Anda di halaman 1dari 21

USULAN PENELITIAN

ANALISA METODE PENGAPLIKASIAN COATING


PESTISIDA NABATI PADA BIBIT VANILI MENGGUNAKAN
MINYAK SERAI WANGI

KUNTUM KHAIRUNNISA MUSLIM

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
Judul : Analisa Metode Pengaplikasian Coating Pestisida Nabati Pada
Bibit Vanili Menggunakan Minyak Serai Wangi
Nama : Kuntum Khairunnisa Muslim
NIM : F14180073

Disetujui oleh

Pembimbing 1:
Dr. Ir. Lilik Pujantoro Eko Nugroho, M.Agr.
__________________

Pembimbing 2:
Dr. Ir. Sukamto, M.Agr. Sc.
__________________

Diketahui oleh

Ketua Departemen
Teknik Mesin dan Biosistem:
__________________
Dr.Ir. Edy Hartulistiyoso, M.Sc.Agr.
NIP. 196304251989031001
PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan proposal usulan penelitian dengan judul “Analisa
Metode Pengaplikasian Coating Pestisida Nabati Pada Bibit Vanili Menggunakan
Minyak Serai Wangi”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Lilik Pujantoro Eko
Nugroho, M.Agr selaku dosen pembimbing pertama dan Dr. Ir. Sukamto, M.Agr.
Sc selaku pembimbing kedua yang telah senantiasa memberikan masukan, saran,
serta ilmu pengetahuan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
keluarga yang mendukung kelancaran proposal ini. Ucapan terimakasih juga
penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan pembuatan proposal usulan penelitian ini.
Semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan
bagi kemajuan ilmu pengetahuan

Bogor, Maret 2022

Kuntum Khairunnisa Muslim


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN v
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Bibit Vanili 3
2.2 Coating 3
2.3 Pestisida Nabati Serai Wangi 4
2.4 Jamur Fusarium Oxysporum 5
III METODE 7
3.1 Waktu dan Tempat 7
3.2 Alat dan Bahan 7
3.3 Prosedur Kerja 7
3.3.1 Pembuatan Emulsi Parafin 7
3.3.2 Prosedur Penelitian 8
3.4 Metode Pengukuran 11
3.4.1 Laju Transmisi Uap Air 10
3.4.3 Pengukuran Pertumbuhan Jamur 10
3.4.4 Uji Toksisitas 11
3.5 Analisis Data 11
IV LUARAN YANG DIHARAPKAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 15
DAFTAR TABEL

1 Komposisi kimia minyak serai wangi 4


2 Alat yang digunakan dalam penelitian 7
3 Kombinasi formula metode coating 8

DAFTAR GAMBAR

1 Gejala busuk batang pada tanaman vanili 5


2 Jamur Fusarium oxysporum f. Sp. Vanillae 6
3 Diagram alir prosedur pembuatan larutan emulsi lilin parafin 8
4 Diagram alir prosedur penelitian 9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Lampiran 1 Jadwal pelaksanaan penelitian 15
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman vanili (Vanilla planifolia andrews) merupakan tanaman industri
yang memiliki nilai jual tinggi. Nilai jual vanili yang tinggi menyebabkan perluasan
pasar ekspor untuk meningkatkan perekonomian pertanian Indonesia. Vanili telah
menempatkan Indonesia menjadi negara eksportir kedua setelah Madagaskar (Food
and Agriculture Organization (FAO) 2019). Aroma vanili yang khas membuat
tanaman ini banyak digunakan sebagai bahan tambahan makanan, kecantikan,
kesehatan dan aroma essential oil yang berfungsi sebagai aroma terapi. Penggunaan
vanili dalam segala aspek menjadikan permintaan pasar terhadap tanaman vanili
meningkat. Namun kondisi ini berbanding terbalik dengan produktivitas tanaman
vanili yang menurun sehingga menyebabkan kenaikan harga vanili di pasar dunia.
Produktivitas tanaman vanili dipengaruhi oleh perlakuan pembudidayaan,
salah satu caranya adalah pembibitan atau stek batang yang banyak dilakukan oleh
petani. Batang vanili mudah mengalami pembusukan. Hal ini disebabkan oleh
aktivitas jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae yang penyebarannya cukup luas
dan dapat menimbulkan kehilangan hasil yang cukup besar (Tombe et al. 1995).
Fusarium oxysporum akan merusak tanaman dengan mengeluarkan enzim
polygalacturonases (PGs) yang mempengaruhi dinding sel (cell wall-degrading
enzymes) yang dapat mendegradasi pektin dan polisakarida kompleks pada dinding
sel primer dan lamela tengah tumbuhan (Garcia-Marceira et al. 2001). Serangan
jamur ini akan menimbulkan kerugian ekonomi, memperpendek umur produksi
delapan kali lebih rendah, dan menurunkan mutu polong tanaman vanili (Zaubin et
al. 2010). Penanganan yang biasanya dilakukan oleh petani adalah pemberian
pestisida agar mematikan aktivitas jamur Fusarium oxysporum.
Saat ini konsumen di era modern mulai menyadari bahaya pestisida buatan
dengan bahan-bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan.
Maka pestisida nabati dalam bentuk coating akan menjadi solusi yang lebih ramah
lingkungan. Coating merupakan suatu cara perlindungan dari bagian tanaman
seperti : batang, daun, akar, dan benih agar terhindar dari serangan hama dan
penyakit. Teknik coating akan mengeras dan menghambat jamur patogen yang
melapisi jaringan stek yang terbuka. Penambahan bahan-bahan alami serai wangi
yang menghasilkan minyak atsiri akan berfungsi sebagai anti bakteri dan anti jamur.
Minyak serai wangi yang ditambahkan ke dalam formulasi minyak cengkeh dengan
konsentrasi tertentu lebih efektif dan konsisten menghambat produksi konidia,
menghambat pertumbuhan miselium, dan menekan intensitas serangan F.
oxysporum f.sp vanillae pada busuk batang vanili dari pada formulasi minyak
cengkeh tanpa penambahan minyak serai wangi (Tombe et al. 2012). Pada larutan
coating juga digunakan parafin sebagai penghambat enzim, sehingga meningkatkan
stabilitas larutan coating dan mencegah tanaman vanili terhindar dari kerusakan.
Kelemahan dari coating yaitu dapat mengakibatkan luka pada permukaan
benih, sehingga dalam mengaplikasikan larutan coating perlu diperhatikan metode
yang tepat agar larutan dapat menghambat pertumbuhan patogen dengan optimal.
Pengaplikasian coating dapat dilakukan dengan cara dipping (pencelupan),
spraying (penyemprotan), casting (penuangan), dan aplikasi penetesan terkontrol.
Menurut Susanto dan Sucipto (1994), pengaplikasian coating tergantung bentuk,
2

ukuran, dan sifat produk. Metode coating yang biasanya diaplikasikan pada batang
vanili dengan cara pencelupan, namun perlu adanya penelitian lanjutan untuk
menentukan metode yang tepat untuk diaplikasikan pada batang vanili.

1.2 Rumusan Masalah


Tanaman vanili mudah mengalami kegagalan produktivitas dikarenakan
aktivitas Fusarium oxysporum yang menyebabkan pembusukan batang. Biasanya
penanganan terhadap jamur F. oxysporum dengan pemberian pestisida sintetik yang
dapat merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia. Sehingga
pemakaian pestisida ini harus dikurangi dan dialihkan pada penggunaan pestisida
nabati dengan bahan minyak serai wangi sebagai anti fungi yang mengendalikan
penyakit busuk batang vanili akibat jamur F. oxysporum. Pengaplikasian dilakukan
dalam bentuk coating yang menutup pertumbuhan patogen. Namun metode yang
salah dalam menerapkan coating pada batang vanili akan menyebabkan fungsi
pestisida nabatinya tidak maksimal. Saat ini penelitian yang ada hanya sebatas pada
karakteristik bahan pestisida nabati dari minyak serai wangi dan parafin F.
oxysporum, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode
pengaplikasian larutan coating yang tepat untuk menguji efisiensi dalam
menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum.

1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode coating larutan serai wangi
yang tepat untuk diaplikasikan pada bibit vanili dengan menganalisis efektivitas
metode coating (uji toksisitas), ketebalan film, laju transmisi uap air film, dan
tingkat infeksi stek vanili terhadap jamur F. oxysporum.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui metode yang
tepat dalam mengaplikasikan coating larutan minyak serai wangi berdasarkan
tingkat infeksi stek vanili terhadap jamur F. oxysporum.
3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bibit Vanili


Vanili (Vanilla planifolia andrews) yang termasuk ke dalam famili
orchidaceae. Tanaman vanili merupakan tanaman tahunan yang memiliki lebih dari
1500 spesies. Tanaman ini berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah yang
digunakan dalam bidang industri, makanan, minuman, kecantikan dan kesehatan.
Tanaman vanili mengandung zat vanillin (C8H8O3) yang mengeluarkan aroma khas.
Kadar vanillin pada tanaman vanili dari Indonesia yang dikenal dengan “Java
Vanili” cukup tinggi mencapai 2,75% dibandingkan vanili Madagaskar yang
mencapai 1,98%, Mexico 1,98%, dan Sri Lanka 1,48%. Penyebaran tanaman vanili
di Indonesia hampir di seluruh wilayah dengan daerah sentra produksi di daerah
Jawa, Bali, Sulawesi, dan Sumatera (Hidayat dan Hariyadi 2015).
Tanaman vanili memiliki perakaran utama yang berada pada dasar batang,
bercabang, dan tersebar di tanah yang menyebabkan perakarannya dangkal
(Hadipoentyanti dan Udarno 1982). Pengembangbiakan tanaman vanila dapat
dilakukan dengan cara generative maupun vegetative. Secara vegetative, tanaman
vanili dibibitkan dengan metode stek batang. Hal ini umum dilakukan petani untuk
mempersingkat waktu penyediaan bahan tanaman. Untuk melakukan stek vanili
harus memenuhi persyaratan, yakni : diambil dari batang muda, sehat, kuat dan
batang belum pernah berbunga (Sutedja dan Mayun 2016). Dalam pemilihan bibit
vanili yang siap ditanam pada lahan terbuka didasarkan pada jumlah dan ukuran
daun. Antara akar dengan bagian-bagian tanaman diatas tanah terdapat korelasi
positif.

2.2 Coating
Coating merupakan teknik pelapisan pada permukaan suatu bahan. Tujuan
dari coating adalah melindungi bahan dari pengaruh lingkungan agar tetap terjaga
dan tidak merusak bahan tersebut. Dibidang pertanian pengaplikasian coating
banyak digunakan pada perlakuan pascapanen yang akan menahan laju respirasi,
kelembapan, oksigen, dan perpindahan uap air. Selain digunakan pada pascapanen,
coating juga digunakan sebagai pelapis benih (seed coating). Menurut Supriadi
(2018), teknik coating memiliki keunggulan mudah digunakan untuk aplikasi mikro
nutrien, agen hayati (jamur, bakteri), mikroba penghambat dan lain-lainnya.
Sedangkan kelemahan dari teknologi coating adalah perlunya alat pengaduk khusus
dan dapat mengakibatkan luka pada permukaan benih. Pengaplikasian coating pada
benih dapat memperbaiki penampilan benih dan mengurangi risiko tertular penyakit
yang terdapat pada media tanam (Ilyas 2006).
Bahan yang dapat digunakan sebagai coating nabati adalah polisakarida,
protein, lipid, dan kombinasi bahan-bahan tersebut (Krochta dan Johnston 1997).
Protein memiliki kemampuan menangani produk yang memiliki kadar air yang
tinggi, sehingga lipida yang dapat digunakan adalah lilin (waxes) dan asam lemak
(Prasetyaningrum et al. 2010). Metode coating yang umum digunakan adalah
pencelupan (dipping), namun keefektifan metode ini tidak sebanding dengan
penuangan (casting). Hal ini dikarenakan metode pencelupan hanya efektif
membunuh jamur pada permukaan bibit, namun tidak dapat mengendalikan jamur
4

pada bagian dalam jaringan bibit (Hartati dan Supriadi 1994). Metode coating
lainnya yang dapat diaplikasikan adalah penyemprotan (spraying) dan pemberian
busa (foaming).

2.3 Pestisida Nabati Serai Wangi


Pestisida nabati adalah pestisida dengan bahan aktif berasal dari tumbuhan
dan bahan organik lainnya untuk mengendalikan hama pada tanaman. Tanaman
yang dapat dijadikan pestisida nabati diantaranya adalah bawang putih, serai,
tembakau, brotowali, dan lain-lain. Secara global terdapat 1500 jenis tumbuhan
yang dapat dijadikan pestisida nabati.
Tumbuhan yang dapat dijadikan pestisida nabati harus memiliki sifat
beraroma kuat, rasa yang pahit, dapat digunakan sebagai tanaman obat, dan tidak
disukai serangga. Pada pestisida nabati terkandung senyawa alkaloid, terpenoid,
fenolik, dan zat-zat kimia sekunder yang dapat mengendalikan penyakit tanaman
(Setiawan et al. 2008). Pada keadaan pembibitan tanaman vanili dengan stek batang
sering terjadi pembusukan akibat aktivitas jamur F. oxysporum. Jamur ini yang
akan menggagalkan produktivitas para petani vanili. Menurut penelitian Tombe
(2012), pengendalian busuk batang vanili, teknologi ramah lingkungan dengan
komponen bibit sehat, fungisida nabati, biopestisida, dan bahan organik
menggunakan formulasi minyak cengkeh dengan penambahan minyak serai wangi.
Serai wangi merupakan tanaman ilalang yang memiliki perakaran kuat. Hasil
penyulingan serai wangi akan menghasilkan minyak dengan kandungan citronellal,
citronellol, dan geraniol. Menurut Nakahara et al. (2003), komponen utama minyak
serai wangi dapat bekerja sebagai anti fungi. Serai wangi telah diuji pada beberapa
patogen dan menunjukkan penghambatan yang kuat pada perkecambahan spora
(Yulia 2006). Senyawa yang terkandung dalam serai wangi terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi kimia minyak serai wangi

Senyawa Kadar minyak total (%)

Linanool 1.3

Citronella 5.8

Citronellol 4.6

Geraniol 14.2

Geranyl acetate 35.7

Cis-Citral 22.7

Trans-Citral 9.7

β-Caryophyllene 0.8

Senyawa terindentifikasi 94.8


Sumber : Nakahara et al. 2003
5

2.4 Jamur Fusarium Oxysporum


Pembudidayaan tanaman vanili petani banyak mengalami kendala dalam
mengendilakan penyakit busuk pada batang jamur. Gangguan ini disebabkan
aktivitas jamur Fusarium oxysporum Schl. f.sp. vanillae (Semangun 2000). Jamur
F. oxysporum mampu bertahan lama sebagai klamidospora dan menginfeksi pada
bagian batang tanaman vanili yang terluka akibat stek. Pengendalian jamur F.
oxysporum sangat sulit karena patogennya dapat bertahan dalam bentuk
klamidospora yang bertahan di lingkungan yang tidak menguntungkan (Suada
2009). Penggunaan senyawa kimia memiliki keberhasilan tinggi dalam
pengendalian jamur F. oxysporum, namun hal ini akan mengganggu kesehatan
manusia dan pencemaran lingkungan.
Jamur F. oxysporum dapat mengeluarkan toksin (asam fusarat) yang
menyebabkan layu karena toksin tersebut mengganggu permeabilitas membran sel
dan proses metabolisme sel tanaman (Alexopoulos dan Mims 1979). Menurut
Semangun (2000) ada dua macam gejala penyakit busuk batang tanaman vanili,
yaitu :
1. Jaringan tanaman yang membusuk berwarna hijau kecoklatan dan tidak
terlihat jelas batas antara bagian yang sehat dan bagian yang sakit.
2. Jaringan tanaman yang membusuk berwarna coklat sampai hitam, batas
bagian tanaman yang sakit dan sehat tampak jelas (Gambar 1). Jika batang
pada bagian yang sehat akan terlihat pembusukan sudah terjadi pada bagian
dalamnya

Gambar 1 Gejala busuk batang pada tanaman vanili (Pinaria 2020)

Fusarium merupakan jenis jamur utama yang menyebabkan penyakit pada


banyak tanaman budidaya. Klasifikasi jamur F. oxysporum termasuk dalam
kingdom fungi, filum Deutoromycota, kelas Hypomycetes, ordo Moniliales, famili
Tuberculariaceae, genus Fusarium (Summerell et al. 2003). Jamur ini akan
menghasilkan dua jenis spora yaitu konidium (makrokonidia dan mikrokonidia) dan
6

klamidospora yang terbentuk pada bagian permukaan tanaman vanili bergejala


busuk. Makrokonidia agak melengkung, tidak berwarna, berdinding tipis, ukuran
2,0-4,6 × 3,2-8,0 μm terlihat pada Gambar 2a. Sedangkan mikrokonidia berbentuk
bulat panjang, tidak berwarna, dinding tipis, dan berukuran 4-9 × 2-5 μm terlihat
Gambar 2b. Untuk Klamidospora memiliki ciri-ciri berwarna coklat muda dengan
dinding sel tebal, terbentuk pada ujung dan tengah hifa, dan berukuran 6,0-10,0 μm
pada Gambar 2c.

Gambar 2 Jamur Fusarium oxysporum f. Sp. Vanillae : (a) Mikrokonidia, (b)


Makrokonidia, dan (c) Klamidospora (Fourie et.al 2011).

Konidium (mikrokonidia dan makrokonidia) merupakan spora aseksual yang


bekerja sebagai inokulum sekunder yang menginfeksi tanaman inang, sedangkan
klamidospora berperan sebagai penopang kehidupan jamur F. Oxysporum untuk
jangka panjang (Schippers dan Van Eck 1981; Muller-Stover 2002). Klamidospora
dapat bertahan hidup dalam tanah atau sisa-sisa tanaman vanili dan dapat kembali
menginfeksi tanaman vanili sehat di sekitarnya.
7

III METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2022. Penelitian
akan dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit, Badan Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (Balittro), Cimanggu, Bogor.

3.2 Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak serai wangi, parafin,
aquades, karagenan, gliserol, Tween 80, Span 60, CaCl2, NaCl, potato dextrose
agar (PDA), inokulum jamur Fusarium oxysporum, dan alkohol 70%. Fungsi alat
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Alat yang digunakan dalam penelitian


Alat Kegunaan
Autoclave Sterilisasi alat dan media PDA
Casting plate Sebagai wadah mencetak film
Clean bench Ruang kerja steril yang bebas dari kontaminan
Cork borer Mengambil kultur jamur
Desikator Menghilangkan kadar air dari suatu bahan
Timbangan analitik Menimbang massa sampel
Gelas beaker Wadah pembuatan larutan coating dan
mengukur volume larutan
Gelas erlenmeyer Sebagai wadah media PDA yang akan
disterilkan
Magnetic stirrer Memanaskan larutan dan homogenisasi larutan
Mikropipet Memindahkan media PDA
Oven Mengeringkan film untuk pengukuran kadar air
pH meter Untuk mengukur pH larutan coating
Wadah (baskom) Untuk mencelupkan bibit vanili ke dalam
larutan

3.3 Prosedur Kerja

Pembuatan Emulsi Parafin


Berdasarkan Penelitian Mukhlisin Ahmad (2021), pembuatan emulsi
parafin diawali dengan mengukur massa bahan yaitu parafin 20.3 gram, Tween 80
seberat 29.8 gram, dan Span 60 seberat 10.8 gram. Kemudian parafin dimasukkan
ke dalam gelas beaker dan dilelehkan pada suhu 70°C. Setelah itu ditambahkan
Tween 80 yang dipanaskan pada suhu 70°C dan Span 60 tanpa pemanasan sambil
8

diaduk menggunakan magnetic stirrer. Terakhir ditambahkan aquades dan


dipanaskan pada suhu 70°C hingga menjadi emulsi.

20.3 gram parafin dilelehkan (suhu 70°C)

29.8 gram Tween 80 dan 10.8 gram Span 60


(suhu 70°C)

Tambahkan 140 ml aquades (suhu 70°C)


sambil diaduk

Campuran diaduk menggunakan Magnetic


stirrer sampai homogen (15 menit)

Emulsi parafi

Gambar 3 Diagram alir prosedur pembuatan larutan emulsi lilin parafin

Prosedur Penelitian
Larutan coating diformulasikan dengan minyak serai wangi. Berdasarkan
hasil penelitian Mukhlisin Ahmad (2021) kadar minyak serai wangi yang
berfungsi dengan baik untuk menghambat pertumbuhan jamur adalah 12% yang
dilarutkan dalam 100 ml akuades dan diaduk selama 5 menit. Kemudian
ditambahkan 0.8 gram karagenan yang dipanaskan menggunakan magnetic
stirrer di suhu 60°C. Gliserol ditambahkan sebanyak 0.5 ml dan emulsi parafin
dengan konsentrasi 10% sambil terus diaduk pada suhu 70°C. Larutan coating
yang telah selesai kemudian dicetak membentuk film pada casting plate untuk
pengaplikasian metode penuangan, kemudian diatur ketebalan film sebesar 0,1
mm dan 0,2 mm. Sedangkan pengaplikasian metode celup dilakukan dengan
menuang larutan ke dalam baskom, kemudian bibit vanili direndam selama 7
hari. Ketebalan larutan akan diaplikasikan dengan melakukan pencelupan
berulang hingga mencapai ketebalan film sebesar 0,1 mm dan 0,2 mm.
Kombinasi formulasi metode coating seperti Tabel 3. Pengaplikasian metode
coating yang telah dilakukan pada bibit vanili kemudian dilakukan pengujian
berupa laju transmisi uap air, daya hambat pertumbuhan jamur, dan uji toksisitas.

Tabel 3 Kombinasi Formula Metode Coating


Kode Sampel Metode Coating Ketebalan Minyak Serai Emulsi
Film (mm) Wangi (%) Parafin (%)
C1 Penuangan 0.1 12 10
D1 Pencelupan 0.1 12 10
C2 Penuangan 0.2 12 10
9

D2 Pencelupan 0.2 12 10
Kontrol Tanpa metode - - -

Minyak serai wangi dengan konsetrasi 12%

Dimasukan kedalam gelas beaker 500 ml

Akuades 100 ml

Larutan diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 5 menit

Karagenan 0.8 gram

Larutan diaduk menggunakan magnetic stirrer hingga 60°C

Gliserol 0.5 ml

Emulsi parafin 10%

Larutan diaduk menggunakan magnetic stirrer hingga 70°C

Formulasi larutan coating

Dicetak di casting Dituangkan kedalam


plate baskom

Metode penuangan Metode pencelupan


(casting) (dipping)

Gambar 4 Diagram alir prosedur penelitian


a
10

Kombinasi :
C1 D1
C2 D2
Kontrol

Pengukuran :
1. Laju transmisi uap air
2. Pertumbuhan jamur
3. Uji toksisitas

Memilih metode pengaplikasian coating berdasarkan analisis


sidik ragam (ANOVA)

Gambar 4 (Lanjutan) Diagram alir prosedur penelitian

3.4 Metode Pengukuran

Laju Transmisi Uap Air


Metode gravimetri mengukur besarnya uap air yang menembus
sampel film. Perhitungan pertambahan berat pada bahan penyerap uap air yang
telah menyerap uap air dari sisi luar film. Film dipotong seukuran 25 mm,
kemudian masukan CaCl2 sebanyak 1 gram, tutup bagian atas cawan dengan
sampel film, dan rekatkan pinggiran cawan menggunakan plastic wrap selebar
1 cm agar tidak terjadi kebocoran. Letakan sampel ke dalam wadah yang telah
berisi air sebanyak 30 ml, NaCl 40 gram, dan RH 70% selama 24 jam.
Pengukuran laju transmisi uap air dilakukan dengan metode gravimetri, dimana
rumus sebagai berikut :

𝑔 𝐺
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑈𝑎𝑝 𝐴𝑖𝑟 ( ⁄𝑚2 𝑗𝑎𝑚) = (1)
𝐴×𝑡
Keterangan :
G : Selisih penambahan uap air yang ditransmisikan film (gram)
A : Luas penampang film (m²)
t : Periode pengukuran (jam)
11

Pengukuran Pertumbuhan Jamur


Pengujian aktivitas jamur dilakukan dengan mengaplikasikan cairan
coating pestisida nabati serai wangi terhadap tanaman vanili. Pengaplikasian
coating dilakukan dengan dua cara yaitu pencelupan (dipping) dan penuangan
(casting). Pengukuran dilakukan dengan melihat bibit vanili yang terinfeksi
jamur dan bibit vanili yang tidak terinfeksi jamur. Kondisi bibit vanili yang
terinfeksi jamur dapat dilihat dari luas zona terinfeksi yang dilakukan selama 7
hari. Pengukuran luas batang bibit vanili terinfeksi jamur berdasarkan
persamaan :

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑖𝑏𝑖𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖 (𝑚𝑚) = 𝑃𝑡 (𝑚𝑚) × 𝐷𝑡 (𝑚𝑚) (2)


Keterangan :
Pt : Panjang batang terinfeksi (mm)
Dt : Diameter batang terinfeksi (mm)

Uji Toksisitas
Toksisitas merupakan efek berbahaya dari bahan kimia pada objek
target. Senyawa kimia mempunyai potensi terhadap timbulnya gangguan atau
kematian jika diberikan kepada organisme hidup dalam jumlah yang cukup
(Vitalia et al. 2016). Pengujian dilakukan pada bibit vanili yang terindikasi jamur
F. oxysporum, kemudian diaplikasikan kombinasi larutan minyak wangi dan
parafin. Setelah itu akan dilihat reaksi kombinasi larutan dengan konsentrasi
yang berbeda terhadap efektivitas metode coating pada stek batang vanili.

3.5 Analisis Data


Rancangan penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan tiga kali pengulangan. Faktor yang diteliti adalah metode coating
(pencelupan, penuangan) sebagai faktor I dan ketebalan film (0,1 mm dan 0.2 mm)
sebagai faktor II. Analisis sidik ragam (ANOVA) digunakan untuk mengetahui
pengaruh metode coating dengan menambahkan minyak serai wangi dan parafin
terhadap efektifitas pertumbuhan jamur.
12

IV LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari penelitian yang akan dilakukan adalah dapat
menghasilkan analisis yang tepat. Harapannya penelitian ini dapat menentukan
metode yang tepat unutk mengapliaplikasin larutan coating nabati serai wangi agar
berfungsi dengan efektif.
13

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulos GT dan Mims CM. 1979. Introductory Mycology. New York : 630p.
Food and Agroculture Organization (FAO). 2019. Agricultural Census.
Fourie et.al. 2011. Current status of the taxonomic position of Fusarium oxysporum
formae specialis cubense within the Fusarium oxysporum complex. Journal
Infection, Genetics, and Evolution. 11(3) : 533-542.
Garcı́a-Maceira FI, Di Pietro A, Huertas-González MD, Ruiz-Roldán MC, Roncero
MIG. 2001. Molecular characterization of an endopolygalacturonase from
Fusarium oxysporum expressed during early stages of infection. Applied
and environmental microbiology. 67(5): 2191-2196.
Hadipoentyanti E dan Udarno L. 1982. Botani panili dalam monograf panili. Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.
Hartati SY dan Supriadi. 1994. Systemic action of bactericide containing
oxytetracycline and streptomycin sulphate in treated ginger rhizomes.
Journal of Spice and Medicinal Crops. 3(1): 7–11.
Hidayat AY dan Hariyadi. 2015. Respon pertumbuhan bibt panili (Vanilla
planifolia Andrews) terhadap aplikasi zat pengatur tumbuh dan pupuk cair
NPK. Jurnal Agrohorti. 3(1) : 39-46.
Ilyas S. 2006. Seed treatments using matriconditioning to improve vegetable seed
quality. Indonesian Journal of Agronomy. 34(2): 124-132.
Krochta JM, Johnston MC. 1997. Edible and biodegradable polymer films:
challenges and oppurtunities. J Food Technology. 51: 61–74.
Mukhlisin Ahmad. 2021. Karakterisasi coating pestisida nabati bibit tanaman vanili
berbahan dasar minyak serai wangi dan parafin [skripsi]. Bogor : IPB
University.
Nakahara K, Alzoreky NS, Yoshihashi Y, Nguyen HTT, Trakoontivakorn G. 2003.
Chemical composition and antifungal activity of essential oil from
Cymbopogon nardus (Citronella grass). JIRCAS. 37(4): 249-252.
Pinaria A. 2020. Jamur Fusarium yang Berasosiasi Dengan Penyakit Busuk Batang
Vanili di Indonesia. Manado : Unsrat Press.
Prasetyaningrum A, Rokhati N, Kinasih DN, Wardhani FDN. 2010. Karakterisasi
bioactive edible film dari komposit alginat dan lilin lebah sebagai bahan
pengemas makanan biodegradable. Di dalam: Hawa LT, Thohari I, Radiati
LE. 2013. Pengaruh pemanfaatan jenis dan konsentrasi lipid terhadap sifat
fisik edible film komposit whey-porang. JIIP. 23(1): 35-43.
Schippers B and Van Eck WH. 1981. Formation and survival of chlamydospores in
Fusarium. Di dalam: Nelson PE, Tousson TA and Cook RJ (eds.) Fusarium,
diseases, biology and taxonomy. Pennsylvania (US): The Pennsylvania
State University Press.
Semangun IG. 2000. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada Press
Setiawati W, Murtiningsih R, Gunaeni N, dan Rubiati T. 2008. Tumbuhan bahan
pestisida nabati dan cara pembuatannya untuk pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan (OPT). Lembang: Balai Penelitian Tanaman Sayur.
Suada IK. 2009. Pengendalian Ramah Lingkungan Busuk Batang Vanili. Bandung:
UNPAD Rress.
14

Summerell BA, Salleh B, Leslie JF. 2003. A utilitarian approach to Fusarium


identification. Plant disease. 87(2): 117-128.
Supriadi. 2018. Inovasi perlakuan benih dan implementasinya untuk memproduksi
benih bermutu tanaman rempah dan obat. Jurnal Litbang Pertanian.
37(2) :71-80
Susanto T dan Sucipto N. 1994. Teknologi Pengemasan Bahan Makanan. Blitar:
Family Publishing.
Sutedja IN dan Mayun IA. 2016. Penanggulangan penyakit busuk batang panili
(Fusarium batatatis Wr.) melalui pelaksanaan intensif teknologi budidaya
[skripsi]. Denpasar : Universitas Udayana.
Tombe M, Pangeran D, Haryani TS. 2012. Keefektifan formula minyak cengkeh
dan serai wangi terhadap Fusarium oxysporum f.sp. vanillae penyebab
busuk batang vanili. Jurnal Littri. 18(4): 143-150.
Tombe M, Sukamto dan D Sitepu. 1995. Penanggulangan penyakit busuk batang
panili (BBP) secara terpadu. Pros. Temu Tugas Pemantapan Budidaya dan
Pengolahan Panili di Lampung. Bandar Lampung : 69-77.
Vitalia N, Najib A, Ahmad AR
Yulia E. 2006. Aktivitas anti jamur minyak esensial dan ekstrak beberapa tanaman
keluarga Zingiberaceae dan Poaceae terhadap jamur Pestalotiopsis
versicolor penyebab penyakit hawar daun pada tanaman kayu manis
(Cinnamomum zeylanicum). Agrikultura. 17(3):217-224.
Zaubin R, Tombe M, Liew ECY. 2010. Vanilla production in Indonesia. In. Odoux
E. and M. Grisoni (Eds.) Vanilla. Medicinal and Aromatic Plants-Industrial
Profiles. CRC Press. Taylor & Francis Group. Boca Raton, London, New
York. pp. 283-294.
15

LAMPIRAN

Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Februari Maret April Mei


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Identifikasi dan
1
perumusan masalah
2 Perumusan solusi
3 Studi pustaka
Penyusunan usulan
4
penelitian
Bimbingan dan
5
konsultasi
6 Persiapan penelitian
Penelitian
7
(Pengambilan data)
8 Pengolahan data
Penyusunan laporan
9
akhir

Anda mungkin juga menyukai