijau muda hingga hijau tua. Panjang daun dapat mencapai 25 cm dengan lebar
antara 27-31 cm (Pramitasari, 2010).
2.3.2 Kandungan Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum)
Tanaman jahe mengandung pati, minyak atsiri, serat, sejumlah kecil protein,
vitamin, mineral, dan enzim proteolitik yang disebutzingibain. Menurut penelitian
Hernani dan Hayani (2001), jahe merah mempunyai kandungan pati (52,9%),
minyak atsiri (3,9%) dan ekstrak yang larut dalam alkohol (9,93%) lebih tinggi
dibandingkan jahe emprit dan jahe gajah. Rasa pedas dari jahe segar berasal dari
kelompok senyawa gingerol, yaitu senyawa turunan.
Komposisi kimia jahe merah terdiri dari minyak atsiri 2-4% yang
menyebabkan bau harum, dimana komponen utamanya adalah zingiberen (35%),
kurkumin (18%), farnesene (10%), serta bisabolene dan b-sesquiphellandrene
dalam jumlah kecil. Menurut Nursal dan Juwita, (2006) rimpang jahe-jahean
8

mengandung senyawa antimikroba golongan fenol, flavonoid, terpenoid dan


minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak jahe merupakan golongan senyawa
bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Rimpang jahe merah juga
mengandung minyak tidak menguap yaitu oleoresin sampai 3%, merupakan
senyawa fenol.Komponen ini merupakan pembentuk rasa pedas yang tidak
menguap pada jahe. Komponen dalam oleoresin jahe terdiri atas gingerol,
gingerdiols, gingerdiones, dihidrogingerdiones, shagaol, paradols, dan zingerone
(Tim lentera, 2002). Senyawa gingerol mempunyai aktivitas antibakteri untuk
mulut dan gusi (Miri dan Lee, 2008).
2.4 Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller)
Tasbihah, (2017). Tanaman lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) yang
ditemukan oleh Philip Miller, seorang pakar botani yang berasal dari Inggris, pada
tahun 1768. Aloe barbadensis Miller mempunyai beberapa keunggulan,
diantaranya tahan hama, ukurannya lebih panjang, yakni bisa mencapai 121 cm,
berat per batangnya bisa mencapai 4 kg, dan mengandung 75 nutrisi. Disamping
itu, lidah buaya ini aman dikonsumsi, karena mengandung zat polisakarida
(terutama glukomannan) yang bekerja sama dengan asam amino esensial dan
sekunder serta enzim oksidase, katalase, lipase, dan enzim-enzim pemecah
protein.

Gambar 2.2 Lidah buaya (Tasbihah, 2017).


2.4.1 Kandungan Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller)
Daun lidah buaya mengandung 96 % air dan 4 % sisanya terdiri dari 75
macam senyawa fitokimia. Senyawa ini bekerja secara sinergi atau saling
melengkapi di tingkat sel tubuh, sehingga terkesan tubuh bisa menyembuhkan diri
9

sendiri (biodefense) menghadapi serangan penyakit (Khayum 2015). Daun lidah


buaya banyak mengandung senyawa nutrisi seperti asam amino (esensial dan non
esensial), enzim, mineral, vitamin, polisakarida dan kompleks antraquinon.
Senyawa-senyawa tersebut sangat penting dan dibutuhkan untuk kesehatan tubuh.
Lidah buaya memiliki cairan bening seperti jeli dan cairan berwarna kekuningan
yang mengandung aloin. Cairan ini berasal dari lateks yang terdapat di bagian luar
kulit lidah buaya (Winarsih, 2010). Lidah buaya juga mengandung senyawa aktif
yang bervariasi tiap bagiannya.Gel pada daging lidah buaya mengandung
bradikinase, lignin, aloktin, campestrol, dan acemannan yang mengatasi inflamasi
serta lupeol, fenol, dan sulfur yang memiliki sifat antiseptik. Getah atau lateks
yang berasal dari kulit, mengandung antrakuinon, glikosida antrakuinon yaitu
aloin, aloe-emodin, dan barbaloin (Winarsih, 2010).
Lidah buaya tidak menyebabkan keracunan pada manusia maupun hewan,
sehingga sebagai bahan industri lidah buaya dapat diolah menjadi produk
makanan dalam bentuk serbuk, gel, jus dan ekstrak. Cairan yang keluar dari
potongan lidah buaya tadi bila diuapkan menjadi bentuk setengah padat , dapat
digunakan sebagai alat pencuci perut atau pencahar (Winarsih, 2010). Lidah
buaya mengandung saponin yang mempunyai kemampuan membunuh kuman,
serta antrakuinon dan kuinon sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit. Lidah
buaya juga merangsang pertumbuhan sel baru dalam kulit. Dalam gel lidah buaya
terkandung lignin yang mampu menembus dan meresap ke dalam kulit, sehingga
gel akan menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit. Adapun manfaat
lain dari lidah buaya adalah untuk mengobati cacingan, susah buang air besar,
sembelit, penyubur rambut, luka bakar atau tersiram air panas, jerawat, noda
hitam, batuk, diabetes, radang tenggorokan, dan menurunkan kolesterol
(Tasbihah, 2017).
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumenter. Data
yang digunakan dalam pembuatan referensi dan pembuatan gagasan didpatkan
dari berbagai sumber pustaka yang terdiri dari buku, media elektronik, jurnal
ilmiah. Tahapan penulisa dilakukan dengan mencari masalah yang berkembang
dimasyarakat, selanjutnya pengumpulan data tentang masalah yang diangkat,
pengolahan atau analisis data, perumusan solusi dan penarikan kesimpulan.

Permasalahan

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

Perumusan Solusi

Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.1 Tahapan Pembuatan Gagasan

3.2 Kerangka Gagasan


Gagasan ini disusun merujuk pada permasalahan lingkungan, kesehatan
masyarakat dan fenomena yang terjadi yaitu dikarenakan seringnya masyarakat
menggunakan hand sanitizer dengan bahan antiseptik sintesis (menggunakan
bahan kimia) secara terus menerus, ditambah dengan adanya wabah coronavirus
yang membuat banyaknya masyarakat menggunakan hand sanitizer sebagai

10
11

alternatif mencegah terkontaminasi mokroorganisme pantogen yang tersebar


di lingkungan sehingga tingkat penggunaan hand sanitizer lebih sering digunakan
daripadabiasanya, seringnya menggunakan hand sanitizer berbahan kimia sintesis
bisa membuat iritasi pada kulit maka dari itu diinovasikan hand sanitizer berbahan
alami dari ekstrak jahe merah dan gel lidah buaya.

Banyaknya pengguna hand sanitizer berbahan kimia

Dapat membahayakan kulit

Ekstrak jahe merah dan gel lidah buaya sebagai antibakteri

Pembuatan hand sanitizer alami

Gambar 3.2 Perumusan Solusi

11
BAB 1V
PEMBAHASAN
4.1 Tahapan dan Prosedur Pembuatan
4.1.1 Persiapan Alat dan Bahan
1. Alat Pembuatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Rotary evaporator
2. Timbangan analitik
3. Pipet volume
4. Gelas ukur
5. Tabung reaksi
6. Botol kaca
7. Kertas saring
8. Blender
2. Bahan Pembuatan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Rimpang jahe merah (Zingiber officinale var Rubrum)
2. Lidah buaya (Aloe Barbadensis Miller)
3. Pelarut etanol 96%
4.2 Prosedur Pembuatan
4.2.1 Pembuatan Ekstrak Jahe Merah
a. Pembuatan ekstrak ini dilakukan dengan metode maserasi yaitu metode
pembuatan ekstrak yang dilarutkan dengan pelarut etanol 96% dengan
pengadukan dan pengocokan berulang.
b. Rimpang jahe merah yang dipakai dalam penelitian ini adalah rimpang
jahe merah dari Pasar Selasa Panam Kecamatan Tampan, Pekanbaru.
c. Rimpang jahe merah dicuci bersih terlebih dahulu dan ditimbang
sebanyak 1 kg.
d. Rimpang jahe merah diiris tipis kemudian dimasukkan ke botol gelap
yang dicampurkan dengan pelarut etanol 96% sebanyak 1 liter selama 3×24
jam.

12
13

e. Kemudian campuran tersebut disaring ke dalam gelas ukur dengan


menggunakan corong kaca yang sebelumnya dilapisi kertas saring. Hasil
saringan yang disebut ekstrak kemudian dimasukkan ke dalam rotari
evaporator untuk memisahkan antara pelarut dengan ekstrak murni rimpang
jahe merah selama 1 jam dengan suhu 40C sampai pekat.
4.2.2 Pembuatan Gel Antisptik Lidah Buaya
Lidah buaya (aloe vera) merupakan tanaman yang fungsional karena semua
bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan baik untuk perawatan tubuh maupun
untuk mengobati berbagai penyakit. Tanaman ini banyak dibudidayakan di
Indonesia terutama di Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil penelitian dilaporkan
bahwa lidah buaya (aloe vera) memiliki kandungan saponin, flavonoid, polifenol,
serta tanin yang mempunyai kemampuan untuk membersihkan dan bersifat
antiseptik.
Adapun pembuatan hand sanitizer gel lidah buaya sebagai berikut:
1. Sampel yang digunakai adalah pelepah lidah buaya (aloe vera) pelepah
lidah buaya (aloe vera) yang telah dikumpulkan, kemudian dicuci
menggunakan air yang mengalir sampai bersih, dikeringanginkan di
dalam ruangan tanpa terkena sinar matahari langsung.
2. Mula-mula kulit lidah buaya disayat, kemudian diambil daging dan
gelnya lalu dihancurkan dengan menggunakan blender,kemudian gel
lidah buaya ditambahkan ektraksi jahe merah dan minyak esensial
kemudian diaduk hingga homogen.
3. Setelah itu, hasil gel lidah buaya didiamkan sampai hilang buihnya. Gel
lidah buaya disterilisasi degan cara pemanasan sampai suhu 45°C, lalu
didinginkan dan disimpan dalam wadah tertutup.
4. Maserat dipisahkan dengan cara penyaringan menggunakan kertas
saring. Ulangi proses penyarian sekurang-kurangnya 2 kali. Kumpulkan
semua maserat, uapkan dengan penguap tekanan rendah hingga
diperoleh ekstrak kental.
5. Setelah semua bahan hand sanitizer tercampur dengan konsistensi yang
baik (tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental), campuran dipindahkan
ke botol plastik kecil. Hand sanitizer alami pun siap untuk digunakan.
14

4.3 Pengumpulan data dan Analisis Data

Pada penelitian Mutmainah dan Dwi, (2015) yang mengunakan


sampel jahe merah (Zingiber officinale var Rubrum) diperolehi hasil uji
sebagai berikut:

4.1.1 Uji Fitokimia Ekstrak


Ekstrak kental yang diperoleh dilakukan skrining fitokimia untuk
memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak
etanol jahe merah. Metode yang digunakan skrining fitokimia harus memenuhi
beberapa kriteria, yaitu sederhana, cepat, khas untuk satu golongan senyawa serta
memiliki batas limit deteksi yang cukup lebar. Ekstrak etanol jahe merah memiliki
kandungan senyawa dari golongan alkaloid, flavonoid, tanin, terpenoid dan
steroid. Hasil uji fitokimia pada ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale var
Rubrum) dapat dilihat pada tabel I. Rendemen ekstrak etanol jahe merah
menghasilkan rendemen ekstrak sebesar 12,33 %.
Tabel 4.1 Uji Fitokimia Etanol Jahe Merah

Uji Hasil Pustaka Kesimpulan


Terpenoid dan Terbentuk warna Terbentuk warna + Terpenoid
Steroid merah merah (Kristanti dkk., + Steroid
2008)
Tanin Terbentuk warna Terbentuk warna biru + Tanin
biru (Depkes RI, 1979)
Saponoin Tidak terbentuk Buih selama 1-10 -Saponin
buih setinggi 1,5 menit (Depkes RI,
cm 1979)
Alkaloid Terbentukk warna Terbentukk warna + Alkanoid
orange dengan orange dengan
prediksi prediksi dragendroff
dragendroff dan dan endapan putih
endapan putih dengan pereaksi
dengan pereaksi mayer (Depkes RI,
mayer 1979)
Flavonoid Terbentuk Terbentuk fluorensasi +Flavonoid
15

fluorensasi kuning intensif di UV


kuning intensif di 366 nm (Depkes RI,
UV 366 nm 1979)
Sumber : Mutmainah dan Dwi, (2015)

4.1.2 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Lidah Buaya


Berdasarkan penelitian Khusumawati (2012), uji aktivitas antibakteri
ekstrak etanol daun lidah buaya terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis
dilakukan secara in vitro menggunakan metode difusi padat dengan cara sumuran
yaitu dengan menggunakan media agar Mueller Hinton yang telah diinokulasi
bakteri staphylococcus epidermidis. Parameter uji antibakteri secara invitro dapat
diketahui dari zona hambatan radikal yang dihasilkan. Uji pendahuluan ekstrak
etanol daun lidah buaya dilakukan untuk mengetahui zona hambatan yang
dihasilkan zat aktif sebelum diformulasikan dalam bentuk sediaan gel. Uji
pendahuluan dilakukan dengan menggunakan seri konsentrasi yaitu 1%, 2%, 3%,
4%, 5% yang dilarutkan dalam DMSO (dimetil sulfoxide) yaitu pelarut yang
bersifat netral/tidak mempunyai aktivitas antibakteri. Hasil ini menunjukkan
bahwa ekstrak etanol daun lidah buaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap
staphylococcus epidermidis.
4.2
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi pustaka dapat disimpulkan bahwa penggunaan ekstrak
jahe dan lidah buaya dapat dijadikan alternatif dalam pembuatan gel antiseptik
dikarenakan kandungan jahe merah yang mengandung ekstrak yang dapat
menghambat pertumuhan bakteri dan rimpang jahe merah mengandung gingerol
yang memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, antikarsinogenik,
antimutagenik, antitumor dan minyak atsiri dalam jahe merah memiliki aktivitas
antijamur. Mekanisme kerja ektrak jahe merah sebagai antimikroba adalah
menghambat atau mematikan pertumbuhan mikroba dengan mengganggu proses
terbentuknya dinding sel, sehingga dinding sel tersebut tidak terbentuk atau
terbentuk tidak sempurna (Wong, 2018). Begitu juga dengan lidah buaya yang
mengandung komponen aktif seperti saponin yang mempunyai kemampuan untuk
membunuh mikroorganisme. Hand sanitizer dari ektrak jahe dan gel lidah buaya
ini merupakan salah catu cara alternaif yanng dapat membantu masyarakat
menghindari penggunakan antibakteri kimia yang dapat merusak kulit dan
membantu petani di Indonesia. Harga baan baku yang relatif murah dan
ketersediaannya yang banyak di Indonesia merupakan alasan mengapa
pembuatan hand sanitizer ini layak dikembangkan dan memiliki peluang dalam
komersialisai.
5.2 Saran
Perlunya peneletian lebih lanjut terhadap uji dan khasiat antiseptik ekstrak
jahe dalam pembuatan hand sanitizer, dan juga diharapkan dengan adanya hand
sanitizer berbahan alami ini meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga
kebersihan tangan tanpa takut dengan resiko kerusakan pada kulit.

16
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, I. 2014. Uji Efektifitas Antibakteri Minyak Atsiri Rimpang Jahe Merah
(Zingiber officinale var rubrum) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus mutans. Skripsi. Universitas Andalas, Padang
Dewi, D. W., S Fatimah, dan D. F. Liana. 2016. Pemanfaatan Infusa Lidah Buaya
(Aloe vera L) sebagai Antiseptik Pembersih Tangan terhadap Jumlah
Koloni Kuman. Skripsi. Fakultas FMIPA, Biologi Universitas Tanjung
Pura, Pontoanak
Djide, N. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi.Skripsi.Farmasi. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Gunawan, S. G. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi V. Gaya Baru: Jakarta.
Hernani dan E. Hayani. 2001. Identification of chemical components on red
ginger (Zingiber officinale var. Rubrum) by GC-MS. Proc. International
Seminar on natural products chemistry and utilization of natural resources.
UI-Unesco, Jakarta : 501-505
Hormann, M. H., F. S. Saal, dan S. C. Nagel. 2014. Holding Thermal Receipt
Paper and Eating Food after Using Hand Sanitizer Results in High Serum
Bioactive and Urine Total Levels of Bisphenol A (BPA).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0110509 (Diakses 02 Maret 2020).

Khayum, N. A. 2015. Perbandingan Efektifitas Daya Hambat Bakteri Ekstrak


Rimpang Jahe Merah (Zingiber Officinate var Rubbrum) dengan Formula
Obat Kumur Lidah Buaya Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Srtaphylococcus Aureus. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas
Andalas.

Khusumawati, G. D. 2012. Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Lidah


Buaya (Aloe Vera (L.) Webb) Dengan Gelling Agent Hydroxyprophyl
Methylcellulose (Hpmc) 4000 Sm Dan Aktivitas Antibakterinya Terhadap
Staphylococcus Epidermidis.Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Kim, Y. C., T. Y. Min, dan S. Lee. 2005. Gingerol, a pungent ingredient of


Ginger, inhibits angiogenesis in vitro and in vivo. Biochemical and
Biophysical Research Communications. Vol. 335: 300–308.

Miri, P., J. Bae, dan D.S. Lee. 2008. Antibacterial activity of [10]-gingerol and
[12]-gingerol isolated from ginger rhizome against periodontal bacteria.
Phytothery Research.

Mutmainah. M, dan Y. Dwi. 2015. Formulasi Dan Evaluasi Sabun Cair Ekstrak
Etanol Jahe Merah (Zingiber Officinale Var Rubrum) Serta Uji
Aktivitasnya Sebagai Antikeputihan. Jurnal Ilmu Farmasi. Vol.12, No 1.

17
Nursal, S. W, dan W. S. Juwita. 2006. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber
officinale Roxb) Dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri
Eschericia coli dan Bacillus Subtilis. Jurnal Biogenesis Vol. 2: 64-66.

Pramitasari, D .2010. Penambahan Ekstrak Jahe (Zingiber officinale rosc.)


Dalam Pembuatan Susu Kedelai Bubuk Instan Dengan Metode Spray
Drying : Komposisi Kimia, Sifat Sensoris, Dan Aktivitas Antioksidan.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga: 188 -191.

Sari, P. 2001. Patofisiologi Infeksi Bakteri pada Kulit Herry Garna. Jurnal Teknik
Kimia. Vol. 2, No. 4: 205 – 209

Tasbihah, I. T. 2017. Perbandingan Sari Lidah Buaya (Aloe Vera L) Dengan Sari
Tomat (Solanum Lycopersicum) Dan Konsentrasi Cmc Terhadap
Karakteristik Minuman Fungsional Lidah Buaya – Tomat. Skripsi.
Universitas Pasundan.

Tim, L. 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib. Agromedia:
Jakarta.

Winarsih, S .2010. Uji Efek Ekstrak Etanol Lidah Buaya Sebagai Antimikroba
Terhadap Bakteri Escherchia coli Secara In Vitro. Jurnal Penelitian.

Anda mungkin juga menyukai