Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

FARMAKOGNOSI MINYAK ATSIRI

Dosen pengampu :

Aried Eriadi M. Farm, Apt

Disusun oleh

kelompok 1

Sofia Nurhuda (1801001)

Sri Wahyuni (1801006)

Rima Elfika (1801002)

Silvi Musfira (1801003)

Nanda Jaya Pratama (1801009)

Echa Septiana Putri (1801010)

Ela Indah sari (1801105)

Dewi yulia ningsih (1801004)

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFARM) PADANG


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi saya kekuatan dan petunjuk untuk
menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-NYa saya tidak bisa menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusuan berdasarkan tugas dan proses pembelajaran yang telah dititpkan
kepada kami. Makalah ini disusun dengan menghadapi perbagai rintangan, namun dengan
penuh kesabara kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini memuat tentang “MINYAK ATSIRI ” tema yang dibahas pada makalah ini
dipilih oleh dosen untuk dipelajari lebih dalam.

Kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada dosen kami yang
telah banyak membantu dalam proses pembelajaran semoga makalah yang kami buat ini
dapat dinilai dengan baik.

Padang 22 febuari 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................................2
BAB I ............................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN .....................................................................................................................................................4
LATAR BELAKANG ...........................................................................................................................................4
1.1 RUMUSAN MASALAH ..............................................................................................................................5
1.2 TUJUAN ....................................................................................................................................................5
BAB II .............................................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ...........................................................................................................................................................6
2.1 DEFINISI MINYAK ATSIRI .........................................................................................................................6
2.2 PEMBERIAN MINYAK ATSIRI ...................................................................................................................6
2.3 PENGOLONGAN SIMPLISIA SECARA UMUM ........................................................................................6
2.4 KOMPONEN MINYAK ATSIRI....................................................................................................................7
2.5 SIFAT FISIKA MINYAK ATSIRI .................................................................................................................7
2.6 SIFAT KIMIA MINYAK ATSIRI ................................................................................................................12
2.7 IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI. ............................................................................................................15
2.8 METODE ISOLASI MINYAK ATSIRI .......................................................................................................15
2.8 PENYIMPANAN MINYAK ATSIRI ...........................................................................................................17
2.9 FUNGSI MINYAK ATSIRI DALAM BIDANG FARMASI .......................................................................18
2.10 SIMPLISIA GOLONGAN HIDROKARBON ............................................................................................18
2.11 SIMPLISIA GOLONGAN ALDEHID ........................................................................................................29
BAB III ..........................................................................................................................................................................35
PENUTUP .................................................................................................................................................................35
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................................................35
5.2 Saran ......................................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................................................36
BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Tanah Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman rempah-rempah. Kekayaan
alam akan berbagai tanaman hayati, telah menempatkan Indonesia sebagai salah satu
negara pengekspor rempah-rempah terbesar di dunia sampai sekarang disamping India dan
Cina. Pemerintah mengakui rempah-rempah merupakan salah satu bahan ekspor non migas
yang paling stabil dan sebagai salah satu penyumbang devisa negara cukup besar. Hal ini
teruji pada saat krisis moneter tahun 1998 rempah-rempah merupakan komoditas ekspor
Indonesia yang paling menguntungkan. Berdasarkan data tersebut Indonesia menjadikan
rempah-rempah sebagai salah satu topik penelitian unggulan saat ini.
Minyak atsiri merupakan salah satu produk bahan rempah-rempah. Minyak
atsiri lazim disebut minyak yang mudah menguap (volatil oils). Minyak atsiri umumnya
berwujud cair, diperoleh dari bagian tanaman akar, kulit batang, daun, buah, biji atau
bunga dengan cara destilasi uap, ekstaksi atau dipres (ditekan). Minyak sereh, minyak daun
cengkeh, minyak akar wangi, minyak nilam, minyak kenanga, minyak kayu cendana
merupakan beberapa bahan ekspor minyak atsiri Indonesia. Minyak atsiri awalnya
digunakan sebagai bahan pewangi, parfum, obat-obatan, dan bahan aroma makanan.
Dalam perkembangan sekarang hasil sintesis senyawa turunanan minyak atsiri dapat
digunakan sebagai feromon, aditif biodisel, antioksidan, polimer, aromaterapi, penjerap
logam, sun screen block dan banyak lagi kegunaan lainnya. Kemampuan untuk melakukan
konversi komponen minyak atsiri menjadi menjadi senyawa-senyawa yang lebih berguna
merupakan suatu hal penting yang mendesak sekarang. Hal ini disebabkan senyawa
turunan minyak atsiri yang diimpor ke Indonesia harganya jauh lebih mahal daripada harga
minyak atsiri yang dieskpor oleh Indonesia .Oleh sebab itu,makalah ini akan mempelajari
tentang minyak atsiri agar lebih banyak diketahui oleh masyarakat luas.
1.1 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah minyak atsiri ?
2. Bagaimana pemberian penyimpanan identifikasi dan sifat-sifat minyak atsiri ?
3. Komponen utama penyusun kegunaan dalam bidang farmasi pengolongan secara
umum pada minyak atsiri ?
4. Simplisa simplisa yang mengandung minyak atsiri golongan hidrokarbon
5. Simplisa simplisa yang mengandung minyak atsiri golongan aldehid

1.2 TUJUAN
1. Untuk lebih mengenal tentang minyak atsiri
2. Untuk mengetahui sifat – sifat dari minyak atsiri
3. Untuk mengetahui macam – macam penggolongan minyak atsiri
4. Untuk mengetahui simplisa simplisa golongan hidrokarbon dan aldehid
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI MINYAK ATSIRI

Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak
Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati
yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian
atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan Minyak
Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.

Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang dapat
ditemukan dalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai karena
minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan murni tanpa pencemar,
minyak atsiri tidak berwarna.Namun pada penyimpanan yang lama, minyak atsiri dapat
teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap).
Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh
cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap .Bejana tersebut juga diisi
sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan hubungan langsung dengan udara, ditutup
rapat serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.

2.2 PEMBERIAN MINYAK ATSIRI


Minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan
kental pada suhu ruang namun mudah menguap memberikan aroma yang khas pemberian
pada minyak atsiri mudah menguap memiliki rasa getir tidak berwarna kadang sedikit
berwarna kuning dapat larut dalam pelarut organic tetapi tidak larut dalam air

2.3 PENGOLONGAN SIMPLISIA SECARA UMUM


Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri
yang komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan,
a. Minyak atsiri yang dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen atau penyusun
murninya.
Komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi
produk-produk lain.
Contohnya : minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak permen, dan minyak terpentin.
Biasanya komponen utama yang terdapat dalam minyak atsiri tersebut dipisahkan atau
diisolasai dengan penyulingan bertingkat atau dengan proses kimia yang sederhana.
Pada saat isolasi dengan penyulingan bertingkat selalu dilakukan dalam keadaan
vakum. Isolasi yang dilakukan berdasarkan reaksi kimia hanya terdapat pada beberapa
minyak atsiri.
Contoh : isolasi Eugenol dari komponen yang lain yang terdapat di dalam minyak daun
cengkeh.
b. Minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi komponen murninya. Contoh : minyak akar
wangi, minyak nilam, dan minyak kenanga. Lazimnya minyak atsiri tersebut langsung
dapat digunakan sebagai pewangi berbagai produk, tanpa diisolasi komponen-
komponenya

2.4 KOMPONEN MINYAK ATSIRI


Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis
tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode ekstraksi
yang digunakan dan cara penyimpanan minyak.
Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia
yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya
komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1) Hidrokarbon, yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen
2) Hidrokarbon teroksigenasi.

2.5 SIFAT FISIKA MINYAK ATSIRI


Seperti bahan-bahan lain yang memiliki sifat fisik, minyak atsiri juga memiliki
sifat fisik yang bisa di ketahui melalui beberapa pengujian. Sifat fisik dari setiap minyak
atsiri berbeda satu sama lain. Sifat fisik terpenting dari minyak atsiri adalah dapat menguap
pada suhu kamar sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan metode analisis yang
dapat digunakan untuk menentukan komponen kimia dan komposisinya dalam minyak
asal.
Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu : bau yang karakteristik, bobot jenis,
indeks bias yang tinggi, bersifat optis aktif.

1) Bau yang karakteristik


Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu,
seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah
menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi sesuai
dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut
dalam air (Gunther, 1990).

2) Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250C terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis menggunakan alat
piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180. Bobot jenis
merupakan salah satu kriteria penting dalam penentuan mutu dan kemurnian minyak atsiri
(Gunther, 1987).
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di pengaruhi dari ukuran
bahan dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik yang di peroleh dari
pengujian bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.

Uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan Bo dan B1 tidak berbeda nyata


terhadap bobot jenis, tapi keduanya berbeda dengan perlakuan B2. Nilai bobot jenis
minyak ditentukan oleh komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Semakin tinggi
kadar fraksi berat maka bobot jenis semakin tinggi. Pada waktu penyulingan, penetrasi uap
pada bahan berukuran kecil berlangsung lebih mudah karena jaringannya lebih terbuka
sehingga jumlah uap air panas yang kontak dengan minyak lebih banyak. Kondisi tersebut
mengakibatkan komponen fraksi berat minyaknya lebih mudah dan cepat diuapkan. Dari
segi ukuran bahan, bobot jenis tertinggi (0,9935) diperoleh dari bahan ukuran kecil,
sedangkan dari segi lama penyulingan, bobot jenis tertinggi (0,9911) diperoleh pada
penyulingan 4 jam. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan bobot jenis paling tinggi
(0,9979) adalah A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama
penyulingan 4 jam. Nilai bobot jenis semua perlakuan berkisar antara 0,9722 sampai
0,9979.

3) Indeks Bias
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan alat
Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran yang menembus dua macam
media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian terjadi pembiasan (perubahan arah sinar)
akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan
deteksi ketidakmurnian (Guenther, 1987).
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini
karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri
dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan
nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka
semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil
berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat minyaknya lebih banyak terkandung dalam
minyak, yang mengakibatkan kerapatan molekul minyak lebih tinggi dan sinar yang
menembus minyak sukar diteruskan. Semakin sukar sinar diteruskan dalam suatu medium
(minyak) maka nilai indeks bias medium tersebut semakin tinggi.

Sebagian besar komponen minyak kulit kayumanis terdiri atas kelompok


senyawa terpen-o yang mempunyai berat molekul dan kerapatan yang lebih tinggi
dibanding kelompok senyawa terpen, tetapi relatif mudah larut dalam air. Semakin lama
penyulingan, senyawa terpen-o semakin banyak terlarut dalam air panas yang
mengakibatkan kerapatan minyak menurun sehingga indeks biasnya lebih rendah.
Kombinasi perlakuan yang menghasilkan indeks bias paling tinggi (1,5641) adalah
perlakuan A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama
penyulingan 4 jam. Nilai indeks bias semua perlakuan berkisar antara 1,5515 sampai
1,5641; nilai ini lebih rendah dibanding standar mutu dari Essential Oil Association of
USA (EOA) tahun 1970 yang mensyaratkan nilai 1,5730 – 1,5910.

4) Putaran Optik
Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi
cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh jenis
minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan putaran
optik menggunakan alat Polarimeter (Ketaren, 1985).
Berikut ini adalah hasil pengujian minyak atsiri kayu manis, di mana hanya
ukuran bahan yang berpengaruh terhadap nilai putaran optik minyak. Uji BNJ
menunjukkan bahwa ukuran bahan besar menghasilkan putaran optik yang berbeda sangat
nyata dengan ukuran sedang dan kecil.

Besarnya putaran optik tergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa,


panjang jalan yang ditempuh sinar melalui senyawa tersebut dan suhu pengukuran.

Besar putaran optik minyak merupakan gabungan nilai putaran optik senyawa
penyusunnya. Penyulingan bahan berukuran kecil akan menghasilkan minyak yang
komponen senyawa penyusunnya lebih banyak (lengkap) dibanding dengan bahan ukuran
besar, sehingga putaran optik yang terukur adalah putaran optik dari gabungan (interaksi)
senyawa-senyawa yang biasanya lebih kecil dibanding putaran optik gabungan senyawa
yang kurang lengkap (sedikit) yang dihasilkan bahan berukuran besar. Putaran optik
minyak dari semua perlakuan bersifat negatif, yang berarti memutar bidang polarisasi
cahaya kekiri. Nilainya antara (-) 5,03 sampai (-) 6,75 derajat. Nilai ini lebih besar
dibanding standar EOA (1970) yang nilainya (-) 2 sampai 0 derajat.

5) Kelarutan Dalam Alkohol

Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya


minyak atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri mempunyai
nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk
menentukan suatu kemurnian minyak atsiri.
Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang yang
larutdalam air, sehingga kelarutannya mudah diketahui dengan menggunakan etanolpada
berbagai tingkat konsentrasi. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri jugatergantung
pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut. Kelarutan minyak juga dapat
berubah karena lamanya penyimpanan. Halini disebabkan karena proses polimerisasi
menurunkan daya kelarutan, sehinggauntuk melarutkannya diperlukan konsentrasi etanol
yang tinggi. Kondisipenyimpanan kurang baik dapat mempercepat polimerisasi
diantaranya cahaya,udara, dan adanya air bisa menimbulkan pengaruh yang tidak baik.
Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air. Berikut adalah hasil pengujian tingkat kelarutan minyak dalam
alkohol yang dipengaruhi oleh semua faktor perlakuan dan kombinasinya.

Uji BNJ terhadap pengaruh susunan bahan menunjukkan bahwa susunan bahan
bertingkat (A1) menghasilkan minyak minyak yang secara nyata lebih mudah larut dalam
alkohol, dibanding susunan tidak bertingkat (A0) (Gambar 8). Tingkat kelarutan minyak
dalam alkohol dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi senyawa yang dikandungnya.
Menurut Heath (1978), minyak atsiri yang konsentrasi senyawa terpennya tinggi, sukar
larut; sedangkan yang banyak mengandung senyawa terpen-o mudah larut dalam etanol.
Dalam penyulingan bertingkat, uap panas lebih mudah dan cepat menembus bahan yang
susunannya tidak padat dibanding susunan tidak bertingkat, sehingga senyawa terpen-o
yang titik didihnya lebih rendah, lebih banyak terdapat dalam minyak sehingga minyaknya
mudah larut dalam alkohol. Uji BNJ pengaruh ukuran bahan menunjukkan bahwa minyak
dari bahan berukuran besar (B2) secara sangat nyata lebih sukar larut dalam alkohol
dibanding ukuran kecil (B0) dan sedang (B1) (Gambar 9). Bahan yang berukuran lebih
besar, lebih sukar diuapkan minyak atsirinya sehingga senyawa fraksi berat dalam minyak
seperti seskuiterpen akan terpolimerisasi akibat pengaruh panas terus menerus dalam
penyulingan dan polimer yang terbentuk tidak dapat diuapkan. Kondisi tersebut
mengakibatkan komposisi terpen-o dalam minyaknya lebih rendah sehingga minyaknya
sukar larut dalam alkohol.

Uji BNJ terhadap lama penyulingan menunjukkan bahwa minyak yang


dihasilkan dari penyulingan 6 jam lebih sukar larut dibanding penyulingan 4 jam.
Semakin lama penyulingan maka senyawa fraksi-fraksi berat dalam minyak
akan lebih banyak sehingga kelarutannya dalam alkohol semakin rendah. Kombinasi
perlakuan yang menghasilkan minyak yang lebih mudah larut dalam alkohol dengan nisbah
volume alkohol dan minyak 1,25:1 adalah A1B1C0, yaitu perlakuan susunan bahan
bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Menurut standar EOA
(1970), kelarutan minyak dalam etanol 70% adalah dalam nisbah volume alkohol dengan
minyak sebesar 3:1 atau lebih.

6) Warna

Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga
coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi
kuning tua hingga coklat muda. Guenther (1990) mengatakan bahwa minyak akan
berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal rempah, aromatik tinggi, kuat dan
tahan lama.

2.6 SIFAT KIMIA MINYAK ATSIRI

1) Bilangan Asam
Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam
organik pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara
alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas minyak
(Kataren, 1985).
Hasil analisis minyak kilemo menunjukkan bahwa minyak kilemo dari kulit
batang yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan asam
tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode rebus
mempunyai bilangan asam terendah. Besarnya bilangan asam minyak kilemo dari daun
yang disuling dengan metode kukus adalah 1.22 dan yang disuling dengan metode rebus
0.72 sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus
besarnya 4.20, dan yang disuling dengan metode rebus 1.72. Adanya perbedaan nilai
bilangan asam minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang disebabkan karena
perbedaan kandungan senyawa asam pada minyak. Sedangkan perbedaan nilai bilangan
asam minyak kilemo yang disuling dengan sistem kukus dan rebus, kemungkinan
disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada waktu penyulingan dengan sistem kukus.

2) Bilangan Ester
Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk
penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada minyak dapat menandakan bahwa minyak
tersebut mempunyai aroma yang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa minyak kilemo
dari daun yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan ester
tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode rebus
menghasilkan bilangan ester terendah.
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode
kukus adalah 31.66, dan yang disuling dengan metode rebus 28.55. Sedangkan untuk
minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus besarnya 18.74 dan
yang disuling dengan metode rebus besarnya 17.6. Perbedaan nilai bilangan ester minyak
kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang tumbuhan kilemo kemungkinan
disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa ester pada minyak. Dari pengamatan
diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun mempunyai aroma yang lebih segar bila
dibandingkan aroma minyak dari kulit batang. Sifat aroma minyak ini dapat membuat
tingginya bilangan ester pada minyak tersebut.

Minyak atsiri juga dapat mengalami kerusakan yang mengakibatkan perubahan


sifat kimia minyak atsiri yaitu dengan proses oksidasi, hidrolisa, dan resinifikasi.
a. Oksidasi
Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan rangkap dalam
terpen. Peroksida yang bersifat labil akan berisomerisasi dengan adanya air, sehingga
membentuk senyawa aldehid, asam organik, dan keton yang menyebabkan perubahan bau
yang tidak dikehendaki (Ketaren, 1985).

b. Hidrolisis
Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester. Proses
hidrolisis ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga
terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara sempurna dengan adanya
air dan asam sebagai katalisator (Ketaren, 1985).

c. Resinifikasi
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan
senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan (ekstraksi) minyak
yang mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama penyimpanan (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat mudah menguap dan
mudah teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan perubahan secara fisika maupun kimia
pada minyak atsiri. Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat terjadi saat :
1. Penyimpanan bahan
Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan ukuran bahan mempengaruhi
jumlah minyak atsiri, terutama dengan adanya penguapan secara bertahap yang
sebagian besar disebabkan oleh udara yang bersuhu cukup tinggi. Oleh karena itu,
bahan disimpan pada udara kering bersuhu rendah.

2. Proses ekstraksi
a. Proses ekstraksi
Perubahan sifat kimia dapat disebabkan karena suhu ekstraksi terlalu tinggi.
b. Proses distilasi
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena adanya air,
uap air, dan suhu tinggi.
c. Proses pengepresan
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena minyak atsiri
berkontak dengan udara.
2.7 IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI.

Salah satu cara identifikasi komponen minyak atsiri adalah dengan


kromatografi gas (GC). Kromatografi gas adalah tehnik pemisahan suatu persenyawaan
yang mudah menguap didasarkan pada distribusi antara dua fasa yaitu fasa tetap (stationer)
dan fasa bergerak (mobil).

Identifikasi kandungan minyak atsiri dari suatu tanaman dapat diketahui


melalui bau dan rasa. Identifikasi secara kimia dapat dilakukan dengan pemberian satu
tetes asam sulfat pekat pada serbuk buah simplisia akan memberi warna ungu kemerahan.

Identifikasi minyak atsiri :


1. Teteskan 1 tetes minyak pada permukaan air, minyak atsiri akan menyebar dan
permukaan air tidak keruh
2. Teteskan 1 tetes minyak atsiri pada sepotong kertas saring. Bila di biarkan minyak akan
menguap semurna tanpa meniggalkan noda lemak ( Transparan )
3. Kocoklah 1 ml minyak atsiri dengan 1 ml natrium klorida jnuh dalam gelas ukur 5 ml
biarkan memisah kembali volume lapisan air tidak boleh tertambah.
4. Minyak atsiri + sudan III menghasilkan warna merah karmin

2.8 METODE ISOLASI MINYAK ATSIRI

Metode isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1. Penyulingan (destilasi)
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Prinsip dasar penyulingan adalah cairan dirubah menjadi uap pada titik didihnya, kemudian uap
tersebut dikondensasikan lagi ke dalam bentuk cairan dengan proses pendinginan
Penyulingan dapat dilakukan dengan bebagai cara, yaitu :
a. Penyulingan dengan air
b. Penyulingan dengan air dan uap
c. Penyulingan dengan uap

2. Ekstraksi/ penyarian dengan pelarut organik (mudah menguap) yang sesuai


Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia dengan pelarut
organik yang mudah menguap yang sesuai. Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak
atsiri yang tidak tahan dengan pemanasan. Metode ini banyak digunakan karena rendahnya kadar
minyak dalam tanaman, selain itu cara ini dianggap paling efektif karena sifat minyak atsiri yang
larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar.

3. Enflurage
Prinsipnya adalah metode perlekatan bau dengan menggunakan media lilin dan
memanfaatkan aktivitas enzim yang diyakini masih aktif selama sekitar 15 hari sejak bahan
minyak atsiri dipanen. Metode ini digunakan karena ada beberapa jenis bunga yang setelah
dipetik enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai
beberapa minggu, misalnya bunga melati. Diperlukan perlakuan khusus secara langsung agar
tidak mengubah aktivitas enzim.

4. Penyarian dengan lemak padat


Biasanya untuk memperoleh minyak atsiri dari bunga-bungaan
a. tanpa pemanasan (enfleurage)
b. dengan lemak panas (maserasi)

5. Pemerasan
Umumnya dilakukan terhadap bahan berupa buah atau kulit buah dari tanaman yang
termasuk keluarga Citrus karena minyak atsirinya rusak oleh penyulingan (tidak stabil dan idak
tahan pemanasan). Karena tekanan pada pemerasan, sel-sel yang mengandung minyak lemak
pecah dan minyak atsiri keluar dan mengalir ke permukaan. Metode ini hanya cocok untuk
minyak atsiri yang rendamannya relatif besar.

6. Penyarian dengan gas CO2


Metode berdasarkan pada kelarutan minyak atsiri yang baik dalam CO2.

Cara Pengujian
Kimia :
a. 2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes asam sulfat pekat → coklat hitam
b. 2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes asam encer → kuning
c. 2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes larutan NaOH 5 % → coklat tua
d. 2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes kalium iodida 6 % → kuning

2.8 PENYIMPANAN MINYAK ATSIRI


Penyimpanan Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah
dikeringkan. Tujuan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak rusak atau
berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Simplisia
disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar dari sinar matahari langsung.
Bahan cair menggunakan botol kaca, atau guci porselen menggunakan peti kayu yang
dilapisi timah atau kertas timah (Laksana, 2010). Penyimpanan dilakukan dengan sebaik
mungkin untuk menghindarkan simplisia dari beberapa faktor yang dapat menurunkan
kualitas simplisia antara lain:
 Cahaya matahari
 Oksigen atau udara
 Dehidrasi
 Absorbsi air
 Pengotoran
 Serangga
 Kapang
Hal yang harus diperhatikan penyimpanan adalah suhu dan kelembapan udara. Suhu yang baik
untuk simplisia umumnya adalah suhu kamar (15° - 30°C). Untuk simplisia yang membutuhkan
suhu sejuk dapat disimpan pada suhu (5 - 15°C) atau simplisia yang perlu disimpan pada suhu
dingin (0° - 5°C) (Agoes, 2007).
2.9 FUNGSI MINYAK ATSIRI DALAM BIDANG FARMASI
Dalam industri farmasi minyak atsiri digunakan sebagai antibakteri, antifungi,
antiseptik, pengobatan lesi, antinyeri, dapat digunakan sangat luas dan spesifik,
khususnya dalam berbagai bidang industri. Banyak contoh kegunaan minyak
atsiri, antara lain dalam industri kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo dan lotion) dalam industri
makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa dalam industri parfum
sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi, dalam industri bahan pengawet bahkan
digunakan pula sebagai insektisida. Oleh karena itu, tidak heran jika minyak atsiri banyak
diburu oleh berbagai Negara

2.10 SIMPLISIA GOLONGAN HIDROKARBON


Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon (C)
dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar
terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen (4 unit
isopren) dan politerpen.

Klasifikasi Minyak Atsiri Hidrokarbon

Hydrocarbon/hidrokarbon memiliki unsur-unsur hidrogen (H) dan karbon (C).


Hidrokarbon terdiri atas senyawa terpene. Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak
atsiri sebagian besar terdiri atas:

 monoterpen (2 unit isoprene),


 sesquiterpen (3 unit isoprene),
 diterpen (4 unit isoprene),
 politerpen,
 parafin,
 olefin dan hidrokarbon aromatik.
1. Spesies : Piper cubeba

family : Piperaceae

Simplisia :Buah tua belum masak dan kering (Cubebae Fructus)

Kandungan : minyak atsiri ,lignan, resin ,gom, minyaklemak

Kegunaan :Diuretikum, Ekspektoransia, karminativ, antiseptik

Bagian yang digunakan : buah yang telah tua tetapi belum masak

Pemerian : bau khas aomatik, rasa agak pedas dan pahit


2. Black pepper

Spesies :Piper nigrum Linne.

family : Piperaceae

Simplisia : Buah tua belum masak atau kering (Piperis Nigri Fructus)

kandungan : amida asam, khavisin (rasa pedas), minyak atsiri, amylum, minyak lemak

Kegunaan : Stimulan,aromatic, stomachikum, karminativum ,antiseptik,condiment

Pemerian : Bau khas aromatic,rasa pedas


Bagian yang di gunakan : Buah yang belum masak

3. . oleoresin

Spesies : pinus palustris miller


Family :pinaceae

Simplisia : oleo resin

Kandungan : diterpen ,metilkavikol, terpinolen,pirokarveol Kegunaan: antiseptic


,diuretic, antelmentik

4. strobile dengan rambut kelenjar

Spesies : humulus lupulus L

Family :Moraceae

Simplisia :buah yang sudah masak

Kandungan : humulen ,lupulin,fraksi resin , ester mycenol

Kegunaan :sedative, CNS (central Nerve Sistem )

5. spesies : Piper betle L

Family : Piperaceae

Simplisia : Piperis Folium


Kandungan : minyak atsisri, khavikol, seskuiterpen, tannin, gula, amylum

Kegunaan : obat batuk, obat kumur, antiseptic

Pemerian : Bau aromatik khas, rasa pedas khas


Bagian Yang Digunakan : Daun

6. Cengkeh

Spesies : Eugenia caryophyllus

Family : Myrtaceae

Simplisia : Caryophylli flos

Kandungan :eugenol,zat penyamak atau gom .

Kegunaan :stimulansia, obat mulas ,antiemetikum

Pemerian : Bau aromatic kuat dan rasa pedas

Bagian yang digunakan : Bunga yang masih kucup


7. Kenanga

Spesies :Cananga adorata

Family : Annonaceae

Simpliia : cananga adorata flos

Kandungan : minyak khas kenanga

Kegunaan : malaria, asma,sesak nafas ,bronkhitis, jamu setelah melahirkan

Pemerian : Minyak cair warna kuning muda, bau khas, sangat harum

Cara memperoleh : Penyulingan uap bunga yang segar dan belum mekar

8. Lavend

Spesies :Lavandula angustifolia mill

Family : Lamiaceae
Simplisia :Lavandula angustifolia flos

Kandungan : Linalol asetat

Kegunaan : bahan lotion anti nyamuk ,aromaterapi ,parfum minyak gosok

Cara Memperoleh : minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan batang dan
daunnya.

9. . Melati

Spesies : jasminum sambae L

Family :Oleaceae

Simplisia : jasmini flos

Kandungan : minyak atsiri ,asam format ,asam benzoat ,seskuiterpen

Kegunaan : korigen ordoris ,oenurun panas ,penghenti ASI

Pemerian : Bau harum lemah, tidak berasa

Bagian yang digunakan : Bunga


10. Tanaman kayu putih

Spesies :Meelaleuca leucadendra L

Family : Myrtaceae

Kandungan : minyak atsiri,sineol

Kegunaan :pendarahan stomachichum ,spasmolika

Pemerian : Bau aromatik khas, rasa pahit

Bagian yang di gunakan : cabang daun

11. tanaman daun sereh

Spesies : Cymbopogon nardus L

Family : poaceae
Simplisia : cymbopogonis folium

Kandungan : minyak atsiri , yang mengandung geraniol dan sitronelal

Kegunaan : karminatif , pereda kejang ,antipiretik , stomakik

Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pedas aromatik

Bagian yang digunakan : Daun

12. tanaman adas manis

Spesies : Pimpinella anisum

Family : apiaceae

Simplisia : anisi fructus

Kandungan : anetol, metilkavinol, anis keton,asetal dehida , minyak lemak

Kegunaan : karminativa ,obat mulas

Pemerian : Bau khas aromatik, rasa manis

Bagian yang digunakan : Buah yang masak


13. Tanaman jahe

Spesies : Zingiber officinnale

Family : zingiberaceae

Simplisia : Zingiberus Rhizoma

Kandungan : pati ,damar ,oleo resin , gingerin ,zingeron ,sineol

Kegunaan : karminativa ,stimulan,diaforetika

Pemerian : Bau aromatic, rasa pedas

Bagian yang di gunakan : rimpang

14. Kunyit

Spesies : Curcuma domestica

Family :Zingiberaceae

Simplisia :Curcuma domesticae rhizoma

Kandungan :minyak atsiri, pati ,damar, zat pewarna


Pemerian : Bau khas aromatic , rasa agak pedas lama menimbulkan rasa tebal
Bagian yg digunakan : Akar tinggal

15. Akar wangi

Spesies : vetiveria zizanoides

Family :poaceae

Simplisia : vetiveriae radix

Kandungan : minyak atsiri ,hars , zat pahit

Kegunaan : diaforetika , bahan pewangi

Pemberian : rasa pahit,tidak berbau

Bagian yang di gunakan : akar


2.11 SIMPLISIA GOLONGAN ALDEHID

simplisia golongan aldehid


Terdiri dari :
1. Aldehid asiklik, misal : geraniol dan sit ronelol
2. Aldehid siklik (aromatic), misal : benzaldehid, Vanilin, sinamil aldehid dan kuminil
aldehid

Beberapa simplisia yang mengandung minyak atsiri aldehid :

1. Nama Lain : Minyak jeruk manis

Nama Tanaman Asal : Citrus sinensis ( L. )


Keluarga : Rutaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : d-limonen, campuran sitral, sitronelal
Persyaratan kadar : Kadar aldehida tidak kurang dari 1,0 % dan tidak lebih dari 3,0
%
Penggunaan : Obat bronchitis menahun, bahan pewangi
Pemerian : Cairan kuning muda atau coklat kekuningan, bau khas aromatik,
rasa khas
Cara memperoleh : Minyak atsiri yang diperoleh dengan pemerasan kulit buah
terluar yang masak dan segar
2 Simplisia : Aurantii Amari Cortex

Tanaman asal : Citrus aurantium L.

Suku : Rutaceae

Isi : minyak atsiri, biasanya mengandung zat pahit, minyak lemak, resin, tanin

Kegunaan : Flavouring agent, stimulansia, karminatif, stomacthikum

3. . Simplisia : Limonis Cortex

Tanaman asal : Citrus lemon L.

Suku : Rutaceae

Isi : minyak atsiri, reserpin, glikosida, vitamin C, calsium oksalat.

Kegunaan : Flavouring agent, Stimulansia, stomacthikum


4. Simplisia : Oleum Amygdalae Amarae, (Bitter Almond Oil)

Tanaman asal : Prunus amygdalus Batsch.

Suku : Rosaceae

Isi : Minyak atsiri, protein, glikosida, amigdalin

Kegunaan : Sedatif

5. Simplisia : Cinnamomi Cortex

Tanaman asal : Cinnamomum zaylanicum Nees.

Suku : Lauraceae

Isi : Sinamil aldehid, terpen-terpen, fenol- fenol (eugenol)

Kegunaan : Karminatif, aromatikum, flavouring agent


6. Auranti Amari CORTEX

Spesies : Citrus aurantium L.

Family : Rutaceae

Kandungan: Minyak atsiri, biasanya mengandung zat pahit,minyak lemak, resin,tanin

Kegunaan: Flavourin agent, stimulansia, karminati stomacthikum

7. Spesies: Andropagon nardus L

Family : Graminae

Simplisia : folla

Kandungan : geranol ,metilheptanon, d-sitronella

Kegunaan : parfum, penghalu serangga ,pengharum sabun


8. OLEUM AMIGDALAE AMARAE ( Bitter Almond Oil)

Simplisia:OLEUM AMIGDALAE AMARAE

Tanaman asal: Prunus amygdalus batsch

Family: Rosaseae

Kandungan: Minyak atsiri, protein, glikosida, amigdalin

Kegunaan: Sedatif

9. OLEUM CITROMILLAE (Minyak sereh)

Simplisia: Oleum citromillae

Spesies : Andropogon nardas linne

Family: Graminae

Kandungan: Graniol, oleum citronellal

Kegunaan: Parfum, sabun, obat nyamuk


10. VANILLA

Simplisia :Vanilla planlfolla andrews

Spesies :vanilla tahitensis

Family : orchidaceae

Bagian yang digunakan: buah tua yang telah difermentasi

Kandungan: Glukovanillin, Glukovanillat alkohol, gula 10%, minyak lemak 10%, kalsium
oksalat

Kegunaan: Corrigens, peraksi pembentuk warna dalam analisis farmasi, parfum, industri
makanan dan minuman
BAB III
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Minyak atsiri (minyak menguap = volatile oil) adalah jenis minyak yang berasal
dari bahan nabati, bersifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami peruraian
dan apabila dibiarkan terbuka dan memiliki bau seperti tanaman asalnya (khas).
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di
hidung)sehingga sering sekali memberikan efek psikologi tertentu.
Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebagai dasar wewangian alat
dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan. Pada
industri minuman beralkohol bermanfaat dalam pembuatan butter, cordials, rums,
vermouths, whiskies, wines, dan sebagainya.

5.2 Saran

Kami merasa dalam penyajian makalah ini masih banyak sangat kekurangan
dan kelemahan maka dari itu sudi kiranya teman-teman memberikan kritikan atau saran,
yang nantinya akan berguna untuk memperbaiki hasil makalah ini dan bermanfaat bagi kita
semua dimasa ynag akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Surahman dan Murti Herawati. 2001. Farmakognosi jilid II. Jakarta : Departemen
Kesehatan

Widyastuti, kiki dkk. 2001. Farmakognosi jilid I. Jakarta : Departemen kesehatan

Ketaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai