Disusun oleh:
Bimo Wicaksono
11920015
Kelompok 4
Asisten:
Qonita Qurrotu’aini (11919014)
Haniifah Najmah P.R. (11919023)
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Minyak atsiri mawar dan kenanga telah lama digunakan dalam berbagai industri,
terutama dalam produksi kosmetik, parfum, dan obat-obatan. Namun, produksi minyak
atsiri dari bunga mawar dan kenanga di Indonesia masih belum optimal dan belum
dapat memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Data statistik menunjukkan
bahwa produksi minyak atsiri mawar pada tahun 2019 mencapai 1.300 kg dan
mengalami penurunan pada tahun 2020 menjadi 1.000 kg. Sementara itu, produksi
minyak atsiri kenanga pada tahun 2019 mencapai 10.000 kg dan mengalami penurunan
pada tahun 2020 menjadi 9.000 kg. Masalah yang terkait dengan produksi minyak atsiri
ini adalah kurangnya pengetahuan dan teknologi dalam penyulingan minyak atsiri yang
baik dan benar.
Teori umum tentang penyulingan minyak atsiri adalah bahwa minyak atsiri adalah
senyawa aromatik yang dihasilkan oleh tanaman melalui proses fotosintesis. Minyak
atsiri diambil dari bunga, daun, batang, dan akar tanaman melalui proses penyulingan
dengan menggunakan uap air atau pelarut organik lainnya. Metode ini digunakan
dalam industri kosmetik, parfum, dan obat-obatan karena mampu menghasilkan
minyak atsiri berkualitas tinggi dan aroma yang khas.
Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan produksi dan kualitas minyak atsiri dari
bunga mawar dan kenanga dengan mempraktikkan teknik penyulingan yang baik dan
benar serta penggunaan teknologi modern yang efisien. Selain itu, penting untuk
memberikan pelatihan dan pengetahuan kepada petani dalam teknik bercocok tanam
dan pemeliharaan tanaman yang baik untuk meningkatkan kualitas bahan baku.
Diharapkan dengan meningkatkan produksi dan kualitas minyak atsiri dari bunga
mawar dan kenanga, Indonesia dapat memenuhi permintaan pasar yang terus
3
meningkat dalam industri kosmetik, parfum, dan obat-obatan. Hal ini juga dapat
meningkatkan kesejahteraan petani sebagai produsen bahan baku dan memberikan
manfaat ekonomi yang signifikan bagi negara.
1.2.Tujuan
Praktikum ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Menentukan persentase rendemen bunga mawar dan kenanga pada mentega
kuning dan putih.
2. Menentukan kualitas hasil rendemen dari segi warna dan aroma.
1.3. Hipotesis
Hipotesis dari praktikum ini adalahs sebagai berikut :
1. Rendemen dari bunga mawar dan kenanga pada mentega putih akan lebih tinggi
daripada pada mentega kuning karena lemak putih memiliki daya serap yang
lebih baik daripada lemak kuning.
2. Rendemen yang dihasilkan pada mentega putih akan memiliki kualitas yang
lebih baik dari segi warna dan aroma dibandingkan dengan mentega kuning
karena mentega putih memiliki sifat yang lebih stabil dalam mengikat minyak
atsiri daripada mentega kuning.
4
BAB II
TEORI DASAR
2.1.Bunga Mawar
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Superdivisi: Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (Dicotyledonae)
Subkelas: Rosidae
Ordo: Rosales
Famili: Rosaceae
Subfamili: Rosoideae
Genus: Rosa
Bunga mawar biasanya berbentuk bundar atau cembung, dengan sejumlah kelopak
daun yang diatur dalam beberapa baris. Bunga mawar memiliki kelopak yang tipis dan
halus dengan tepi yang sering bergelombang. Daun pada kelopak bunga mawar
umumnya berbentuk oval atau lonjong dengan warna hijau tua dan tajam di tepinya.
Bunga mawar memiliki bermacam-macam warna, dari putih, merah muda, merah,
kuning, oranye, hingga ungu, tergantung pada jenisnya (Yuwono et al, 2015).
Bunga mawar merupakan sumber daya alam yang kaya akan senyawa aroma, sehingga
sangat cocok digunakan sebagai bahan dasar minyak atsiri. Kandungan senyawa aroma
yang tinggi dalam bunga mawar seperti geraniol, nerol, citronellol, dan fenil etil
alkohol, menjadikan aroma bunga mawar sangat khas dan menarik. Selain itu, minyak
atsiri bunga mawar sangat stabil dan memiliki kualitas yang baik, sehingga sering
digunakan dalam industri kosmetik dan parfum. Aroma bunga mawar juga diketahui
memiliki kemampuan untuk meredakan stres dan memberikan efek menenangkan,
serta memberikan khasiat yang baik untuk kulit. Oleh karena itu, minyak atsiri bunga
mawar merupakan pilihan yang populer dan efektif dalam menjaga kecantikan dan
5
kesehatan kulit serta memberikan aroma yang menyegarkan dan menenangkan
(Julianto, 2016).
2.2.Kenanga
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Superdivisi: Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (Dicotyledonae)
Subkelas: Magnoliidae
Ordo: Magnoliales
Famili: Annonaceae
Genus: Cananga
Spesies: Cananga odorata
Kenanga adalah pohon yang tumbuh hingga ketinggian 20 meter. Batang pohon ini
berwarna cokelat dengan permukaan yang halus, dan dapat mencapai diameter hingga
60 cm. Daun kenanga berbentuk oval atau lonjong, berwarna hijau tua, dengan panjang
sekitar 12-20 cm dan lebar 6-8 cm. Bunganya berbentuk seperti mangkuk dengan lima
kelopak daun berwarna hijau kekuningan, dan memiliki aroma yang sangat kuat dan
manis. Buah kenanga berbentuk bulat dengan diameter sekitar 4-5 cm, berwarna hijau
ketika masih muda dan kuning ketika matang (Dewi et al, 2017).
Keunggulan bunga Kenanga sebagai bahan minyak atsiri adalah kandungan senyawa
aroma yang tinggi, stabilitas yang baik bahkan dalam jangka waktu yang lama, khasiat
baik untuk kulit seperti membantu mengencangkan kulit, mengurangi tampilan garis
halus dan kerutan, serta kemampuan untuk melembabkan dan memperbaiki warna
kulit. Selain itu, aroma bunga Kenanga diketahui memiliki kemampuan untuk
meredakan stres dan memberikan efek menenangkan, sehingga sering digunakan
dalam terapi aromaterapi untuk membantu mengurangi stres dan kecemasan. Dalam
6
penggunaannya, minyak atsiri bunga Kenanga diproduksi dengan teknik penyulingan
yang tepat dan teliti, sehingga kualitas minyak tersebut sangat baik dan berkualitas
tinggi. Dengan keunggulannya tersebut, minyak atsiri bunga Kenanga merupakan
pilihan yang populer dan efektif dalam menjaga kecantikan dan kesehatan kulit serta
memberikan aroma yang menyegarkan dan menenangkan (Julianto, 2016).
2.3.Enfleurasi (Enfleurage)
Enfleurage adalah salah satu metode pengambilan minyak atsiri dari bahan bunga yang
sangat tua dan sering digunakan pada abad ke-19. Metode ini merupakan teknik
tradisional yang digunakan untuk menghasilkan minyak bunga mawar, mawar
damaskus, jasmin, dan beberapa jenis bunga lainnya yang memiliki keharuman yang
kuat. Enfleurage dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu enfleurage à chaud dan
enfleurage à froid.
Metode enfleurage à chaud melibatkan bunga yang diletakkan pada lemak atau minyak
yang telah dipanaskan. Bunga tersebut kemudian akan meresap ke dalam lemak dan
memberikan aroma yang khas. Setelah proses ini selesai, lemak yang telah terisi bunga
tersebut diambil dan dibersihkan dari bekas yang digunakan untuk proses ini. Metode
ini lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan enfleurage à froid, namun aroma yang
dihasilkan cenderung kurang kuat dan tajam.
Sedangkan metode enfleurage à froid melibatkan bunga yang diletakkan pada lemak
atau minyak tanpa dipanaskan terlebih dahulu. Bunga tersebut kemudian akan meresap
ke dalam lemak secara perlahan selama beberapa hari hingga aroma yang diinginkan
terperangkap di dalam lemak. Proses ini kemudian diulang dengan bunga segar yang
baru hingga lemak tersebut terisi dengan aroma yang diinginkan. Metode ini memakan
waktu yang lebih lama, namun aroma yang dihasilkan lebih kuat dan tajam
dibandingkan dengan metode enfleurage à chaud.
7
Kedua metode enfleurage membutuhkan bahan dasar lemak atau minyak yang
digunakan sebagai media pengambilan aroma dari bunga. Bahan dasar tersebut
biasanya berupa lemak yang berasal dari hewan seperti lemak babi atau sapi, atau
minyak nabati seperti minyak kelapa atau minyak zaitun. Setelah proses enfleurage
selesai, lemak atau minyak yang telah terisi aroma dari bunga kemudian akan diambil
dengan cara penyaringan atau distilasi (Soe’eib et al, 2017).
8
4. Pemerasan
Metode pemerasan melibatkan pemerasan bunga untuk mengeluarkan minyak atsiri.
Metode ini sering digunakan untuk bunga-bunga seperti jeruk, lemon, atau grapefruit
(Yuniati et al, 2021).
2. Kondisi iklim dan musim: Iklim dan musim juga mempengaruhi produksi
minyak atsiri dalam bunga. Beberapa spesies bunga dapat menghasilkan lebih
banyak minyak pada musim tertentu, seperti musim panas, dibandingkan
dengan musim dingin.
3. Waktu panen: Waktu panen juga memengaruhi jumlah minyak atsiri yang dapat
diekstraksi dari bunga. Bunga yang dipanen pada saat yang tepat dan benar akan
menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang
dipanen terlalu awal atau terlalu lambat.
5. Kondisi bunga: Kondisi bunga saat diambil minyak atsirinya juga memengaruhi
rendemen. Bunga yang segar dan masih dalam kondisi baik akan menghasilkan
9
rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang sudah layu atau
rusak.
6. Kualitas bahan baku: Kualitas bahan baku, seperti tingkat kebersihan dan
kesehatan bunga, juga memengaruhi rendemen minyak atsiri. Bunga yang
bersih dan sehat akan menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dan kualitas
minyak atsiri yang lebih baik (Pratiwi et al, 2016).
10
BAB III
METODOLOGI
11
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.2. Pembahasan
Rendemen minyak atsiri dapat diartikan sebagai jumlah minyak atsiri yang
diperoleh dari jumlah bahan baku yang digunakan pada proses pengambilan
minyak atsiri. Dalam penelitian ini, rendemen minyak atsiri dihitung sebagai
persentase berat dari minyak atsiri yang diperoleh dibandingkan dengan berat
bahan baku yang digunakan. Berdasarkan hasil pengamatan di atas, dapat dilihat
bahwa rendemen minyak atsiri yang dihasilkan berbeda-beda tergantung pada
jenis bahan baku dan jenis mentega yang digunakan. Rendemen tertinggi
dihasilkan dari mentega putih pada bunga mawar sebesar 24,289%. Sedangkan
rendemen terendah dihasilkan oleh mentega kuning pada bunga mawar sebesar -
12
53%. Rendemen yang berbeda ini mungkin disebabkan oleh perbedaan kandungan
minyak atsiri pada bahan baku yang digunakan, sifat fisik dan kimia dari bahan
baku, serta proses pengambilan minyak atsiri yang berbeda pada masing-masing
percobaan. Selain itu, faktor lain seperti suhu, tekanan, dan waktu ekstraksi juga
dapat mempengaruhi rendemen minyak atsiri yang dihasilkan. Pada pengamatan
juga ada rendemen yang negative. Rendemen negatif dapat terjadi jika hasil
ekstraksi minyak atsiri yang diperoleh lebih sedikit daripada berat bahan baku
yang digunakan. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa faktor seperti kerusakan
bahan baku, ketidakcocokan antara jenis bahan baku dengan jenis pelarut atau
metode ekstraksi yang digunakan, atau ketidakmampuan untuk mengambil minyak
atsiri secara maksimal dari bahan baku (Aprilia, 2014).
Aroma yang dihasilkan dari enfleurasi bunga mawar pada mentega putih adalah
"Aroma bau mawar tercium namun tidak menyengat. Mentega masih bagus
warnanya, tidak ada bau busuk." Sedangkan pada mentega kuning, aroma yang
dihasilkan adalah "Menyengat khas alkohol bercampur bau mentega." Aroma yang
dihasilkan dapat dipengaruhi oleh kandungan senyawa aromatik yang terdapat
pada bunga dan reaksi kimia yang terjadi selama ekstraksi. Pada bunga mawar,
senyawa aromatik yang terdapat di dalamnya adalah citronellol, geraniol, dan
nerol. Selama ekstraksi, senyawa-senyawa ini terlepas dari bunga dan terlarut
dalam mentega. Aroma yang dihasilkan dapat berbeda tergantung pada jenis
pelarut yang digunakan, suhu ekstraksi, dan waktu ekstraksi. Pada bunga kenanga,
senyawa aromatik yang terdapat di dalamnya adalah eugenol, linalool, dan benzyl
benzoate. Selama ekstraksi, senyawa-senyawa ini terlepas dari bunga dan terlarut
dalam mentega. Aroma yang dihasilkan juga dapat berbeda tergantung pada jenis
pelarut yang digunakan, suhu ekstraksi, dan waktu ekstraksi (Pratiwi & Utami,
2018).
Warna mentega yang dihasilkan juga dapat dipengaruhi oleh jenis bunga yang
digunakan dan reaksi kimia yang terjadi selama ekstraksi. Pada mentega putih
yang diekstrak dengan bunga mawar, warnanya masih bagus karena senyawa
pigmen yang terdapat pada bunga mawar tidak bereaksi dengan mentega putih.
13
Sedangkan pada mentega kuning yang diekstrak dengan bunga mawar, warnanya
menjadi kuning terang karena senyawa pigmen pada bunga mawar bereaksi
dengan mentega kuning. Pada kenanga, warna mentega putih menjadi kekuningan
karena senyawa pigmen pada bunga kenanga bereaksi dengan mentega putih,
sedangkan pada mentega kuning warnanya menjadi jernih karena adanya
pertumbuhan jamur pada mentega kuning (Kartiko et al, 2021).
Dari hasil pengamatan di atas, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
enfleurasi menggunakan mentega putih dan mentega kuning pada bunga mawar
dan kenanga. Pada bunga mawar, rendemen yang dihasilkan oleh mentega putih
sebesar 24.289%, sedangkan pada mentega kuning rendemennya justru negatif
sebesar -53%. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan komposisi kimia dalam
mentega putih dan kuning yang mempengaruhi kemampuan untuk menyerap
minyak atsiri dari bunga. Selain rendemen, terdapat perbedaan aroma yang
dihasilkan oleh kedua jenis mentega. Mentega putih menghasilkan aroma bunga
mawar yang tercium namun tidak menyengat, sementara mentega kuning
menghasilkan aroma yang lebih menyengat dan bercampur dengan aroma
mentega. Perbedaan lain yang terlihat adalah pada warna yang dihasilkan.
Mentega putih menghasilkan warna bening sedikit kekuningan, sedangkan
mentega kuning menghasilkan warna kuning terang. Sedangkan pada bunga
kenanga, mentega putih menghasilkan rendemen sebesar -7.855%, sementara
mentega kuning menghasilkan rendemen sebesar -40.921%. Hal ini mungkin
disebabkan oleh perbedaan dalam sifat-sifat fisik dan kimia kedua jenis mentega
yang mempengaruhi kemampuan untuk menyerap minyak atsiri dari bunga
kenanga. Perbedaan aroma pada bunga kenanga yang dihasilkan oleh kedua jenis
mentega juga terlihat, di mana mentega putih menghasilkan aroma bunga kenanga
yang lebih segar dibandingkan dengan mentega kuning, dan sedikit bau aneh yang
bukan kenanga pada mentega kuning. Sedangkan perbedaan warna yang
dihasilkan adalah mentega putih menghasilkan warna bening kekuningan,
sedangkan mentega kuning menghasilkan warna kuning jernih.
14
Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti perbedaan komposisi
kimia kedua jenis mentega, perbedaan konsistensi dan viskositas mentega, dan
perbedaan dalam interaksi antara minyak atsiri dari bunga dengan komponen-
komponen dalam mentega. Namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
memastikan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut (Faisal et al,
2016).
1. Jenis bahan baku (bunga): jenis bunga yang digunakan akan mempengaruhi
jumlah dan kualitas minyak atsiri yang dihasilkan. Setiap jenis bunga memiliki
komposisi kimia yang berbeda, yang akan memengaruhi sifat-sifat minyak
atsiri yang dihasilkan seperti aroma, warna, dan kestabilan.
3. Waktu enfleurage: lama waktu yang dibutuhkan dalam proses enfleurage juga
dapat mempengaruhi rendemen, aroma, dan warna. Waktu ekstraksi yang lebih
lama dapat menghasilkan minyak atsiri dengan rendemen yang lebih tinggi dan
aroma yang lebih intens, tetapi dapat menghasilkan warna yang lebih gelap dan
kestabilan yang lebih rendah.
15
Penyimpanan yang baik pada suhu dan kelembaban yang tepat dapat
mempertahankan kualitas minyak atsiri dalam jangka waktu yang lama
(Pratiwi et al, 2016).
Dalam hal perbedaan hasil antara mentega putih dan mentega kuning, faktor-faktor
seperti warna dan aroma dapat dipengaruhi oleh kandungan pigmen dan senyawa
lain dalam mentega, serta kondisi penyimpanan yang berbeda. Sedangkan
rendemen yang berbeda dapat dipengaruhi oleh komposisi dan kandungan lemak
dalam mentega, serta faktor-faktor ekstraksi yang berbeda.
2. Kualitas bahan baku: Kualitas bahan baku sangat penting dalam proses
enfleurage. Bunga atau bahan mentah yang digunakan harus segar dan
berkualitas baik agar dapat menghasilkan minyak atsiri berkualitas tinggi.
4. Tekanan dan suhu: Tekanan dan suhu juga berpengaruh terhadap keberhasilan
proses enfleurage. Tekanan harus cukup rendah dan suhu harus cukup rendah
pula agar bahan mentah tidak rusak atau terdegradasi.
16
menggunakan minyak, lemak, atau etanol. Setiap media pengekstraksi
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
1. Pemilihan bahan baku yang baik: Pemilihan bahan baku yang baik dan
segar merupakan faktor penting untuk mendapatkan kualitas minyak atsiri
yang baik. Bahan baku yang sudah rusak atau terlalu tua akan
menghasilkan minyak atsiri yang kurang berkualitas.
17
5. Pengendalian waktu: Waktu kontak antara bahan baku dan lemak adsorben
juga mempengaruhi kualitas minyak atsiri. Waktu kontak yang terlalu lama
dapat menyebabkan terjadinya oksidasi pada minyak atsiri, sehingga
kualitasnya menurun.
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum kali ini adalah :
1. Persentase rendemen yang dihasilkan dari praktikum berikut ini yang paling
besar adalah pada bunga mawar dengan mentega putih sebesar 24.289% dan
paling kecil pada bunga mawar dengan mentega kunin sebesar -53%. Hal ini
menunjukan bahwa perlakuan mawar dan mentega putih merupakan metode
yang terbaik untuk menghasilkan minyak atsiri kualitas tinggi dari segi
rendemen.
2. Dari segi warna dan aroma perlakuan yang terbaik adalah mentega putih
dengan bunga mawar dikarenakan warnanya masih bagus dikarenakan
senyawa pigmen yang terdapat pada bunga mawar tidak bereaksi dengan
mentega putih dan aromanya tercium dengan baik bunga mawarnya tanpa
tercium menyengat sama sekali.
5.2. Saran
Pada saat penyimpanan perlakuan disarankan agar disimpan dalam tempat tertutup
agar mengurangi kesempatan pencemaran dari mikroorganisme.
19
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, A. (2014). Aplikasi Pef (Pulsed Electric Field) Dan Tween 80 Pada Proses Ekstraksi
Minyak Atsiri Bunga Mawar [Doctoral dissertation] Malang : Fakultas Biologi,
Universitas Brawijaya
Faisal, R., Purwanti, R., & Chotijatun, N. (2016). Pengaruh jenis adsorben dalam proses
enfleurasi minyak atsiri daun kemangi (Ocimum Sanctum L.). Jurnal Permata
Indonesia, 7(1).
Kartiko, A. B., Kuspradini, H., & Rosamah, E. (2021). Karakteristik minyak atsiri daun
Melaleuca leucadendra L. dari empat lokasi yang berbeda Di Kabupaten Paser
Kalimantan Timur. ULIN J. Hutan Trop, 5, 80-85.
Pratiwi, L., Rachman, M. S., & Hidayati, N. (2016). Ektraksi minyak atsiri dari bunga cengkeh
dengan pelarut etanol dan N-Heksana. URECOL, 18.
Pratiwi, A., & Utami, L. B. (2018). Isolasi dan analisis kandungan minyak atsiri pada kembang
leson. Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi, 4(1), 42-47.
Soe’eib, S., Asri, N. P., & NH, A. D. S. (2017). Enfleurage essential oil from jasmine and rose
using cold fat adsorbent. Widya Teknik, 15(1), 58-61.
Yuniati, Y., Putri, S. N., Sambawa, P. R. R., Bhuana, D. S., & Mahfud, M. (2021). Ekstraksi
Minyak Atsiri dari Bunga Mawar (Rosa hybrda L.) dengan Metode Solvent Free
Microwave Extraction. ALCHEMY: Journal of Chemistry, 9(2), 43-47.
Yuwono, B., Fauziah, Y., & Setyaningsih, Y. R. (2015, June). Sistem Pakar Berbasis Web
Untuk Identifikasi Jenis Dan Penyakit Pada Bunga Mawar. In Seminar Nasional
Informatika (SEMNASIF) 1(3).
20
LAMPIRAN
21
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN
22
Tabel A.2 Hasil pengamatan karakteristik minyak atsiri metode enfleurasi
Volume
No Perlakuan akhir Warna Aroma
(ml)
Aroma bau mawar tercium namun
Kel 1
Bening sedikit tidak menyengat
1 (Mentega putih 135
kekuningan Mentega masih bagus warnanya,
- Mawar)
tidak ada bau busuk
Kel 2
(Mentega Menyengat khas alkohol bercampur
2 129 Kuning terang
kuning - bau mentega
Mawar)
Kel 3
Bening Bau bunga kenanga, lebih segar dari
3 (Mentega putih 131
kekuningan kenangan mentega kuning
- Kenanga)
bau kenanga, agak sedikit bau aneh
Kel 4
yang bukan kenanga, menteganya
(Mentega
4 139 Kuning jernih berbau sedikit busuk, karena ada
kuning -
jamurnya yang tumbuh di
Kenanga)
menteganya
23
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
24
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
25