Disusun Oleh :
B. Rumusan Masalah
Sebagai usaha mengarahkan pembahasan di dalam makalah ini, maka
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa Hakikat ilmu pengatahuan dan pengembanganya?
2. Apakah yang di maksud dengan etika?
3. Apa etika keilmuan itu?
4. Apa saja problem etika ilmu?
C. Tujuan
Berdasarkan point-point pertanyaan tersebu diatas maka penulis
mempunyai tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1.Memahami Hakikat ilmu pengatahuan dan pengembanganya
2.Memahami arti etika
3.Memahami etika keilmuan
4.Memahami problem etika ilmu yang terjadi
BAB II
PEMBAHASAN
B. ETIKA
Istilah etika memiliki banyak arti, secara etimologi istilah etika berasal
dari bahasa yunani kuno, yaitu ethos atau ethikos, yang mempunyai arti tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam pemahaman lain ethos diartikan sifat,
watak, kebiasaan, atau tempat yang biasa. Sedangkan kata ethikos berarti
susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Kata lain yang lebih
dekat maknanya dengan etika adalah kata moral, yang dalam bahasa latin
disebut dengan istilah mores, yang berarti kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat,
atau cara hidup. Jadi jika dilihat dari asal-usul kata etika diatas, maka etika
dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan.[4]
Adapun dalam kamus bahasa besar bahasa indonesia (1988), etika
dirumuskan dalam tiga arti sebagai berikut:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak).
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.[5]
Beberapa ahli lain menyoroti makna etika lebih lengkap dan detail seperti
dikemukakan oleh Wiramiharja , beliau mengungkapkan pada dasarnya etika
meliputi empat pengertian, yaitu sebagai berikut:
1. Etika merupakan sistem nilai kebiasaan yang penting dalam kehidupan
kelompok khusus manusia.
2. Etika digunakan pada suatu di antara sistem-sistem khusus tersebut, yaitu
“moralitas” yang melibatkan makna dari kebenaran dan kesalahan, seperti salah
dan malu.
3. Etika adalah sistem moralitas itu sendiri mengacu pada prinsip-prinsip moral
aktual.
4. Etika adalah suatu daerah dalam filsafat yang memperbincangkan telaahan etika
dalam pengertian-pengertian lain[6]
Pengertian etika sebagai ilmu juga merupakan suatu studi yang
mempelajari tentang segala soal kebaikan dalam hidup manusia semuanya,
mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan perasaan
sampai mengenai tujuanya.
Ahmad Yamin juga mengungkapkan pengertian etika, beliau mengertikan
etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik-buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa
yang seharusnya diperbuat.[7]
Ki Hajar Dewantara mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari
soal kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang
mengenai gerak-gerik pikiran, rasa yang dapat merupakan perbuatanya. Tokoh
seperti Franz Magnis suseno juga mengartikan etika, beliau mengungkapkan etika
sebagai usaha manusia manusia untuk mempergunakan akal budi daya pikirannya
untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup apabila ia menjadi baik.
Kemudian etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas. Yang dihasilkanya
secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang lebih mendasar
dan kritis.[8]
Berdasarkan penjelas dari beberapa tokoh setidaknya dapat diambil garis
merah mengenai definis etika , yaitu bahwa etika pada prinsipnya dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1. Etika sebagai ilmu, yang merupakan kumpulan tentang kebajikan, tentang
penilaian dari perbuatan seseorang. Definis terebut tidak melihat kenyataan bahwa
ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya
etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologis. Etika dalam
domain banyak dikaji dalam dimensi agama, misalnya kajian yang membahas
tentang akidah.
2. Etika dalam arti perbuatan, yaitu perbuatan kebajikan. Misalnya seseorang
dikatakan etis apabila orang itu telah berbuat kebajikan. Pada bagian ini etika
dimaknai sebagai sebagai etiket, kaidah atau akhlak. Etika pada tataran ini sangat
diperlukan agar perilaku seseorang lebih baik dan terarah hidupnya sesuai dengan
norma atau ketentuan yang ada.
3. Etika sebagai filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan, persoalan-
persoalan, yang berhubungan dengan masalah kesusilaan. Etika pada kajian
filsafat ini sangat menarik perhatian para filosof dalam menanggapi makan etika
secara lebih serius dan mendalam.
C. ETIKA KEILMUAN
Etika mempunyai sifat yang sangat mendasar, yaitu sifat kritis, etika
mempersoalkan norma-norma yang dianggap berlaku, menyelidiki dasar
norma-norma itu, mempersoalkan hak dari setiap lembaga seperti orang tua,
negara, dan agama untuk memberi perintah atau larangan yang harus ditaati.
Hak dan wewenang untuk menuntut ketaatan dari lembaga tersebut harus
dibuktikan. Dengan demikian, etika menuntut orang bersikap rasional
terhadap semua orang. Sehingga etika akhirnya membantu manusia menjadi
lebih otonom. Otonomi ilmuwan tidak terletak pada kebebasan dari norma dan
tidak sama dengan kesewenang-wenangan, melainkan tercapai dalam
kebebasan untuk mengakui norma-norma yang diyakininya sebagai
kewajibanya[9].
Dengan demikian, etika dibutuhkan sebagai pengantar dari pemikiran
kritis, yang dapat membedakan apa yang sah dan tidak sah, membedakan apa
yang benar dan apa yang tidak benar. Sehingga, etika memberi kemungkinan
kepada kita untuk mengambil sikap sendiri serta ikut menentukan arah
perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Dan ilmu pengetahuan merupakan salah satu pengetahuan yang diperlukan
manusia dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan secara lebih cepat dan
sebagai sebuah kenyataan bahwa peradaban masyarakat sangat bergantung
kepada kemajuan ilmu. Setiap ilmu yang diterapkan dimasyarakat, setiap
proses ilmu yang dijadikan sebuah teknologi yang benar-benar akan
diterapkan dimasyarakat sangat berkaitan dengan sikap ilmuwan itu terhadap
ilmu. Untuk itu tanggung jawab seorang ilmuwan haruslah dijaga dengan baik,
dalah hal tanggung jawab akademis ataupun moral.
Sebenarnya ilmu itu sendiri bersifat netral, ilmu tidak mengenal sifat baik
atau buruk dan pemilik pengetahuan itulah yang harus mempunyai sikap dan
etika, jalan mana yang akan ditempuh dalam memanfaatkan kekuasaan yang
besar itu terletak pada sistem nilai pemilik pengetahun.
Menurut Amsal Bachtiar tanggung jawab keilmuan menyangkut kegiatan
maupun pengunaan ilmu pengetahuan dan teknologi.[10] Ini berarti ilmuwan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan harus memperhatikan kodrat dan
martabat manusia, menjaga ekosistem, bertanggung jawab, pada kepentingan
umum, dan generasi mendatang, serta bersifat universal karena pada
hakikatnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk mengembangkan
dan meperkokoh ekosistem manusia bukan untuk menghancurkan ekosistem
tersebut.
Dari uraian diatas ternyata bahwa setiap penilaian ilmu dan etika selalu
berada pada perbatasan kesalahan dan bersifat pribadi. Ilmu adalah bentuk
pengetahuan yang sangat human
Pada prinsipnya ilmu pengetahuan tidak dapat dan tidak perlu di cegah
perkembangannya, karena sudah jamaknya manusia ingin lebih baik, lebih
nyaman, lebih lama dalam menikmati hidupnya. Apalagi kalau melihat
kenyataan bahwa manusia sekarang hidup dalam kondisi sosio-tekhnik yang
semakin kompleks. Khususnya ilmu pengetahuan berbentuk tekhnologi, pada
masa sekarang tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan manusia, tetapi sudah
sampai ketaraf memenuhi keinginan manusia. Sehingga seolah-olah sekarang
ini tekhnologilah yang menguasai manusia bukan sebaliknya
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Didalam makalah ini mahasiswa di haruskan untuk dapat
befikir dan bernalar menggunakan logika, dan dapat untuk
mengembangkan wawasan dan pikiran nya dalam bernalar , terutama bagi
mahasiswa yang mengambil program studi ilmu hukum.
Kepada pembaca karena isi dalam makalah ini belum sempurna
dan masih memerlukan banyak sumber untuk memperbaikinya dan juga
makalah ini belum memenuhi apa yang diharapkan oleh penulis , penulis
menginginkan kritik dan saran untuk lebih menyempurnakan isi laporan
ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://infolantips.blogspot.com/2014/08/makalah-etikapengembangan-
ilmu.html
Susanto, A. Filsafat Ilmu: suatu kajian dalam dimensi ontologis,
epsitomologis, dan aksiologi .jakarta ( Bumi Aksara: 2011)
Rahmat, Aceng .DKK. Filsafat Ilmu lanjutan. Jakarta (kencana:2011)
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. (Raja Grafindo Persada:2005)
Semiawan, cony DKK. Panorama Filsafat Landasan Perkembangan Ilmu
Sepanjang Zaman . Jakarta( Teraju: 2007)