Anda di halaman 1dari 14

INSTRUMEN PENELITIAN, JENIS-JENIS RELIABILITAS DATA, SERTA

TEKNIK PERHITUNGAN RELIABILITAS DATA DENGAN UJI CRONBACH-


ALPHA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Statistik Pendidikan

Disusun Oleh:

IBRAHIM (22290114599)
NURHIDAYAH (22290124618)
AYU DWI OKTAVIA (22290124504)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN 1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah subhanahu wata’ala yang
telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
penulis tentu tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait
yang telah memberikan dukungan moril maupun materil, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik. Makalah tentang instrumen penelitian, jenis-jenis
reliabilitas data, serta teknik perhitungan reliabilitas data dengan uji cronbach-
alpha penelitian ini penulis susun guna memenuhi tugas terstruktur pada mata
kuliah Statistik Penelitian Pendidikan yang diampu oleh Ibunda Dr. Risnawati,
M.Pd.

Meskipun telah melakukan upaya sebaik mungkin, penulis menyadari


sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, penulis dengan tulus menerima segala kritik dan saran
yang konstruktif untuk memperbaiki kelemahan tersebut. Akhirnya, penulis
berharap makalah ini akan memberikan manfaat, inspirasi, dan pengetahuan yang
berharga bagi para pembaca.

Pekanbaru, Maret 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
A. Instrumen penelitian.......................................................................................2
B. Reliabilitas dan Jenis-Jenis Reliabilitas..........................................................3
C. Reliabilitas Cronbach-Alpha..........................................................................8
BAB III PENUTUP............................................................................................10
A. Simpulan.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada penelitian pendidikan adanya data yang konsisten adalah suatu
keharusan dalam rangka untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat, untuk itu
peneliti perlu melakukan uji reabilitas terhadap instrument yang digunakan.
Untuk melekukan pengukuran baik menggunakan instrument: tes,angket
obserasi dan alat pengukur lain dalam rangka mendapatkan penelitian,
instrument yang digunakan unuk mendapatkan data tersebut haruslah memenuhi
syarat sebagai alat yang sesuai (vaid) unuk mengukur data dan mempunyai
reabilitas (konsistensi/keajegan) yang handal. Bila insrumen tidak memenuhi
hal tersebut, maka data yang didapat hasilnya diragukan.
Untuk pengukuran yang bersifat fisik seperti: suhu, pajang berat, dan
sebagainya, reabilitasnya sudah pasti, apabila pengukurannya menggunakan alat
yang standar di ulang-ulang berkali-kali maka secara kasat mata hasilnya tidak
berubah dan ini jelas Nampak dari angka pengukuran yang stabil (raliabel).
Sedangkan untuk pengukuran pendidikan, psikologis, dan social, reliabilitas
dari alat ukur yang digunakan sangatlah sulit untuk diketahui secara kasat mata.
Pada penelitian pendidikan sering peneliti mengukur hasil belajar,
motivasi belajar, bakat, kompetensi dan sebagainya yang semuanya adalah
merupakan ciri pembewaan yang semuanya adalah merupakan ciri pembawaan
yang belum kelihatan (latent trait). Untuk dapat mengetahuinya peneliti perlu
memberikan stimulus berupa instumen penelitian baik berupa tes atau angket,
atau alat pengukur lainnya. Respon dari jawaban insrumen ini biasanya
dinyatakan dalam bentuk skor perolehan/tampak (obtained scores atau observed
scotes) yang menggambarkan pendekatan. Menurut Hopkins, etal (1990: 121)
skor tampak itu adalah merupakan gabungan dari skor sesungguhnya (true
score) dan kesalahan pengukuran.
Nurkancana (1992: 141) menyatakan bahwa suatu alat pengukur dapat
dikatakan alat pengukur yang valid apabila alat pengukur tersebut dapat
mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Dalam hal validitas dan
reliabilitas, tentunya dipengaruhi oleh (1) instrumen, (2) subjek yang diukur,
dan (3) petugas yang melakukan pengukuran. Dalam hal pengukuran,
khususnya dalam pendidikan tentunya yang terpenting adalah informasi hasil
ukur yang benar. Sebab dengan hasil ukur yang tidak atau kurang tepat maka
akan memberikan informasi yang tidak benar, sehingga kesimpulan yang
diambil juga tidak benar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep instrument penelitian
2. Bagaimana konsep reliabilitas data penelitian
3. Apa saja jenis-jenis reliabilitas data
4. Bagaimana bentuk perhitungan reliabilitas data dengan uji cronbach-alpha
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep instrument penelitian
2. Untuk mengetahui konsep reliabilitas data penelitian
3. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis reliabilitas data
4. Untuk mengetahui perhitungan reliabilitas data dengan uji cronbach-alpha

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Instrumen penelitian
1. Penegertian instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah komponen penting dalam penelitian
ilmiah karena menutup kemungkinan instrumen dari suatu penelitian dapat
digunakan kembali oleh penelitian lain yang memiliki keterkaitan dan
kebutuhan yang sama. Artinya instrumen penelitian dapat menjadi aset
ilmiah bagi seorang peneliti yang mengembangkannya. Pengembangan
instrumen dapat dilakukan dengan mengikuti metode penelitian dan
pengembangan. Peneliti dapat mengikuti semua langkah-langkah kerja yang
ditawarkan atau memodifikasi langkah kerja sesuai instumen adalah alat
yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian, pengukuran dan
penilaian. Jika instrumen memiliki keandalan yang tinggi tidak kebutuhan
penelitiannya.
Suharsimi Arikunto (2010: 203) menyatakan bahwa, “instrumen
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.” Alat atau instrumen evaluasi dalam Suharsimi (2012:
40-51) alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah
seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih
efektif dan efisien”. Anas Sudjiono (2011: 4) menjelaskan “menilai adalah
kegiatan pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri
atau berpegangan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau
bodoh, dan sebagainya.”
Instrumen merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
penelitian, yang dibutuhkan dalam mendukung ketepatan rancangan
penelitian. Instumen sebagai pengukur variabel penelitian memegang
peranan penting dalam usaha memperoleh informasi yang akurat dan
terpercaya. Bahkan validitas hasil penelitian sebagian besar sangat
tergantung pada kualitas instrumen pengumpulan datanya. Oleh karena itu,
peneliti sebaiknya memahami tentang konsep instrumen dan proses yang
dibutuhkan dalam melaksanakan instrumen tersebut.
Pada penelitian pendidikan adanya data yang konsisten adalah suatu
keharusan dalam rangka untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat, untuk
itu peneliti perlu melakukan uji reabilitas terhadap instrument yang
digunakan. Untuk melekukan pengukuran baik menggunakan instrument:
tes,angket obserasi dan alat pengukur lain dalam rangka mendapatkan
penelitian, instrument yang digunakan unuk mendapatkan data tersebut
haruslah memenuhi syarat sebagai alat yang sesuai (vaid) unuk mengukur
data dan mempunyai reabilitas (konsistensi/keajegan) yang handal. Bila
insrumen tidak memenuhi hal tersebut, maka data yang didapat hasilnya
diragukan.
Untuk pengukuran yang bersifat fisik seperti: suhu, pajang berat, dan
sebagainya, reabilitasnya sudah pasti, apabila pengukurannya menggunakan alat
yang standar di ulang-ulang berkali-kali maka secara kasat mata hasilnya tidak
berubah dan ini jelas Nampak dari angka pengukuran yang stabil (raliabel).
Sedangkan untuk pengukuran pendidikan, psikologis, dan social, reliabilitas
dari alat ukur yang digunakan sangatlah sulit untuk diketahui secara kasat mata.

2
Pada penelitian pendidikan sering peneliti mengukur hasil belajar,
motivasi belajar, bakat, kompetensi dan sebagainya yang semuanya adalah
merupakan ciri pembewaan yang semuanya adalah merupakan ciri pembawaan
yang belum kelihatan (latent trait). Untuk dapat mengetahuinya peneliti perlu
memberikan stimulus berupa instumen penelitian baik berupa tes atau angket,
atau alat pengukur lainnya. Respon dari jawaban insrumen ini biasanya
dinyatakan dalam bentuk skor perolehan/tampak (obtained scores atau observed
scotes) yang menggambarkan pendekatan. Menurut Hopkins, etal (1990: 121)
skor tampak itu adalah merupakan gabungan dari skor sesungguhnya (true
score) dan kesalahan pengukuran.
Menurut Azwar (1999), bentuk-bentuk instrumen pengumpulan data
dalam penelitian sosial dan psikologi antara lain adalah wawancara (interview),
angket atau questioner, tes, skala-skala psikologis, dan sebagainya. Apapun
bentuk instrumen pengumpulan data yang digunakan, masalah ketepatan tujuan
dan penggunaan instrumen (validitas) dan keterpercayaan hasil ukurnya
(reliabilitas) merupakan dua karakter yang tidak dapat ditawar-tawar, disamping
tuntutan akan adanya objektifitas, efisiensi, dan ekonomis.
Nurkancana (1992: 141) menyatakan bahwa suatu alat pengukur dapat
dikatakan alat pengukur yang valid apabila alat pengukur tersebut dapat
mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Dalam hal validitas dan
reliabilitas, tentunya dipengaruhi oleh (1) instrumen, (2) subjek yang diukur,
dan (3) petugas yang melakukan pengukuran. Dalam hal pengukuran,
khususnya dalam pendidikan tentunya yang terpenting adalah informasi hasil
ukur yang benar. Sebab dengan hasil ukur yang tidak atau kurang tepat maka
akan memberikan informasi yang tidak benar, sehingga kesimpulan yang
diambil juga tidak benar. Steven (dalam Nur, 1987: 1) menyatakan bahwa
pengukuran adalah pemberian angka atas objek atau kejadian sesuai dengan
aturan. Dengan menitikberatkan pada alat ukurnya.

B. Reliabilitas
1. Pengertian Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang
sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur
dalam diri subyek memang belum berubah. Nur (1987: 47) menyatakan bahwa
reliabilitas ukuran menyangkut seberapa jauh skor deviasi individu, atau skor-z,
relatif konsisten apabila dilakukan pengulangan pengadministrasian dengan tes
yang sama atau tes yang ekivalen.
Azwar (2003 : 176) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan salah-
satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. suatu tes dikatakan
reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok
yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.
Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitan erat
dengan masalah kekeliruan pengukuran. Kekeliruan pengukuran sendiri
menunjukkan sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila
dilakukan pengukuran ulang terhadap kelompok subyek yang sama. Sedangkan
konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur berkaitan erat dengan
kekeliruan dalam pengambilan sampel yang mengacu pada inkonsistensi hasil

3
ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok yang berbeda. Sudjana
(2004: 16) menyatakan bahwa reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau
keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat
penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.
Djaali (2000: 81) menyatakan bahwa reliabilitas dibedakan atas dua
macam, yaitu reliabilitas konsistensi tanggapan, dan reliabilitas konsistensi
gabungan butir. Reliabilitas konsistensi tanggapan responden mempersoalkan
apakah tanggapan responden atau obyek ukur terhadap tes atau instrumen tersebut
sudah baik atau konsisten. Dalam hal ini apabila suatu tes atau instrumen
digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap obyek ukur kemudian
dilakukan pengukuran kembali terhadap obyek ukur yang sama, apakah hasilnya
masih tetap sama dengan pengukuran sebelumnya. Jika hasil pengukuran kedua
menunjukkan ketidakkonsistenan maka jelas hasil pengukuran itu tidak
mencerminkan keadaan obyek ukur yang sesungguhnya.
Untuk mengetahui apakah tanggapan terhadap tes atau instrumen itu
mantap, konsisten atau tidak plin-plan, dapat dilakukan dengan cara memberikan
tes yang sama secara berulang kali (dua kali) kepada obyek ukur atau responden
yang sama. Pengetesan dua kali merupakan syarat minimal untuk mengetahui
apakah tanggapan obyek ukur terhadap tes tersebut konsisten atau tidak.
Dalam pelaksanaan pengetesan dua kali ini dapat ditempupuh berbagai
cara yaitu kita melakukan pengetesan dua kali dengan tes sama terhadap obyek
ukur yang sama, atau dengan melakukan pengetesan sekali dengan menggunakan
dua tes yang butir-butirnya setara. Jika kita menggunakan pengetesan sekali maka
kesamaan atau kesetaraan tes yang digunakan merupakan syarat mutlak yang
harus dipenuhi, karena kemantapan atau konsistensi tanggapan terhadap butir-
butir yang akan diperiksa.
Pada teknik belah dua ini pengukuran dilakukan dengan dua kelompok
butir yang setara pada saat yang sama. Karena setiap kelompok butir merupakan
separuh dari seluruh tes, maka biasanya kelompok butir pertama diambil dari
butir-butir tes yang bernomor ganjil, sedangkan kelompok butir yang kedua
diambil dari butir-butir tes yang bernomor genap. Perlu diketahui bahwa
reliabilitas dengan teknik ini sangat relatif, karena reliabilitas akan tergantung
pada cara penomoran dan pengelompokan butir yang diambil. Di sini pengukuran
dilakukan dengan menggunakan dua tes yang dibuat setara kemudian diberikan
kepada responden atau obyek tes dalam waktu yang bersamaan. Skor dari kedua
kelompok butir tes tersebut dikorelasikan untuk mendapatkan reliabilitas tes.
Djaali (2000: 81) menyatakan bahwa reliabilitas konsistensi gabungan
butir berkaitan dengan kemantapan antara butir suatu tes. Hal ini dapat
diungkapkan dengan pertanyaan, apakah terhadap obyek ukur yang sama, butir
yang satu menunjukkan hasil ukur yang sama dengan butir yang lainnya? Dengan
kata lain bahwa terhadap bagian obyek ukur yang sama, apakah hasil ukur butir
yang satu tidak kontradiksi dengan hasil ukur butir yang lain.
Jika terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil ukur melalui butir
yang satu kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui butir yang
lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak
dapat dipercaya. Dengan kata lain tidak reliabel dan tidak dapat digunakan untuk
mengungkap ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur. Kalau hasil
pengukuran pada bagian obyek ukur yang sama antara butir yang satu dengan
butir yang lain saling kontradiksi atau tidak konsisten maka kita jangan
menyalahkan obyek ukur, melainkan alat ukur (tes) yang dipersalahkan dengan

4
mengatakan bahwa tes tersebut tidak reliabel terhadap obyek yang diukur.
Koefisien reliabilitas konsistensi gabungan butir untuk skor butir
dikotomi dapat dihitung dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson yang
dikenal dengan nama KR-20 (Djaali, 2000: 77) dengan rumus:

Keterangan:

K = cacah butir.

Piqi = variasi skor butir

Pi = propors jawaban yang benar untuk


butir nomor i

Si 2 = varians skor total responden

Koefisien reliabilitas gabungan butir untuk skor butir politomi, maka koefisien
reliabilitas dihitung menggunakan koefisien Alpha (Djaali, 2000: 122) dengan rumus:

Keterangan:

rii = koefisien reliabilitas.

k = cacah butir.

si 2 = varians skor butir.

st 2 = varians skor total responden.

Interpretasi terhadap koefisien reliabilitas merupakan intrepretasi relatif,


artinya tidak ada batasan mutlak yang menunjukkan berapa angka koefisien minimal
yang harus dicapai agar suatu pengukuran dapat disebut reliabel. Namun,
memberikan informasi tentang hubungan varians skor teramati dengan varians skor
sejati kelompok individu. Misalnya, diperoleh koefisien reliabilitas sama dengan
0,87. Koefisien reliabilitas ini dapat diartikan bahwa: (1) 87% varians skor teramati
diakibatkan oleh varians skor sejati kelompok individu, dan (2) korelasi antara skor
teramati dan skor sejati sama dengan 0,87 atau 0,93 (Nur, 1987: 61).

2. Jenis-jenis Reliabilitas

Jenis-jenis reliabilitas dibawah ini adalah berbagai jenis reliabilitas yang


biasanya,digunakan ntara lain adalah sebagai berikut:

a. Reliabilitas eksternal

Reliabilitas eksternal diperoleh dengan menggunakan skor hasil pengukuran


yang berbeda, baik dari instrumen yang berbeda maupun yang sama. Ada dua
cara untuk mengestimasi reliabilitas eksternal suatu instrumen yaitu dengan

5
teknik pengukuran ulang (test-retest-method) dan teknik paralel.
 
1) Reliabilitas tes-tes ulang (test-retest reliabiity)
Reiabiitas jenis ini terlihat jika pemeriksa yang sama pada saat
yang berlainan memperoleh hasil tes yang mirip. Reliabilitas dapat
bervariasi karena pengaruh berbagai faktor, antara lain disebabkan
bagaimana tanggapan seseorang terhadap suasana hatinya, adanya
interupsi.
Waktu pengambilan tes dan sebagainya. pada umumnya, semakin
lama penundaan pemberian tes yang kedua. Semakin besar variasi hasil tes
Suatu tes yang baik dapat menangani masalah seperti itu sehingga hanya
menghasilkan sedikit perbedaan pada hasilnya. Dengan kata lain, selang
waktu pemberian tes tidak berpengaruh pada hasil tes.
Untuk mengetahui keterandalan atau reliabilitas skor hasil pengukuran,
pengukuran perlu dilakukan dua kali, pengukuran pertama dan pengukuran
kedua atau ulanganya. Kedua pengukuran ini dapat dilakukan oleh orang
yang sama atau berbeda , namun pada proses pengukuran yang kedua,
keadaan yang diukur itu harus benar-benar berada pada kondisi yang sama
dengan pengukuran pertama. Selanjutnya hasil pengukuran yang pertama
dan yang kedua dikorelasikan dan hasilnya menunjukkan reliabilitas skor
perangkat pengukuran.
Teknik Test-Retest-Method ini akan dapat sesuai dengan tujuannya
jika keadaan subjek yang diukur tetap dan tidak mengalami perubahan
pada saat pengukuran yang pertama maupun pada pengukuran yang kedua.
Pada dasarnya keadaan responden itu selalu berkembang, tidak statis
ataupun berubah-ubah, maka sebenarnya teknik ini kurang tepat
digunakan. Di samping itu pada pengukuran yang kedua akan terjadi
adanya carryover-effect atau testing effect, responden pengukuran atau
penelitian telah mendapat tambahan pengetahuan karena sudah mengalami
tes yang pertama ataupun belajar setelah pengukuran yang pertama.
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengestimasi
koefisisen dengan teknik tes-retes ini. Jangka waktu antara kedua
pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut perlu menjadi
pertimbangan. Jika jarak pengukuran terlalu dekat,maka carry-over-effect
masih ada. Sementara jika jarak pengukuran terlalu jauh, korelasi kedua
skor akan menjadi semakin rendah. Faktor kedua yang menjadi
pertimbangan adalah stabilitas yang diharapkan dari kinerja yang diukur
dengan instrumen tersebut. Semakin lama interval pelaksanaan
pengukuran kedua instrumen, akan semakin rendah koefisien
reliabilitasnya. Untuk mengatasi hal ini, jarak kedua pengukuran sebaiknya
tidak terlalu jauh, misalnya tidak sampai satu bulan.
Estimasi reliabilitas dengan teknik tes-retes akan menghasilkan
koefisien stabilitas. Untuk memperoleh koefisien reliabilitas melalui
pendekatan tes-retes dapat dilakukan dengan menghitung koefisien
korelasi linier antara skor pada pengukuran pertama (X) dengan skor hasil
pengukuran kedua (Y).

6
2) Reliabilitas bentuk paralel (parallel form reliability)
Reliabilitas bentuk paralel dapat dilihat tak kala pada saat yang
sama,pemeriksaanpemeriksaan yang berbeda melaksanakan pengujian tes 
yang berbeda,dengan hasil yang mirip.
Jenis-jenis pertanyaan pada tes berbeda tetapi memiliki konstruksi tes
yang sama. Reliabilitas jenis ini digunakan untuk menilai hasil dari dua
buah tes yang memiiki kosntruksi yang sama. Penilaian
bentuk paralel ini dapat dilaksanakan dalam kombinasi dengan metode lain
misalanya metode belah dua .metode belah dua membagi dua sejumlah
butir-butir soal yang konstruksinya sama dan dilaksanakan pada kelompok
siswa yang sama.
Teknik kedua untuk mengestimasi reliabilitas secara eksternal adalah
dengan metode bentuk paralel. Pada teknik ini, diperlukan dua instrumen
yang dikatakan paralel untuk mengestimasi koefisien reliabilitas. Dua buah
tes dikatakan paralel atau equivalent adalah dua buah instrumen yang
mempunyai kesamaan tujuan dalam pengukuran, tingkat kesukaran dan
susunan juga sama, namun butir-butir soalnya berbeda, atau dikenal
dengan istilah alternate-forms method atau parallel forms.
Dengan bentuk paralel ini, dua buah instrumen yang paralel, misalnya
instrumen paket A yang akan diestimasi reliabilitasnya dan instrumen
paket B merupakan instrumen yang paralel dengan paket A, keduanya
diberikan kepada sekelompok responden yang sama, kemudian kedua skor
tersebut dikorelasikan. Koefisien korelasi dari kedua skor respon
responden terhadap instrumen inilah yang menunjukkan koefisien
reliabilitas skor instrumen paket A. Jika koefisiennya reliabilitas skor
instrumen tinggi, maka perangkat tersebut sudah dapat dikatakan reliabel
dan dapat digunakan sebagai instrumen pengukur suatu konstruk yang
terandalkan.
Dari sisi responden, estimasi reliabilitas dengan teknik ini ada
kelemahannya. Dalam menggunakan teknik ini, diperlukan dua buah
instrumen, dan masing-masing diberikan kepada sekelompok responden
yang sama. Teknik ini responden tidak mengalami practice-effect dan
carry-over-effect atau responden tidak mengingat pengerjaan instrumen
sebelumnya.
Estimasi reliabilitas dengan cara ini merupakan pekerjaan yang cukup
berat. Pada cara ini, diperlukan dua instrumen untuk digunakan, sehingga
harus mengembangkan 2 instrumen dan juga mengujicobakan 2 instrumen.
Membuktikan kedua instrumen tersebut merupakan tes yang paralel atau
ekivalen memerlukan ilmu yang tersendiri (konsep penyetaraan tes atau
equating).
Langkah-langkah yang ditempuh pada pembuktian reliabilitas dengan
cara ini adalah: (1) menyiapkan dua instrumen yang paralel, (2)
menentukan subjek untuk mengujicobakan instrumen, (3) melaksanakan
pengukuran dengan mengadministrasikan instrumen tersebut, (4)
melakukan penyekoran pada setiap jawaban responden terhadap kedua
perangkat tersebut, (5) menghitung koefisien korelasi dari skor kedua
perangkat tersebut.
Hasil koefisien korelasi yang tinggi dari skor jawaban responden pada
kedua instrumen yang digunakan menunjukkan bahwa reliabilitas paralel
dari perangkat tersebut berada pada kategori yang baik. Namun

7
sebaliknya, jika ternyata koefesien korelasinya rendah, maka reliabilitas
skor perangkat ekivalen adalah rendah.

b. Reliabilitas internal

Reliabilita Internal ini, hanya dengan melakukan satu kali pengumpulan data,
reliabilitas skor perangkat pengukuran dapat diestimasi. Pada pembuktian
instrumen dengan cara ini ada beberapa cara, yang masing-masing dapat
memerlukan persyaratan-persyaratan atau asumsi tertentu yang harus dipenuhi
oleh peneliti. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk reliabilitas dengan
konsistensi internal diantaranya sebagai berikut.

1) Belah Dua (Split Half)

Dalam teknik belah dua ini, dalam satu instrumen dikerjakan satu kali
oleh sejumlah subjek (sample) suatu penelitian. Butir-butir pada perangkat
dibagi menjadi dua.Pembagian dapat menggunakan nomor ganjil-genap
pada instrumen, atau separuh pertama maupun separuh kedua, maupun
membelah dengan menggunakan nomor acak atau tanpa pola tertentu.
Skor responden merespons setengah perangkat bagian yang pertama
dikorelasikan dengan skor setengah perangkat pada bagian yang kedua.
Teknik ini berpegang pada asumsi, belahan pertama dan belahan kedua
mengukur konstruk yang sama, banyaknya butir dalam instrumen belahan
pertama dan kedua harus dapat dibandingkan dari sisi banyaknya butir,
atau paling tidak jumlahnya hampir sama.

C. Reliabilitas Cronbach-Alpha

Rumus Alpha digunakan untuk mengestimasi reliabilitas instrumen yang


skornya bukan hanya1 dan 0, namun juga skala politomus, misal misalnya angket
(skala Likert 1 - 2-3-4-5) atau soal bentuk uraian (skor maksimum dapat tergantung
peneliti). Rumus Alpha sebagai berikut:

8
9
BAB III
PENUTUP
Pada penelitian pendidikan adanya data yang konsisten adalah suatu keharusan
dalam rangka untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat, untuk itu peneliti perlu melakukan
uji reabilitas terhadap instrument yang digunakan. Untuk melekukan pengukuran baik
menggunakan instrument: tes,angket obserasi dan alat pengukur lain dalam rangka
mendapatkan penelitian, instrument yang digunakan unuk mendapatkan data tersebut
haruslah memenuhi syarat sebagai alat yang sesuai (vaid) unuk mengukur data dan
mempunyai reabilitas (konsistensi/keajegan) yang handal. Bila insrumen tidak memenuhi hal
tersebut, maka data yang didapat hasilnya diragukan.
Untuk pengukuran yang bersifat fisik seperti: suhu, pajang berat, dan
sebagainya, reabilitasnya sudah pasti, apabila pengukurannya menggunakan alat yang standar
di ulang-ulang berkali-kali maka secara kasat mata hasilnya tidak berubah dan ini jelas
Nampak dari angka pengukuran yang stabil (raliabel). Sedangkan untuk pengukuran
pendidikan, psikologis, dan social, reliabilitas dari alat ukur yang digunakan sangatlah sulit
untuk diketahui secara kasat mata. bentuk instrumen pengumpulan data yang digunakan,
masalah ketepatan tujuan dan penggunaan instrumen (validitas) dan keterpercayaan hasil
ukurnya (reliabilitas) merupakan dua karakter yang tidak dapat ditawar-tawar, disamping
tuntutan akan adanya objektifitas, efisiensi, dan ekonomis. Dimana terdapat Jenis-jenis
Reliabilitas, Reliabilitas tes-tes ulang, Reliabilitas bentuk parallel, Belah Dua (Split Half) dan
juga Reliabilitas Cronbach-Alpha berguna untuk membantu perhitungan Reliabilitas data.

10
DAFTAR PUSTAKA
Allen, M. J. & Yen, W. M. (1979). Introduction to measurement theory. Monterey, CA: Brooks/Cole
Publishing Company.
Croker, L. & Algina, J. (1986). Introduction to classical and modern test theory. New York: Holt,
Rinehard and Winston Inc.
Frisbie, D. A. 2005. Measurement 101: Some fundamentals revisited. Educational Measurement:
Issues and Practice, 25 (3), 21-28.
Binanto, Iwan. 2010. Multimedia Dasar-Dasar Teori dan pengembangannya. Yogyakarta:ANDI.

Hopkins, Kenneth D. et.al. 1990. Education and psychological measurement and evaluasion.
Sevent edition. Massachusetts: Allyn and Bacon
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2013). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifudidin. Sikap Manusia Terori dan Pengukurannya. Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Djaali., dkk. Pengukuran Dalam Pendidikan. Jakarta: Program Pascasarjana, 2000.
Nur, Mohamad. Teori Tes. Surabaya: IKIP Surabaya, 1987. Silverius, Suke. Evaluasi Hasil Belajar
dan Umpan Balik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1991.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Suryabrata, Sumadi, Pengembangan Alat Ukur Psikologis, Yogyakarta: Andi,2000

Anda mungkin juga menyukai