Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRATIKUM

MIKOLOGI

“IDENTIFIKASI JAMUR”

Dosen pengampu : Inelvi Yulia, M.Si

Nama : Syadu helin shopia

NIM : 2105008

Kelas : 3B

Prodi : Teknologi Laboratorium Medik

D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2023/2024
DAFTAR ISI

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Alhamdulillah, puji syukur ucapkan atas limpahan rahmat dan nikmatnya sehingga
laporan dengan judul “IDENTIFIKASI JAMUR” dapat selesai. laporan ini dibuat
dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah mikologi. Selain itu, penyusunan
laporan ini bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca tentang
“identifikaasi jamur”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Inelvi Yulia, M.Si Selaku dosen mata
kuliah mikologi. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan kami
mengenai topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak
yang membantu dalam proses penyusunan laporan dari awal sampai selesai.
Penulis menyadarai bahwa dalam penyusunan dan penulisan laporan ini masih
banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu, penulisan memohon maaf atas
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam laporan ini. Dan berharap adanya
kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam laporan ini.

1.2 Tujuan pratikum


Untuk mengetahui jenis fungi kontaminan makanan melalui isolasi dan
identifikasi bentuk mekroskopis serta mikroskopis fungi dari
makanan,tanah,udara,kuku,dan keputihan.

1.3 Manfaat pratikum


praktikum dapat meningkatkan motivasi untuk mempelajari jenis-jenis fungi jamur,
praktikum dapat meningkatkan keterampilan- keterampilan dasar bereksperimen.dan
praktikum dapat menjadi sarana belajar ilmiah, praktikum menunjang pemahaman
materi pelajaran.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembuatan medium jamur dan sterilisasi


A. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui medium-medium yang bisa digunakan untuk
pertumbuhan jamur di laboratorium
2. Untuk mengetahui cara sterilisasi alat dan bahan praktikum

B. Dasar Teori
Jamur dilingkungan dapat tumbuh dimana saia sehingga jamur disebut
makhluk hidup yang kosmopolit. Jamur dapat hidup pada tanah, makanan
dan bahkan organ tubuh makhluk hidup lainnya. Untuk memisahkan
(isolasi) jamur dengan lingkungan, maka dilaboratorium digunakan
medium yang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Medium dapat digunakan
untuk isolai, kultur, perbanyakan,penghitungan dan penguilan sifat-sifat
fisiologis jamur. Pembiakan jamur di laboratorium memerlukan medium
vang berisi zat hara/nutrisi dan lingkungan yang sesuai bagi jamur.
Beberapa medium yang umum digunakan dilaboratorium antara lain :
1. Potato Dextrose Agar (PDA)
2. Sabouraud Dextrosa Agar (SDA)
3. Czapek's Agar
4. Malt Extract Agar (MEA)
5. Yeast Extract Agar (YEA)
a. Medium PDA (Potato Dextrosa Agar)
Medium PDA merupakan medium yang paling umum digunakan untuk
pertumbuhan jamur dilaboratorium. Medium ini terdiri dari dekstrosa, sari
kentang dan agar.

Komposisi PDA (Potato Dextrosa Agar), terdiri dari :


1) 200 gr tepung kentang,
2) 20 gr gula dekstrosa,
3) 15 gr agar-agar bubuk dalam 1 liter air.

b. Saboroud Dextrosa Agar (SDA)


sabouraud Dextrose Agar (SDA) adalah medium isolasi non selektif yang
digunakan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jamur patogen dan jamur
non-patogen dari spesimen klinis dan nonklinis. Ini juga digunakan untuk
penghitungan total khamir.
Komposisi SDA (Saboroud Dextrosa Agar), terdiri dari :

2
1) Mycological peptone 10 g,
2) Glucose 40 g,
3) dan Agar 15 g.

c. Czapek Agar
Medium in merupakan medium semisintetik yang mengandung atrium
nitrat sebagai salahs atu sumber nitrogen. Meium in digunakan untuk
budidaya jamur.
Media ini juga bisa digunakan untuk produksi klamidospora oleh Candida
albicans.
Czapek agar mendukung pertumbuhan untuk semua jenis jamur saprofit.
Komposisi Czapek Agar terdiri dari : Sukrosa, sodium nitrat, dipotassium
phosphate, Magnesium sulphate, Potassium chloride, Ferrous sulphate,
dan agar.

d. Malt Extract Agar (MEA)


Malt Extract Agar direkomendasikan untuk mendeteksi, mengisolasi dan
menghitung jamur, khususnya ragi dan kapang.
Komposisi Malt extract agar (MEA) : Malt extract Mycological peptone
dan Agar

e. Yeast Extract Agar (YEA)


Medium in emrupakan medium yang akay nutrisi yang memungkinkan
semua jenis jamur dapat tumbuh terutama khamir. Komposisi medium ini
anatara lain :
Bacteriological agar, Tryptone dan Yeast extract.

C. Alat dan Bahan


1. Autoklaf, Erlenmeyer, pengaduk (spatula), gelas ukur, neraca analitik,
aluminium foil, dan cawan petri, hotplate, kain kasa dan kapas
2. Medium PDA, SDA, MEA, YEA dan czapek agar, akuades, dan alcohol

D. . Prosedur kerja
1. Timbanglah masing-masing medium sesuai dengan yang dibutuhkan
dengan neraca analitik
2. Siapkan erlenmeyer yang berisi akuades kemudian masukkan medium
ke dalam
Erlenmeyer dan aduk merata
3. Panaskan Erlenmeyer yang sudah berisi media dan aduk di atas hotplate

3
4. Setelah selesai sampai muncul gelembung angkat dan tutup erlenmeyer
untuk disterilkan menggubakan autoclave.

E. Hasil Pengamatan
Gambar Medium

F. KESIMPULAN

2.2 Mikroskopis dan makroskopis jamur

A. Tujuan pratikum
1. Untuk melihat dan mengetahui bagian-bagian jamur secara mikroskopis
2. Untuk mengetahui perbedaan jamur secara makroskopis

2.3 Identifikasi jamur udara,tanah, dan saroba pada makanan

a. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui jenis fungi kontaminan udara melalui isolasi dan
identifikasi bentuk makroskopis serta mikroskopis fungi dari udara.
2. Untuk mengetahui jenis fungi kontaminan tanah melalui isolasi dan
identifikasi bentuk makroskopis serta mikroskopis fungi dari tanah
3. Untuk mengetahui jenis fungi kontaminan makanan melalui isolasi dan
identifikasi bentuk makroskopis serta mikroskopis fungi dari makanan

b. Dasar Teori
Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar fungi hidup di
tempat yang lembap. Habitat fungi berada di darat (terestrial) seperti tanah dan di
tempat lembap lainnya. Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada
organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau di air tawar. Fungi juga dapat
hidup di lingkungan yang asam, dan di lingkungan dengan konsentrasi gula
tinggi. Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme
lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh
makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa da
miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena

4
jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang
menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua
zat itu diperoleh dari lingkungannya.

2.4 Identifikasi mikosis superfisial (kuku)


A. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui jenis jamur penyebal mikosis superficial melalui
isolasi dan identifikasi bentuk makroskopis seta mikroskopisnya.
B. Dasar Teori
Mikosis superficial (kuku) biasanya terbatas pada lapisan luar kulit, rambut,
dan Kuku, dan tidak menyerang jaringan hidup. Jamur yang disebut dermatofit.
Dermatofita, atau lebih tepat jamur Keratinophilic, menghasilkan enzim
ekstraseluler (keratinase) yang mampu menghidrolisis keratin.

2.5 identifikasi mikosis superfisial (ketombe/kurap/kutu air)


A. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui jenis jamur penyebal mikosis superficial melalui isolasi
dan identifikasi bentuk makroskopis seta mikroskopisnya.
B. Dasar Teori
Mikosis kulit atau disebut juga dengan "ring worm" atau dalam istilah klinis
disebut dengan tinea disebabkan oleh 3 genus jamur yaitu Microsporum,
Tricophyton dan Epidermophyton Pemeri (Rippon 1988; Chung & Bennett 1992
dan Morello er al 1994).

2.6 identifikasi canaida albicans (keputihan)


A. Tujuan
untuk mengetahui bentuk makroskopis dan mikroskopis kapang Candida
aldicans

B. Dasar teori
Keputihan dibagi menjadi dua jenis yaitu keputihan normal (fisiologis) dan
keputihan abnormal (patologis). Keputihan patologis disebabkan oleh infeksi
jamur Candida albicans (vulvovaginal candidiasis) dan bakteri Gardnerella
vaginalis (bacterial vaginosis).

5
BAB III

PELAKSANAAN PRATIKUM

3.1 ALAT DAN BAHAN


3.1.1 Penyediaan medium jamur dan sterilisasi
 Alat
Autoklaf, Erlenmeyer, pengaduk (spatula), gelas ukur, neraca
analitik, aluminium foil, dan cawan petri, hotplate, kain kasa dan
kapas
 Bahan
Medium PDA, SDA, MEA, YEA dan czapek agar, akuades, dan
alkohol
3.1.2 Mikroskopis dan makroskopis jamur
 Alat
. Koloni kapang pada cawan Petri,Ose jarum/ose bulat,. Lampu
spirtus, Gelas objek dan gelas penutup (cover glass).Pipet
tetes,.Mikroskop, Cawan Petri.
 Bahan
Koloni kapang pada cawan Petri, Ose jarum/ose bulat,
Lampu spirtus, Alkohol, Cil immersion, Akuades steri,
Medium SDA/ PDA
3.1.3 Identifikasi jamur udara,tanah, dan saroba pada makanan
 Bahan
Subaroud dextrose agar (SDA), Sampel bahan makanan yang
sudah dibusukkan, Lactophenol cotton blue (LCB), Alkohol eter,
Oil immersion,Akuades steril.
 Alat
Cawan Petri, Ose jarum/ose bulat, Lampu spirtus, Gelas objek dan
gelas penutup (cover glass), Pipet tetes, Mikroskop, Tissue lense,
Erlenmeyer, Tabung steril, Mortar dan alu, Gelas arloji, Neraca
Triple Beam.
3.1.4 Identifikasi mikosis superfisial (kuku)
 Bahan
Subaroud dextrose agar (SDA), Sampel potongan kuku,
Lactophenol cotton blue (LCB), Alkohol swap, Alkohol eter
Oil immersion, KOH 10%.

6
 Alat
Cawan Petri steril, Ose jarum/ose bulat, Lampu spirtus, Gelas
objek dan gelas penutup (cover glass), Pipet tetes, Mikroskop,
Tissue lense, Erlenmeyer, Pisau dan scapel, Pinset.

3.1.5 identifikasi mikosis superfisial (ketombe/kurap/kutu air)


 Bahan
Subaroud dextrose agar (SDA), Sampel Kerokan kulit,
Lactophenol cotton blue (LCB), Alkohol swap, Alkohol eter
Oil immersion, KOH 10%.
 Alat
Cawan Petri steril, Ose jarum/ose bulat, Lampu spirtus, Gelas
objek dan gelas penutup (cover glass), Pipet tetes, Mikroskop,
Tissue lense, Erlenmeyer, Pisau dan scapel, Pinset.

3.1.6 identifikasi canaida albicans (keputihan)


 Bahan
Koloni Candida albicans pada cawan Petri, Lactophenol cotton
blue (LCB), Tissue lense, Alkohol eter, Oil immersion, Akuades
steriil, Subaroud dextrose agar (SDA).
 Alat
Ose jarum/ose bulat, Lampu spirtus, Gelas objek dan gelas penutup
(cover glass), Pipet tetes, Mikroskop, Cawan Petri, batang L,
Kertas saring/kapas, pisau dan scapel,pinset.

3.2 CARA KERJA


3.2.1 Penyediaan medium jamur dan sterilisasi
1. Timbanglah masing-masing medium sesuai dengan yang
dibutuhkan dengan neraca analitik
2. Siapkan erlenmeyer yang berisi akuades kemudian masukkan
medium ke dalam Erlenmeyer dan aduk merata
3. Panaskan Erlenmeyer yang sudah berisi media dan aduk di atas
hotplate
4. Setelah selesai sampai muncul gelembung angkat dan tutup
erlenmeyer untuk disterilkan menggubakan autoclave.

3.2.2 Mikroskopis dan makroskopis jamur


a. Mikroskopis
 Siapkan alat dan bahan makanan yang telah dibusukkan
(roti, tempe, nasi)
 Amati pertumbuhan fungi jika ada lakukan pemeriksaan
langsung

7
 Sterilkan objek glass diatas api
 Teteskan LCB pada objek glass 1 tetes
 Pijarkan ose pada api dan tunggu sampai dingin
 Ambil hifa fungi yang tumbuh pada bahan makanan (roti,
tempe, nasi)
 Letakkan pada LCB yang telah diteteskan dan ratakan
 Tutup dengan cover glass secara perlahan agar tidak
menimbulkan gelembung udara
 Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x

b. Makroskopis pada media SDA


 Siapkan alat dan bahan
 Timbang sampel makanan (roti, tempe,nasi) sebanyak 10
gram, haluskan
 Kemudian masukkan kedalam erlenmeyer yang berisi 90
mL aquades steril, homogenkan dan tunggu sampai
mengendap
 Ambil 1 mL larutan dari erlenmeyer kemudiam masukkan
ke cawan petri steril
 Tuangkan media SDA kedalam cawan petri tersebut dan
homogenkan
 Tunggu sampai memadat
 Bungkus dan inkubasi pada suhu 30℃ selama 5-7 hari

3.2.3 Identifikasi jamur udara,tanah, dan saroba pada makanan

 Siapkan alat dan bahan


 Timbang bahan (tanah) sebanyak 10 gram
 Masukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi aquades steril
sebanyak 90 mL, homogenkan dan tunggu sampai mengendap
 Ambil 1 mL larutan dari erlenmeyer dan masukkan ke cawan petri
steril
 Tuangkan media SDA ke dalam cawan petri tersebut, homogenkan
 Tunggu sampai memadat
 Bungkus dan inkubasi pada suhu 30℃ selama 5-7 hari

3.2.4 Identifikasi mikosis superfisial (kuku)


a. Mikroskopis

8
 Siapkan objek glass dan panaskan di atas api
 Teteskan KOH 10% pada objek glass
 Ambil kerokan kuku dan letakkan diatas tetesan KOH 10%
lalu tutup dengan cover glass
 Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x

b. Makroskopis
 Siapkan media SDA yang sudah padat
 Rendam potongan kuku di KOH 10%
 Ambil kerokan kuku dan tanampada media SDA
 Bungkus dan inkubasi selama 5-7 hari pada suhu 30℃

3.2.5 identifikasi mikosis superfisial (ketombe/kurap/kutu air)


a. Mikroskopis
 Siapkan objek glass dan panaskan di atas api
 Teteskan KOH 10% pada objek glass
 Ambil kerokan kulit (ketombe) dan letakkan diatas tetesan
KOH 10% lalu tutup dengan cover glass
 Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x

b. Makroskopis
 Siapkan media SDA yang sudah padat
 Pijarkan pinset diatas api
 Ambil kerokan kulit dengan pinset
 Tanam pada media SDA
 Bungkus dan inkubasi selama 5-7 hari pada suhu 30℃

3.2.6 identifikasi canaida albicans (keputihan)


a. Mikroskopis
 Siapkan objek glass dan cover glass
 Teteskan LCB 1 tetes ke objek glass
 Ambil koloni candida albicans menggunakan ose jarum
letakkan pada tetesan LCB dan diratakan
 Tutup dengan cover glass secara perlahan agar tidak ada
gelembung
 Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x

b. Makroskopis

9
 Masukkan keputihan ke dalam tabung yang berisi aquades
steril untuk pengenceran, homogenkan
 Tuang larutan pengenceran tersebut ke cawan petri steril
 Tambahkan media SDA ke dalam cawan petri tersebut,
homogenkan
 Tunggu sampai memadat
 Bungkus dan inkubasi pada suhu 30℃ selama 5-7 hari

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penyediaan medium jamur dan sterilisasi

Media PDA (potato dextrose agar) di gunakan untuk pertumbuhan jamur,


dibuat dari campuran kentang, dextrose dan agar).

4.2 Mikroskopis dan makroskopis jamur


 Makroskopis
 Pada tempe

 Pada nasi

 Pada roti

11
 Pada tanah

 Pada kuku

 Mikroskopis
 Pada tempe

 Pada roti

12
 Pada nasi

 Pada kulit

 Pada keputihan

 Pada rambut

13
 Pada tanah

 Pada kuku

4.3 Identifikasi jamur udara,tanah, dan saroba pada makanan


 Isolasi jamur tanah

14
 Isolasi jamur udara

 Isolasi jamur roti

 Isolasi jamur nasi

15
 Isolasi jamur tempe

4.4 Identifikasi mikosis superfisial (kuku)

 Pengamatan lansung

 Pengamatan tidak lansung

16
4.5 identifikasi mikosis superfisial (ketombe/kurap/kutu air)
 pengamatan lansung

 pengamatan tidak lansung

4.6 identifikasi canaida albicans (keputihan)

17
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar
fungi hidup di tempat yang lembab. Habitat fungi berada didarat
seperti tanah dan di tempat lembab lainnya. Koloni yang
ditemukan pada identifikasi jamur tanah yaitu Bentuk spora bulat,
tidak bersekat, sporangium.

5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum yaitu agar alat yang digunakan lebih
diperbaru lebih di tingkatkan, agar praktikan bish mengamati jamur dengan baik.

18
Sangat tidak efektif jika yang berfungsi hanya satu mikroskop itu berarti hanya satu
praktikan yang melakukan pengamatan membuat tujuan praktikum tidak berjalan
baik yaitu hanya orang mengamati objek yang tau tentang praktikum itu serta listrik
juga lebih di perbaiki karena sangat mengganggu jalannya praktikum membuat
pengambilan data juga terbengkalai menyebabkan beberapa kesalahan yang tidak
sesuai lagi dengan literatur.
Adapun saran untuk asisten agar kiranya selalu mendampingi
praktikan jika terjadi kesalahan pada percobaan asisten bisah memberitahukan sebab
ilmu asisten sangat diperlukan dalam praktikum ini, karena pengalaman-pengalaman
dari asisten yang bisah menambah ilmu untuk praktikan. Praktikanpun mampu
melakukan percobaan sesuai dengan literatur yang ada. Berhubung juga pada
praktikum pengamatan jamur terjadi masalah akibat sesuatu dan lain hal
menvebabkan praktikun sedikit terganggu karena padanya praktikan yang berada di
ruangan. Asisten diharapkan mengatur pratikum yang dilakukan agar supaya semua
praktium bisa melakukan percobaan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, A. (2021). IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT PADA TUMBUHAN MANGROVE


PEDADA (Sonneratia caseolaris (L.) Engl.) DI DESA TELUK MAJELIS SEBAGAI
MATERI PRAKTIKUM MIKOLOGI

HANIS, Nurul Afida; IBRAHIM, Muslimin. Pengembangan Panduan Bergambar


Identifikasi Jamur Basidiomycota. Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi (BioEdu), 2018, 7.2:
275-282. (Doctoral dissertation, Universitas Jambi).

Millenia, L. (2021). IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus sp. PADA ROTI TAWAR YANG
DIGUNAKAN OLEH PEDAGANG ROTI BAKAR DI ALUN-ALUN
KARANGANYAR (Doctoral dissertation, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional).

19
20

Anda mungkin juga menyukai