FARMAKOGNOSI
“MINYAK ATSIRI”
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2 :
1. ZIAN
A FISKA SARI (1801029)
2. SELIYA HAPSARI (1801030)
3. GITA SANDRA (1801032)
4. M.ARISCHAL KURNIAWAN (1801039)
5. NURUL FITRIANI (1801040)
6. UCI RAHMAWITA (1801063)
7. HAYATUL HUSNA (1801064)
8. HANNA FAUDZIAH INALDA (1801066)
Dosen Pembimbing :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan judul “MINYAK
ATSIRI” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakognosi. Tidak sedikit
kesulitan yang sayai alami dalam proses penyusunan makalah ini. Namun berkat
dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara moral maupun materil,
akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada kesempatan ini saya
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing saya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................…3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................…3
BAB II PEMBAHASAN
E. PENYIMPANANMINYAKATSIRI..............................................................15
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................27
B. Saran............................... .................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri
dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang merupakan salah satu hasil
metabolisme tanaman. Minyak asiri bersifat mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai
rasa getir, serta berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak atsiri larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Nurdjanah, 1992).
Minyak atsiri hanya mengandung zat-zat kimia organik yang membentuk secara terpadu
aroma yang khas dari setiap jenis rempah-rempah, seperti halnya pada kayu manis. Aroma
kulit dan daun kayu manis ini berasal dari minyak atsiri yang dihasilkan melalui proses
destilasi uap (Rismunandar, 1990). Pada saat ini bagian dari kayu manis yang banyak
dimanfaatkan adalah bagian kulit. Hal ini sangat disayangkan karena pada umur panen (8
tahun) hanya dihasilkan kulit kering antara 2 sampai 3 kg per pohon, padahal masih banyak
daun dan ranting yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan minyak atsiri
kayu manis (Sumangat dkk, 2003).
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
3
A. DEFINISI MINYAK ATSIRI
Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak
Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak
nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-
wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, ulingan
Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang dapat
ditemukandalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai karena
minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan murni tanpa pencemar,
minyak atsiri tidak berwarna.Namun pada penyimpanan yang lama, minyak atsiri
dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua
(gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi
dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap .Bejana
tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan hubungan
langsung dengan udara, ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu,
seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah
menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi
sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik
tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).
Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu proses
penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan
tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman.
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya
industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavouring agent) dalam
industri makanan dan minuman (Ketaren, 1985).
Seperti bahan-bahan lain yang memiliki sifat fisik, minyak atsiri juga memiliki
sifat fisik yang bisa di ketahui melalui beberapa pengujian. Sifat fisik dari setiap
minyak atsiri berbeda satu sama lain. Sifat fisik terpenting dari minyak atsiri adalah
dapat menguap pada suhu kamar sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan
metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan komponen kimia dan
komposisinya dalam minyak asal.
Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu : bau yang karakteristik, bobot jenis,
indeks bias yang tinggi, bersifat optis aktif.
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu,
seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah
menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi
5
sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik
tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).
b. Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25 0C terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis menggunakan
alat piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180.
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam penentuan mutu dan
kemurnian minyak atsiri (Gunther, 1987).
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di pengaruhi dari ukuran
bahan dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik yang di peroleh
dari pengujian bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.
c. Indeks Bias
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan
alat Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran yang menembus dua
6
macam media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian terjadi pembiasan
(perubahan arah sinar) akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk
identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian (Guenther, 1987).
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya.
Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi
minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan
minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar
patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.
Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil
berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat minyaknya lebih banyak terkandung
dalam minyak, yang mengakibatkan kerapatan molekul minyak lebih tinggi dan sinar
yang menembus minyak sukar diteruskan. Semakin sukar sinar diteruskan dalam
suatu medium (minyak) maka nilai indeks bias medium tersebut semakin tinggi.
d. Putaran Optik
Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi
cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh
jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan
putaran optik menggunakan alat Polarimeter (Ketaren, 1985).
7
Besar putaran optik minyak merupakan gabungan nilai putaran optik senyawa
penyusunnya. Penyulingan bahan berukuran kecil akan menghasilkan minyak yang
komponen senyawa penyusunnya lebih banyak (lengkap) dibanding dengan bahan
ukuran besar, sehingga putaran optik yang terukur adalah putaran optik dari gabungan
(interaksi) senyawa-senyawa yang biasanya lebih kecil dibanding putaran optik
gabungan senyawa yang kurang lengkap (sedikit) yang dihasilkan bahan berukuran
besar. Putaran optik minyak dari semua perlakuan bersifat negatif, yang berarti
memutar bidang polarisasi cahaya kekiri. Nilainya antara (-) 5,03 sampai (-) 6,75
derajat. Nilai ini lebih besar dibanding standar EOA (1970) yang nilainya (-) 2 sampai
0 derajat.
Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut organik dan tidak
larut dalam air. Berikut adalah hasil pengujian tingkat kelarutan minyak dalam
alkohol yang dipengaruhi oleh semua faktor perlakuan dan kombinasinya.
e. Warna
9
a. Bilangan Asam
Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam
organik pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara
alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas minyak
(Kataren, 1985).
Hasil analisis minyak kilemo menunjukkan bahwa minyak kilemo dari kulit
batang yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan asam
tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode rebus
mempunyai bilangan asam terendah. Besarnya bilangan asam minyak kilemo dari
daun yang disuling dengan metode kukus adalah 1.22 dan yang disuling dengan
metode rebus 0.72 sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling
dengan metode kukus besarnya 4.20, dan yang disuling dengan metode rebus 1.72.
Adanya perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo hasil penyulingan daun dan
kulit batang disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa asam pada minyak.
Sedangkan perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo yang disuling dengan
sistem kukus dan rebus, kemungkinan disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada
waktu penyulingan dengan sistem kukus.
b. Bilangan Ester
Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk
penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada minyak dapat menandakan bahwa
minyak tersebut mempunyai aroma yang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa
minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus secara visual
mempunyai bilangan ester tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari kulit batang yang
disuling dengan metode rebus menghasilkan bilangan ester terendah.
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang disuling dengan
metode kukus adalah 31.66, dan yang disuling dengan metode rebus 28.55.
Sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode
kukus besarnya 18.74 dan yang disuling dengan metode rebus besarnya 17.6.
Perbedaan nilai bilangan ester minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang
tumbuhan kilemo kemungkinan disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa
ester pada minyak. Dari pengamatan diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun
mempunyai aroma yang lebih segar bila dibandingkan aroma minyak dari kulit
10
batang. Sifat aroma minyak ini dapat membuat tingginya bilangan ester pada minyak
tersebut.
Minyak atsiri juga dapat mengalami kerusakan yang mengakibatkan
perubahan sifat kimia minyak atsiri yaitu dengan proses oksidasi, hidrolisa, dan
resinifikasi.
a. Oksidasi
Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan rangkap dalam
terpen. Peroksida yang bersifat labil akan berisomerisasi dengan adanya air, sehingga
membentuk senyawa aldehid, asam organik, dan keton yang menyebabkan perubahan
bau yang tidak dikehendaki (Ketaren, 1985).
b. Hidrolisis
Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester. Proses
hidrolisis ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga
terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara sempurna dengan
adanya air dan asam sebagai katalisator (Ketaren, 1985).
c. Resinifikasi
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan
senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan (ekstraksi)
minyak yang mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama penyimpanan (Ketaren,
1985).
Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat mudah menguap dan
mudah teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan perubahan secara fisika maupun
kimia pada minyak atsiri. Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat terjadi saat :
1. Penyimpanan bahan
Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan ukuran bahan
mempengaruhi jumlah minyak atsiri, terutama dengan adanya penguapan secara
bertahap yang sebagian besar disebabkan oleh udara yang bersuhu cukup tinggi. Oleh
karena itu, bahan disimpan pada udara kering bersuhu rendah.
Minyak pipermin merupakan minyak atsiri alkohol yang penting diantara minyak
atsiri alkohol yang lain. Minyak ini dihasilkan oleh daun tanaman Mentha
piperitaLinn. (nama daerah: poko, famili Labiatae). Daun poko segar
mengandungminyak atsiri sekitar 1%, juga mengandung resin dan tanin. Sementara
daun yang telah dikeringkanmengandung2% minyak permen.
12
Minyak cengkeh merupakan minyakatsiri fenol. Minyak ini diperolehdari
tanaman Eugenia caryophyllata atau Syzigiumcaryophyllum (famili
Myrtaceae).Bagian yang dimanfaatkanbunga dan daun. Namun demikianbunga lebih
utama dimanfaatkankarena mengandung minyak atsiri sampai 20%.Minyak cengkeh,
terutama tersusun oleh eugenol, yaitu sampai 95% dari jumlah minyak atsiri
keseluruhan. Selain eugenol, juga mengandung aseto- eugenol, beberapa senyawa dari
kelompok sesquiterpen, serta bahan- bahan yang tidak mudah menguap seperti tanin,
lilin, dan bahan serupa damar.Kegunaan minyak cengkeh antara lain analgetik, obat
mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah. Contoh : Eugenia caryophyllata
Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari hasil
penyulinganbuah Pimpinella anisum atau dari Foeniculumvulgare (famili Apiaceae
atau Umbelliferae).Minyak yang dihasilkan, terutama tersusun oleh komponen-
komponen terpenoid seperti anetol, sineol, pinenadan felandrena. Minyak adas
digunakandalam pelengkap sediaanobat batuk, sebagai korigen odoris untuk menutup
bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan farfum. Contoh : Pimpinella
anisum,Foeniculum vulgare
Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi daun
Melaleuca leucadendonL (famili Myrtaceae).Komponen penyusunminyak atsiri kayu
putih paling utama adalah sineol 85%
Minyak gondopuro merupakan minyak atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh
dari isolasidaun dan batang Gaultheria procumbens L (famili Erycaceae).Komponen
penyusunminyak ini adalah metil salisilat yang merupakan bentuk ester.Minyak ini
digunakansebagai korigenodoris, bahan parfum, dalam industri permen, dan minuman
sebagai tidak beralkohol Contoh : metil salisilat,Gaultheria procumbens L
Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1) penyulingan
(distillation), 2) pengepresan (pressing), 3) ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent
extraction), 4) ekstraksi dengan lemak.
Metode penyulingan
13
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung
dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam secara
sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri khas
model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena
itu, sering disebut penyulingan langsung.Penyulingan dengan cara langsung ini dapat
menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak tersuling) dan terjadi
pula penurunan mutu minyak yang diperoleh.
Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada
prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja, air penghasil
uap tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan
berupa uap jenuh atau uap kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer.
Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas
rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai
permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap
selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan
disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas (Lutony &
Rahmayati, 1994).
Metode pengepresan
14
Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik yang mudah
menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik pada umumnya digunakan mengekstraksi
minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, terutama untuk
mengekstraksi minyak atsiri yang berasal dari bunga misalnya bunga cempaka,
melati, mawar, dan kenanga.Pelarut yang umum digunakan adalah petroleum eter,
karbon tetra klorida dan sebagainya (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri sebaiknya disimpan dalam gelas yang berwarna gelap, atau biru
cobalt, atau violet, tidak diletakkan langsung terkena sinar matahari dan dalam
kondisi dingin, beberapa minyak seperti citrus dan yang mahal biasanya disimpan
dalam lemari es dan diusahakan disimpan dalam botol yang ditutup rapat agar aroma
minyak atsiri tidak mempengaruhi makanan yang disimpan bersamanya. Minyak atsiri
(sebagai contoh cedarwood) dapat berbentuk padat karena kandungan sesquiterpen
(cedrol) yang tinggi; fennel berbentuk padat karena kandungan transanethole; Rose
otto berbentuk semi kristal karena kandungan lilin (steropenes). Untuk
mencairkannya kembali, minyak atsiri tersebut diletakkan pada wadah yang diisi air
panas.
Kebanyakan minyak atsiri memiliki shelf life selama 2 tahun terkecuali untuk
minyak citrus dan pine yang memiliki waktu expire sekitar 8-9 bulan Minyak Citrus
adalah yang paling mudah terurai atau rusak, hal tersebut ditunjukkan dengan warna
yang makin keruh dan bau yang menjadi manis. Beberapa minyak atsiri seperti
frankincense, patchouli dan sandal wood dapat meningkat mutunya dengan makin
lama disimpan. Kadang-kadang terjadi perubahan aroma dan warna dari minyak atsiri
selam penyimpanan akibat dari komponen alami yag dikandungnya. Sebagai contoh
camoline german pada saat muda (baru diekstrak) berwarna hijau gelap/biru dan akan
15
berubah menjadi midnight blue jika disimpan lama Lavender yan baru didestilasi akan
menghasiilkan bau tumbuhan yang kurang enak tetapi akan berubah dengan
penyimpanan.
1. Membandingkan minyak atsiri dan minyak lemak pada permukaan air
a. Air + 1 tetes minyak cengkeh → minyak menyebar dan tidak keruh, air
tidak bercampur
b. Air + 1 tetes minyak menthe → minyak menyebar dan tidak keruh
c. Air + 1 tetes minyak kayu manis → minyak menyebar dan tidak keruh
d. Air + 1 tetesminyak kayu putih → minyak menyebar dan tidak keruh
e. Air + 1 tetes Oleum Anisi → minyak menyebar dan tidak keruh
f. Air + 1 tetes minyak lemak → cairan kental tidak menyatu dan jernih
2. Membandingkan minyak atsiri dan minyak lemak pada kertas saringSemua
sampel minyak atsiri menguap dengan sempurna dan cepat kering. Sedangkan pada
minyak lemak keringnya agak lama dan noda pada kertas saring terlihat transparan
lebih gelap.
3. Membandingkan minyak atsiri dan natrium klorida
a. 1 ml minyak kayu putih + 1 ml natrium klorida → volume minyak kayu
putih naik, warna agak keruh putih
b. 1 ml minyak kayu manis + 1 ml natrium klorida → volume minyak kayu
manis tetap, warna kuning
c. 1 ml minyak anisi + 1 ml natrium klorida → volume minyak anisi tetap,
larutan jernih
d. 1 ml minyak menthae + 1 mlnatrium klorida → volume minyak menthae
tetap, larutan jernih
e. 1 ml minyak cengkeh + 1 ml natrium klorida → volume minyak cengkeh
tetap, warna kuning
4. Mengukur kelarutan minyak atsiri dalam etanol, petroleum eter, dan kloroforn.
a. Dengan Etanol
minyak kayu putih 25 tetes + etanol 5 tetes
16
minyak kayu manis 25 tetes + etanol 4 tetes
minyak menthae 25 tetes + etanol 8 tetes
minyak cengkeh 25 tetes + etanol 5 tetes
minyak anisi 25 tetes + etanol 7 tetes
b. Dengan Petroleum eter
minyak kayu putih 25 tetes + Petroleum eter 10 tetes
minyak kayu manis 25 tetes + Petroleum eter 7 tetes
minyak menthae 25 tetes + Petroleum eter 6 tetes
minyak cengkeh 25 tetes + Petroleum eter 4 tetes
minyak anisi 25 tetes + Petroleum eter 5 tetes
c. Dengan Kloroform
minyak kayu putih 25 tetes + Kloroform 20 tetes
minyak kayu manis 25 tetes + Kloroform 20 tetes
minyak menthae 25 tets + Kloroform 30 tetes
minyak cengkeh 25 tetes + Kloroform 20 tetes
minyak anisi 25 tetes + Kloroform 15 tetes
1. Deteksi adanya senyawa fenol dalam minyak atsiri
a. minyak cengkeh + ferri klorida
perubahan warna : saat ditetesi ferri klorida larutan berwarna biru lalu memudar,
warna kuning dibawah dan jernih diatas.
b. minyak menthae + ferri klorida
perubahan warna : tidak terjadi perubahan warna, minyak di atas etanol dibawah
c. minyak kayu putih + ferri klorida
perubahan warna : tidak terjadi perubahan warna, minyak diatas etanol dibawah dan
terdapat cincin pemisah
d. minyak kayu manis + ferri klorida
perubahan warna : tidak terjadi perubahan warna, minyak diatas etanol dibawah
e. minyak anisi + ferri klorida
perubahan warna : tidak terjadi perubahan warna, minyak diatas etanol dibawah
6. Deteksi terjadinya reduksi volume minyak atsiri yang mengandung fenol dan
turunannya
a. Minyak Cengkeh
17
terjadi reduksi volume, karena volume berkurang sebelum ditambah ferri klorida
setelah ditambah ferri klorida.
b. Minyak Menthae
terjadi reduksi volume, karena volume berkurang sebelum ditambah ferri klorida
setelah ditambah ferri klorida
c. Minyak Cinnamomi
terjadi reduksi volume, karena volume berkurang sebelum ditambah ferri klorida
setelah ditambah ferri klorida
d. Minyak Cajuputi
terjadi reduksi volume, karena volume berkurang sebelumditambah ferri klorida
setelah ditambah ferri klorida
e. Minyak Anisi
terjadi reduksi volume, karena volume berkurang setelah ditambah ferri klorida
18
diamkan 10 menit, ambil sedikit campuran, taruh dalam objek glass. Kristal yang
dihasilakn putih bergerombol.
19
2. Simplisia : Piperis Nigri Fructus
Tanaman asal : Piper nigrum Linne
Bagian yang diambil :
Cara pengolahan
pemerian
Kandungan : amida asam, khavisin (rasa pedas), minyak atsiri,
amilum,minyak lemak
Kegunaan : stimulansia, aromatik, stomachikum, karminativum
20
Kegunaan : iritasi lokal, antiseptik, dalam industri(insektisida, pelarut
lilin untuk semir sepatu
21
Pemerian
Kandungan :Minyak atsiri, Asam Format, Asam benzoat
Kegunaan :Korigen odoris,Penurun panas, Penghenti ASI.
22
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan : Pati, damar, minyak atsiri yang mengandung Zingeron,
Zingiberib, borneor, kamfer, Sineor dan Felabdren.
Kegunaan : Stimulansia, Karminativa, diaforetika.
23
Kandungan : Siltrat 4%,Gerasil asetat,Terpeniol, Metil
neptanon,d-limonen
Kegunaan : Aromatikum
24
Kandungan :Minyak atsiri 45%, protein25-50%, glikosida
amigdalin1-3%, amandin.
Kegunaan :sedativum, obat batuk, corrigen saporis, sebagai emulgator.
25
Kandungan : Glukovanillin, Glukovanillat alkohol, gula 10%, minyak lemak
10%, kalsium oksalat
Kegunaan : Corrigens, peraksik pembentuk warna dalam analisis
farmasi, parfum, industri makanan dan minuman
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak
Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak
nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-
wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, ulingan
Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
26
B. Saran
Kami merasa dalam penyajian makalah ini masih sangat banyak kekurangan dan
kelemahan maka dari itu kami meminta kepada teman-teman memberikan kritikan
atau saran, yang nantinya akan erguna untuk memperbaiki hasil makalah ini dan
bermanfaat bagi kita semua dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Gunther, E., 1987. Minyak Atsiri. Jilid I. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Gunther, E., 1990. Minyak Atsiri. Jilid III A. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Mulyani, Sri. 2009. Analisis GC-MS dan Daya Anti Bakteri Minyak Atsiri.
27
Yogyakarta.
Yuwono, L.A. Jayanto, H. 1992. Skripsi : Pemisahan Minyak Atsiri dari Kulit
28