Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH STATISTIK KESEHATAN

“Uji Validitas Dan Reliabilitas”

Oleh :
Kelompok X

Risma Putri Sudarni : 18 3145 353 178


Salome Sagisolo : 18 3145 353 187 (kurang aktif)
Indrawirawati Samal : 18 3145 353 206 (kurang aktif)

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya serta kemudahan–Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah.
Tujuan lain dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan akademis serta meningkatkan rasa tanggung jawab seorang
mahasiswa.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah statistik
kesehatan yang telah memberikan tugas makalah kepada kami guna menambah
wawasan kami dan dapat diselesaikan dengan semestinya.
Kami menyadari makalah yang sederhana dan singkat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak sangat membantu
demi terciptanya karya yang lebih baik dimasa-masa yang akan datang.
Selanjutnya kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna.
Sehingga saya mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menambah
kualitas serta mutu dari makalah tersebut.kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah ilmu dan wawasan kita semua. Terima Kasih.

Makassar , 25 Oktober 2021

Kelompok X
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kapanpun kita berbicara tentang statistik, maka cakupannya sangat luas.
Hal ini disebabkan karena statistik yang digunakan atau dipelajari di berbagai
bidang ilmu. Misalnya bidang ekonomi statistik ekonomi, dalam ilmu sosial
yang dikenal dengan statistik untuk ilmu sosial, bidang kesehatan yang terdapat
statistik, bidang kedokteran yang terdapat dalam kumpulan statistik untuk
keperawatan, dan lain-lain ( Swarjana ketut, 2016).
Statistik adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Latin yaitu status,
yang berarti negara atau negara, dan secara historis merujuk pada upaya untuk
menampilkan fakta dan gambar yang berhubungan dengan demografi negara (
Swarjana ketut, 2016).
Statistik kesehatan dibedakan dengan setatistik lainnya fokusnya tentang (1)
kuantifikasi, (2) agregat data yang berasal dari observasi terhadap individu,
komunitas, (3) kesehatan populasi dan pengaruhnya. Statistik kesehatan
memberikan informasi lebih tentang agregat orang-orang, institusi-institusi,
atau kejadian-kejadian kesehatan daripada informasi tentang seorang individu
atau sebuah kejadian (Swarjana ketut, 2016).
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang hendak diukur. Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejuh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.
Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan
alat ukur yang sama.1 . Alat ukur dikatakan reliabel jika menghasilkan hasil
yang sama meskipun dilakukan pengukuran berkali-kali ( Widi Ristya E, 2011
).
Dalam persyaratan tes, yaitu validitas dan reliabilitas sangat penting. Dalam
hal ini validitas lebih penting, dan reliabilitas ini perlu karena menyokong
terbentuknya validitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid.
Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliable .(Saifulddin,2010).
BAB II
PEMBAHASAN
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mata ukuran
nya ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya.
Dalam litelature yang lain disebutka bahwa validitas dari suatu perangkat tets dapat
diartikan kemampua suatu test untuk mengukur apa yang seharusnya ( Yusuf F,
2018).
Validitas instrument mempermasalahkan sejauh mana pengukuran tepat dalam
mengukur apa yang kita hendak ukur, intrumen dikatakan valid saat dapat
mengungkapkan data dari variabel secara tempat tidak menyimpan dari keadaan
sbebnarnya ( Yusuf F, 2018).
Dalam suatu penelitian seringkali peneliti tidak membicarkan alat
mengumpulan data yang digunaka telah valid dan reliabel. Tanpa informasi
tersebut, pembaca merasa merasa masikurag yakin apakah data yng dikumpulka
betul-betul mengambarka fenomena yag ingin diukur.Oleh karena itu supaya hasil
penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmia, maka informasi yag
menyakut validitas dan realibilitas alat pengukur haruslah disampaikan secara
terperinci ( Yusuf F, 2018).
Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mengukur secara tepat
masalah yang ingin. Diukur dalam suatu penelitian yang melibatkan variabel /
konsep yang tidak dapat di ukur secara langsung, masalah validitas menjadi tidak
sederhana. Didalamnya juga menyangkut penjabran konsep dari tingkat teoritis
sampai tingkat empitis (indicator) ( Yusuf F, 2018).
Validitas instrumen dapat dibuktikan dengan beberapa bukti. Bukti-bukti
tersebut antara lain secara konten, atau dikenal dengan validitas konten atau
validitas isi, secara konstruk, atau dikenal dengan validitas konstruk, dan secara
kriteria, atau dikenal dengan validitas kriteria ( Yusuf F, 2018).
Menurut Yusuf F, 2018. Validitas terbagi menjadi 3 :
1. Validitas Konten
Validitas konten atau validitas isi fokus memberikan bukti pada elemen-
elemen yang ada pada alat ukur dan diproses dengan analisis rasional. Validitas
konten dinilai oleh ahli. Saat alat ukur diuraikan dengan detail maka penilaian
akan semakin mudah dilakukan.
Beberapa contoh elemen yang dinilai dalam validitas konten adalah sebagai
berikut.
1. Definisi operasional variabel
2. Representasi soal sesuai variabel
3. yang akan diteliti 3) Jumlah soal
4. Format jawaban
5. Skala pada instrumen
6. Penskoran
7. Petunjuk pengisian instrumen
8. Waktu pengerjaan
9. Populasi sampel
10. Tata bahasa
11. Tata letak penulisan (format penulisan)
Setelah melakukan uji validitas konten kepada ahli, kemudian instrumen
direvisi sesuai saran/masukan dari ahli. Instrumen dinyatakan valid secara
konten tergantung dari ahli. Ahli bebas memberikan penilaian apakah instrumen
ini valid atau tidak. Indikator bahwa suatu instrumen telah valid adalah ahli
sudah menerima instrumen, baik secara isi maupun formatnya, tanpa ada
perbaikan kembali. Jika setelah revisi ahli masih meminta ada perbaikan, maka
revisi masih perlu dilakukan hingga ahli benar-benar menerima instrumen tanpa
perbaikan lagi ( Yusuf F, 2018).
2. Validitas konstruk
Validitas konstruk fokus pada sejauh mana alat ukur menunjukkan hasil
pengukuran yang sesuai dengan definisinya. Definisi variabel harus jelas agar
penilaian validitas konstruk mudah. Definisi tersebut diturunkan dari teori. Jika
definisi telah berlandaskan teori yang tepat, dan pertanyaan atau pernyataan
item soal telah sesuai, maka instrumen dinyatakan valid secara validitas
konstruk.
3. Validitas kriteria
Validitas kriteria fokus pada membandingkan instrumen yang telah
dikembangkan dengan instrumen lain yang dianggap sebanding dengan apa
yang akan dinilai oleh instrumen yang telah dikembangkan. Instrumen lain ini
disebut sebagai kriteria. Ada dua jenis validitas kriteria: 1) Validitas Kriteria
Prediktif dan 2) Validitas Kriteria Bersamaan (Concurrent)
Perbedaan kedua uji validitas kriteria tersebut terletak pada waktu pengujian
instrumen dengan kriterianya. Jika pengujian instrumen dan kriterianya
dilakukan pada waktu yang berbeda, maka disebut dengan validitas kriteria
prediktif, sedangkan jika pengujian instrumen dengan kriterianya dilakukan
pada waktu yang bersamaan maka disebut dengan validitas kriteria bersamaan
(concurrent) ( Yusuf F, 2018 ).
Menurut Sukardi, 2008. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes
evaluasi tidak valid. Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan
menurut sumbernya, yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor
yang berasal dari responden yang bersangkutan.
1) Faktor yang berasal dari dalam tes
a. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat
mengurangi validitas tes
b. Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrument evaluasi, tidak terlalu
sulit
c. Item tes dikonstruksi dengan jelas.
d. Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang
diterima siswa.
e. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu
kurang atau terlalu longgar.
f. Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel
g. Jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi responden
2) Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes.
a. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga responden dalam memberikan
jawaban dalam situasi tergesa-gesa.
b. Adanya kecurangan dalam tes.
c. Pemberian petunjuk dari dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada
semua responden.
d. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.
e. Responden tidak dapat memngikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
f. Adanya joki (orang lain bukan siswa) yang masuk dalam menjawab item tes
yang diberikan.
3) Faktor yang berasal dari jawaban responden.
Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak
valid, karena dipengaruhi oleh jawaban responden dari pada interpretasi item-
item pada tes evaluasi.
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran
atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang
sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk
pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang
mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya
pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum
tentu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian, reliabilitas adalah
sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-
ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat
diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama.
Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang
berbeda-beda (Sukardi, 2008).
Menurut Yusup F, 2018. Reliabilitas instrumen dapat diuji dengan beberapa uji
reliabilitas. Beberapa uji reliabilitas suatu instrumen yang bisa digunakan antara
lain test-retest, ekuivalen, dan internal consistency. Internal consistency sendiri
memiliki beberapa teknik uji yang berbeda. Teknik uji relibilitas internal
consistency terdiri dari uji split half, KR 20, KR 21, dan Alfa Cronbach. Namun,
setiap uji memiliki kriteria instrumen seperti apa yang bisa diuji dengan teknik
tersebut
1) Test-Retest
Pengujian reliabilias dengan testretest dilakukan dengan cara mencobakan
satu jenis instrumen beberapa kali pada subjek (responden) yang sama.
Reliabilitas instrumen diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama
dengan percobaan selanjutnya. Instrumen dinyatakan reliabel jika koefisien
korelasi positif dan signifikan. Korelasi antara hasil uji pertama dengan hasil uji
selanjutnya diuji dengan korelasi Product Moment untuk mencari koefisien
korelasinya.

rxy : koefisien korelasi product moment


n : jumlah responden
xi : skor setiap item pada percobaan pertama
yi : skor setiap item pada percobaan selanjutnya
Signifikansi koefisien korelasi dapat ditentukan dengan dua cara. Cara
pertama dengan membandingkan koefisien korelasi dengan tabel r Product
Moment. Dikatakan signifikan jika nilai r hitung lebih besar saat dibandingkan
dengan r tabel pada tabel r Product Moment (ri > rt). Cara kedua dengan uji t :

t : nilai t hitung
r : koefisien korelasi
n : jumlah responden
Setelah nilai uji t hitung diperoleh, nilai tersebut selanjutnya dibandingkan
dengan harga t tabel. Nilai t tabel yang digunakan disesuaikan dengan
signifikansi penelitian yang digunakan. Signifikansi yang tersedia pada t tabel
antara lain 0,50; 0,25; 0,20; 0,05; 0,02; 0,01; dan 0,0005. Namun, biasanya,
dalam penelitian pendidikan, nilai signifikansi yang digunakan yaitu 0,01 atau
0,05. Derajat kebebasan (dk) merupakan hasil jumlah responden dikurangi dua
(dk = n – 2). Signifikansi korelasi antara dua instrument termasuk signifikan
apabila t hitung > dari t tabel (t > tt).
2) Equivalent
Pengujian reliabilias dengan uji equivalent dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen yang berbeda tetapi ekuivalen (sebanding/sepadan). Percobaan
dilakukan satu kali saja pada responden yang sama. Reliabilitas instrumen
diukur dari koefisien korelasi antara percobaan instrumen satu dengan
percobaan instrumen yang lainnya. Instrumen dinyatakan reliabel jika koefisien
korelasi positif dan signifikan. Pengujian koefisien korelasi dan signifikansinya
dilakukan seperti pada uji test-retest menggunakan rumus korelasi Product
Moment dan diuji signifikansinya menggunakan r tabel atau uji t.
3) Internal Consistency
Pengujian reliabilias dengan uji internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja pada subjek penelitian. Pengujian ini dapat
dilakukan dengan teknik belah dua (split half) dari Spearman Brown, KR 20,
KR 21, atau dengan teknik Alfa Cronbach. Hasil pengujian tersebut kemudian
dianalisis dengan teknik tertentu tergantung jenis instrumennya.
a. Spearman Brown (Split Half)
Pengujian reliabilitas dengan uji internal consistency teknik split half
dari Spearman-Brown dilakukan pada instrumen yang memiliki satu
jawaban benar. Instrumen tersebut misalnya pilihan ganda, mencocokkan,
dan yang lainnya yang hanya memiliki satu jawaban benar. Uji reliabilitas
menggunakan teknik spit half dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen sekali saja pada subjek penelitian kemudian hasil uji dibagi
menjadi dua. Pembagian ini biasanya didasarkan pada soal ganji-genap.
Pertama, koefisien korelasi dari kumpulan soal ganjil dengan soal genap
dihitung menggunakan rumus (2). Koefisien ini menggambarkan derajat
kesamaan hasil antara kedua belahan yang menggambarkan konsistensi
internal dari sebuah instrumen. Kemudian, koefisien reliabilitas dihitung
menggunakan rumus yang dikenal dengan istilah SpearmanBrown. Berikut
ini disajikan rumus SpearmanBrown
ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi Product Moment antara belahan ganjil dengan belahan genap
Suatu instrumen dikatakan reliabel saat nilai koefisien reliabilitas
Spearman-Brown lebih dari 0,70 (ri > 0,70). Jika nilai koefisien reliabilitas
Spearman-Brown kurang dari 0,70, maka jumlah soal ditambah dengan soal
yang sesuai dengan aslinya
b. KR 20 dan KR 21
Teknik pengujian reliabilitas dengan uji internal consistency yang
selanjutnya dibahas adalah teknik Kuder Richardson atau sering disingkat
KR. Instrumen yang dapat diuji reliabilitasnya menggunakan KR adalah
instrumen dengan satu jawaban benar saja. Rumus KR yang sering
digunakan adalah KR 20 dan KR 21. Kedua teknik KR tersebut memiliki
kriteria instrumen khusus untuk bisa menggunakan rumusnya. Saat
instrumen tidak dapat dipastikan bahwa setiap item soal memiliki tingkat
kesulitan yang sama, maka instrumen tersebut dianalisis reliabilitasnya
menggunakan rumus KR 20. Berikut ini disajikan rumus KR 20

ri = reliabilitas internal instrumen


k = jumlah item soal dalam instrumen
pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab setiap item soal
qi = 1 - pi
st2 = varians total

dengan x adalah nilai setiap soal dan n adalah jumlah responden. Saat
instrumen dapat dipastikan memiliki tingkat kesulitasn yang sama untuk
setiap item soal, maka untuk menguji relibilitasnya digunakan rumus KR
21. Berikut disajikan rumus KR 21

ri = reliabilitas internal instrumen


k = jumlah item soal dalam instrument
M = rata-rata skor total
St2 = varians total
Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila nilai koefisien reliabilitas
KR lebih dari 0,70 (ri > 0,70). 3) Alfa Cronbach Pengujian reliabilitas
menggunakan uji Alfa Cronbach dilakukan untuk instrumen yang memiliki
jawaban benar lebih dari 1 Instrumen tersebut misalnya instrumen
berbentuk esai, angket, atau kuesioner. Rumus koefisien reliabilitas Alfa
Cronbach adalah sebagai berikut.

ri = koefisien reliabilitas Alfa Cronbach


k = jumlah item soal
∑si 2 = jumlah varians skor tiap item
st 2 = varians total Rumus varians item dan varians total

si 2 = varians tiap item


JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item
JKs = jumlah kuadrat subjek
n = jumlah responden
st 2 = varians total
Xt = skor total
Jika koefisien reliabilitas Alfa Cronbach telah dihitung (ri), nilai tersebut
kemudian dibandingkan dengan kriteria koefisien reliabilitas Alfa Cronbach
untuk instrumen yang reliabel. Instrumen dikatakan reliabel jika koefisien
reliabilitas Alfa Cronbach lebih dari 0,70 (ri > 0,70) dan) koefisien
reliabilitas Alfa Cronbach, tidak boleh lebih dari 0,90 (ri < 0,9). Jika
koefisien reliabilitas Alfa Cronbach kurang dari 0,70 (ri < 0,70), Tavakol &
Dennick (2011) menyarankan untuk merevisi atau menghilangkan item soal
yang memiliki korelasi yang rendah. Cara mudah menentukan item soal
tersebut adalah dengan bantuan program di komputer. Jika koefisien
reliabilitas Alfa Cronbach lebih dari 0,90 (ri > 0,90).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang hendak diukur. Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejuh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.
Validitas instrumen dapat dibuktikan dengan beberapa bukti. Bukti-bukti
tersebut antara lain secara konten, atau dikenal dengan validitas konten atau
validitas isi, secara konstruk, atau dikenal dengan validitas konstruk, dan secara
kriteria, atau dikenal dengan validitas kriteria. Reliabilitas instrumen dapat diuji
dengan beberapa uji reliabilitas. Beberapa uji reliabilitas suatu instrumen yang
bisa digunakan antara lain test-retest, ekuivalen, dan internal consistency.
Internal consistency sendiri memiliki beberapa teknik uji yang berbeda. Teknik
uji relibilitas internal consistency terdiri dari uji split half, KR 20, KR 21, dan
Alfa Cronbach
B. Saran
Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang, pendidik, atau profesional
kesehatan termasuk mahasiswa dari jenjang diploma, sarjana hingga
pascasarjana. Dengan pemahaman statistik yang cukup, peneliti dapat
memberikan interpretasiyang benar-benar sesuai dengan data statistikatau hasil
uji statistik yang ada. Orang yang tidak memahami statistik dengan baik, lebih
memilih melewati bagian statistik yang seharusnya menjadi suatu kesatuan
dalam sebuah laporan, artikel, jurnal, dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Azwar. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukardi, 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung : Alfabeta.
Swarjana ketut, 2016. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Andioffser
Widi Ristya E, 2011. Uji Validitas Dan Reliabilitas Dalam Penelitian Epidemiologi
Kedokteran Gigi. Jamber : Universitas Jamber
Yusup, F. (2018). Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif.
Banjarmasin : Universitas Islam Negeri Antasari

Anda mungkin juga menyukai