Anda di halaman 1dari 33

UJI AKTIVITAS KRIM KULIT DURIAN

(Durio zibethinus Murr) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus sp.


PENYEBAB JERAWAT SECARA In Vitro

Disusun untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Remaja Tingkat SMA/sederajat


SMAPSiC XV + Jr XI 2020

Disusun oleh :
Bayu Eka Putra (2670)
Randa Mauly Sicha (2551)
Sarah Jessica Panggabean (2557)

Guru Pembimbing :
Mattori Hadinata S.Farm,Apt
Rendy Persaulian H, S.Farm, Apt

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN JURUSAN FARMASI YAYASAN


ABDURRAB PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2019 – 2020
ABSTRAK

UJI AKTIVITAS CREAM KULIT DURIAN TERHADA BAKTERI


Staphyillococcus SP PENYEBAB JERAWAT SECARA In- VITRO

Sarah Jessica
Randa Mauly S
Bayu Eka Putra
Matori Hadinata, S.Farm Apt
Sekolah Menengah Kejuruan Abdurrab Pekanbaru

Abstarak: Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang bertujuan untuk
memanfaatkan limbah kulit durian sebagai bahan aktif cream dengan menguji akifitasnya
terhadap bakteri staphyilococcus SP penyebab jerawat secara In-vitro. Hasil penelitian
menunnjukkan bahwa ekstrak limbah kulit durian yang diperoleh dari hasil maserasi menggunakan
pelarut etil asetat yang dimafaatkan sebagai bahan aktif cream anti jerawat dapat menghambat
pertumbuhan bakteri staphyilococcus aureus dengan rerata 7,3 mm dan staphyilococcus
epidermidis dengan rerata 11 mm. Konsentrasi cream yang diujikan adalah 10%.

Kata Kunci: Limbah Kulit Durian, Cream, staphyilococcus SP


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis dengan judul “Uji
Aktivitas Krim Kulit Durian (Durio zibethinus Murr) Terhadap Bakteri
Staphylococcus sp. Penyebab Jerawat Secara In Vitro”.
Dalam menyusun Karya Tulis ini kami banyak mendapat dukungan dalam bentuk
materil maupun moril dari berbagai pihak terutama guru pembimbing yang telah
memberikan waktunya kepada kami dalam menyusun dan menyelesaikan karya tulis
ini.Kami menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna
perbaikan dan penyempurnaan Karya Tulis ini.
Demikian Karya Tulis ini kami persembahkan, dan besar harapan kami semoga
Karya Tulis ini dapat memberikan nilai dan manfaat bagi pembaca.Amin

Pekanbaru, Januari 2020

Penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.3.1 Tujuan Umum 3
1.3.2 Tujuan Khusus 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.4.1 Bagi Penulis 3
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan 3
1.4.3 Bagi Masyarakat 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Durian (Durio zibethinus Murr) 4
2.1.1 Klasifikasi Durian (Durio zibethinus Murr) 4
2.1.2 Morfologi Durian (Durio zibethinus Murr) 4
2.1.3 Kulit Durian 5
2.2 Staphylococcus sp. 6
2.2.1 Klasifikasi Staphylococcus sp. 6
2.2.2 Jerawat (Acne vulgaris) 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian 9
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 9
3.3 Sampel Penelitian 9
3.4 Alat, Bahan dan Medium Penelitian 9
3.4.1 Alat-alat 9
3.4.2 Bahan-bahan 9
3.5 Prosedur Penelitian 10
3.5.1 Sterilisasi Alat 10
3.5.2 Pengujian Daya Hambat Jamur 11
3.6 Analisa Data 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5
4.1 Hasil 13
4.2 Pembasan 13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 15
5.2 Saran 15

DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE
LAMPIRAN

6
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kulit Buah Durian (Durio zibethinus Murr) 4


Gambar 2.2 Bakteri Staphylococcus aureus 7
Gambar 2.3 Jerawat (Acne vulgaris) 7

7
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Uji Daya Hambat Kulit Durian (Durio zibethinus Murr) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus …………………………... 13

8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional masih selalu digunakan
masyarakat di Indonesia terutama di daerah pedesaan yang masih kaya dengan
keanekaragaman tumbuhannya. Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional
yang berasal dari tumbuhan pun memiliki efek samping yang jauh lebih rendah
tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan kimia. Obat tradisional Indonesia
masih sangat banyak yang belum diteliti, khususnya yang sebagian besar berasal
dari bahan tumbuhan (Wayan, 2004).
Salah satu tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah
buah durian (Duriozibethinus Murr).Buah durian yang sering dikonsumsi selama
ini hanya bagian daging buanya saja,ternyata jika dilihat kegunaan durian bukan
hanya dagingnya yang bisa dimanfaatkan, tetapi juga ditemukan berbagai manfaat
dari kulit durian yang sering dibuang, sehingga menjadi sampah yang pada
akhirnya membusuk.
Hasil penelitian Pratiwi (2008) mengatakan senyawa fitokimia dapat
berkhaisat sebagai antijamur dan antibakteri seperti alkaloid saponin tanin fenolitik,
flavonoid dan tirterpenoid.Senyawa fitokimia sebagai antijamur yang berasal dari
tanaman sebagian besar diketahui merupakan metabolit sekunder tanaman terutama
golongan fenolik dan terpen dalam minyak atsiri. Minyak atsiri adalah zat biologis
aktif sebagai antibakteri dan antijamur sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan
pengawet pada makanan dan sebagai antibiotik alami. Salah satu tanaman yang
memiliki senyawa tersebut adalah tanaman buah durian.
Manusia mempunyai berbagai jenis penyakit kulit, salah satunya adalah
penyakit jerawat (acne vulgaris). Jerawat adalah penyakit peradangan kulit yang
disertai dengan penyumbatan saluran kelenjar minyak pada kulit dan rambut
(saluran pillosebasea). Kondisi kulit seperti ini dapat memberikan peluang bagi
bakteri anaerobik aerotolerans seperti halnya P. acnes untuk bereproduksi dan
menimbulkan jerawat (Djanggola et al.,2016).

1
10

Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian Uji
Aktivitas Krim Kulit Durian (Durio zibethinus Murr) Terhadap Bakteri
Staphylococcus sp.
PenyebabJerawat.
11

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengatasi
permasalahan infeksi bakteri dengan memanfaatkan limbah kulit durian.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1Tujuan Umum
Untuk menenentukan apakah ekstrak kulit durian (Durio zibethinus
Murr) dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus sp.

1.3.2Tujuan Khusus
Untuk menentukan besar zona hambat yang dihasilkan ekstrak kulit
durian terhadap pertumbuhan Staphylococcus sp.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Penulis
Untuk menambah pengalaman, ilmu, wawasan dan pengetahuan tentang
ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) yang dapat menghambat
pertumbuhan Staphylococcus sp.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan


Menambah referensi perpustakaan SMK Abdurrab Jurusan Farmasi
Pekanbaru khususnya dalam bidang mikrobiologi.

1.4.3 Bagi Masyarakat


Memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat kulit durian
sebagai antibakteri
12

BAB II
TINJAUANPUTAKA

2.1 Durian
2.1.1Klasifikasi durian
Menurut Uji (2005) taksonomi tanaman durian
yaitu:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dileniidae
Ordo : Malvales
Familia : Bombacaceae
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus Mur

2.1.2 Morfologi Durian

Gambar 2.1 kulit buah durian.


Durian merupakan tanaman daerah tropis, karenanya dapat tumbuh baik
di Indonesia. Panjang buah durian yang matang bisa mencapai 30-45 cm
dengan lebar 20-25 cm, dan berat antara 1,5-2,5 kg. Setiap buah berisi 5 juring
yang di dalamnya terletak 1-5 biji yang diselimuti daging buah yang berwarna
putih, krem, kuning, atau kuning tua. Tiap varietas durian menentukan besar
kecilnya ukuran buah, rasa, tekstur, dan ketebalan daging (Widhi, 2009).
Tanaman durian dihabitat alami tumbuh tahunan hingga mencapai
ratusan tahun. Pohonnya berkayu dapat mencapai ketinggian 50 meter atau
13

lebih, bercabang banyak segitiga. Setiap percabangan tanaman durian tumbuh


mendatar atau tegak membentuk sudut 30-40 tergantung pada jenis. Daun
berbentuk bulat memanjang dengan bagian ujung runcing, bagian tengah daun
bersela-sela dan tumbuh secara tunggal dan daunnya agak tebal, permukaan
daun berwarna kecoklat-coklatan, bunga durian berwarna putih dan setiap
pohon durian berbunga sangat banyak mencapai 100 kuntum bunga. Buah
durian berbentuk bulat atau lonjong dan tidak teratur, ukuran kecil sampai
besar, kulitnya berduri bagian dalam berongga atau beruang yang didalamnya
berisi biji terbungkus oleh daging buah (Bernard,2009).

2.1.3 Kulit Durian


Selama ini masyarakat hanya mengenal dan mengonsumsi daging buah
durian dan bijinya untuk dibuat berbagai macam panganan, misalnya dodol,
lempok, campuran kolak, selai, bahan campuran untuk kue, tempoyak (daging
buah durian yang diawetkan) dan lain-lain. Sedangkan kulit durian hanya
dibuang begitu saja sehingga menjadi setumpuk sampah yang mengakibatkan
bau busuk dan mendatangkan banyak kuman, serangga, lalat dan nyamuk
yang tentunya akan berujung pada timbulnya sarang dan sumber penyakit
(Prabowo, 2012).
Kandungan dari kulit durian yaitu, flavonoid, saponin, unsur selulosa,
lignin, serta kandungan pati. Hasil penelitian menunjukkan, kulit durian secara
proporsional mengandung unsur selulose yang tinggi(50-60%) dan kandungan
lignin (5%) serta kandungan pati yang rendah (5%) sehingga dapat
diindikasikan bahan tersebut bisa digunakan sebagai campuran bahan baku
pangan olahan serta produk lainnya yang dimanfaatkan. Selain itu, limbah
kulit durian mengandung sel serabut dengan dimensi yang panjang serta
dinding serabut yang cukup tebal sehingga akan mampu berikatan dengan
baik apabila diberi bahan perekat sintetis atau bahan perekat mineral (Afif,
2007).
Kulit buah durian juga mengandung senyawa fenolik, flavonoid,
saponin, dan tanin. Hal ini menunjukkan bahwa kulit buah durian dapat
digunakan sebagai antibakteri. Selain itu, kandungan kimia kulit durian yang
dapat dimanfaatkan adalah pektin. Pektin merupakan senyawa yang baik
digunakan sebagai pengental dalam makanan. Sehingga pectin yang diperoleh
14

dari kulit durian dapat dimanfaatkan sebagai pengental dalam pembuatan


cendol atau dapat dijadikan sebagai tepung dan kulit durian juga dapat
digunakan sebagai penolak nyamuk (Afif, 2007)

2.2 Staphylococcus sp.


Staphylococcus sp. merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur
seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak.
Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling
baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu
sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih
dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida
atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri. Berbagai derajat hemolisis
disebabkan oleh S. aureus dan kadang-kadang oleh spesies stafilokokus lainnya.
(Jawetz et al., 2008).
Infeksi oleh S.aerus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses.
Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S.aereus adalah
bisul,jerawat,impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya
pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan
endokarditis. S.aureus juga merupakan penyebab utama infeksi
nosokomial,keracunan makanan,dan sindroma syok toksik (Kusuma,2009).

2.2.1 Klasifikasi Staphylococcus aureus


Menurut Uji (1884) taksonomi Staphylococcus aureus
yaitu :
Domain : Bacteria
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : S. Aureus
15

Nama binomial : Staphylococcus aureus

Klasifikasi Staphylococcus epidermidis menurut Nilsson et all. (1998) adalah :


Domain : Bacteria
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : S. epidermidis

Gambar 2.2 Staphylococcus aureus


Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses.
Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat, impetigo,
dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis,
meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga
merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok
toksik (Kusuma, 2009).
2.2.2 Jerawat (acne vulgaris)
Acne vulgaris atau yang sering dikenal dengan sebutan jerawat merupakan
gangguan inflamatorik pada kelenjar sebasea dan masalah kulit yang paling umum dialami
remaja, namun lesi juga bisa muncul saat penderita berusia 8 tahun. Walaupun lebih sering
terjadi dan lebih parah dialami anak lelaki daripada anak perempuan, acne (jerawat) yang
dialami perempuan biasanya muncul lebih awal dan cenderung berlangsung lebih lama,
kadang-kadang hingga penderita menginjak masa dewasa. Jika ditangani dengan baik,
prognosisnya baik. (William and Wilkins,2008)
16

Menurut Wikipedia.org (2012), jerawat adalah penyakit kulit yang cukup besar
jumlah penderitanya. Kligmann, seorang peneliti masalah jerawat ternama dunia
berpendapat, ”Tak ada satu orang pun didunia yang melewati masa hidupnya tanpa sebuah
jerawat dikulitnya”.

Gambar 2.3 Jerawat (acne vulgaris)


Acne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikel umum yang mengenai
pilosebasea (polikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan didaerah muka,
leher, serta bagian atas. Acne ditandai dengan komedo tertutup (white head), komedo
terbuka (black head), papula, pustul, nodus, dan kista (Brunner dan Suddarth,2001)
17

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian


Penelitian ini bersifat inovasi dan eksperiment laboratory secara In vitro yaitu
melihat daya hambat krim limbah kulit durian terhadap bakteri Staphylococcus sp
penyebab jerawat.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2020 di laboratorium
Farmakognosi, Ilmu Resep, Kimia Farmasi, Mikrobiologi SMK Abdurrab
Pekanbaru.

3.3 Sampel
Sampel yang digunakan adalah limbah kulit durian yang diambil dipasar pagi
Arengka Pekanbaru dan kemudian dimanfaatkan menjadi krim anti jerawat.

3.4 Alat, Bahan dan Medium Penelitian


3.4.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain vacum rotary
evaporator, timbangan analitik, gelas ukur, gelas piala, vortex, elenmeyer, botol
ekstrak, tabung reaksi, pipet tetes, pipet volumetrik,lumpang, alu, cawan
penguap, beker gelas, sendok spatula, kaca arloji, cawan petri, lidi bakteri,
kapas, bunsen, pinset, oven, jangka sorong dan aluminium foil
18

3.4.2 Bahan-bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah strain Staphylococcus
sp. Ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) ,Emulgid, parafin, Aqua dest
Chloramphenicol (kontrol positif), Emulgid suspensi bakteri Straphylococus sp,
etil asetat 96% sebagai bahan maserasi ekstrak kulit buah durian (Durio
zibethinus Murr) dan media yang digunakan pada penelitian ini adalah medium
Mueller Hilton Agar (MHA).

3.5 Prosedur Penelitian


3.5.1 Pengolahan Sampel
Pengolahan Sampel Limbah Kulit Durian dilakukan dengan beberapa
tahapan:
Pengumpulan limbah kulit durian, disortasi basah, pemisahan kulit dan duri,
perajangan, pengeringan dengan oven (60ºC selama 48 jam), disortasi kering.

3.5.2 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Durian


Sampel kering limbah kulit durian rendam dengan etil asetat 96%. Maserasi
selama 3-4 hari sambil sesekali diaduk. Uapkan pelarut dengan menggunakan
vacum rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak kental (Dasa, 2015).

3.5.3 Pembuatan Krim Kulit Durian


Pembuatan krim kulit durian 10% didahului dengan pembuatan basis krim
sebelum dicampurkan dengan ekstrak kulit durian, adapun formulasi Krim Kulit
durian yang digunakan :
R/ Emulgid 15
Paraffin Liq 15
Ekstrak Kulit Durian 10
Aqua dest ad 100

3.5.2 Pengujian Daya Hambat Bakteri


1. Sterilisasi alat
19

Cuci alat-alat kaca sampai bersih, keringkan, bungkus dengan kertas


padi, sterilkan dalam oven pada suhu 150 - 160°C selama 1 jam dan
waktunya cukup keluarkan dari dalam oven dan biarkan dingin (Hasnyimi,
2010).

2. Pembuatan Media Potato Dextrose agar


Timbang 3,8 gram media PDA, masukkan dalam labu erlemeyer
(pemakaian sesuai petunjuk kit : 38 gr/L), tambahkan dengan 100 ml
akuades sambil dikocok, panaskan hingga larut, tutup dengan kapas,
sterilkan di dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121°C, setelah
cukup waktu matikan autoclave, biarkan suhu turun, lalu keluarkan media
dari autoclave dan tambahkan antibiotik kloramfenikol sebanyak 1ml,
homogenkan, masukkan ke dalam petridisk steril (Oxoid, 2012)

4. Pembuatan Suspensi Bakteri


Ambil satu ose koloni strain bakteri, kemudian suspensikan dalam
tabung yang berisi NaCl 0,9% steril sampai kekeruhan sama dengan
larutan standar Mc. Farland (Soemarno. 2001)

5. Penanaman Pada Media Potato Dextrose agar


a. Celupkan kapas lidi kapas steril ke dalam suspensi jamur yang sudah
distandarisasi kekeruhannya, tunggu sampai meresap ke dalam
kapas. Kemudian kapas lidi diangkat dan diperas dengan
menekankan pada dinding tabung bagian dalam sambil diputar.
b. Goreskan kapas lidi tersebut pada media Potato Dextrose Agar plate
dengan memutar cawan petri sampai permukaan media tertutup rapat
c. Biarkan media selama 5 - 15 menit supaya suspensi jamur meresap
ke dalam agar (Jawetz, 2000).

6. Penempelan Disk
a. Penempelan pada Potato Dextrose Agar plate dilakukan secara
manual satu-persatu dengan pinset.
b. Siapkan ekstrak limbah kulit durian, kontrol positif
(Chloramphenicole), dan kontrol negatif (Emulgit).
20

c. Ambil disk kosong dan celupkan ke dalam ekstrak limbah kulit


durian letakkan pada permukaan media Potato Dextrose Agar yang
sudah ditanam Staphylococcus sp. dengan sedikit ditekan.
d. Ambil disk kosong dan celupkan ke dalam Chloramphenicole
(kontrol positif) dan Emulgit (kontrol negatif) dengan menggunakan
pinset letakkan pada permukaan media Potato Dextrose Agar yang
sudah ditanam Staphylococcus sp. dan tekan sedikit.
e. Jarak antara disk yang satu dan disk yang lain tidak kurang dari 2
cm.
f. Kemudian inkubasi dalam inkubator selama 2-5 hari pada suhu 30o
C (Soemarno, 2001).

7. Pembacaan Zona Hambat


a. Amati zona hambatan yang terjadi di sekeliling disk dan ukur
panjang diameternya dengan jangka sorong.
b. Jika terdapat zona hambatan di sekeliling disk, berarti ekstrak kulit
durian memiliki kandungan zat aktif sebagai antijamur terhadap
Staphylococcus sp.
c. Jika tidak terdapat zona hambatan di sekeliling disk, berarti ekstrak
kulit durian tidak memiliki kandungan zat aktif sebagai antijamur
terhadap Staphylococcus sp.

3.6 AnalisaData
Data disajikan dalam table distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif.
Analisa data deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran pada setiap variable
dari hasil penelitian.
21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Pemanfaatan limbah kulit durian terhadap bakteri Staphylococcus sp.
dilakukan menggunakan pelarut etil asetat 96%, chloramphenikol sebagai
kontrol positif, kontrol negatif yaitu emulgit. Hasil pengukuran diameter zona
hambatan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit durian (Durio
zibethinus Murr) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus.
Zona Hambatan
Pengujian Rata-rata
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Krim Kulit durian 8 mm 7 mm 7 mm 7,3 mm
Basis Cream
6 mm 6 mm 6 mm 6 mm
(emulgit) (-)
Chloramphenikol
20 mm 19 mm 18 mm 19 mm
(+)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat dilihat zona hambatan yang terjadi pada
limbah kulit durian memiliki rata-rata 7,3 mm, sedangkan pada
22

Chloramphenikol (kontrol positif) memberikan rata-rata sebesar 19 mm dan


pada kontrol negatif tidak terjadi zona hambat (diameter disk = 6 mm).

Tabel 4.2 Hasil Uji Daya Hambat II Ekstrak Kulit durian (Durio
zibethinus Murr) Terhadap Pertumbuhan Bakteri S. Epidermidis

Zona Hambatan
Pengujian Rata-rata
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Krim Kulit durian 11 mm 12 mm 10 mm 11 mm
Basis Cream (-) 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm
Chloramfenikol (+) 17 mm 16 mm 18 mm 17 mm

4.2 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ekstrak kulit durian dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp., karna kulit durian
mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, fenolik yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri tersebut (Setyowati, 2013).
Flavonoid, saponin dan tannin yang terkandung dalam ekstrak limbah kulit
buah durian termasuk golongan senyawa fenolik. Senyawa fenolik dan saponin
bersifat larut dalam air dan mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH), sehingga
lebih mudah masuk ke dalam sel dan membentuk kompleks dengan protein
membran sel. Kompleks protein senyawa fenolik terbentuk dengan ikatan yang
lemah, sehingga akan segera mengalami peruraian kemudian diikuti penetrasi
senyawa fenolik ke dalam sel yang menyebabkan presipitasi dan terdenaturasinya
protein membran sel. Kerusakan pada membran sel menyebabkan perubahan
permeabilitas pada membran, sehingga mengakibatkan lisisnya membran sel
bakteri.
Chloramphenikole sebagai kontrol positif dapat menghambat pertumbuhan
beberapa golongan bakteri, chloramphenicole merupakan antibakteri, bekerja
menghambat sintesis protein dan bersifat bakteriostatik.
Penelitian yang dilakukan Pratiwi (2008) mengatakan senyawa fitokimia
dapat berkhasiat sebagai antibakteri seperti alkaloid saponin tanin fenolitik,
flavonoid dan tirterpenoid, dengan demikian hasil penelitian tentang pemanfaatan
23

limbah kulit durian yang telah dilakukan, sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa ektrak kulit durian mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan kata
lain ekstrak kulit durian bersifat antibakteri.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil peneltian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa: Ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr), dapat menghambat
pertumbuhan Staphylococcus sp. penyebab jerawat yang dibuktikan dengan
terbentuknya zona hambat sebesar 7,3 mm dan 11mm.

5.2 Saran
1. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk menggunakan kulit durian
(Durio zibethinus Murr) terhadap jenis bakteri pathogen yang lain.
2. Bagi Institusi Pendidikan agar mendapat tambahan ilmu dan berbagai
pengetahuan tentang pemanfaatan limbah kulit buah durian (Durio
zibethinus Murr) serta dapat mengembangkan ilmu dan pengetahuan lainnya.
3. Disarankan pada masyarakat untuk memanfatkan kekayaan yang ada di
alam, terutama untuk masalah pengetahuan dan pengobatan.
24
DAFTAR PUSTAKA

Afif, M. 2007. Manfaat DurianDan Berbagai Kandungan Durian (Durio


zibethinus Murr). Redaksi Agromedia Jakarta Hal16-20.

Bernad. 2009. Ciri-ciri tanaman buah durian, (0nline),


http://repostory.usu.ac.id/bitstream/123456789/24542/2.pdf (diakses
23 Januari 2020)

Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga.Jakarta Hal 18-25

Prabowo,A. 2012 Analisis kulit buah durian. Pustaka Grafik. Bandung Hal 12-24

Soemarno. 2001. Isolasi dan Identifikasi Bacteri Klinik. Akademi Analis


Kesehatan. Yogyakarta.

Uji,T.2005. Keragaman Jenis dan Sumber Plasma Nutfah Durio (Durio sp.)
di Indonesia. Buletin Plasma Nutfah. 11 (1):28-3

Wayan, I.S. 2004. Pemanfaatan obat penurun panas oleh masyarakat Angkah,
Tabanan Bali. Dalam Prosiding Seminar Nasional XXV Tumbuhan Obat
Indonesia. Tawangmangu. Pokjanas.

Widhi.2009.Optimalisasi Olahan Buah Durian Sebagai Alternatif Dalam Usaha


Akrowisata Durian. (Online). http://tanamanbuahdurian.edt/kat, (diakses 25
Januari 2020).

https://id.wikipedia.org/wiki/Kloramfenikol,(diakses 25 Januari 2020)

http://eprints.ums.ac.id/26064/18/NASKAH_PUBLIKASI.pdf , (diakes 25 januari


2020)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Bayu Eka Putra


Jenis Kelamin : Laki Laki
Jenis Program Studi/Kelas : X fkk 1
NIS : 2670
Tempat/Tanggal lahi : Pandan Wangi ,27 januari 2002
Email : hendrikkornelius@gmail.com
No. Tlp/Hp :085805604721
Pekanbaru, Januari 2020
Pengusul

Bayu Eka
Putra
NIS: 2670

Nama Lengkap : Randa Mauly S


Jenis Kelamin : Perempuan
Jenis Program Studi/Kelas : XI FKK 1
NIS : 2551
Tempat/Tanggal lahir : Sei kijang, 09 mei 2003
Email : Randamalysica@gmail.com
No. Tlp/Hp : 082388882356
Pekanbaru, Januari 2020
Pengusul

Randa Mauly
S
NIS: 2551
Nama Lengkap : Sarah Jessica / syahelma fithri
Jenis Kelamin : Perempuan
Jenis Program Studi/Kelas : XI FKK 3/ XI FKK 2
NIS : 2557/ 2659
Tempat/Tanggal lahir : Batubara, 25 september 2003/ pekanbaru,20 Maret 2004
Email : Sarahpanggabean25 @gmail.com/
helmaasyahh20@gmail.com
No. Tlp/Hp : 085272086932/ 0823762525232
Pekanbaru, Januari 2020
Pengusul

Sarah Jessica
P
NIS: 2557
LAMPIRAN

1.Pengumpulan Bahan Baku (Kulit Durian)

2.Pencucian Kulit Durian

3.Pemisahan Kulit Durian Yang Berduri Daru Bagian Kulit Putih


4.Perajangan

5.Pengeringan

6.Proses Pembuatan Ekstrak


7.Pengambilan Ekstrak Kental Dengan Alat Rotary Evaporator

8.Hasil Ekstrak Kental

9.Proses Pembuatan Salep


10.Pengujian Terhadap Bakteri S.Aureus Dan S.Epidermidis
5. Hasil Uji Daya Hambat

I II

(-) S

(+)
(+)

(-)
S

III

(+)

(-)

Anda mungkin juga menyukai