Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH FARMAKOGNOSI

IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DAN RESIN

OLEH:
KELOMPOK II (DUA)
KELAS D

PUTRI ANUGRAH FEBRIANTY (O1A122059)


PUTU ANGGA WARDANA PUTRA (O1A122060)
RAHMAN INDRA (O1A122061)
RARA TRY JUNITA (O1A122062)
RASTIKA WIDYA NINGSIH (O1A122063)
REIKHA FAZASTASYA (O1A122064)
NINGSIH RISMAWATI (O1A122145)
NOVI SISWANTI (O1A122146)
NOVITASARI (O1A122147)
NUR HAYATI DOODE (O1A122148)
NURFAIDAH (O1A122149)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
"Identifikasi Minyak Atsiri dan Resin ".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Kendari, 5 November

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. DTujuan...........................................................................................................2
D. Manfaat............................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian Minyak Atsiri dan Resin................................................................3
B. Ciri-Ciri Minyak Atsiri dan Resin...................................................................4
C. Komponen Minyak Atsiri dan Resin...............................................................4
D. Klasifikasi Minyak Atsiri dan Resin................................................................7
E. Sumber Minyak Atsiri dan Resin...................................................................12
F. Fungsi Minyak Atsiri dan Resin.....................................................................12
G. Metode Idemtifikasi Minyak Atsiri dan Resin..............................................13
H. Contoh Kasus dan Pembahasan yang Berkaitan dengan Minyak Atsiri dan
Resin...................................................................................................................14
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18
A. Kesimpulan....................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan.
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang
merupakan salah satu hasil metabolisme tanaman. Minyak asiri bersifat mudah
menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, serta berbau wangi sesuai
dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak atsiri larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air. Resin adalah bahan alami berupa cairan dari getah pohon
yang kental dan dapat mengeras. Resin merupakan salah satu material yang
banyak digunakan dalam pembuatan lem, badan mobil, dan lain-lain.
Minyak atsiri mempunyai ciri-ciri diantaranya mudah menguappada suhu
kamar tanpa mengalamidekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai
tanamanpenghasilnya dan bersifat larut dalam pelarut organik dan tidaklarut
dalam air. Komponen minyak atsiri umumnya terdiri atas senyawa aktif kmia dan
senyawa organik, sedangkan komponen resin terbagi menjadi resena, asam resin,
dan resin-alkohol.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain
itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia 9 (terutama
di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap
senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat
menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh psikologis ini, minyak atsiri
merupakan komponen penting dalam aromaterapi atau kegiatankegiatan liturgi
dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga atau ayurveda. Sebagaimana minyak lainnya,
sebagian besar minyak atsiri tidak larut dalam air dan pelarut polar lainnya. Dalam
parfum, pelarut yang digunakan biasanya alkohol. Dalam tradisi timur, pelarut
yang digunakan biasanya minyak yang mudah diperoleh, seperti minyak kelapa.

iv
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan minyak atsiri dan resin?
2. Bagaimana ciri-cri minyak atsiri dan resin?
3. Apa saja komponen minyak atsiri dan resin?
4. Apa klasifikasi dari minyak atsiri dan resin?
5. Apa saja sumber minyak atsiri dan resin?
6. Apa fungsi dari minyak atsiri dan resin?
7. Apa metode identifikasi minyak atsiri dan resin?
8. Apa contoh kasus dan pembahasan identifikasi minyak atsiri dan resin?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian minyak atsiri dan resin
2. Untuk mengetahui ciri-cri minyak atsiri dan resin
3. Untuk mengetahui komponen minyak atsiri dan resin
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari minyak atsiri dan resin
5. Untuk mengetahui sumber minyak atsiri dan resin
6. Untuk mengetahui fungsi dari minyak atsiri dan resin
7. Untuk mengetahui metode identifikasi minyak atsiri dan resin
8. Untuk mengetahui contoh kasus dan pembahasan identifikasi minyak atsiri
dan resin
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian minyak atsiri dan resin
2. Dapat mengetahui ciri-cri minyak atsiri dan resin
3. Dapat mengetahui komponen minyak atsiri dan resin
4. Dapat mengetahui klasifikasi dari minyak atsiri dan resin
5. Dapat mengetahui sumber minyak atsiri dan resin
6. Dapat mengetahui fungsi dari minyak atsiri dan resin
7. Dapat mengetahui metode identifikasi minyak atsiri dan resin
8. Dapat mengetahui contoh kasus dan pembahasan identifikasi minyak atsiri
dan resin

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Minyak Atsiri dan Resin


Minyak atsiri merupakan salah satu metabolit sekunder yang dihasilkan oleh
tanaman tingkat tinggi dan mempunyai peranan penting bagi tanaman itu sendiri
maupun bagi kehidupan manusia. Peranan minyak atsiri untuk kehidupan telah
dikenal sejak lama. Seiring dengan kemajuan teknologi dalam bidang bahan alam
maka usaha penggalian dan pemanfaatan minyak atsiri semakin meningkat.
Minyak atsiri banyak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemajuan
teknologi di bidang minyak atsiri, makausaha penggalian sumber-sumber minyak
atsiri dan kegunaannya dalam kehidupan manusia semakin meningkat. Minyak
atsiri banyak digunakan sebagai obat-obatan. Untuk memenuhi kebutuhan itu,
sebagian besar minyak atsiri diambil dari berbagai jenis tanaman penghasil
minyak atsiri (Nurhaen dkk., 2016).
Minyak atsiri dikenal dengan minyak terbang, minyak eteris (essential oil
atau volatil) atau minyak mudah menguap. Minyak atsiri dapat dihasilkan dari
berbagai bagian tanaman, seperti akar, batang, ranting, daun, bunga, atau buah dan
merupakan campuran dari senyawa–senyawa volatil yang dapat diperoleh dengan
distilasi, pengepresan atau pun ekstraksi. Penghasil minyak atsiri berasal dari
berbagai spesies tanaman yang sangat luas dan digunakan karena bernilai sebagai
cita rasa dalam makanan dan minuman serta parfum dalam produk industri, obat-
obatan dan kosmetik. Minyak atsiri tanaman diperoleh dari tanaman beraroma
yang tersebar diseluruh dunia.
Resin adalah getah yang berasal dari tumbuhan, karakternya cepat
membeku, membentuk massa yang padat, resin termasuk bahan komposit yang
tidak dapat mengalirkan arus listrik (bersifat sebagai isolator). Resin bersifat
transparan, tidak dapat dilarutkan dengan air, mudah terbakar, resin sudah
digunakan sejak zaman dahulu, menurut beberapa sumber resin organik
digunakan sebagai pernis atau perekat.

vi
Resin yang digunakan dalam pelatihan ini adalah bahan kimia yang
berbentuk cair, menyerupai minyak goreng, tetapi agak kental, jenis resin
bermacam-macam untuk souvenir/aksesoris umunya menggunakan resin bening.
penggunaan resin bening ini bertujuan menonjolkan kebeningannya sedangkan
untuk resin keruh lebih banyak digunakan untuk souvenir yang tidak tembus
pandang, resin mudah dibeli di toko bahan kimia dan harganya murah.
Oleoresin merupakan campuran antara minyak atsiri dan resin yang
diperoleh dari hasil ekstraksi. Oleoresin adalah senyawa yang diperoleh dari hasil
ekstraksi rempah atau tanaman lain dengan menggunakan pelarut]. Oleoresin
mempunyai kelebihan dibandingkan penggunaan rempah-rempah mentah, seperti
lebih ekonomis, mudah dikontrol dan bersih. Oleoresin dapat diperoleh dengan
cara ekstraksi menggunakan pelarut yang menguap, misalnya aseton, alkohol atau
eter (Khasanah dkk., 2017).

B. Ciri-Ciri Minyak Atsiri dan Resin


Minyak atsiri mempunyaiciri-ciri diantaranya mudah menguappada suhu
kamar tanpa mengalamidekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai
tanamanpenghasilnya dan bersifat larut dalam pelarut organik dan tidaklarut
dalam air. Salah satu ciri minyak atsiri yaitu bersifat mudah menguap karena titik
didihnya rendah. Secara kimia, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit
dari berbagai senyawa. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan
senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak. Sifat
minyak atsiri antara lain mudah menguap, rasa yang tajam, wangi yang khas, tidak
larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Asyifah dan Supaya, 2020).

C. Komponen Minyak Atsiri dan Resin


Setiap oil (minyak) biasanya memiliki lebih dari seratus komponen, namun
jumlah komponennya berubah tergantung minyak yang bersangkutan. Namun
senyawa aktif terpenting termasuk dalam dua kelompok kimia: terpenoid
(monoterpenoid dan seskuiterpenoid) dan fenilpropanoid. Kedua kelompok ini

vii
berasal dari prekursor metabolisme primer yang berbeda dan disintesis melalui
jalur metabolisme yang terpisah.
Seperti semua senyawa organik, minyak atsiri, terdiri dari molekul
hidrokarbon dan selanjutnya dapat diklasifikasikan sebagai terpen, alkohol, ester,
aldehida, keton dan fenol, dll. Komponen minyak atsiri lainnya yang meliputi
senyawa oksigen, fenol, alkohol, alkohol monoterpen, alkohol seskuiterpen,
aldehida, keton, ester, lakton, kumarin, eter, dan oksida.
1. Terpenoid: Terpen dan terpenoid adalah unsur utama minyak atsiri berbagai
jenis tumbuhan dan bunga. Dalam terpenoid, komponen terpenting minyak
atsiri dari sebagian besar tanaman ditemukan dalam keluarga monoterpenoid
dan seskuiterpenoid.
2. Monoterpen / Monoterpenoid: Senyawa ini terdapat pada hampir semua
minyak atsiri dan mempunyai struktur 10 karbon atom yang mempunyai
paling sedikit satu ikatan rangkap. Contoh monoterpen dan monoterpenoid
termasuk geraniol, terpineol (ada di lilac), limonene (ada di buah jeruk),
myrcene (ada di hop), linalool (ada di lavender) atau pinene (ada di pohon
pinus). Mereka mudah bereaksi terhadap udara dan sumber panas dan karena
alasan ini, minyak jeruk tidak bertahan lama, karena mengandung hidrokarbon
monoterpen yang tinggi dan bereaksi cepat terhadap udara, serta mudah
teroksidasi
3. Seskuiterpen dan Senyawa Oksigen: Seskuiterpen ini terdiri dari 15 atom
karbon dengan rumus molekul CH, dan memiliki tindakan farmakologis yang
kompleks seperti chamazulene, yang ditemukan dalam kamomil Jerman.
Gugus teroksigenasi adalah jenis gugus fungsi yang paling umum ditemukan
dalam minyak atsiri. Seperti halnya terpen, penting untuk memahami berbagai
kelas senyawa beroksigen yang ada, karena setiap kelas memberikan
kontribusi potensi manfaat kesehatan yang unik.
4. Ester: Ester adalah senyawa yang dihasilkan dari reaksi alkohol dengan asam
(dikenal sebagai esterifikasi) dan sangat umum serta ditemukan dalam
sejumlah besar minyak atsiri. Mereka menenangkan dan membuat rileks dan
cenderung seperti buah-buahan dengan efek terapeutik, termasuk obat

viii
penenang dan antispasmodik. Linalyl asetat, ester terkenal yang ditemukan
dalam bergamot, clary sage, lavender serta biji-bijian petit dengan geraniol
asetat yang ditemukan dalam marjoram manis adalah salah satu senyawa
bermanfaat dalam minyak esensial. Beberapa ester juga memiliki sifat
antijamur dan antimikroba seperti sifat antijamur dalam minyak geranium.
5. Keton: Keton terkadang bersifat mukolitik dan neurotoksik bila diisolasi dari
unsur lain. Mereka merangsang regenerasi sel, mendorong pembentukan
jaringan, dan mencairkan lendir. Minyak ini sangat membantu mengatasi
kondisi seperti asma kering, pilek, flu, dan batuk kering dan sebagian besar
ditemukan dalam minyak yang digunakan untuk sistem pernapasan bagian
atas. Minyak esensial yang mengandung Keton termasuk Clary, sage, Hyssop,
Idaho, Tansy, Rosemary, dan Western red cedar (Herman dkk., 2019).
Komponen Resin
Resin adalah sebuah sebuah campuran dari beragam senyawa kompleks
seperti resena, asam resin dan juga resin alkohol
1. Resena
Adalah senyawa teroksigenasi yang tidak dipengaruhi oleh asam atau alkali.
Senyawa ini bersifat sedikit netral atau netral. Tidak memiliki gugus fungsi
dalam strukturnya sehingga tidak memiliki karakteristik kimia Stabil terhadap
oksidator dan berbagai kondisi cuaca. Banyak digunakan dalam pembuatan
pernis.
2. Asam resin
Asam Resin atau asam resinolat (resinolic acid) memiliki kandungan utama
yaitu asam karboksilat dan fenol dalam jumlah besar. Asam resin terdapat
dalam bentuk bebas dan esternya. Umumnya larut dalam larutan alkali dalam
air, membentuk larutan seperti sabun atau suspensi koloid Resinat : garam
logam asam resin , yg banyak digunakan di industri sabun dan pernis Asam
abietat (abietic acid).
3. Resin alcohol
Terbagi menjadi dua, resinotanol merupakan resin alkohol yang memberikan
reaksi spesifik dengan garam besi. Sedangkan, resinol merupakan Resin

ix
alkohol yang tidak memberikan reaksi spesifik dengan garam besi (Atmadi
dan Kinta, 2023).

D. Klasifikasi Minyak Atsiri dan Resin

Klasifikasi Minyak Atsiri


Esensial oil (EO) dapat diklasifikasikan beberapa berdasarkan metode
ekstraksi, komposisi kimia, aroma, dll.

1. Klasifikasi Berdasarkan Komposisi Kimia


Minyak atsiri telah digunakan selama ribuan tahun di berbagai budaya untuk
tujuan pengobatan dan kesehatan. Mereka adalah cairan hidrofobik pekat yang
mengandung senyawa kimia yang mudah menguap (mudah menguap pada suhu
kamar) dari tumbuhan. Karena sifat antidepresan, perangsang, detoksifikasi,
antibakteri, antivirus, dan menenangkan, obat-obatan ini akhir-akhir
ini mendapatkan popularitas sebagai terapi alami, aman, dan hemat biaya untuk
sejumlah masalah kesehatan.
Minyak atsiri (EO) merupakan senyawa aromatik yang ditemukan dalam
jumlah besar pada kantung minyak atau kelenjar minyak yang terdapat pada
kedalaman berbeda pada kulit buah, terutama bagian flavedo dan kutikula. Selain
itu, minyak atsiri (EO) adalah cairan berminyak aromatik yang diekstraksi dari
berbagai bagian tanaman misalnya daun, kulit kayu, biji, bunga dan kulit. Mereka
dapat diperoleh dengan ekspresi, fermentasi, effleurage atau ekstraksi tetapi di
antara semua metode, distilasi uap dan distilasi hidro banyak digunakan untuk
produksi komersial EO.
EO memiliki sifat antibakteri dan antivirus dan telah disaring sebagai
sumber
potensial senyawa antimikroba baru, alternatif terhadap bahan pengawet kimia
berbahaya dan agen yang mempromosikan pengawetan makanan. Minyak atsiri
telah ada tetapi inspirasi dan kemampuan posesif alaminya dalam kehidupan

x
sehari-hari meningkatkan aktivitas penelitian dan eksperimennya karena versi
minyak alami tanaman yang sangat terkonsentrasi.
Distilasi uap adalah metode mengisolasi senyawa yang terurai pada suhu
tinggi dengan cara menyulingnya sedemikian rupa sehingga uap dimasukkan ke
dalam bahan mentah. Proporsi minyak atsiri yang diekstraksi dengan distilasi uap
adalah 93% dan sisanya 7% dapat diekstraksi lebih lanjut dengan metode lain.
Hidrolisasi, suatu proses yang melibatkan perendaman seluruh bahan tanaman
dalam air, diikuti dengan perebusan. Metode ini melindungi minyak yang
diekstraksi sampai tingkat tertentu karena air di sekitarnya bertindak sebagai
penghalang untuk mencegah panas berlebih.
Ada banyak bahan kimia yang dapat ditemukan dalam minyak esensial yang
terdapat pada berbagai tanaman. Jeruk dan pinus mengandung hidrokarbon yang
hanya terdiri dari atom karbon dan hidrogen. Alkohol mengandung gugus
hidroksil (OH) yang melekat pada struktur terpene yang dapat ditemukan pada
ketumbar, pohon teh, dan pepermin. Aldehid mengandung terpenoid dengan
gugus karbonil (C=O) dan hidrogen terikat pada karbon yang ditemukan di
Citronella, lemon balm dan lemon myrtle.
Aldehida siklik mengandung gugus aldehida yang terikat pada cincin
benzena dan umum ditemukan pada kayu manis, almond pahit, dan jinten. Keton
mengandung gugus karbonil yang terikat pada dua atom karbon. Ini dapat
ditemukan di tanaman seperti Pennyroyal, Thuja, sage dan Eucalyptus
memancarkan. Fenol mengandung gugus hidroksil yang terikat ke cincin benzena
di Thyme dan oregano. Mengandung eter fenolik O antara C dan cincin benzena.
Oksida memiliki O yang menjembatani 2 atau lebih banyak karbon yang
terkandung dalam Eucalyptus, wormseed dan cajeput.
Ester adalah produk kondensasi asam dan alkohol seperti Lavender,
wintergreen dan clary sage. Fenilpropana ditemukan pada tumbuhan seperti adas
manis, cengkeh, tarragon dan daun myrtle bertindak sebagai karminatif dan
anestesi; Seskuiterpen seperti kamomil Jerman dan yarrow bertindak sebagai anti-
inflamasi dan antivirus; Seskuiterpen lakton tersebut karena Elecampane dan
arnica bertindak sebagai mukolitik dan merangsang kekebalan tubuh.

xi
2. Klasifikasi Berdasarkan Metode Ekstraksi
Minyak atsiri dapat dikelompokkan berdasarkan metode ekstraksinya. Saat
ini berbagai metode digunakan dalam ekstraksi, namun metode yang paling umum
dan lazim adalah Distilasi Uap, Pengepresan Dingin, dan Ekstraksi Pelarut.
Berdasarkan metode ini, minyak atsiri dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis:
Disuling dengan uap, Diekspresikan, Diekstraksi dengan pelarut, dan Absolut atau
beton.
a. Minyak Sulingan Uap
Distilasi uap adalah metode ekstraksi minyak tertua dan tradisional. Dalam
metode ini, minyak aromaterapi murni yang diekstraksi menghasilkan minyak
murni, bebas dari kotoran. Prosesnya bekerja dengan menempatkan bahan
tanaman dalam wadah sementara uap dialirkan melaluinya. Panas dari uap
membuka kantong tanaman yang mengandung molekul dan minyak aromatik.
Ketika dilepaskan, molekul-molekul ini naik bersama uap dan melewati sistem
tertutup. Uap aromatik tersebut kemudian dilewatkan melalui proses
pendinginan dan disuling dengan air dingin. Selama proses ini, minyak atsiri
mengembun dan berubah menjadi cair. Campuran cairan tersebut kemudian
dipisahkan menjadi dua minyak atsiri dan air aromatik atau hidrosol. Distilasi
uap memperhitungkan berbagai hal, termasuk tekanan uap yang melewati
bahan tanaman, cairan pendingin yang digunakan dan suhu sistem tertutup
selama produksi minyak, dll., Kualitas dan kemurnian minyak didasarkan
pada semua faktor ini dan keterampilan penyulingnya. Minyak penyuling
terkenal dinilai tinggi karena kualitas dan kemurnian ekstraknya
b. Minyak yang diperas dingin atau Diekspresikan
Metode ini digunakan untuk mengekstraksi minyak dari keluarga buah jeruk
dimana minyak dihasilkan dari kulit buah-buahan seperti jeruk keprok, jeruk
bali, lemon, jeruk dan lain-lain. Meskipun hanya dikenal sebagai minyak
perasan, minyak ini diklasifikasikan dalam minyak esensial karena nilai
terapeutiknya yang tinggi. Dengan menggunakan tekanan mekanis, minyak
dipaksa keluar dari buah dalam bentuk jus. Karena minyak dalam bentuk

xii
berair mengandung banyak air, proses pemisahan dilakukan untuk
memisahkan minyak dari air. Salah satu kelemahan metode ini adalah minyak
yang diperas dingin lebih cepat rusak dibandingkan minyak lainnya. Oleh
karena itu, disarankan agar minyak ini dibeli dalam jumlah kecil dan diisi
ulang kapan pun diperlukan.
c. Minyak Ekstraksi Pelarut
Beberapa bahan tanaman tidak tahan terhadap panas (dalam bentuk uap) atau
jika ditekan dengan cara dingin. Ketika mereka terkena metode seperti itu,
minyak yang dihasilkan mungkin terkontaminasi atau kualitasnya tidak murni.
Untuk menghindari hal tersebut, beberapa tanaman seperti Melati, Mawar,
Bunga Jeruk (Neroli), Sedap Malam dan Ek diekstraksi melalui pelarut.
Pelarut seperti etanol, eter, metanol, heksana, alkohol, dan minyak bumi
digunakan untuk mengekstrak minyak esensial. Proses ini bekerja dengan
melewatkan bahan tanaman melalui hidrokarbon pelarut. Campuran pelarut
kemudian disaring dan didistilasi dalam tekanan rendah untuk menghasilkan
minyak atsiri. Kelemahan dari metode ini adalah, terkadang, residu pelarut
tetap berada di dalam minyak, yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada
individu tertentu.

3. Klasifikasi Berdasarkan Aroma


Minyak Atsiri juga dapat diklasifikasikan berdasarkan aroma/bau
minyaknya. Klasifikasi minyak ini dapat dikategorikan menjadi minyak Citrus,
Herbaceous, Medicinal/Camphorous, Floral, Resinous dan Woody, Earthy, Minty
dan Spicy oil.
a. Minyak Jeruk: Minyak atsiri yang memiliki rasa jeruk yang khas termasuk
dalam kategori ini. Bergamot, Grapefruit, Lemon, Lime, Orange dan
Tangerine adalah beberapa tanaman yang menghasilkan Minyak jeruk.
b. Minyak Herba: Minyak yang diekstraksi dari tumbuhan jika tidak, ramuan
paling bermanfaat. Minyak ini dapat diekstraksi dari tumbuhan seperti
Basil, Chamomile, Melissa, Clary Sage, Hyssop, Marjoram, Peppermint
dan Rosemary adalah beberapa dari jenis ini.

xiii
c. Minyak Kamper: Ini adalah minyak esensial dengan kandungan tertentu
properti penyembuhan. Beberapa dari minyak atsiri ini diperoleh dari
Cajeput, Tea Tree, seperti borneol, seperti tanah dan mugwort dan seperti
rosemary, dengan latar belakang buah kering seperti plum.
d. Minyak Bunga: Minyak yang terbuat dari bagian bunga atau yang
mengandung sari bunga tanaman termasuk dalam kelompok ini.
Geranium, Jasmine, Lavender, Rose, Neroli, Chamomile, Ylang-Ylang dll
adalah beberapa tanaman yang menghasilkan minyak ini.
e. Minyak Kayu: Minyak atsiri yang aromanya berkayu atau diekstraksi dari
kulit kayu dan bagian tanaman berkayu lainnya. Kayu Cedar, Kayu Manis,
Cemara, Juniper Berry, Pinus dan Kayu Cendana dll. menghasilkan
minyak tersebut.
f. Minyak Tanah: Minyak atsiri yang memiliki aroma khas tanah atau
diekstraksi dari akar tanaman dan bagian tanah lainnya. Angelica,
Patchouli, Vetiver dan Valerian menghasilkan beberapa minyak ini.
g. Minyak Pedas: Minyak yang diekstraksi dari rempah-rempah atau tanaman
pedas seperti thyme, cengkeh, Adas Manis, Lada Hitam, Kapulaga, Kayu
Manis, Ketumbar, Jinten, Jahe dan Pala (Herman dkk., 2019).

Klasifikasi Resin
Klasifikasi resin berdasarkan karakteristiknya adalah sebagai berikut :
1. Epoxy
Resin epoxy adalah salah satu jenis resin paling populer. Cepat mengeras dan
aman digunakan, epoxy sering digunakan dalam berbagai proyek. Kejernihan
yang tinggi membuatnya ideal untuk proyek yang memerlukan transparansi.
2. Polyester
Resin polyester terkenal karena harganya yang terjangkau. Namun, aroma
yang dihasilkan dari resin ini cukup kuat, sehingga pemakaian masker saat
penggunaan sangat dianjurkan.
3. Polyurethane

xiv
Polyurethane menghasilkan lapisan yang kuat dan transparan dengan waktu
pengeringan yang cepat. Namun, perlu diingat bahwa polyurethane dapat
berbahaya jika terhirup, sehingga harus digunakan dengan hati-hati.
4. Silicone
Jenis resin berikutnya ada silikon. Resin jenis ini mampu menghasilkan bahan
yang empuk dan elastis. Sehingga cocok untuk beberapa aplikasi yang
memerlukan fleksibilitas (Evalina dkk., 2021).

E. Sumber Minyak Atsiri dan Resin


Minyak atsiri atau disebut juga minyak eterik adalah kelompok besar nabati
yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan senyawa yang umumnya
berwujud cairan yang dapat diperoleh dari bagian tanaman akar, kulit, batang,
daun, buah, biji, juga bunga. Minyak ini dapat diambil melalui proses penyulingan
(destilasi), ekstraksi dengan pelarut organik atau dengan cara diperas (press).
Resin diperoleh dari hasil eksudasi tumbuhan yang proses terjadi dan
eluarnya secara alami ataupun buatan dengan ciri berbentuk padat, mengkilap,
terlihat bening hingga kusam serta dapat meleleh dsn lebih mudah terbakar jika
terkena panas sehingga mengeluarkan asap dan aroma yang khas (Atmadi dan
Kinta, 2023). Resin adalah eksudat (getah) yang dikeluarkan oleh banyak jenis
tumbuhan, terutama oleh jenis-jenis pohon runjung (konifer). Getah ini biasanya
membeku, lambat atau segera, dan membentuk massa yang keras, dan sedikit
banyak transparan (Sinaga, 2022).

F. Fungsi Minyak Atsiri dan Resin


Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tanaman hasil
suling yang diambil. Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku minyak
wewangian, kosmetik dan obat-obatan. Minyak atsiri juga digunakan sebagai
bahan dalam bumbu masakan penambah cita rasa (bahan rasa dan aroma). Industri
makanan banyak menggunakan minyak esensial ini sebagai penguat rasa dan
aroma. Industri farmasi menggunakannya sebagai anti-nyeri, anti-infeksi dan obat

xv
antibakteri. Fungsi minyak asiri sebagai pengharum juga digunakan untuk
menutupi bau tidak enak dari bahan lain seperti insektisida diperlukan oleh
industri pengawet. Minyak atsiri juga digunakan untuk keperluan aromaterapi,
yang merupakan salah satu jenis pengobatan alternative karena aroma tertentu
yang berasal dari tanaman memiliki efek penyembuhan (Suryafly dkk., 2019).
Resin, umumnya dimanfaatkan untuk bahan pernis, perekat, pelapis karena
sifatnya yang tidak mudah menyerap air. Sifat dari resin yang tidak mudah
menyerap air ini membuat material resin cocok untuk dijadikan sebagai bahan
pengawet spesimen biologi dalam bentuk spesimen awetan dalam blok resin.
Selain itu, resin juga digunakan sebagai bahan pelapis permukaan meja, pembuat
berbagai aksesoris dan berbagai suvenir (Kamilah dkk., 2023).

G. Metode Idemtifikasi Minyak Atsiri dan Resin


Minyak atsiri telah diisolasi dalam berbagai bentuk yang dalam satu atau
lain cara meningkatkan aktivitas bioaktif dan terapeutiknya. Pengeringan beku,
evaporasi putar, distilasi uap, hidrolisis, dan uji kromatografi GC antara lain
adalah proses paling efektif yang digunakan dalam proses ekstraksi ini. Gambar 1
menjelaskan beberapa metode untuk mengekstraksi minyak atsiri dari tanaman
yang berbeda. Karen dkk., menunjukkan efektivitas penggunaan GC dalam
mengekstraksi minyak atsiri dari daun tanaman kacang tanah yang dapat dimakan
(Arachis hypogaea L.) dan tanaman tahunan (Arachis glabrata Benth.).

Distilasi uap adalah metode mengisolasi senyawa yang terurai pada suhu
tinggi dengan cara menyulingnya sedemikian rupa sehingga uap dimasukkan ke

xvi
dalam bahan mentah. Proporsi minyak atsiri yang diekstraksi dengan distilasi uap
adalah 93% dan sisanya 7% dapat diekstraksi lebih lanjut dengan metode lain.
Hidrolisasi, suatu proses yang melibatkan perendaman seluruh bahan tanaman
dalam air, diikuti dengan perebusan. Metode ini melindungi minyak yang
diekstraksi sampai tingkat tertentu karena air di sekitarnya bertindak sebagai
penghalang untuk mencegah panas berlebih.

H. Contoh Kasus dan Pembahasan yang Berkaitan dengan Minyak Atsiri


dan Resin

1. Studi kasus identifikasi Minyak Atsiri tumbuhan sembukan


Tumbuhan sembukan (Paederia foetida L.) sebagai bahan petunjuk uji
hayati yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mikroba Escherichia coli dan
Staphilococcus aureus.

Penyiapan sampel
Tumbuhan sembukan yang diperoleh dicuci bersih kemudian dipotong-potong
menjadi bagian kecil. Karena pengerjaan menggunakan jaringan segar maka
kondisi tumbuhan diusahakan agar tetap terjaga kesegarannya.

Isolasi minyak atsiri dengan destilasi uap


Tumbuhan sembukan segar sebanyak ± 3 kg didestilasi secara bertahap sebanyak
3 kali, dan setiap kali destilasi menggunakan ± 1 kg tumbuhan sembukan segar.
Destilat yang diperoleh merupakan campuran minyak dengan air yang selanjutnya
dipisahkan dalam corong pisah. Untuk pemisahan sempurna, destilat ditambahkan
natrium klorida (NaCl) agar minyak yang teremulsi terpisah. Fase air ini
ditambahkan dengan pelarut n-heksan p.a dan dilakukan pengocokan, kemudian
didiamkan hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas (n-heksan) ditampung dan
lapisan bawah (air) dibuang. Ekstrak n-heksan yang diperoleh kemudian diuapkan
menggunakan alat rotari vakum evaporator hingga diperoleh minyak yang tersisa.
Hasil:

xvii
Diperoleh minyak atsiri yang berwarna kuning sebanyak 1,4 mL (1,064 g). Berat
jenis minyak atsiri tumbuhan sembukan sebesar 0,76 g/mL dan rendemen sebesar
0,035%.
Identifikasi minyak atsiri
Minyak atsiri diteteskan sebanyak 1 tetes pada sepotong kertas saring dan
didiamkan beberapa menit. Setelah beberapa menit, minyak atsiri akan menguap
dengan sempurna tanpa meninggalkan noda transparan.
Hasil:
Idenifikasi minyak atsiri ini dilakukan untuk memastikan bahwa minyak yang
diperoleh merupakan minyak atsiri. Hasil dari identifikasi minyak atsiri ini
menunjukkan bahwa tidak ada noda transparan pada kertas saring karena minyak
atsiri menguap pada suhu ruangan, yang membuktikan minyak yang diperoleh
merupakan minyak atsiri. Selanjutnya minyak atsiri yang diperoleh dapat diuji
dengan uji aktivitas antibakteri dan dianalisis menggunakan Kromato-grafi Gas
dan Spektroskopi Massa (GC-MS).

Uji aktifitas antibakteri


Pembuatan suspensi bakteri
Stok kultur dari bakteri uji (Escherichia coli dan Staphilococcus aureus),
dibiakkan di dalam 50 mL media nutrien broth yang terdapat di dalam erlenmeyer.
Biakan ini kemudian diinkubasi pada temperatur 370 C selama 24 jam.
Uji aktivitas antibakteri
Memipet 0,5 mL suspensi bakteri ke dalam cawan petri steril. Setelah itu cakram
kertas saring yang telah disiapkan diinjeksi sebanyak 100 µL larutan uji minyak
sebelum difraksinasi, pelarut yang digunakan dan antibiotika. Cakram kemudian
diletakkan diatas media pembenihan, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada
temperatur 370C.
Hasil:
Hasil uji aktivitas antibakteri dapat dilihat pada Tabel 1.

xviii
tumbuhan sembukan tidak mempunyai daya hambat terhadap bakteri
Staphilococcus aureus dan Escherichia coli. Hal ini disebabkan karena kandungan
Linalol dan Eugenol pada tumbuhan sembukan sangat sedikit dan kemungkinan
senyawa Linalol dan Eugenol terhidrogenasi.

Analisis dengan kromatografi gas-spektroskopi massa


Minyak atsiri yang diperoleh, kemudian dianalisis menggunakan alat GC-MS
untuk mengetahui komponen senyawa golongan kimia penyusun minyak atsiri
tumbuhan sembukan (Paederia foetida L.).
Hasil:
Kromatogram dari analisis dengan kromatografi gas menunjukkan lima puncak
senyawa dengan dua puncak senyawa utama yang teridentifikasi masuk dalam
golongan minyak atsiri yaitu Linalool terhidrogenasi dan Eugenol. Kromatogram
minyak atsiri tumbuhan sembukan ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kromatogram Minyak Atsiri Tumbuhan Sembukan

xix
Gambar 2. Spektrum Massa Senyawa Puncak 1 (a) dan Spektrum Massa Senyawa
Linalol (b)

Kesimpulan :
Minyak atsiri yang terkandung dalam tumbuhan sembukan tidak memiliki
aktivitas antibakteri yang spesifik pada bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus dan senyawa atsiri yang terkandung dalam minyak atsiri
tumbuhan sembukan (Paederia foetida L.) yang tidak berkhasiat antibakteri adalah
Linalol terhidrogenasi dan Eugenol yang merupakan turunan dari senyawa atsiri.

2. Studi Kasus Identifikasi Minyak Atsiri Kulit Batang Akway

Sifat fisik dan kandungan fitokimia serta potensi aktivitas antibakteri


minyak essensial kulit batang akway terhadap pertumbuhan bakteri patogen dalam
medium sintetik.
Persiapan bubuk kulit batang akway

Kulit batang dipisahkan menggunakan pisau. Kulit batang yang diperoleh


dikering-anginkan dalam ruangan menggunakan air conditioner sampai kering dan
rapuh dengan kadar air 10-12%. Kulit batang kering digiling menggunakan
hammer mill dengan ukuran 40 mesh. Bubuk kulit batang dikemas dalam
kemasan plastik.

xx
Proses distilasi bubuk kulit batang

Proses distilasi minyak essensial kulit batang akway dilakukan dengan metode
hydrodistillation. Sebanyak 300 g bubuk kulit batang akway dimasukkan dalam
labu distilasi 2000 ml dan ditambahkan air sebanyak 900 ml, kemudian
dihubungkan dengan kondensor pada alat disitilasi.

Rendemen

Penentuan rendemen minyak essensial kulit batang akway dilakukan dengan


menggunakan formula sebagai berikut:

Vol. minyak essensial hasil distilasi(ml)


Rendemen minyak essensial = x 100%
berat bubuk kulit batang akway ( g)

Hasil:

Hasil menunjukkan bahwa kandungan minyak essensial kulit batang akway


sebesar 0,37%.

Warna

Penentuan warna minyak essensial kulit batang akway dilakukan secara visual.
Warna ditentukan berdasarkan penampakan fisik minyak essensial.

Kelarutan

Pengujian kelarutan minyak essensial di dalam pelarut organik etanol 80%


dilakukan secara manual. Pipet 1 ml etanol ke dalam gelas piala 10 ml, kemudian
teteskan minyak essensial menggunakan pipet tetes. Setiap penambahan satu tetes
minyak essensial kocok dan amati kelarutannya.

Indeks bias

Pengujian indeks refraktif minyak essensial kulit batang akway dilakukan


menggunakan refraktometer Abbe pada suhu 25°C

Hasil:

xxi
Senyawa golongan terpenoid

Sebanyak 1 ml minyak essensial dilarutkan kedalam kloroform. Kemudian larutan


ditambahkan 10 tetes asam anhidrida asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat. Larutan
diaduk perlahan-lahan dan dibiarkan beberapa menit. Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya warna merah atau ungu.

Senyawa golongan saponin

Menggunakan metode foam test. Sebanyak 1 ml minyak essensial di dalam tabung


reaksi ditambahkan 10 ml air panas kemudian campuran didinginkan. Selanjutnya
campuran diaduk selama 10 menit. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya
buih yang bertahan sampai 10 menit.

Senyawa golongan alkaloid

Sampel minyak essensial sebanyak 3 tetes ditambahkan dengan 3 tetes pereaksi


Dragendorff. Hasil positif terdapatnya senyawa golongan alkaloid ditandai dengan
terbentuknya endapan merah.

Senyawa golongan flavonoid

Sebanyak 1 ml minyak essensial ditambahkan beberapa tetes asam sulfat pekat.


Hasil uji positif ditandai dengan terbentuknya warna kuning untuk senyawa flavon
dan flavonol, warna jingga atau krem untuk senyawa flavonoid dan warna merah
tua atau krem untuk senyawa kalkon.

Hasil:

xxii
Persiapan kultur bakteri

Vial isolat bakteri dibuka secara aseptik di dalam LAF dan ditambahkan dengan 1
ml medium NB. Campuran tersebut diaduk menggunakan vorteks sampai
tercampur sempurna. Campuran tersebut dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berisi 10 ml NB steril. Kultur kemudian dimasukkan dalam inkubator
dengan suhu 37°C dan diinkubasi selama 24 jam. Kultur yang tumbuh dalam
medium NB, diinokulasi pada permukaan agar miring NA. Kultur dalam medium
agar miring siap digunakan dalam pengujian.

Aktivitas antibakteri

Pangujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode agar disc


diffusion. Aktivitas antibakteri minyak essensial diukur berdasarkan zona bening
yang terbentuk di sekeliling cakram menggunakan caliper.

Hasil:

Hasil pengujian menunjukkan bahwa minyak essensial kulit batang akway dapat
menghambat pertumbuhan bakteri patogen B. cereus, P. aeruginosa, S. aureus dan
E. coli masing-masing dengan diameter zona hambat sebesar 9,43-13,32 mm,
11,43-21,22 mm, 13,31-16,54 mm dan 11,29-20,43 mm (Gambar 1.).

xxiii
Gambar 1. Aktivitas antibakteri minyak essensial kulit batang akway

Konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM)

Penentuan nilai KHTM dilakukan menggunakan metode difusi agar (Bloomfield,


1991). Nilai KHTM minyak essensial akway ditentukan melalui analisis regresi
linear antara ln konsentrasi minyak essensial (ln Kme) pada sumbu X dan kuadrat
diameter zona penghambatan minyak atsiri pada beberapa konsentrasi (DZP2 )
pada sumbu Y. Perpotongan antara persamaan regresi linear Y = a + bX dengan
sumbu X adalah nilai ln Kme pada Y=0 (Kme0). Nilai KHTM adalah 0.25 x eKms0.

Hasil:

KHTM minyak essensial kulit batang akway terhadap pertumbuhan bakteri


patogen E.coli, B. cereus, P.aeruginosa dan S. aureus bervariasi antara 2,7-5,0
mg/ml (Tabel 3.).

Kesimpulan:

xxiv
Kandungan minyak essensial dalam kulit batang akway sebesar 0,37% yang
tersusun dari senyawa golongan terpenoid dengan komposisi terbesar, kemudian
flavonoid dan alkaloid serta saponin dengan komposisi yang paling kecil. Minyak
essensial kulit batang akway dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen B.
cereus, E. coli, S. aureus dan P. aeruginosa dengan konsentrasi hambat tumbuh
minimum sebesar 2,7-5,0 mg/ml. Minyak essensial kulit batang akway berpotensi
sebagai sumber antibakteri alami.

3. Studi Kasus Uji Aktivitas Antitukak Resin Jernang

Kemampuan jernang dalam membunuh bakteri dan menyembuhkan luka,


jernang diduga mampu menyembuhkan luka pada lambung (ulcus pepticum)
tikus. Daya penyembuhan luka ini diduga akibat komponen bioaktif yang berupa
senyawa metabolit sekunder pada resin jernang.

Pembuatan larutan uji

Ekstrak resin jernang ditimbang sesuai dosis kemudian dimasukkan dalam


lumpang ditambahkan suspensi Na CMC 0,5 % sedikit demi sedikit dan digerus
hingga homogen, dimasukkan ke dalam labu ukur, kemudian dicukupkan
volumenya hingga batas tanda.

Pengujian Antitukak

Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 7


tikus. Kelompok terdiri dari kelompok control normal, control positif,
pembanding yang diberikan omeprazole dosis 20 mg/kgBB dan kelompok
perlakuan (P1, P2, P3) diberikan resin jernang dosis 125, 250 dan 500 mg/kgBB
secara oral. Satu jam setelah pemberian sediaan uji semua kelompok perlakuan
diberikan etanol absolut 1mL/200 gBB termasuk untuk kelompok kontrol positif
(K+).

Pengamatan tukak lambung

xxv
Nilai indeks tukak ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

IT = RSJT + RSPT + 0,1 PT

IT = indeks tukak

RSJT = rataan skor jumlah tukak tiap kelompok perlakuan

RSPT = rataan skor keparahan tukak tiap kelompok perlakuan

PT = persentase hewan yang terkena tukak dalam tiap kelompok perlakuan

Persentase inhibisi tukak ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Hasil:

xxvi
Karakter resin jernang dapat dilihat pada tabel 3 dan 4. Sedangkan hasil
identifikasi metabolit sekunder jernang dapat dilihat pada tabel 5. Pemberian resin
jernang pada hewan yang diinduksi dengan etanol absolut dapat menghambat
pembentukan tukak lambung pada tikus (gambar 1).

Untuk menentukan kemampuan resin jernang parameter yang diamati berupa


keparahan tukak, jumlah tukak dan persentase inhibisi pembentukan tukak yang
dapat dilihat pada tabel 6.

Lambung dibuat preparat histologi untuk mengamati tingkat kerusakan seluler.


Pada tingkat seluler kerusakan mukosa dilihat dengan mengamati sel inflamasi
pada lambung tikus yang dapat dilihat pada gambar 2.

xxvii
Efek inhibisi ini terlihat dari dosis 125 sampai dosis 500 mg/kg BB. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan pemberian resin jernang pada tikus dapat
menghambat terbentuknya tukak lambung pada hewan percobaan (Sig. P < 0,05).

xxviii
Dosis 500 mg/kgBB memberikan inhibisi yang optimal sebanding dengan obat
tukak lambung omeprazole yang diberikan ke tikus dosis 20 mg/kgBB.

Kesimpulan:

Pemberian resin jenang dosis 125- 250 mg/kgBB dapat menghambat


pembentukan tukak pada tikus putih jantan. Dosis yang paling baik dalam
menyembuhkan tukak adalah 500 mg/kgBB.

xxix
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Minyak atsiri dan resin merupakan bahan nabati yang memiliki berbagai
kegunaan dan dapat diekstraksi melalui metode distilasi uap, pengepresan dingin,
dan ekstraksi pelarut. Minyak atsiri terdiri dari senyawa organik seperti terpen,
alkohol, ester, aldehida, keton, dan fenol, sementara resin memiliki berbagai jenis
berdasarkan karakteristiknya. Keduanya memiliki manfaat kesehatan dan telah
digunakan dalam berbagai aplikasi seperti minyak wewangian, kosmetik, obat-
obatan, bumbu masakan, dan pengawet spesimen biologi. Studi kasus yang
disebutkan dalam makalah ini juga menunjukkan bahwa minyak atsiri dan resin
memiliki potensi aktivitas antibakteri dan antitukak yang dapat dieksplorasi lebih
lanjut.

B. Kritik dan Saran


Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh
pihak demi sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan
makalah-makalah berikutnya

xxx
DAFTAR PUSTAKA

Atmadi, T., & Kinta, M. (2023). Pelatihan Kerajinan Tangan Dari Bahan Rajutan
dan Resin. Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia, 3 (3), 377-390.

Asfiyah, S. (2020). Modifikasi Deanstark Upaya Efisiensi Proses Distilasi Uap


Minyak Biji Pala dalam Praktikum Kimia Organik. Indonesian Journal of
Laboratory, 2(1), 10-15.

Elisma., Fitrianingsih., dan Sani, K. F. 2021. Uji Aktivitas Antitukak Resin


Jernang (Daemonoroph Draco) Pada Tikus Yang di Induksi Etanol. JMJ,
Special Issues, JAMHESIC. VOL.1.

Evalina, N., Faisal, I.P dan Rizky, E., 2021. Pendampingan Pembuatan Souvenir
Dari Bahan Resin di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Cabang Medan Kota.
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2).

Herman, R. A., Ayepa, E., Shittu, S., Fometu, S. S., and Wang. 2019. Essential
Oils and Their Applications -A Mini Review. Advances in Nutrition &
Food Science. VOL. 4 (4), 1-13.

Kamilah, S.N., Helmiyetti., Rochmah, S., Sri, A., Steffanie, N dan Vestidhia.,
2023. Pelatihan Pembuatan Spesimen Tumbuhan Dalam Blok Resin Untuk
Media Pembelajaran Biologi Bagi Siswa. Jurnal Pengabdian Pada
Masyarakat, 8(4).

Khasanah, L. U., Anandhito, B. K., Uyun, Q., Utami, R., & Manuhara, G. J.
(2017). Optimasi proses ekstraksi dan karakterisasi oleoresin daun kayu
manis (Cinnamomum burmanii) dua tahap. Indonesian Journal of Essential
Oil, 2(1), 20-28.

Nurhaen., Winarsi, D., dan Ridha, A. 2016. Isolasi dan Identifikasi Komponen
Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan
Salembangu (Melissa sp.). Online Journal of Natural Science. VOL. 5 (2),
149-157.

Permana, S. H. A., & Robiah, R. (2020). Ekstraksi minyak atsiri dari kulit jeruk
sebagai bahan peluruhan styrofoam. Jurnal Distilasi, 3(2), 16-21.

xxxi
Pratama, D. G. A., Bawa, I. G. A. G., dan Gunawan, I. W. G. 2016. Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Minyak Atsiri dari Tumbuhan Sembukan (Paederia
foetida L.) dengan Metode Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-
MS). Jurnal Kimia. VOL. 10 (1)., 149-154.

Suryafly, F. D., dan Aziz, I.R. 2019. Enkapsulasi Minyak Atsiri Lemon (Citrus
Limon) Menggunakan Penyalut Β-Siklodekstrin Terasetilasi (sebuah
review). Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas Indonesia. VOL. 1.

Zakariyah, M., Cepeda, G.N., Hutasoit, H. 2018. Sifat Fisik, Kandungan


Fitokimia dan Aktivitas Antibakteri Minyak Essensial Kulit Batang
Akway (Drimys piperita Hook f.). Agritechnology. Vol. 1 (2), 2620-4738.

xxxii

Anda mungkin juga menyukai