Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TEKNOLOGI MINYAK SAWIT DAN ATSIRI

SERAI WANGI
Makalah Ini Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Teknologi
Minyak Sawit dan Atsiri
Yang Dibimbing oleh :
Ibu Fitriani, ST, MT

Disusun Oleh :
Kelompok II
Nabila Adhani NIM. 190140008
Zikki Muwaffaq NIM. 190140019
Safira Ramadani NIM. 190140104
Roja Andesta NIM. 190140115
Hajijah NIM.190140132

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
“Serai Wangi” atas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki kami berterima
kasih pada Ibu Fitriani, ST, MT. Selaku dosen mata kuliah Teknologi Minyak
Sawit dan Atsiri yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Serai Wangi. Penyusun
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, penyusun berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penyusun maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Lhokseumawe, 23 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1 Latar Belakang...........................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Minyak Atsiri.............................................................................................4
2.2 Serai Wangi...............................................................................................5
2.3 Senyawa Kimia Utama yang Terkandung dalam Serai Wangi.................8
2.4 Kandungan Kimia Serai Wangi.................................................................9
2.5 Kegunaan Minyak Atsiri Serai Wangi.......................................................9
2.6 Proses Pengolahan Serai Wangi..............................................................11
BAB III..................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..............................................................................................14
3.2 Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negeri tropis yang kaya sumber daya alam. Kekayaannya
yang menonjol itu telah dikenal dunia sejak lama. Selama berabadabad, salah satu
yang menarik dunia barat untuk datang adalah rempah-rempah. Sampai hari ini
Indonesia masih memainkan peran penting dalam perdagangan rempah-rempah,
termasuk minyak atsiri yang dihasilkannya beserta turunanturunannya. Minyak
atsiri dan turunan-turunannya adalah bagian utama dalam dunia flavour dan
fragrance. Industri flavour dan fragrance adalah bidang industri yang cukup besar.
Minyak sereh wangi adalah salah satu minyak atsiri yang penting. Senyawa-
senyawa penyusun minyak atsiri dan turunannya dipergunakan secara luas dalam
industri farmasi dan makanan. Indonesia termasuk produsen terbesar minyak
sereh wangi dunia (Timothy, 2021).
Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman sumber daya
alam hayati. Keanekaragaman ini sangat bermanfaat, terutama dengan banyaknya
spesies tumbuhan dan tanaman yang dapat digunakan sebagai obat. Tumbuhan
dan tanaman obat ini telah dijadikan obat tradisional yang turun temurun karena
obat tradisional memiliki banyak kelebihan diantaranya mudah diperoleh,
harganya yang lebih murah, dapat diramu sendiri dan memiliki efek samping yang
lebih kecil dibandingkan obat-obatan dari produk farmasi. Oleh sebab itu,
kecenderungan masyarakat untuk menggunakan obat tradisional yang berasal dari
alam atau herba dalam pemeliharaan kesehatan, kebugaran, dan pengobatan
semakin meningkat (Dewi et al., 2015). Tanaman yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans adalah sereh wangi, sirih hijau, dan
jahe merah. Sereh wangi dipercaya dapat dijadikan obat dan menjaga kebugaran.
Sereh wangi dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Salah satu
khasiatnya adalah sebagai obat kumur (Ardiansyah, 2020). Kandungan kimia dari
sereh adalah minyak atsiri, saponin, polifenol dan flavonoid.
Minyak atsiri adalah minyak yang berasal dari tanaman. Minyak atsiri
dikenal juga dengan nama lain minyak eteris atau minyak terbang (ethereal oil,
volatile oil) yang biasanya dihasilkan oleh tumbuhan. Komponen yang mudah
menguap sehingga membuat minyak atsiri biasa disebut sebagai minyak terbang.
Indonesia sendiri memiliki berbagai jenis tanaman memiliki potensi besar untuk
diolah menjadi minyak atsiri, salah satunya yaitu Serai wangi. Tanaman ini dapat
digunakan untuk membuat minyak atsiri karena pada jaringan parenkim terdapat
sel (kelenjar) minyak, minyak atsiri pada umumnya mengandung komponen kimia
yang dibagi menjadi dua golongan, yaitu Hydrocarbon dan Oxygenated
hydrocarbon. Kandungan utama senyawa penyusun kimia dalam minyak serai
wangi yaitu sitronelal, sitronelol, dan geraniol. Kandungan dalam minyak serai
wangi ini memiliki nilai ekonomi yang dapat ditingkatkan lagi dengan cara
membuat senyawa turunan dari komponen utama minyak tersebut. Nilai ekonomi
yang tinggi ini dapat dijamin dengan hasil pengujiannya atau distandarisasi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengertian Minyak Atsiri
b. Kandungan Kimia yang didalam Serai Wangi
c. Minyak Atsiri Serai Wangi Dengan Metode Membran Ekstraksi

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu minyak atsiri
b. Untuk mengetahui apa kandungan fisik dan kimia serai wangi
c. Untuk mengetahui Membran Ekstraksi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Minyak Atsiri


Minyak atsiri disebut minyak essensial karena pada suhu biasa (suhu
kamar) mudah menguap di udara terbuka. Istilah essensial dipakai karena minyak
atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Minyak atsiri umumnya tidak berwarna,
namun pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk
resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah.
Sebagaimana minyak lainnya, sebagian besar minyak atsiri tidak larut dalam air
dan pelarut polar lainnya. Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran
yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya
bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri
termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat
larut dalam minyak (lipofil). Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian
tanaman yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau
rhizome. Berbagai macam tanaman yang dibudidayakan atau tumbuh dengan
sendirinya di berbagai daerah di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk
diolah menjadi minyak atsiri, baik yang unggulan maupun potensial untuk
dikembangkan.
Bahan-bahan tanaman yang mengandung minyak atsiri sejak dulu telah
digunakan secara turun temurun sebagai rempah - rempah. Hingga saat ini minyak
atsiri masih banyak digunakan untuk keperluan bahan pangan, obat-obatan, cita
rasa (penyedap), kosmetika, parfum. Minyak atsiri dihasilkan dari tanaman
terentu, yang dapat dijumpai pada akar, batang, kulit, daun, bunga, dan biji.
Minyak atsiri mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman
yang menghasilkannya, dan pada umumnya larut dalam pelarut alkohol (Yulvianti
et al., 2014).
Minyak atsiri dapat diisolasi dengan berbagai metode ekstraksi seperti
penyulingan, pengepresan, pelarut menguap dan enfleurasi. Metode penyulingan
dipakai pada minyak yang tahan panas, lebih sederhana, dan tidak memerlukan
biaya yang besar. Metode pengepresan digunakan untuk minyak yang tidak tahan
panas dan digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri pada bagian tumbuhan yang
keras seperti batang kayu. Selanjutnya, metode pelarut menguap yang digunakan
untuk minyak yang tidak tahan panas akan tetapi biaya yang digunakan mahal
karena setiap dilakukan proses isolasi ini, pelarut akan mudah menguap dan
menambah biaya produksi minyak atsiri tersebut. Kemudian, metode enfleurasi
yang merupakan suatu metode yang digunakan untuk pengambilan minyak atsiri
yang berasal dari bunga karena aroma dari minyak atsiri yang dihasilkan lebih
wangi.

2.2 Serai Wangi


Serai Wangi (Cymbopogon nardus L) merupakan salah satu jenis tanaman
penghasil minyak atsiri. Hasil penyulingan daunnya, diperoleh minyak
seraiwangi yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama Citronella oil.
Minyak seraiwangi Indonesia dalam pasaran dunia terkenal dengan nama Java
Citronella Oil (Augustia et al., 2021). Komponen utama minyak seraiwangi
adalah sitronellal dan geraniol yang masing-masing mempunyai aroma yang khas
dan melebihi keharuman minyak serai sendiri.
Komponen- komponen tersebut diisolasi lalu diubah menjadi turunannya.
Baik minyak, komponen utama atau turunannya banyak digunakan dalam industri
kosmetika, parfum, sabun dan farmasi. Kandungan sitronellal dan geraniol yang
tinggi merupakan persyaratan ekspor. Minyak yang kurang memenuhi
persyaratan ekspor, dijual di pasar dalam negri sebagai bahan baku industri
sabun, pasta gigi dan obat-obatan. Minyak atsiri dari seraiwangi juga banyak
digunakan sebagai insektisida, nematisida, anti jamur, anti bakteri, hama
gudang maupun jamur kontaminant lainnya.
Sebelumnya di Indonesia telah dikenal dua jenis tanaman seraiwangi yang
dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifat morfologi dan fisiologinya, yaitu :

1. C. nardus Rendle atau Andropogon nardus Ceylon de YONG, yang


dikenal sebagai tipe Lena Batu
2. C. winter JOWITT atau A. nardus Java de YONG, yang dikenal sebagai
tipe Maha Pengiri.

Gambar 2.1 Cymbopogon nardus L


Klasifikasi tanaman serai wangi sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Ordo : Graminales
Famili : Panicodiae
Genus : Cymbopogon
Spesies : Cymbopogon nardus L. Rendle

Tanaman serai wangi memiliki ciri – ciri sebagai berikut :


1. Tumbuh berumpun.
2. Akar serabut jumlah cukup banyak, mampu menyerap unsur hara dalam
tanah cukup baik sehingga pertumbuhannya lebih cepat.
3. Daun pipih memanjang menyerupai alang – alang. Panjang daun
mencapai 1 meter melengkung. Lebar daun bila pertumbuhan normal antara
1 – 2 cm.
4. Bila daun diremas tercium aroma tajam khas serai wangi.
5. Warna daun hijau muda hingga hijau kebiru – biruan.
6. Batang berwarna hijau dan merah
keunguan.
Tanaman serai wangi mempunyai daya hidup yang kuat bahkan sering
digunakan pada daerah-daerah marginal, namun untuk dapat berproduksi dengan
baik tanaman ini perlu dilakukan pemupukan pada saat awal pertumbuhan, dan
setelah panen. Serai wangi ditanam langsung tanpa pengolahan dengan membuat
lubang tanama berukuran30 x 30 x 30 cm, dan jarak 100 x 100 cm. Lubang
tanam diberikan pupuk kandang dengan dosis 1-2 kg/rumpun. Penanaman
seraiwangi dilakukan pada saat musim hujan, denganmenanam 1-2 anakan
pada setiap lubang. Penyulaman dapat dilakukan bila ada tanaman yang mati
pada umur 1-2 minggu setelah tanaman. Pada umur 1 bulan setelah
tanamdilakukan pembubunan dan pemupukan dengan dosis sebanyak 100-150 kg
Urea, 60-90 kg SP36 dan 100-150 kg KCl per hektar, atau menyesuaikan dengan
status kesuburan lahan. Pemupukan selanjutnya dilakukan setelah panen pertama
dan setiap 6 bulan sekali.

2.3 Senyawa Kimia Utama yang Terkandung dalam Serai Wangi


Serai Wangi diketahui memiliki potensi senyawa untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang berdampak pada penyakit-penyakit infeksi bakteri.
Menurut Burdock (2002) senyawa utama minyak sereh wangi adalah sitronellal,
geraniol dan sitronellol. Sitronellal dengan rumus kimia C10H16O yang memiliki
nama kimia 3,7- dimetyl-6-octenal merupakan cairan yang tak berwarna yang
memiliki bau seperti minyak tawon dari golongan senyawa monoterpen.
Sitronellal bersifat optik karena mempunyai pusat khiral pada atom. Geraniol
(C10H18O) yang memiliki nama kimia 3,7-Dimethylocta-2,6-die-1-ol merupakan
persenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isoprene dan 1 molekul air. Geraniol
dapat dioksidasi menjadi sitral. Sitronellol, 3,7- dimethyloct-6-en-1-ol, atau sering
disebut juga dihydrogeraniol adalah suatu monoterpenoid alami dengan formula
C10H20O yang diperoleh dari minyak sereh wangi. Struktur dari senyawa
sitronellal, geraniol dan sitronellol dapat dilihat pada Gambar dibawah ini

Gambar 2.2 Struktur Sitronelal, Sitronelol, dan Geraniol


Sitronellal, geraniol, dan sitronellol yang merupakan senyawa utama
dalam minyak sereh wangi dibentuk oleh unsur karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O) dengan formula unsur C10, H16,18,20 dan O merupakan senyawa
terpenoid golongan monoterpen (C10). Menurut Harborne (1987), sebagian besar
antibakteri asal tumbuhan diketahui merupakan metabolit sekunder yang
teridentifikasi sebagai golongan fenolik dan terpenoid dalam fraksi minyak atsiri.
Aroma yang khas pada minyak sereh wangi dan juga sebagai penentu
kualitas minyak sereh wangi yang dihasilkan. Senyawa-senyawa ini memiliki
peran yang sangat penting di bidang industri bahan baku farmasi, industri pangan,
bahan baku parfum dan kosmetik. Senyawa dalam minyak sereh wangi ini tidak
hanya memberikan aromatik (bau menyenangkan), tetapi juga merupakan
senyawa dengan sifat terapi, dan memberikan perlindungan dari proses oksidasi
dan pembusukan oleh mikroorganisme (Yulvianti et al., 2014) .

2.4 Kandungan Kimia Serai Wangi


Kandungan kimia minyak atsiri Serai wangi (Cymbopogon nardus L.
Rendle) mengandung minyak atsiri yang berwarna kuning coklat sampai kuning
kecoklat – coklatan. Sereh wangi memiliki bau yang segar dan khas (Ardiansyah,
2020). Sereh wangi mengandung minyak atsiri sebanyak 0,49. Minyak sereh
wangi mengandung Sitronellal (32 – 45 %), Geraniol ( 12 – 18%), Sitronellol (12
– 15 %), Geraniol Asetat (3 – 8 %), Sitronellol Asetat (2 – 4 %), L-Limonene (2–
5 %), Elenol dan Sekswiterpene lain (2 – 5 %) dan Elemen dan Cadinene (2–5%)
(Ketaren, 2008). Sitronellal (C10H16O) dan geraniol (C10H18O) merupakan
senyawa yang bersifat anti jamur dan termasuk kelompok terpenoid yang
tergolong monoterpen yang mampu menekan pertumbuhan jamur patogen.
Mekanisme senyawa minyak atsiri sereh wangi sebagai antifungi yaitu
menghambat sintesis ergosterol (sterol utama pembentuk membran sel jamur)
sehingga struktur protein membran menjadi rusak dan permeabilitas membran
meningkat yang akan menyebabkan kematian sel jamur.

2.5 Kegunaan Minyak Atsiri Serai Wangi


1. Anti Bakteri dan Anti Jamur
Serai digunakan sebagai obat alami untuk menyembuhkan luka dan
membantu mencegah infeksi bakteri dan jamur. Penelitian 2010 menemukan
minyak atsiri serai efektif melawan berbagai bakteri yang resistan terhadap obat
seperti infeksi kulit, pneumonia, infeksi darah, dan usus.
2. Cegah Peradangan
Minyak serai diteliti mampu mengatasi peradangan pada kulit. Sebuah
studi tahun 2014 menunjukkan minyak atsiri serai memiliki efek antiinflamasi
yang kuat pada tikus dengan infeksi jamur.
3. Redakan Sakit Perut dan Mual
Serai digunakan sebagai obat tradisional untuk sejumlah masalah
pencernaan, mulai dari sakit perut hingga tukak lambung. Serai juga merupakan
bahan umum dalam teh herbal dan suplemen untuk mual. Meskipun sebagian
besar produk herbal menggunakan daun serai kering, menggunakan minyak
esensial untuk aromaterapi dapat memberikan manfaat serupa.
4. Atasi Diare
Menurut sebuah penelitian tahun 2006, serai dapat membantu
memperlambat diare secara alami. Menggunakan minyak serai secara topikal pada
perut dipercaya mampu meredakan sakit perut akibat diare.
5. Atasi Nyeri Sendi
Citral dalam minyak esensial serai dapat membantu meringankan rasa
sakit karena mengurangi peradangan. Menurut sebuah studi tahun 2017 pada
orang dengan rheumatoid arthritis, minyak sereh topikal mengurangi rasa sakit
radang sendi. Rata-rata, tingkat nyeri berkurang dari 80 hingga 50 persen dalam
30 hari.
6. Redakan Stress
7. Redakan Sakit
8. Atasi Ketombe
Manfaat lain minyak serai wangi sangat luas, antara lain sebagai
bahan baku parfum, antiseptik, kosmetik, obat-obatan, perisa makanan atau
minuman, pengusir serangga atau minuman, pengusir serangga, dan pencampur
rokok kretek. Beberapa jenis di antaranya digunakan sebagai bahan analgesik,
haemolitik atau sebagai antizimatik serta sedavita dan stimulan untuk obat sakit
perut. Minyak serai wangi juga digunakan untuk aneka jenis aerosol dan
pembersih lantai, deterjen, pewangi sabun. Dalam jumlah yang kecil juga
ditemukan pada industri produk makanan dan minuman, seperti anggur, saus,
permen danrempah. Minyak serai wangi berfungsisebagai penolak nyamuk
yang dapat ditambahkan pada berbagai jenis produk (gel pengharum ruangan,
lotion, pelet). Pada sabun, serai berkhasiat untuk menghilangkan kelelahan
dan pegal-pegal setelah beraktivitas, mencegah gigitan serangga, mengatasi
jerawat, baik dipunggung maupun diwajah, juga menghilangkan flek hitam
bekas jerawat. Aroma khas serai wangi pada sabun juga membantu sebagai
anti depresi (aromaterapi)
2.6 Proses Pengolahan Serai Wangi
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak nilam
yang diperoleh dari hasil penyulingan petani serai wangi. Penyulingan tanaman
serai wangi dilakukan dengan metoda penyulingan uap, dengan kapasitas alat
penyulingan 20 kg tanaman serai wangi selama 6 jam. Minyak serai wangi yang
diperoleh disimpan di dalam botol berwarna, ditutup dan diletakkan di dalam
ruang dingin dengan suhu 4 °C sampai dengan digunakan untuk penelitian. Bahan
yang digunakan untuk pembuatan membran dan percobaan pervaporasi adalah
polimer selulosa asetat (CA) merk Aldrich dengan kadar asetil 39,8 %, aseton
teknis, nitrogen cair, etanol teknis, Peralatan yang digunakan pada percobaan
meliputi gelas kimia, labu erlenmeyer, labu bundar berleher, pengaduk magnetik,
pelat kaca, batang silinder, neraca analitik, rangkaian alat pervaporasi dengan
diameter modul 5 cm, Fourier Transform Infra-Red Spectroscopy (FTIR) IR
Prestige-21, dan kromatografigas Shimadzu GC-14B. Penelitian ini terdiri dari
dua tahap, yaitu tahap I dan tahap II. Percobaan tahap I terdiri atas karakterisasi
umpan (serai wangi), pembuatan membran dan karakterisasi membran.
Karakterisasi umpan terutama penentuan komposisi umpan ditentukan
menggunakan alat kromatografi gas. Pembuatan membran dilakukan dengan
metoda inverse fasa melalui teknik penguapan pelarut Karakterisasi membran
dilakukan untuk mengetahui kestabilan membran yang akan digunakan.
Percobaan tahap II adalah pervaporasi serai wangi yang bertujuan untuk
mengevaluasi peningkatan kadar patchouli alkohol dalam serai wangi. Rancangan
Penelitian Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap
pola faktorial dengan tiga kali ulangan. Faktor perlakuan yang dipelajari adalah
aras suhu pervaporasi dan waktu pervaporasi. Parameter yang diamati dan
dihitung adalah kadar patchouli alkohol, fluks dan selektivitas membran. Untuk
mengetahui pengaruh setiap perlakuan, dilakukan analisa data dengan
menggunakan analisis sidik ragam. Bagi perlakuan yang berpengaruh nyata dan
sangat nyata, dilakukan uji beda rataan menggunakan uji Duncan pada taraf 5 %
dan 1 %.
1. Prosedur Penelitian
a. Karakterisasi umpan
Karakterisasi umpan dilakukan untuk mengetahui komposisi umpan,
dilakukan dengan menggunakan alat kromatografi gas. Kromatografigas juga
digunakan untuk analisis komposisi permeat yang dihasilkan. Kondisi
kromatografi gas yang digunakan sebagai berikut: kolom Carbowax 20 m, suhu
kolom 120 ºC, suhu injektor: 150 ºC, suhu detektor 180 ºC, gas pembawa:
nitrogen, laju gas pembawa 18 mL/menit, tekanan gas nitrogen 60 kPa, jumlah
sampel 0,1 μL dalam pembuatan membran. Pembuatan membran pervaporasi
selulosa asetat. Dengan modifikasi pada proses pengeringan. Membran dibuat
menggunakan metoda inversi fasa melalui teknik penguapan pelarut. Aseton
dicampur dengan selulosa asetat 15 % (b/b) dan diaduk perlahan sehingga
dihasilkan dope selulosa asetat. Dope diaduk dengan pengaduk magnetik selama
24 jam sampai homogen, didiamkan di dalam lemari pendingin 10 °C selama 24
jam untuk menghilangkan gelembung (debubbling). Selanjutnya dope dikeluarkan
dari lemari pendingin agar suhu dope kembali ke suhu kamar. Campuran dope
dicetak pada pelat kaca sehingga diperoleh membran tipis, dibiarkan pada suhu
kamar untuk melarutkan pelarutnya. Selanjutnya membran dikeringkan dengan
menggunakan oven pada suhu 50 °C selama 1 – 3 jam. Sebelum digunakan
membran ditempatkan di dalam desikator untuk menghindari penyerapan air ke
dalam membran. Membran yang digunakan berbentuk bulat dengan diameter 5
cm, sesuai dengan modul yang ada.

2. Karakterisasi membran.
a. Persen penyusutan
Penentuan persen penyusutan bidang dapat ditentukan dengan mengukur
panjang bidang membran sebelum dan sesudah proses pengeringan.
b. Ikatan hidrogen
Penentuan spektrum IR senyawa selulosa asetat menggunakan cara
pembuatan pellet KBr. Sebanyak 1 mg sampel digerus dengan 50 – 100 mg
serbuk KBr, kemudian dicetak peletnya dengan menggunakan pompa tekanan
hidrolik sehingga didapatkan pelet yang transparan. Pelet kemudian diukur
menggunakan alat FTIR IR-Prestige-21. Sedangkan untuk membran selulosa
asetat, penentuan spectrum IR dapat dilakukan secara langsung tanpa perlakuan
awal, yaitu dengan menempatkan membran pada holder dan identifikasi puncak
dapat dilakukan.

3. Pervaporasi.
Pervaporasi dilakukan mengikuti tahap-tahap sebagai berikut: pemeriksaan
sistem peralatan apakah mengalami kebocoran pada saat dilakukan pemvakuman,
umpan dialirkan pada modul membran, pervaporasi dilakukan di dalam rangkaian
alat yang disusun, permeat berupa fasa uap di tampung di dalam cold-trap untuk
dibekukan, sampel permeat diambil setiap rentang waktu tertentu (1 jam, 2 jam, 3
jam, dan 4 jam), setiapsampel permeat yang diambil di cairkan kembali dengan
cara dibiarkan pada suhu kamar, setiap sampel permeat yang telah dicairkan di
timbang dan di analisis komposisinya dengan kromatografi gas.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Minyak atsiri disebut minyak essensial karena pada suhu biasa (suhu
kamar) mudah menguap di udara terbuka.
2. Serai Wangi (Cymbopogon nardus L) merupakan salah satu jenis tanaman
penghasil minyak atsiri. Hasil penyulingan daunnya, diperoleh minyak
seraiwangi yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama
Citronella oil.
3. Serai Wangi diketahui memiliki potensi senyawa untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang berdampak pada penyakit-penyakit infeksi
bakteri dan banyak memiliki kandungan yang lainnya.

3.2 Saran
Mahasiswa agar dapat melihat referensi mengenai membran ekstraksi
lebih banyak lagi dan lebih dalam mengetahui mengenai makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, D. (2020). Ekstraksi Minyak Atsiri dari Serai Wangi (Cymbopogon


winterianus) Menggunakan Metode Ultrasonic-Microwave Assisted
Hydrodistillation.
Augustia, V. A. S., Charfadz, N., Akbar, R., & others. (2021). Pengaruh Waktu
Ekstraksi, Rasio Bahan/Pelarut, dan Daya Microwave Terhadap Hasil
Ekstraksi Minyak Serai Dapur dengan Bantuan Gelombang Mikro. Jurnal
Teknik Kimia USU, 10(2), 51–57.
Dewi, Z. Y., Nur, A., & Hertriani, T. (2015). Efek antibakteri dan penghambatan
biofilm ekstrak sereh (Cymbopogon nardus L.) terhadap bakteri
Streptococcus mutans. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 1(2), 136–141.
Timothy, H. (2021). Pengaruh nanopartikel silver ekstrak etanol daun serai dapur
(Cymbopogon citratus dc) terhadap sel kanker lidah (hsc-3)(studi apoptosis
pada mitochondrial membrane potential)(Laporan Penelitian). SKRIPSI-
2021.
Yulvianti, M., Sari, R. M., & Amaliah, E. R. (2014). Pengaruh perbandingan
campuran pelarut n-heksana-etanol terhadap kandungan sitronelal hasil
ekstraksi serai wangi (Cymbopogon nardus). Jurnal Integrasi Proses, 5(1).

Anda mungkin juga menyukai