Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

FARMAKOGNOSI
“MINYAK ATSIRI”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2 :

1. ZIAN
A FISKA SARI (1801029)
2. SELIYA HAPSARI (1801030)
3. GITA SANDRA (1801032)
4. M.ARISCHAL KURNIAWAN (1801039)
5. NURUL FITRIANI (1801040)
6. UCI RAHMAWITA (1801063)
7. HAYATUL HUSNA (1801064)
8. HANNA FAUDZIAH INALDA (1801066)

Dosen Pembimbing :

Aried Eriadi, M.Farm, Apt

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan judul “MINYAK
ATSIRI” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakognosi. Tidak sedikit
kesulitan yang sayai alami dalam proses penyusunan makalah ini. Namun berkat
dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara moral maupun materil,
akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada kesempatan ini saya
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing saya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami


membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang.
Akhir kata, besar harapan saya agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang,22 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................…3

B. Rumusan Masalah.........................................................................................…3

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI MINYAK ATSIR....................................................................….4

B. SIFAT FISIKA KIMIA MINYAK ATSIRI.....................…....................…5

C. PENGGOLONGAN MINYAK ATSIRI...................................................…12

D. ISOLASI MINYAK ATSIRI..........................................................................14

E. PENYIMPANANMINYAKATSIRI..............................................................15

F. IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI .............................................................16

G. FUNGSI MINYAK ATSIRI DALAM BIDANG FARMASI......................19

H. PEMERIAN MINYAK ATSIRI...............................................................….19

I. KOMPONEN UTAMA PENYUSUN MINYAK ATSIRI ..........................19

J. SIMPLISIA MINYAK ATSIRI GOLONGAN HIDROKARBON............20

K. SIMPLISIA MINYAK ATSIRI GOLONGAN ALDEHID........................23

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................27

B. Saran............................... .................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang bagian-


bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah
melewati berbagai macam uji seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji
biofarmasetika.

Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri
dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang merupakan salah satu hasil
metabolisme tanaman. Minyak asiri bersifat mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai
rasa getir, serta berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak atsiri larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Nurdjanah, 1992).

Minyak atsiri hanya mengandung zat-zat kimia organik yang membentuk secara terpadu
aroma yang khas dari setiap jenis rempah-rempah, seperti halnya pada kayu manis. Aroma
kulit dan daun kayu manis ini berasal dari minyak atsiri yang dihasilkan melalui proses
destilasi uap (Rismunandar, 1990). Pada saat ini bagian dari kayu manis yang banyak
dimanfaatkan adalah bagian kulit. Hal ini sangat disayangkan karena pada umur panen (8
tahun) hanya dihasilkan kulit kering antara 2 sampai 3 kg per pohon, padahal masih banyak
daun dan ranting yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan minyak atsiri
kayu manis (Sumangat dkk, 2003).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan minyak atsiri ?


2. Bagaimana sifat fisika dan kimia dari minyak atsiri ?
3. Bagaimana penggolongan dari minyak atsiri?
4. Bagaimana isolasi dari minyak atsiri?
5. Bagaimana pemyimpanan minyak atsiri?
6. Bagaimana identifikasi dari minyak atsiri?
7. Jelaskan fungsi minyak atsiri dalam bidang farmasi?
8. Bagaimana pemerian minyak atsiri?
9. Apa saja simplisia-simplisia minyak atsiri golongan hidrokarbon dan golongan aldehit?

BAB II

PEMBAHASAN

3
A. DEFINISI MINYAK ATSIRI

Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak
Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak
nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-
wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, ulingan
Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.

Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang dapat
ditemukandalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai karena
minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan murni tanpa pencemar,
minyak atsiri tidak berwarna.Namun pada penyimpanan yang lama, minyak atsiri
dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua
(gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi
dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap .Bejana
tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan hubungan
langsung dengan udara, ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.

Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu,
seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah
menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi
sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik
tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).

Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan pewangi, penyedap (flavoring),


antiseptic internal, bahan analgesic, sedative serta stimulan. Terus berkembangnya
penggunaan minyak atsiri di dunia maka minyak atsiri di Indonesia merupakan
penyumbang devisa negara yang cukup signifikan setelah Cina (Sastrohamidjoyo,
2004).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya
peruraian lapisan resin dari dinding sel. Minyak atsiri terkandung dalam berbagai
organ tanaman, seperti didalam rambut kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-
sel parenkim (pada famili Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen
(pada famili Pinaceae dan Rutaceae).
4
Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak
atsiri yang komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan, seperti minyak nilam dan
minyak akar wangi. Minyak atsiri kelompok ini lazimnya langsung digunakan tanpa
diisolasi komponen-komponen penyusunnya sebagai pewangi berbagai produk.
Kedua, minyak atsiri yang komponen-komponen senyawa penyusunnya dapat dengan
mudah dipisahkan menjadi senyawa murni, seperti minyak sereh wangi, minyak daun
cengkeh, minyak permen dan minyak terpentin. Senyawa murni hasil pemisahan
biasanya digunakan sebagai bahan dasar untuk diproses menjadi produk yang lebih
berguna.

Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu proses
penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan
tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman.
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya
industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavouring agent) dalam
industri makanan dan minuman (Ketaren, 1985).

B. SIFAT FISIKA KIMIA MINYAK ATSIRI

1. SIFAT FISIKA MINYAK ATSIRI

Seperti bahan-bahan lain yang memiliki sifat fisik, minyak atsiri juga memiliki
sifat fisik yang bisa di ketahui melalui beberapa pengujian. Sifat fisik dari setiap
minyak atsiri berbeda satu sama lain. Sifat fisik terpenting dari minyak atsiri adalah
dapat menguap pada suhu kamar sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan
metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan komponen kimia dan
komposisinya dalam minyak asal.
            Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu : bau yang karakteristik, bobot jenis,
indeks bias yang tinggi, bersifat optis aktif.

a. Bau yang karakteristik

Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu,
seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah
menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi
5
sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik
tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).

b. Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25 0C terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis menggunakan
alat piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180.
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam penentuan mutu dan
kemurnian minyak atsiri (Gunther, 1987).
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di pengaruhi dari ukuran
bahan dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik yang di peroleh
dari pengujian bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.

Uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan Bo dan B1 tidak berbeda nyata


terhadap bobot jenis, tapi keduanya berbeda dengan perlakuan B2. Nilai bobot jenis
minyak ditentukan oleh komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Semakin
tinggi kadar fraksi berat maka bobot jenis semakin tinggi. Pada waktu penyulingan,
penetrasi uap pada bahan  berukuran kecil berlangsung lebih mudah karena
jaringannya lebih terbuka sehingga jumlah uap air panas yang kontak dengan minyak
lebih banyak. Kondisi tersebut mengakibatkan komponen fraksi berat minyaknya
lebih mudah dan cepat diuapkan. Dari segi ukuran bahan, bobot jenis tertinggi
(0,9935) diperoleh dari bahan ukuran kecil, sedangkan dari segi lama penyulingan,
bobot jenis tertinggi (0,9911) diperoleh pada penyulingan 4 jam. Kombinasi
perlakuan yang menghasilkan bobot jenis paling tinggi (0,9979) adalah A1B1C0,
yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam.
Nilai bobot jenis semua perlakuan berkisar antara 0,9722 sampai 0,9979.

c. Indeks Bias

Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan
alat Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran yang menembus dua
6
macam media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian terjadi pembiasan
(perubahan arah sinar) akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk
identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian (Guenther, 1987).

Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya.
Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi
minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan
minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar
patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil
berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat minyaknya lebih banyak terkandung
dalam minyak, yang mengakibatkan kerapatan molekul minyak lebih tinggi dan sinar
yang menembus minyak sukar diteruskan. Semakin sukar sinar diteruskan dalam
suatu medium (minyak) maka nilai indeks bias medium tersebut semakin tinggi.

Sebagian besar komponen minyak kulit kayumanis terdiri atas kelompok


senyawa terpen-o yang mempunyai berat molekul dan kerapatan yang lebih tinggi
dibanding kelompok senyawa terpen, tetapi relatif mudah larut dalam air. Semakin
lama penyulingan, senyawa terpen-o semakin banyak terlarut dalam air panas yang
mengakibatkan kerapatan minyak menurun sehingga indeks biasnya lebih rendah.
Kombinasi perlakuan yang menghasilkan indeks bias paling tinggi (1,5641) adalah
perlakuan A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama
penyulingan 4 jam. Nilai indeks bias semua perlakuan berkisar antara 1,5515 sampai
1,5641; nilai ini lebih rendah dibanding standar mutu dari Essential Oil Association of
USA (EOA) tahun 1970 yang mensyaratkan nilai 1,5730 – 1,5910.

d. Putaran Optik
Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi
cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh
jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan
putaran optik menggunakan alat Polarimeter (Ketaren, 1985).

Besarnya putaran optik tergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa,


panjang jalan yang ditempuh sinar melalui senyawa tersebut dan suhu pengukuran.

7
Besar putaran optik minyak merupakan gabungan nilai putaran optik senyawa
penyusunnya. Penyulingan bahan berukuran kecil akan menghasilkan minyak yang
komponen senyawa penyusunnya lebih banyak (lengkap) dibanding dengan bahan
ukuran besar, sehingga putaran optik yang terukur adalah putaran optik dari gabungan
(interaksi) senyawa-senyawa yang biasanya lebih kecil dibanding putaran optik
gabungan senyawa yang kurang lengkap (sedikit) yang dihasilkan bahan berukuran
besar. Putaran optik minyak dari semua perlakuan bersifat negatif, yang berarti
memutar bidang polarisasi cahaya kekiri. Nilainya antara (-) 5,03 sampai (-) 6,75
derajat. Nilai ini lebih besar dibanding standar EOA (1970) yang nilainya (-) 2 sampai
0 derajat.

e. Kelarutan Dalam Alkohol

            Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya minyak


atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri mempunyai
nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk
menentukan suatu kemurnian minyak atsiri.
Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang yang
larutdalam air, sehingga kelarutannya mudah diketahui dengan menggunakan
etanolpada berbagai tingkat konsentrasi. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri
jugatergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut.
Kelarutan minyak juga dapat berubah karena lamanya penyimpanan. Halini
disebabkan karena proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan, sehinggauntuk
melarutkannya diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi. Kondisipenyimpanan
kurang baik dapat mempercepat polimerisasi diantaranya cahaya,udara, dan adanya
air bisa menimbulkan pengaruh yang tidak baik.

            Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut organik dan tidak
larut dalam air. Berikut adalah hasil pengujian tingkat kelarutan minyak dalam
alkohol yang dipengaruhi oleh semua faktor perlakuan dan kombinasinya.

Uji BNJ terhadap pengaruh susunan bahan menunjukkan bahwa susunan


bahan bertingkat (A1) menghasilkan minyak minyak yang secara nyata lebih mudah
larut dalam alkohol, dibanding susunan tidak bertingkat (A0) (Gambar 8). Tingkat
kelarutan minyak dalam alkohol dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi senyawa yang
8
dikandungnya. Menurut Heath (1978), minyak atsiri yang konsentrasi senyawa
terpennya tinggi, sukar larut; sedangkan yang banyak mengandung senyawa terpen-o
mudah larut dalam etanol. Dalam penyulingan bertingkat, uap panas lebih mudah dan
cepat menembus bahan yang susunannya tidak padat dibanding susunan tidak
bertingkat, sehingga senyawa terpen-o yang titik didihnya lebih rendah, lebih banyak
terdapat dalam minyak sehingga minyaknya mudah larut dalam alkohol. Uji BNJ
pengaruh ukuran bahan menunjukkan bahwa minyak dari bahan berukuran besar (B2)
secara sangat nyata lebih sukar larut dalam alkohol dibanding ukuran kecil (B0) dan
sedang (B1) (Gambar 9). Bahan yang berukuran lebih besar, lebih sukar diuapkan
minyak atsirinya sehingga senyawa fraksi berat dalam minyak seperti seskuiterpen
akan terpolimerisasi akibat pengaruh panas terus menerus dalam penyulingan dan
polimer yang terbentuk tidak dapat diuapkan. Kondisi tersebut mengakibatkan
komposisi terpen-o dalam minyaknya lebih rendah sehingga minyaknya sukar larut
dalam alkohol. Uji BNJ terhadap lama penyulingan menunjukkan bahwa minyak yang
dihasilkan dari penyulingan 6 jam lebih sukar larut dibanding penyulingan 4 jam.

Semakin lama penyulingan maka senyawa fraksi-fraksi berat dalam minyak


akan lebih banyak sehingga kelarutannya dalam alkohol semakin rendah. Kombinasi
perlakuan yang menghasilkan minyak yang lebih mudah larut dalam alkohol dengan
nisbah volume alkohol dan minyak 1,25:1 adalah A1B1C0, yaitu perlakuan susunan
bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Menurut standar
EOA (1970), kelarutan minyak dalam etanol 70% adalah dalam nisbah volume
alkohol dengan minyak sebesar 3:1 atau lebih.

e. Warna

Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda


hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah
warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther (1990) mengatakan bahwa
minyak akan berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal rempah, aromatik
tinggi, kuat dan tahan lama.

2. SIFAT KIMIA MINYAK ATSIRI

9
a. Bilangan Asam
Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam
organik pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara
alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas minyak
(Kataren, 1985).
Hasil analisis minyak kilemo menunjukkan bahwa minyak kilemo dari kulit
batang yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan asam
tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode rebus
mempunyai bilangan asam terendah. Besarnya bilangan asam minyak kilemo dari
daun yang disuling dengan metode kukus adalah 1.22 dan yang disuling dengan
metode rebus 0.72 sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling
dengan metode kukus besarnya 4.20, dan yang disuling dengan metode rebus 1.72.
Adanya perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo hasil penyulingan daun dan
kulit batang disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa asam pada minyak.
Sedangkan perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo yang disuling dengan
sistem kukus dan rebus, kemungkinan disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada
waktu penyulingan dengan sistem kukus.

b. Bilangan Ester
Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk
penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada minyak dapat menandakan bahwa
minyak tersebut mempunyai aroma yang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa
minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus secara visual
mempunyai bilangan ester tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari kulit batang yang
disuling dengan metode rebus menghasilkan bilangan ester terendah.
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang disuling dengan
metode kukus adalah 31.66, dan yang disuling dengan metode rebus 28.55.
Sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode
kukus besarnya 18.74 dan yang disuling dengan metode rebus besarnya 17.6.
Perbedaan nilai bilangan ester minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang
tumbuhan kilemo kemungkinan disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa
ester pada minyak. Dari pengamatan diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun
mempunyai aroma yang lebih segar bila dibandingkan aroma minyak dari kulit

10
batang. Sifat aroma minyak ini dapat membuat tingginya bilangan ester pada minyak
tersebut.
Minyak atsiri juga dapat mengalami kerusakan yang mengakibatkan
perubahan sifat kimia minyak atsiri yaitu dengan proses oksidasi, hidrolisa, dan
resinifikasi.
a. Oksidasi
Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan rangkap dalam
terpen. Peroksida yang bersifat labil akan berisomerisasi dengan adanya air, sehingga
membentuk senyawa aldehid, asam organik, dan keton yang menyebabkan perubahan
bau yang tidak dikehendaki (Ketaren, 1985).

b. Hidrolisis
Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester. Proses
hidrolisis ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga
terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara sempurna dengan
adanya air dan asam sebagai katalisator (Ketaren, 1985).

c. Resinifikasi
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan
senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan (ekstraksi)
minyak yang mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama penyimpanan (Ketaren,
1985).

Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat mudah menguap dan
mudah teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan perubahan secara fisika maupun
kimia pada minyak atsiri. Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat terjadi saat :
1.      Penyimpanan bahan
Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan ukuran bahan
mempengaruhi jumlah minyak atsiri, terutama dengan adanya penguapan secara
bertahap yang sebagian besar disebabkan oleh udara yang bersuhu cukup tinggi. Oleh
karena itu, bahan disimpan pada udara kering bersuhu rendah.

2.      Proses ekstraksi


a. Proses ekstraksi
11
Perubahan sifat kimia dapat disebabkan karena suhu ekstraksi terlalu tinggi.
b. Perubahan sifat kimia
pada proses ini terutama disebabkan karena adanya air, uap air, dan suhu tinggi.
c. Proses pengepresan
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena minyak atsiri
berkontak dengan udara.

C. PENGGOLONGAN MINYAK ATSIRI


Berdasarkan komponen penyusun nya, minyak atsiri dibagi menjadi beberapa
golongan :Minyak Atsiri Hidrokarbon,Minyak Atsiri Alkohol,Minyak,Atsiri
Ester,Minyak Atsiri Oksida,Minyak Atsiri Eter Fenol,Minyak Atsiri Fenol

1. MINYAK ATSIRI HIDROKARBON


Komponen penyusunnya sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa
hidrokarbon, yang meliputi minyak terpentin.Minyak ini diperolehdari tanaman-
tanaman bermarga pinus (famili Pinaceae).Komponen terpenting sebagian besar
berupa asam-asam resin (hingga 90%), ester-ester dari asam-asamlemak, dan
senyawa inert yang netral disebut resena. Terpentinlarut dalam alkohol, eter,
kloroform, dan asam asetat glasial dan bersifat optis aktif.
Kegunaannya dalam farmasi adalah sebagaiobat luar, melebarkan
pembuluhdarah kapiler, dan merangsang keluarnya keringat dan terpentin jarang
digunakan sebagai obat. Contohnya : terpentin oil,pinus merkusil.
2. MINYAK ATSIRI ALKOHOL

Minyak pipermin merupakan minyak atsiri alkohol yang penting diantara minyak
atsiri alkohol yang lain. Minyak ini dihasilkan oleh daun tanaman Mentha
piperitaLinn. (nama daerah: poko, famili Labiatae). Daun poko segar
mengandungminyak atsiri sekitar 1%, juga mengandung resin dan tanin. Sementara
daun yang telah dikeringkanmengandung2% minyak permen.

Sebagai penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang farmasi


digunakansebagai anti gatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat. Sementara
pada industri digunakansebagai pewangi pasta gigi. Contoh : Mentha piperita

3. MINYAK ATSIRI FENOL

12
Minyak cengkeh merupakan minyakatsiri fenol. Minyak ini diperolehdari
tanaman Eugenia caryophyllata atau Syzigiumcaryophyllum (famili
Myrtaceae).Bagian yang dimanfaatkanbunga dan daun. Namun demikianbunga lebih
utama dimanfaatkankarena mengandung minyak atsiri sampai 20%.Minyak cengkeh,
terutama tersusun oleh eugenol, yaitu sampai 95% dari jumlah minyak atsiri
keseluruhan. Selain eugenol, juga mengandung aseto- eugenol, beberapa senyawa dari
kelompok sesquiterpen, serta bahan- bahan yang tidak mudah menguap seperti tanin,
lilin, dan bahan serupa damar.Kegunaan minyak cengkeh antara lain analgetik, obat
mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah. Contoh : Eugenia caryophyllata

4. MINYAK ATSIRI ETER FENOL

Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari hasil
penyulinganbuah Pimpinella anisum atau dari Foeniculumvulgare (famili Apiaceae
atau Umbelliferae).Minyak yang dihasilkan, terutama tersusun oleh komponen-
komponen terpenoid seperti anetol, sineol, pinenadan felandrena. Minyak adas
digunakandalam pelengkap sediaanobat batuk, sebagai korigen odoris untuk menutup
bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan farfum. Contoh : Pimpinella
anisum,Foeniculum vulgare

5. MINYAK ATSIRI OKSIDA

Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi daun
Melaleuca leucadendonL (famili Myrtaceae).Komponen penyusunminyak atsiri kayu
putih paling utama adalah sineol 85%

6. MINYAK ATSIRI ESTER

Minyak gondopuro merupakan minyak atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh
dari isolasidaun dan batang Gaultheria procumbens L (famili Erycaceae).Komponen
penyusunminyak ini adalah metil salisilat yang merupakan bentuk ester.Minyak ini
digunakansebagai korigenodoris, bahan parfum, dalam industri permen, dan minuman
sebagai tidak beralkohol Contoh : metil salisilat,Gaultheria procumbens L

D. ISOLASI MINYAK ATSIRI.

Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1) penyulingan
(distillation), 2) pengepresan (pressing), 3) ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent
extraction), 4) ekstraksi dengan lemak.

Metode penyulingan

a. Penyulingan dengan air

13
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung
dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam secara
sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri khas
model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena
itu, sering disebut penyulingan langsung.Penyulingan dengan cara langsung ini dapat
menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak tersuling) dan terjadi
pula penurunan mutu minyak yang diperoleh.

b. Penyulingan dengan uap

Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada
prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja, air penghasil
uap tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan
berupa uap jenuh atau uap kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer.

c. Penyulingan dengan air dan uap

Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas
rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai
permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap
selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan
disuling hanya  berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas (Lutony &
Rahmayati, 1994).

Metode pengepresan

Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap


bahan berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang
cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak
atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir ke permukaan bahan. Contohnya
minyak atsiri dari kulit jeruk dapat diperoleh dengan cara ini (Ketaren, 1985).

Ekstraksi dengan pelarut menguap

14
Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik yang mudah
menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik pada umumnya digunakan mengekstraksi
minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, terutama untuk
mengekstraksi minyak atsiri yang berasal dari bunga misalnya bunga cempaka,
melati, mawar, dan kenanga.Pelarut yang umum digunakan adalah petroleum eter,
karbon tetra klorida dan sebagainya (Ketaren, 1985).

Ekstraksi dengan lemak padat

Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk


mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi.

E. PENYIMPANAN MINYAK ATSIRI

Minyak atsiri sebaiknya disimpan dalam gelas yang berwarna gelap, atau biru
cobalt, atau violet, tidak diletakkan langsung terkena sinar matahari dan dalam
kondisi dingin, beberapa minyak seperti citrus dan yang mahal biasanya disimpan
dalam lemari es dan diusahakan disimpan dalam botol yang ditutup rapat agar aroma
minyak atsiri tidak mempengaruhi makanan yang disimpan bersamanya. Minyak atsiri
(sebagai contoh cedarwood) dapat berbentuk padat karena kandungan sesquiterpen
(cedrol) yang tinggi; fennel berbentuk padat karena kandungan transanethole; Rose
otto berbentuk semi kristal karena kandungan lilin (steropenes).  Untuk
mencairkannya kembali, minyak atsiri tersebut diletakkan pada wadah yang diisi air
panas.  

  

Minyak atsiri sebaiknya dipindahkan pada botol-botol yang berukuran kecil


karena untuk mengurangi terbukanya dengan oksigen, diusahakan agar sedapat
mungkin tutupnya tidak terbuka lama. Pada saat menggunakan minyak atsiri, cegah
terjadinya pencemaran.  Jangan menyentuh bagian bibir botol atau tutupnya.  Jika
menggunakan pipet, pergunakan pipet yang berbeda untuk minyak atsiri yang berbeda

      Kebanyakan minyak atsiri memiliki shelf life selama 2 tahun terkecuali untuk
minyak citrus dan pine yang memiliki waktu expire sekitar 8-9 bulan Minyak Citrus
adalah yang paling mudah terurai atau rusak, hal tersebut ditunjukkan dengan warna
yang makin keruh dan bau yang menjadi manis. Beberapa minyak atsiri seperti
frankincense, patchouli dan sandal wood dapat meningkat mutunya dengan makin
lama disimpan.  Kadang-kadang terjadi perubahan aroma dan warna dari minyak atsiri
selam penyimpanan akibat dari komponen alami yag dikandungnya.  Sebagai contoh
camoline german pada saat muda (baru diekstrak) berwarna hijau gelap/biru dan akan

15
berubah menjadi midnight blue jika disimpan lama Lavender yan baru didestilasi akan
menghasiilkan bau tumbuhan yang kurang enak tetapi akan berubah dengan
penyimpanan.

F. IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI

1. Identifikasi Minyak Atsiri secara umum

1.      Membandingkan minyak atsiri dan minyak lemak pada permukaan air
a.       Air + 1 tetes minyak cengkeh → minyak menyebar dan tidak keruh, air
tidak bercampur
b.      Air + 1 tetes minyak menthe → minyak menyebar dan tidak keruh
c.       Air + 1 tetes minyak kayu manis → minyak menyebar dan tidak keruh
d.      Air + 1 tetesminyak kayu putih → minyak menyebar dan tidak keruh
e.       Air + 1 tetes Oleum Anisi → minyak menyebar dan tidak keruh
f.       Air + 1 tetes minyak lemak → cairan kental tidak menyatu dan jernih
2.      Membandingkan minyak atsiri dan minyak lemak pada kertas saringSemua
sampel minyak atsiri menguap dengan sempurna dan cepat kering. Sedangkan pada
minyak lemak keringnya agak lama dan noda pada kertas saring terlihat transparan
lebih gelap.
3.      Membandingkan minyak atsiri dan natrium klorida
a.       1 ml minyak kayu putih + 1 ml natrium klorida → volume minyak kayu
putih naik, warna agak keruh putih
b.      1 ml minyak kayu manis + 1 ml natrium klorida → volume minyak kayu
manis tetap, warna kuning
c.       1 ml minyak anisi + 1 ml natrium klorida → volume minyak anisi tetap,
larutan jernih
d.      1 ml minyak menthae + 1 mlnatrium klorida → volume minyak menthae
tetap, larutan jernih
e.       1 ml minyak cengkeh + 1 ml natrium klorida → volume minyak cengkeh
tetap, warna kuning
4.      Mengukur kelarutan minyak atsiri dalam etanol, petroleum eter, dan kloroforn.
a.       Dengan Etanol
 minyak kayu putih 25 tetes + etanol 5 tetes
16
 minyak kayu manis 25 tetes + etanol 4 tetes
 minyak menthae 25 tetes + etanol 8 tetes
 minyak cengkeh 25 tetes + etanol 5 tetes
 minyak anisi 25 tetes + etanol 7 tetes
b.      Dengan Petroleum eter
 minyak kayu putih 25 tetes + Petroleum eter 10 tetes
 minyak kayu manis 25 tetes + Petroleum eter 7 tetes
 minyak menthae 25 tetes + Petroleum eter 6 tetes
 minyak cengkeh 25 tetes + Petroleum eter 4 tetes
 minyak anisi 25 tetes + Petroleum eter 5 tetes
c.       Dengan Kloroform
 minyak kayu putih 25 tetes + Kloroform 20 tetes
 minyak kayu manis 25 tetes + Kloroform 20 tetes
 minyak menthae 25 tets + Kloroform 30 tetes
 minyak cengkeh 25 tetes + Kloroform 20 tetes
 minyak anisi 25 tetes + Kloroform 15 tetes
1. Deteksi adanya senyawa fenol dalam minyak atsiri
a. minyak cengkeh + ferri klorida
perubahan warna : saat ditetesi ferri klorida larutan berwarna biru lalu memudar,
warna kuning dibawah dan jernih diatas.
b. minyak menthae + ferri klorida
perubahan warna : tidak terjadi perubahan warna, minyak di atas etanol dibawah
c.       minyak kayu putih + ferri klorida
perubahan warna : tidak terjadi perubahan warna, minyak diatas etanol dibawah dan
terdapat cincin pemisah
d.      minyak kayu manis + ferri klorida
perubahan warna : tidak terjadi perubahan warna, minyak diatas etanol dibawah
e.       minyak anisi + ferri klorida
perubahan warna : tidak terjadi perubahan warna, minyak diatas etanol dibawah
6.      Deteksi terjadinya reduksi volume minyak atsiri yang mengandung fenol dan
turunannya
a.       Minyak Cengkeh

17
terjadi reduksi volume, karena volume berkurang sebelum ditambah ferri klorida
setelah ditambah ferri klorida.
b.       Minyak Menthae
terjadi reduksi volume, karena volume berkurang sebelum ditambah ferri klorida
setelah ditambah ferri klorida
c.       Minyak Cinnamomi
terjadi reduksi volume, karena volume berkurang sebelum ditambah ferri klorida
setelah ditambah ferri klorida
d.      Minyak Cajuputi
terjadi reduksi volume, karena volume berkurang sebelumditambah ferri klorida
setelah ditambah ferri klorida
e.       Minyak Anisi
terjadi reduksi volume, karena volume berkurang setelah ditambah ferri klorida

2. Identifikasi komponen Khusus dalam Minyak Atsiri

1.      Uji Osazon untuk Oleum Cinnamomi


sari Cinnamomi + 1 ml klorofrom → kering diatas objek glass → kering, lalu + 2
tetes larutan fenilhidrazin HCl dalam air Kristal yang terbentuk :
2.      Uji terhadap adanya eugenol dalam Oleum Caryophylli
a.       objek glass I
Oleum Caryoophylli + larutan NaOH + KBr 1 tetes → Oleum Caryophylli tidak
bereaksi dengan larutan garam NaOH + KBr sehingga tidak terjadi kristal
b.      ojek glass II
awalnya Oleum Caryophylli berwarna jernih + larutan besi (warna jernih) di diamkan
→ berwarna kuning lama-lama coklat kekuningan. kristal yang terbentuk :
3.      Uji perbedaan Cubeba Fructus dan Piperis nigri Fructus
Uji Piperis nigri Fructus setelah ditetesi dengan asam sulfat ada perubahan warna
serbuk. Serbuk yang awalnya berwarna putih kekuningan berubah menjadi coklat
muda lama kelamaan menjadi coklat tua.
4.      Uji adanya Felandren
Piperis nigri Fructus + 5 ml Petroleum eter (diamkan 15 menit, saring) → filtrate
dicampur dengan 5 ml larutan Natrium nitrit, tambahkan 5 ml asam asetat glacial

18
diamkan 10 menit, ambil sedikit campuran, taruh dalam objek glass. Kristal yang
dihasilakn putih bergerombol.

G. FUNGSI MINYAK ATSIRI DALAM BIDANG FARMASI


Dalam industri farmasi minyak atsiri digunakan sebagai antibakteri, antifungi,
antiseptik, pengobatan lesi, antinyeri, dapat digunakan sangat luas dan spesifik,
khususnya dalam berbagai bidang industri. Banyak contoh kegunaan minyak atsiri,
antara lain dalam industri kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo dan lotion) dalam
industri makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa dalam
industri parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi, dalam
industri bahan pengawet bahkan digunakan pula sebagai insektisida. Oleh karena itu,
tidak heran jika minyak atsiri banyak diburu oleh berbagai Negara.

H. PEMERIAN MINYAK ATSIRI


Pemerian : Cairan jernih, bau seperti bau bagian tanaman asal.
Kelarutan : Mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk.

I. KOMPONEN UTAMA PENYUSUN MINYAK ATSIRI


Umumnya zat organik pada minyak atsiri tersusun dari unsur C, H, dan O. berupa
senyawa alipatis atau aromatis meliputi kelompok hidrokarbon, ester, eter, aldehid,
keton, alkohol, dan asam.
J. CONTOH SIMPLISIA MINYAK ATSIRI GOLONGAN HIDROKARBON
1. Simplisia : Cubebae Fructus
Tanaman asal : Piper cubeba L
bagian yang diambil:
Cara pengolahan
Pemerian
Kandungan : minyak atsiri, lignan, resin, gom, asam kubebat,
minyak lemak
Kegunaan : Diuretikum dan ekspektoran

19
2. Simplisia : Piperis Nigri Fructus
Tanaman asal : Piper nigrum Linne
Bagian yang diambil :
Cara pengolahan
pemerian
Kandungan : amida asam, khavisin (rasa pedas), minyak atsiri,
amilum,minyak lemak
Kegunaan : stimulansia, aromatik, stomachikum, karminativum

3. Simplisia : Piperis Albi Fructus


Tanaman asal : Piper nigrum L.
Bagian yang diambil :
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan :amida asam, khavisin (rasa pedas), minyak
atsiri,amilum,minyak lemak
Kegunaan : stimulansia, aromatik, stomachikum, karminativum

4. Simplisia : Piperis Folium


Tanaman asal : Piper betle L.
Bagian yang diambil :
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan :Minyak atsiri, khavikol,seskuiterpen, tannin,
gula,amilyum,
Kegunaan : obat batuk, obat kumur, antiseptik

5. Simplisia : Oleum Terebinthinae


Tanaman asal : Piinus palustris Miller
Bagian yang diambil :
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan : terpinolen, bornil asetat,

20
Kegunaan : iritasi lokal, antiseptik, dalam industri(insektisida, pelarut
lilin untuk semir sepatu

6. Simplisia : Canangae ordoratae Flos


Tanaman asal : Cananga ordoratae (Lamk.) Hook.
Bagian yang diambil : Bunga
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan : Mengandung minyak yang khas
Kegunaan : untuk obat malaria, asma, bronkitis, jamu setelah
melahirkan.

7. Simplisia : Caryophylli Flos


Tanaman asal : Eugenia Caryophyllus (Spreng)
Bagian yang diambil :Bunga
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan :Eugenol, zat berupa damar, Kariofillin
Kegunaan : Stimulansia, Obat mules, Antimetukum.

8. Simplisia : Lavandula Angustifolia flos


Tanaman asal : Lavandula Angustifolia mill
Bagian yang diambil :Bunga
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan :Linalol asetat
Kegunaan : Bahan lotion Antinyamuk, Aromaterapi, parfum, minyak
gosok, ramuan untuk mandi.

9. Simplisia : Jasmini Flos


Tanaman asal : Jasminum sambae (L)
Bagian yang diambil :Bunga
Cara pengolahan :

21
Pemerian
Kandungan :Minyak atsiri, Asam Format, Asam benzoat
Kegunaan :Korigen odoris,Penurun panas, Penghenti ASI.

10. Simplisia : Melaleuca Folium


Tanaman asal : Melaleuca Leucadendra (L)
Bagian yang diambil : Daun
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan : Minyak atsiri sineol
Kegunaan : Pendarahan Stomachichum, Spasmolika

11. Simplisia : Cymbogonis Folium


Tanaman asal : Cymbopogon nardus (L)
Bagian yang diambil : Daun
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan : Minyak atsiri yang mengandung geraniol dan sitronelal
Kegunaan : Peluruh angin, pereda kejang, Penurun panas, Penambah
nafsu makan

12. Simplisia : Anisi Fructus


Tanaman asal : Pimpinella Anisum
Bagian yang diambil : Buah atau kulit buah
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan : Minyak atsiri yang mengandung anetol metilkavinol, anis-
keton, asetal
Kegunaan : Karminativa, Obat mules

13. Simplisia : Zingiberis rhizoma


Tanaman asal : Zingiber Oficinnale (Roscoe)
Bagian yang diambil : Rhizoma

22
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan : Pati, damar, minyak atsiri yang mengandung Zingeron,
Zingiberib, borneor, kamfer, Sineor dan Felabdren.
Kegunaan : Stimulansia, Karminativa, diaforetika.

14. Simplisia : Vertiveruae radix


Tanaman asal : Vetiveria Zizanoides (Stapf)
Bagian yang diambil : Akar
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan : Minyak atsiri, hars,
Kegunaan : Bahan pewangi (dalam oleum),Diaforetika

15. Simplisia : Santali Lignum


Tanaman asal : Santalum album (L)
Bagian yang diambil : Batang atau kulit batang
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan : Minyak atsiri,Harsa, zat penyamak
Kegunaan : Diuretika, Karminativa
K. CONTOH SIMPLISIA MINYAK ATSIRI GOLONGAN ALDEHID
1. Simplisia : Citri Fructus Cortex
Tanaman asal : Citrus sinensis L.
Bagian yang diambil : Flavedo
Cara pengolahan : Simplisia diambil dari kulit bagian luar (flavedo) buah
masak dan berwarna kuning.
-Flavedo diparut →masukkan dalam kantung terpal dan
diperas→minyak keruh lalu diamkan →minyak
didekantasi.
Pemerian : cairan warna kuning pucat atau kuning kehijauan, bau
khas aromatik, rasa pedas agak pahit.

23
Kandungan : Siltrat 4%,Gerasil asetat,Terpeniol, Metil
neptanon,d-limonen
Kegunaan : Aromatikum

2. Simplisia : Aurantii Amari Cortex


Tanaman asal : Citrus aurantium L.
Bagian yang diambil : kulit
Cara pengolahan :kulit buah diperas dengan tangan tangan diantarab bunga
karang, minyak yang menyerap dalam bunga karang dikumpulkan
Pemerian
Kandungan :D-Limonene 90%, Sitral, Dakanal,Glukosida, Asam
Linoleat
Kegunaan : Flavouring agent, stimulansia, karminativ, stomacthikum

3. Simplisia : Limonis cortex,


Tanaman asal : Citrus lemon L.
Bagian yang diambil : Kulit
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan :minyak atsiri, reserpin. Glikosida, vitamin C, kalsium
okslat
Kegunaan : Falavouring agent, stimulansia, stomacthikum

4. Simplisia : Oleum Amygdalae Amarae


Tanaman asal : Prunus Amygdalus Batsch
Bagian yang diambil : Biji
Cara pengolahan : -biji-biji almond diberi tekanan sebesar 350 atm
-setelah itu,bubuk almond dicampur dengan 6 bagian berat
air.
- hasil dari campuran didiamkan agar mengalami proses
fermentasi.
Pemerian : Berwarna kuning bening, memiliki bau khas, rasanya pahit

24
Kandungan :Minyak atsiri 45%, protein25-50%, glikosida
amigdalin1-3%, amandin.
Kegunaan :sedativum, obat batuk, corrigen saporis, sebagai emulgator.

5. Simplisia : Cinnamomi Cortex


Tanaman asal : Cinnamomum Zaylanicum Ness.
Bagian yang diambil : kulitt
Cara pengolahan :
Pemerian cairan : suling segar, berwarna kuning, bau dan rasa khas,jika
disimpan dapat menjadi coklat kemerahan.
Kandungan :Sinamil aldehid. Terpen-terpen, fenol-fenol
Kegunaan :karminatif, aromatikum, dan flavouring agent

6. Simplisia : Oleum Citronellae


Tanaman asal : Andropogon nardas Linne
Bagian yang diambil : Daun
Cara pengolahan : Penyulingan daun segar Andropogon nardas Linne
Pemerian
Kandungan : Geraniol 85%, Metil eugianol 1%, Sitronelol 1%.
Kegunaan : parfum(sabun), obat serangga (bentuk spray)

7. Simplisia : vanilla planifolla andrews


Tanaman asal : vanilla tahitensin
Bagian yang diambil : Buat tua yang telah difermentasi
Cara pengolahan : Buat tua yang segar dipetik kemudian dibiarkan menjadi
layu, dihangatkan dengan cara dibiarkan terkena sinar matahari beberapa jam arau
dicelupkan cepat dalam air panas selanjutnya buah vanilla dibungkus dan dibiarkan
beberapa jam. Selama proses ini akan terjadi fermentasi dan vaillin
Pemerian. : -Warna : hijau hingga hijau kekuningan
- Bau : bau enak khas
- rasa : tajam dan kelat
- ukuran : panjang 14-25 cm, diameter 8-10cm
- permukaan : berkerut membujur

25
Kandungan : Glukovanillin, Glukovanillat alkohol, gula 10%, minyak lemak
10%, kalsium oksalat
Kegunaan : Corrigens, peraksik pembentuk warna dalam analisis
farmasi, parfum, industri makanan dan minuman

8. Simplisia : Anethum Graveolns L.


Tanaman asal : Anethum graveolns
Bagian yang diambil :
Cara pengolahan :
Pemerian
Kandungan : minyak atsiri adas, anetol, limonene, alpha-pinene, bete-
pinene, champhane
Kegunaan : Buah:obat sakit perut, kembung, rasa penuh dilambung,
mual, muntah, diare dan memperbanyak asi
Daun : batuk, perut kembung, rasa haus, menungkatkan penglihatan

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak
Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak
nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-
wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, ulingan
Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.

26
B. Saran

Kami merasa dalam penyajian makalah ini masih sangat banyak kekurangan dan
kelemahan maka dari itu kami meminta kepada teman-teman memberikan kritikan
atau saran, yang nantinya akan erguna untuk memperbaiki hasil makalah ini dan
bermanfaat bagi kita semua dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Gunther, E., 1987. Minyak Atsiri. Jilid I. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Gunther, E., 1990. Minyak Atsiri. Jilid III A. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarata.

Mulyani, Sri. 2009. Analisis GC-MS dan Daya Anti Bakteri Minyak Atsiri.

Majalah Farmasi Indonesia, Bandung.

Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Universitas Gadjah Mada,

27
Yogyakarta.

Yuwono, L.A. Jayanto, H. 1992. Skripsi : Pemisahan Minyak Atsiri dari Kulit

Jeruk. hal 318.Surabaya.

28

Anda mungkin juga menyukai