Dosen pengampu :
Disusun oleh
kelompok 1
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi saya kekuatan dan petunjuk untuk
menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-NYa saya tidak bisa menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusuan berdasarkan tugas dan proses pembelajaran yang telah dititpkan
kepada kami. Makalah ini disusun dengan menghadapi perbagai rintangan, namun dengan
penuh kesabara kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini memuat tentang “MINYAK ATSIRI ” tema yang dibahas pada makalah ini
dipilih oleh dosen untuk dipelajari lebih dalam.
Kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada dosen kami yang
telah banyak membantu dalam proses pembelajaran semoga makalah yang kami buat ini
dapat dinilai dengan baik.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Tanah Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman rempah-rempah. Kekayaan
alam akan berbagai tanaman hayati, telah menempatkan Indonesia sebagai salah satu
negara pengekspor rempah-rempah terbesar di dunia sampai sekarang disamping India dan
Cina. Pemerintah mengakui rempah-rempah merupakan salah satu bahan ekspor non migas
yang paling stabil dan sebagai salah satu penyumbang devisa negara cukup besar. Hal ini
teruji pada saat krisis moneter tahun 1998 rempah-rempah merupakan komoditas ekspor
Indonesia yang paling menguntungkan. Berdasarkan data tersebut Indonesia menjadikan
rempah-rempah sebagai salah satu topik penelitian unggulan saat ini.
Minyak atsiri merupakan salah satu produk bahan rempah-rempah. Minyak
atsiri lazim disebut minyak yang mudah menguap (volatil oils). Minyak atsiri umumnya
berwujud cair, diperoleh dari bagian tanaman akar, kulit batang, daun, buah, biji atau
bunga dengan cara destilasi uap, ekstaksi atau dipres (ditekan). Minyak sereh, minyak daun
cengkeh, minyak akar wangi, minyak nilam, minyak kenanga, minyak kayu cendana
merupakan beberapa bahan ekspor minyak atsiri Indonesia. Minyak atsiri awalnya
digunakan sebagai bahan pewangi, parfum, obat-obatan, dan bahan aroma makanan.
Dalam perkembangan sekarang hasil sintesis senyawa turunanan minyak atsiri dapat
digunakan sebagai feromon, aditif biodisel, antioksidan, polimer, aromaterapi, penjerap
logam, sun screen block dan banyak lagi kegunaan lainnya. Kemampuan untuk melakukan
konversi komponen minyak atsiri menjadi menjadi senyawa-senyawa yang lebih berguna
merupakan suatu hal penting yang mendesak sekarang. Hal ini disebabkan senyawa
turunan minyak atsiri yang diimpor ke Indonesia harganya jauh lebih mahal daripada harga
minyak atsiri yang dieskpor oleh Indonesia .Oleh sebab itu,makalah ini akan mempelajari
tentang minyak atsiri agar lebih banyak diketahui oleh masyarakat luas.
1.1 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah minyak atsiri ?
2. Bagaimana pemberian penyimpanan identifikasi dan sifat-sifat minyak atsiri ?
3. Komponen utama penyusun kegunaan dalam bidang farmasi pengolongan secara
umum pada minyak atsiri ?
4. Simplisa simplisa yang mengandung minyak atsiri golongan hidrokarbon
5. Simplisa simplisa yang mengandung minyak atsiri golongan aldehid
1.2 TUJUAN
1. Untuk lebih mengenal tentang minyak atsiri
2. Untuk mengetahui sifat – sifat dari minyak atsiri
3. Untuk mengetahui macam – macam penggolongan minyak atsiri
4. Untuk mengetahui simplisa simplisa golongan hidrokarbon dan aldehid
BAB II
PEMBAHASAN
Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak
Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati
yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian
atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan Minyak
Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang dapat
ditemukan dalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai karena
minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan murni tanpa pencemar,
minyak atsiri tidak berwarna.Namun pada penyimpanan yang lama, minyak atsiri dapat
teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap).
Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh
cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap .Bejana tersebut juga diisi
sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan hubungan langsung dengan udara, ditutup
rapat serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
2) Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250C terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis menggunakan alat
piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180. Bobot jenis
merupakan salah satu kriteria penting dalam penentuan mutu dan kemurnian minyak atsiri
(Gunther, 1987).
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di pengaruhi dari ukuran
bahan dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik yang di peroleh dari
pengujian bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.
3) Indeks Bias
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan alat
Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran yang menembus dua macam
media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian terjadi pembiasan (perubahan arah sinar)
akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan
deteksi ketidakmurnian (Guenther, 1987).
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini
karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri
dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan
nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka
semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.
Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil
berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat minyaknya lebih banyak terkandung dalam
minyak, yang mengakibatkan kerapatan molekul minyak lebih tinggi dan sinar yang
menembus minyak sukar diteruskan. Semakin sukar sinar diteruskan dalam suatu medium
(minyak) maka nilai indeks bias medium tersebut semakin tinggi.
4) Putaran Optik
Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi
cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh jenis
minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan putaran
optik menggunakan alat Polarimeter (Ketaren, 1985).
Berikut ini adalah hasil pengujian minyak atsiri kayu manis, di mana hanya
ukuran bahan yang berpengaruh terhadap nilai putaran optik minyak. Uji BNJ
menunjukkan bahwa ukuran bahan besar menghasilkan putaran optik yang berbeda sangat
nyata dengan ukuran sedang dan kecil.
Besar putaran optik minyak merupakan gabungan nilai putaran optik senyawa
penyusunnya. Penyulingan bahan berukuran kecil akan menghasilkan minyak yang
komponen senyawa penyusunnya lebih banyak (lengkap) dibanding dengan bahan ukuran
besar, sehingga putaran optik yang terukur adalah putaran optik dari gabungan (interaksi)
senyawa-senyawa yang biasanya lebih kecil dibanding putaran optik gabungan senyawa
yang kurang lengkap (sedikit) yang dihasilkan bahan berukuran besar. Putaran optik
minyak dari semua perlakuan bersifat negatif, yang berarti memutar bidang polarisasi
cahaya kekiri. Nilainya antara (-) 5,03 sampai (-) 6,75 derajat. Nilai ini lebih besar
dibanding standar EOA (1970) yang nilainya (-) 2 sampai 0 derajat.
Uji BNJ terhadap pengaruh susunan bahan menunjukkan bahwa susunan bahan
bertingkat (A1) menghasilkan minyak minyak yang secara nyata lebih mudah larut dalam
alkohol, dibanding susunan tidak bertingkat (A0) (Gambar 8). Tingkat kelarutan minyak
dalam alkohol dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi senyawa yang dikandungnya.
Menurut Heath (1978), minyak atsiri yang konsentrasi senyawa terpennya tinggi, sukar
larut; sedangkan yang banyak mengandung senyawa terpen-o mudah larut dalam etanol.
Dalam penyulingan bertingkat, uap panas lebih mudah dan cepat menembus bahan yang
susunannya tidak padat dibanding susunan tidak bertingkat, sehingga senyawa terpen-o
yang titik didihnya lebih rendah, lebih banyak terdapat dalam minyak sehingga minyaknya
mudah larut dalam alkohol. Uji BNJ pengaruh ukuran bahan menunjukkan bahwa minyak
dari bahan berukuran besar (B2) secara sangat nyata lebih sukar larut dalam alkohol
dibanding ukuran kecil (B0) dan sedang (B1) (Gambar 9). Bahan yang berukuran lebih
besar, lebih sukar diuapkan minyak atsirinya sehingga senyawa fraksi berat dalam minyak
seperti seskuiterpen akan terpolimerisasi akibat pengaruh panas terus menerus dalam
penyulingan dan polimer yang terbentuk tidak dapat diuapkan. Kondisi tersebut
mengakibatkan komposisi terpen-o dalam minyaknya lebih rendah sehingga minyaknya
sukar larut dalam alkohol.
6) Warna
Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga
coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi
kuning tua hingga coklat muda. Guenther (1990) mengatakan bahwa minyak akan
berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal rempah, aromatik tinggi, kuat dan
tahan lama.
1) Bilangan Asam
Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam
organik pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara
alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas minyak
(Kataren, 1985).
Hasil analisis minyak kilemo menunjukkan bahwa minyak kilemo dari kulit
batang yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan asam
tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode rebus
mempunyai bilangan asam terendah. Besarnya bilangan asam minyak kilemo dari daun
yang disuling dengan metode kukus adalah 1.22 dan yang disuling dengan metode rebus
0.72 sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus
besarnya 4.20, dan yang disuling dengan metode rebus 1.72. Adanya perbedaan nilai
bilangan asam minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang disebabkan karena
perbedaan kandungan senyawa asam pada minyak. Sedangkan perbedaan nilai bilangan
asam minyak kilemo yang disuling dengan sistem kukus dan rebus, kemungkinan
disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada waktu penyulingan dengan sistem kukus.
2) Bilangan Ester
Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk
penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada minyak dapat menandakan bahwa minyak
tersebut mempunyai aroma yang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa minyak kilemo
dari daun yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan ester
tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode rebus
menghasilkan bilangan ester terendah.
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode
kukus adalah 31.66, dan yang disuling dengan metode rebus 28.55. Sedangkan untuk
minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus besarnya 18.74 dan
yang disuling dengan metode rebus besarnya 17.6. Perbedaan nilai bilangan ester minyak
kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang tumbuhan kilemo kemungkinan
disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa ester pada minyak. Dari pengamatan
diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun mempunyai aroma yang lebih segar bila
dibandingkan aroma minyak dari kulit batang. Sifat aroma minyak ini dapat membuat
tingginya bilangan ester pada minyak tersebut.
b. Hidrolisis
Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester. Proses
hidrolisis ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga
terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara sempurna dengan adanya
air dan asam sebagai katalisator (Ketaren, 1985).
c. Resinifikasi
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan
senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan (ekstraksi) minyak
yang mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama penyimpanan (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat mudah menguap dan
mudah teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan perubahan secara fisika maupun kimia
pada minyak atsiri. Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat terjadi saat :
1. Penyimpanan bahan
Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan ukuran bahan mempengaruhi
jumlah minyak atsiri, terutama dengan adanya penguapan secara bertahap yang
sebagian besar disebabkan oleh udara yang bersuhu cukup tinggi. Oleh karena itu,
bahan disimpan pada udara kering bersuhu rendah.
2. Proses ekstraksi
a. Proses ekstraksi
Perubahan sifat kimia dapat disebabkan karena suhu ekstraksi terlalu tinggi.
b. Proses distilasi
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena adanya air,
uap air, dan suhu tinggi.
c. Proses pengepresan
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena minyak atsiri
berkontak dengan udara.
2.7 IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI.
Metode isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Penyulingan (destilasi)
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Prinsip dasar penyulingan adalah cairan dirubah menjadi uap pada titik didihnya, kemudian uap
tersebut dikondensasikan lagi ke dalam bentuk cairan dengan proses pendinginan
Penyulingan dapat dilakukan dengan bebagai cara, yaitu :
a. Penyulingan dengan air
b. Penyulingan dengan air dan uap
c. Penyulingan dengan uap
3. Enflurage
Prinsipnya adalah metode perlekatan bau dengan menggunakan media lilin dan
memanfaatkan aktivitas enzim yang diyakini masih aktif selama sekitar 15 hari sejak bahan
minyak atsiri dipanen. Metode ini digunakan karena ada beberapa jenis bunga yang setelah
dipetik enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai
beberapa minggu, misalnya bunga melati. Diperlukan perlakuan khusus secara langsung agar
tidak mengubah aktivitas enzim.
5. Pemerasan
Umumnya dilakukan terhadap bahan berupa buah atau kulit buah dari tanaman yang
termasuk keluarga Citrus karena minyak atsirinya rusak oleh penyulingan (tidak stabil dan idak
tahan pemanasan). Karena tekanan pada pemerasan, sel-sel yang mengandung minyak lemak
pecah dan minyak atsiri keluar dan mengalir ke permukaan. Metode ini hanya cocok untuk
minyak atsiri yang rendamannya relatif besar.
Cara Pengujian
Kimia :
a. 2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes asam sulfat pekat → coklat hitam
b. 2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes asam encer → kuning
c. 2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes larutan NaOH 5 % → coklat tua
d. 2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes kalium iodida 6 % → kuning
family : Piperaceae
Bagian yang digunakan : buah yang telah tua tetapi belum masak
family : Piperaceae
Simplisia : Buah tua belum masak atau kering (Piperis Nigri Fructus)
kandungan : amida asam, khavisin (rasa pedas), minyak atsiri, amylum, minyak lemak
3. . oleoresin
Family :Moraceae
Family : Piperaceae
6. Cengkeh
Family : Myrtaceae
Family : Annonaceae
Pemerian : Minyak cair warna kuning muda, bau khas, sangat harum
Cara memperoleh : Penyulingan uap bunga yang segar dan belum mekar
8. Lavend
Family : Lamiaceae
Simplisia :Lavandula angustifolia flos
Cara Memperoleh : minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan batang dan
daunnya.
9. . Melati
Family :Oleaceae
Family : Myrtaceae
Family : poaceae
Simplisia : cymbopogonis folium
Family : apiaceae
Family : zingiberaceae
14. Kunyit
Family :Zingiberaceae
Family :poaceae
Suku : Rutaceae
Isi : minyak atsiri, biasanya mengandung zat pahit, minyak lemak, resin, tanin
Suku : Rutaceae
Suku : Rosaceae
Kegunaan : Sedatif
Suku : Lauraceae
Family : Rutaceae
Family : Graminae
Simplisia : folla
Family: Rosaseae
Kegunaan: Sedatif
Family: Graminae
Family : orchidaceae
Kandungan: Glukovanillin, Glukovanillat alkohol, gula 10%, minyak lemak 10%, kalsium
oksalat
Kegunaan: Corrigens, peraksi pembentuk warna dalam analisis farmasi, parfum, industri
makanan dan minuman
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Minyak atsiri (minyak menguap = volatile oil) adalah jenis minyak yang berasal
dari bahan nabati, bersifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami peruraian
dan apabila dibiarkan terbuka dan memiliki bau seperti tanaman asalnya (khas).
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung)sehingga sering sekali memberikan efek psikologi tertentu.
Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebagai dasar wewangian alat
dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan. Pada
industri minuman beralkohol bermanfaat dalam pembuatan butter, cordials, rums,
vermouths, whiskies, wines, dan sebagainya.
5.2 Saran
Kami merasa dalam penyajian makalah ini masih banyak sangat kekurangan
dan kelemahan maka dari itu sudi kiranya teman-teman memberikan kritikan atau saran,
yang nantinya akan berguna untuk memperbaiki hasil makalah ini dan bermanfaat bagi kita
semua dimasa ynag akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Surahman dan Murti Herawati. 2001. Farmakognosi jilid II. Jakarta : Departemen
Kesehatan