Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ETIKA PROFESI

“ ETIKA ILMU PENGETAHUAN“

Disusun Oleh :

Nama : MARZUKI HUSIN


Nim : 19 630 070
Kelas: B

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
BAU BAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang mahaesa. Karena


berkat limpahan rahmat,karunia dan hidayah-Nya sehinga penulisan
makalah yang berjudul “Etika Ilmu Pengetahuan” ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini adalah bentuk tugas yang diberikan
dosen dan sekaligus bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para
pembaca khususnya mahasiswa Teknik Sipil.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat beberapa kekurangan, yang luput dari pengamatan dan
pemahaman baik dalam penyajian materi maupun metode penulisannya.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangatlah di harapkan untuk perbaikan penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................


DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
C. Tujuan ................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat ilmu pengetahuan dan pengembangan..................................
B. Pengertian etika..................................................................................
C. Etika keilmuan....................................................................................
D. Problem etika ilmu...................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................
B. Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Pemahaman Etika dalam pengembangan ilmu pengetahuan ternyata sangat
dibutuhkan.    hubungan antara ilmu dan etika akan membangun masyarakat
ilmiyah, yang berbudaya ilmu pengetahuan . Dari pokok bahasan itulah maka kita
perlu membahas secara lebih dalam tentang unsur-unsur ilmu dan etika seperti
kehendak manusia yang bebas, tujuan dari suatu perilaku cara atau jalan yang
digunakan untuk mencapai tujuan, akibat yang ditimbulkan oleh masyarakat,
tentang pilihan bebas atau tidak, pemahaman tentang ada batas atau tidak ada
batas nilai baik dan buruk itu, konsep tentang kesadaran moralitas adanya hakikat
manusia, adanya hakikat tuhan, perlawanan etis terhadap nilai baik dan buruk,
dinamika diri manusia, yang mana mencari keseimbangan moral, sifat keras
kepala dan hilangnya rasa malu dan dosa dari perilaku manusia.

B.     Rumusan Masalah
Sebagai usaha mengarahkan pembahasan di dalam makalah ini, maka
dirumuskan sebagai berikut:
1.  Apa Hakikat ilmu pengatahuan dan pengembanganya?
2.  Apakah yang di maksud dengan etika?
3.  Apa etika keilmuan itu?
4.  Apa saja problem etika ilmu?

C.    Tujuan
Berdasarkan point-point  pertanyaan tersebu diatas maka penulis
mempunyai tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1.Memahami Hakikat ilmu pengatahuan dan pengembanganya
2.Memahami arti etika
3.Memahami etika keilmuan
4.Memahami problem etika ilmu yang terjadi
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Hakikat Ilmu Pengetahuan Dan Pengembanganya

        istilah ilmu pengetahuan sendiri sebenarnya diambil dari bahasa arab


“alima, ya’lamu, ‘ilman’ ” yang artinya mengerti atau memahami benar-benar.
Dalam bahasa inggris istilah ilmu berasal dari kata science, yang berasal dari
bahasa latin scienta dari bentuk kata kerja sciere yang berarti mempelajari dan
mengetahui.[1]
        Menurut The Liang Gie beliau menuturkan bahwa ilmu  sebagai
pengetahuan, aktivitas, atau metode merupakan satu kesatuan yang saling
berkaitan. Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang dilaksanakan dengan
metode tertentu yang akhirnya aktivitas metodis itu menghasilkan pengetahuan
ilmiah. Sedangkan Menurut w. Atmojo (1998: 324) ilmu adalah pengetahuan
tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode
tertentu yang dapat dipergunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di
bidang pengetahuan itu.
        Adapun pengertian pengetahuan itu sendiri, seperti yang dikemukakan
surajiyo (2007:62) adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau perbuatan
manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya. Secara khusus
Suparlan Suhartono (2005:84) mengemukakan tentang perbedaan antara ilmu
dan pengetahuan dengan mengambil rujukan dari Webster’s Dictionary,
Suparlan menjelaskan bahwa pengetahuan adalah seseuatu yang menjelaskan
tentang adanya sesuatu hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui
pengalaman-pengalaman, kasadaran, informasi, dan sebagainya. Sedangkan
ilmu didalamnya terkandung adanya pengetahuan  yang pasti lebih praktis,
sistematis, metodis, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek
studi yang lebih bersifat fisis.[2] Dengan demikian dapat dipahami bahwa
pengetahuan mempunyai cakupan lebih luas dan umum dari pada ilmu, oleh
karena itu keberadaan ilmu dan pengetahuan hendaknya tidak boleh
dipisahkan, sama pentingnya bagi hidup dan kehidupan. Ilmu membentuk daya
intelegensia yang membentuk adanya skill, sedangkan pengetahuan
membentuk daya moralitas kelimuan yang kemudian melahirkan tingkah laku
kehidupan manusia.
        Pengembangan ilmu pengetahuan sendiri disebabkan beberapa faktor-
faktor yang menyebabkan berkembang ilmu pengetahuan yaitu antara lain
bahasa (komunikasi) dan penalaran (berpikir). Melalui bahasa manusia tidak
hanya berkomunikasi antara sesamanya, namun juga dapat memperdebatkan
temuan dan pengetahuannya tehadap manusia lainya, manusia juga dapat ,
menambah dan berbagi pengetahuan yang dimilikinya. Pengungkapan dan
peninjauan latar belakang dan reasoning dari sebuah informasi dapat
dikomunikasikan dan disebarluaskan kepada orang lain, sehingga proses ini
dapat saling menguntungkandemikian juga dengan penalaran, manusia dapat
mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan mantap, dengan upaya
pengantisipasian terhadap gejala-gejala yang terjadi, sehingga pengetahuan
manusia senantiasa berubah, semakin dinamis, progresif dan inovatif.[3] Dalam
hati dan akal manusia terdapat keinginan untuk mengetahui, apabila
pengetahuan itu dikumpulkan secara teratur dan sistematis serta dilakukan
dengan kesadaran akan pengetahuan tersebut sehingga apa yang sebelumnya
tersirat menjadi tersurat.
        Karena kedua faktor utama inilah manusia terus melakukan
pengembangan pengetahuan untuk menyempurnakan, memperoleh  kepuasan,
kesenangan, dan pemenuhan rasa ingin tahu dengan melakuan pemikiran dan
inovasi yang kemudian berusaha memecahkan masalah-masalah yang terjadi di
lingkunganya dan mengembangkan kerangka berpikir tertentu untuk
menghasilkan ilmu.

B.      ETIKA
        Istilah etika memiliki banyak arti, secara etimologi istilah etika berasal
dari bahasa yunani kuno, yaitu ethos atau ethikos, yang mempunyai arti tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam pemahaman lain ethos diartikan sifat,
watak, kebiasaan, atau tempat yang biasa. Sedangkan kata ethikos berarti
susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Kata lain yang lebih
dekat maknanya dengan etika adalah kata moral, yang dalam bahasa latin
disebut dengan istilah mores, yang berarti kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat,
atau cara hidup. Jadi jika dilihat dari asal-usul kata etika diatas, maka etika
dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan.[4]
        Adapun dalam kamus bahasa besar bahasa indonesia (1988), etika
dirumuskan dalam tiga arti sebagai berikut:
1.         Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak).
2.         Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3.         Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.[5]

Etika juga disebut ilmu normatif, maka dengan sendirinya berisi


ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Etika juga berisikan tentang pemahaman masyarakat
mengenai baik dan buruk.

Beberapa ahli lain menyoroti makna etika lebih lengkap dan detail seperti
dikemukakan oleh Wiramiharja , beliau mengungkapkan pada dasarnya etika
meliputi empat pengertian, yaitu sebagai berikut:
1.      Etika merupakan sistem nilai kebiasaan yang penting dalam kehidupan
kelompok khusus manusia.
2.      Etika digunakan pada suatu di antara sistem-sistem khusus tersebut, yaitu
“moralitas” yang melibatkan makna dari kebenaran dan kesalahan, seperti salah
dan malu.
3.      Etika adalah sistem moralitas itu sendiri mengacu pada prinsip-prinsip moral
aktual.
4.      Etika adalah suatu daerah dalam filsafat yang memperbincangkan telaahan etika
dalam pengertian-pengertian lain[6]
Pengertian etika sebagai ilmu juga merupakan suatu studi yang
mempelajari tentang segala soal kebaikan dalam hidup manusia semuanya,
mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan perasaan
sampai mengenai tujuanya.
Ahmad Yamin juga mengungkapkan pengertian etika, beliau mengertikan
etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik-buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa
yang seharusnya diperbuat.[7]
Ki Hajar Dewantara mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari
soal kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang
mengenai gerak-gerik pikiran, rasa yang dapat merupakan perbuatanya. Tokoh
seperti Franz Magnis suseno juga mengartikan etika, beliau mengungkapkan etika
sebagai usaha manusia manusia untuk mempergunakan akal budi daya pikirannya
untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup apabila ia menjadi baik.
Kemudian etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas. Yang dihasilkanya
secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang lebih mendasar
dan kritis.[8]
Berdasarkan penjelas dari beberapa tokoh setidaknya dapat diambil garis
merah mengenai definis etika , yaitu bahwa etika pada prinsipnya dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1.      Etika sebagai ilmu, yang merupakan kumpulan tentang kebajikan, tentang
penilaian dari perbuatan seseorang. Definis terebut tidak melihat kenyataan bahwa
ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya
etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologis. Etika dalam
domain banyak dikaji dalam dimensi agama, misalnya kajian yang membahas
tentang akidah.
2.      Etika dalam arti perbuatan, yaitu perbuatan kebajikan. Misalnya seseorang
dikatakan etis apabila orang itu telah berbuat kebajikan. Pada bagian ini etika
dimaknai sebagai sebagai etiket, kaidah atau akhlak. Etika pada tataran ini sangat
diperlukan agar perilaku seseorang lebih baik dan terarah hidupnya sesuai dengan
norma atau ketentuan yang ada.
3.      Etika sebagai filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan, persoalan-
persoalan, yang berhubungan dengan masalah kesusilaan. Etika pada kajian
filsafat ini sangat menarik perhatian para filosof dalam menanggapi makan etika
secara lebih serius dan mendalam.

C.   ETIKA KEILMUAN
      Etika mempunyai sifat yang sangat mendasar, yaitu sifat kritis, etika
mempersoalkan norma-norma yang dianggap berlaku, menyelidiki dasar
norma-norma itu, mempersoalkan hak dari setiap lembaga seperti orang tua,
negara, dan agama untuk memberi perintah atau larangan yang harus ditaati.
Hak dan wewenang untuk menuntut ketaatan dari lembaga tersebut harus
dibuktikan. Dengan demikian, etika menuntut orang bersikap rasional
terhadap semua orang. Sehingga etika akhirnya membantu manusia menjadi
lebih otonom. Otonomi ilmuwan tidak terletak pada kebebasan dari norma dan
tidak sama dengan kesewenang-wenangan, melainkan tercapai dalam
kebebasan untuk mengakui norma-norma yang diyakininya sebagai
kewajibanya[9].
      Dengan demikian, etika dibutuhkan sebagai pengantar dari pemikiran
kritis, yang dapat membedakan apa yang sah dan tidak sah, membedakan apa
yang benar dan apa yang tidak benar. Sehingga, etika memberi kemungkinan
kepada kita untuk mengambil sikap sendiri serta ikut menentukan arah
perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.
      Dan ilmu pengetahuan merupakan salah satu pengetahuan yang diperlukan
manusia dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan secara lebih cepat dan
sebagai sebuah kenyataan bahwa peradaban masyarakat sangat bergantung
kepada kemajuan ilmu. Setiap ilmu yang diterapkan dimasyarakat, setiap
proses ilmu yang dijadikan sebuah teknologi yang benar-benar akan
diterapkan dimasyarakat sangat berkaitan dengan sikap ilmuwan itu terhadap
ilmu. Untuk itu tanggung jawab seorang ilmuwan haruslah dijaga dengan baik,
dalah hal tanggung jawab akademis ataupun moral.
      Sebenarnya ilmu itu sendiri bersifat netral, ilmu tidak mengenal sifat baik
atau buruk dan pemilik pengetahuan itulah yang harus mempunyai sikap dan
etika, jalan mana yang akan ditempuh dalam memanfaatkan kekuasaan yang
besar itu terletak pada sistem nilai pemilik pengetahun.
      Menurut Amsal Bachtiar tanggung jawab keilmuan menyangkut kegiatan
maupun pengunaan ilmu pengetahuan dan teknologi.[10] Ini berarti ilmuwan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan harus memperhatikan kodrat dan
martabat manusia, menjaga ekosistem, bertanggung jawab, pada kepentingan
umum, dan generasi mendatang, serta bersifat universal karena pada
hakikatnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk mengembangkan
dan meperkokoh ekosistem manusia bukan untuk menghancurkan ekosistem
tersebut.

D.  PROBLEM ETIKA ILMU


Ilmu pengetahuan sangat bermanfaat sekali bagi pengembangan
masyarakat jika dilandasi dengan kaidah-kaidah etika yang telah berlaku dan
pengaplikasianya disadari sebagai kewajiban dari seorang ilmuwan.
Namun ilmu pengetahuan juga mengalami beberapa masalah dan
hambatan dalam penerapan etika keilmuan antara lain:
a)      Ilmu pengetahuan selalu tunduk pada otoritik pada tujuan ilmuwanya,
dalam masyarkat modern kadang kriteria kebenaran pengetahuan
dipengerahui oleh politik umum kebenaran seperti kebenaran
difokuskan pada wacana institusi-institusi yang mengeluarkan,
kebenaran tunduk tuntutan pihak yang berperan di politik dan ekonomi,
kebenaran dihasilkan dan disebarluasakan dibawah kontrol aparat
politik yang eksklusif, dll
b)    Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, konsep pengetahuan
kemanusiaan  bersifat pribadi dan bertanggung jawab dengan
penjelajahan pada batas ambang ketidakpastian, serta pengembangan
ilmu pengetahuan sering digunakan untuk memperluas kekuasaan tanpa
menhiraukan nilai kemanusiaan misalnya bom atom pada perang dunia
ke 2
c)  Dilema manusia, dilema manusia memiliki dua dimensi yaitu pertama
bahwa tujuan menghalalkan segala cara yang adalah suatu filsafat tekan
tombol dan menjadikan kita tuli untuk penderitaan manusia sehingga
menjadi monster perang, kedua dogma bangsa yang menjadikan kita
buta .

Dari uraian diatas ternyata bahwa setiap penilaian ilmu dan etika selalu
berada pada perbatasan kesalahan dan bersifat pribadi. Ilmu adalah bentuk
pengetahuan yang sangat human
      Pada prinsipnya ilmu pengetahuan tidak dapat dan tidak perlu di cegah
perkembangannya, karena sudah jamaknya manusia ingin lebih baik, lebih
nyaman, lebih lama dalam menikmati hidupnya. Apalagi kalau melihat
kenyataan bahwa manusia sekarang hidup dalam kondisi sosio-tekhnik yang
semakin kompleks. Khususnya ilmu pengetahuan berbentuk tekhnologi, pada
masa sekarang tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan manusia, tetapi sudah
sampai ketaraf memenuhi keinginan manusia. Sehingga seolah-olah sekarang
ini tekhnologilah yang menguasai manusia bukan sebaliknya
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berbicara etika sama artinya dengan berbicara tentang moral atau


susila, mempelajari kaidah-kaidah yang membimbing kelakuan manusia
sehingga baik dan lurus. Penilaian moral diukur dari sikap manusia
sebagai pelakuknya, tentu akan timbul perbedaan penafsiran tentang yang
baik dan buruk.
Karena ilmu itu diciptakan kemaslahatan umat manusia, ketika
pengembangan ilmu tidak dibarengi dengan etika maka pengembangan
etika akan merusak ekosistem manusia bukan menjaga kelangsungan
ekosistem manusia, serta teknologi nilai kemanfaatanya akan mejadi
tidak berarti, dan bahkan bisa digunakan untuk kepentingan kelompok
untuk memperbudak yang lain, maka etika sangat diperlukan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Etika merupakan cabang filsafat yang
membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya
dengan baik buruk.

B. Saran
Didalam makalah ini mahasiswa di haruskan untuk dapat
befikir  dan bernalar menggunakan logika, dan dapat untuk
mengembangkan wawasan dan pikiran nya dalam bernalar , terutama bagi
mahasiswa yang mengambil program studi ilmu hukum.
Kepada pembaca karena isi dalam makalah ini belum sempurna
dan masih memerlukan banyak sumber untuk memperbaikinya dan juga
makalah ini belum  memenuhi apa yang diharapkan oleh penulis  , penulis
menginginkan kritik dan saran untuk lebih menyempurnakan isi laporan
ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://infolantips.blogspot.com/2014/08/makalah-etikapengembangan-
ilmu.html
Susanto, A. Filsafat Ilmu: suatu kajian dalam dimensi ontologis,
epsitomologis, dan aksiologi .jakarta ( Bumi Aksara: 2011)
Rahmat, Aceng .DKK. Filsafat Ilmu lanjutan. Jakarta (kencana:2011)
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. (Raja Grafindo Persada:2005)
Semiawan, cony DKK. Panorama Filsafat Landasan Perkembangan Ilmu
Sepanjang Zaman . Jakarta( Teraju: 2007)

Anda mungkin juga menyukai