Anda di halaman 1dari 26

AKSIOLOGI: HAKIKAT KEGUNAAN ILMU DAN TEKNOLOGI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu

yang diampu oleh:

Prof. Dr. H. Cece Rakhmat, M. Pd

Oleh:
Donna Evelina Saragih 2217011
Yuni Fitriani 22xxxx
Rahardian Sakti 22xxxx

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
segala kemudahan dalam menulis makalah ini. Makalah ini ditulis sebagai syarat untuk
memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Filsafat Ilmu.
Makalah ini memuat pembahasan tentang kaitan dan filsafat ilmu dan bagaimana
pengembangannya dalam pendidikan.
Makalah ini dapat diselesaikan dengan bantuan banyak pihak, karena itu penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada; Dosen yang mengampu mata kuliah Filsafat
Ilmu, Prof. Dr. H. Cece Rakhmat, M. Pd serta teman-teman seangkatan yang mengontrak
mata kuliah ini.
Penulis menyadari dengan sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Tentunya ada hal-hal yang luput dari perhatian penulis. Merupakan hal yang
wajar sebagai konsekuensi logis dari proses pembelajaran. Karenanya dengan segala
kerendahan hati, penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaanya di masa datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya, dan bagi kita semua umumnya.

Bandung, April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan................................................................................................................5

D. Metode Penulisan Makalah...............................................................................................5

E. Sistematika Penulisan Makalah.........................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

LANDASAN TEORI.................................................................................................................6

A. Pengertian Filsafat...........................................................................................................6

B. Pemikiran Rasional, Komprehensif dan Pemikiran Pandangan Hidup...........................8

C. Ciri Filsafat....................................................................................................................10

D. Cabang Filsafat..............................................................................................................11

E. Posisi Filsafat Ilmu dalam Ilmu Filsafat.......................................................................13

BAB III.....................................................................................................................................18

PEMBAHASAN......................................................................................................................18

BAB IV....................................................................................................................................21

PENUTUP................................................................................................................................21

A. Kesimpulan......................................................................................................................21

B. Saran................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

3
4
BAB I

5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat bukanlah sekedar rangkaian proses berpikir, tetapi yang terpenting adalah
berpikir secara mendalam dalam setiap aspek kehidupan yang harus
dipertanggungjawabkan. Filsafat dapat dijelaskan sebagai proses penerapan pemikiran
dan metode tertentu sesuai dengan objeknya. Dalam hal menggali dan menemukan
kebenaran, filsafat akan terus bergerak maju dalam sebuah proses, upaya dan metode
yang didapat dari pemikiran yang kritis dan radikal. Dalam filsafat ada proses yang harus
dilalui dalam menelaah darimana sumber ilmu atau kebenaran itu, bagaimana ia
terstruktur melalui sebuah metode, dan bagaiman akhirnya kebanaran itu bermanfaat
dalam kehidupan manusia yang terus mengalami perubahan.
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang diberikan potensi akal untuk digunakan
berfikir serta terus belajar berangkat dari sebuah pengalaman yang dimilikinya. Melalui
akal serta pengalaman tersebut manusia bisa menghasilkan ilmu pengetahuan yang
mempunyai banyak manfaat untuk hidup dan kehidupan manusia. Bagaimana ilmu
pengetahuan itu ada dan berproses itu dikuliti habis dalam filsafat. Tidak hanya itu,
bagaimana ilmu pengetahuan itu akhirnya memiliki nilai, memiliki fungsi dalam
menolong kehidupan tentu juga sangat perlu. Sehingga ilmu pengetahuan bukan hanya
sebagai sesuatu yang abstrak, tetapi menjadi sesuatu yang bernilai guna sesuai
kebutuhan, nilai dan aturan yang ada dalam kehidupan manusia.
Pada dasarnya manusia akan mengajarkan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan,
yang berfungsi sebagai pengontrol sifat keilmuan manusia. Meskipun tidak bisa
disamakan, tapi realitasnya teori nilai ini hampir sama dengan agama, yaitu sama-sama
sebagai pedoman dalam kehidupan manusia. Nilai ini tentu sangat berperan penting
dalam kehidupan manusia, ketika nilai itu hilang maka akan muncul banyak
permasalahan. Filsafat hidup sebagai motor penggerak dalam kehidupan manusia untuk
membawanya kepada kehidupan yang bermakna yang tentunya berlandaskan pada ilmu
pengetahuan. Dalam menggali nilai dan kegunaan yang ada dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, filsafat ilmu dalam dimensi aksiologi akan mengupasnya begitu dalam. Apa
itu aksiologi dan hakikatnya dalam kehidupan manusia akan semakin mencerahkan kita
melalui tulisan Prof. Dr. Cece Rahmat dengan judul Aksiologi: Hakikat Kegunaan Ilmu
dan Teknologi yang akan dikaji dan dikembangkan dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah

6
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian dan hakekat aksiologi?
2. Apakah nilai ilmu dan teknologi?
3. Bagaimanakah fungsi ilmu bagi kemasalahatan manusia?
4. Bagaimanakah asas moral dan tanggung jawab moral ilmuwan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang pengertian dan hakekat aksiologi
2. Untuk mengetahui nilai ilmu dan teknologi
3. Untuk mengetahui fungsi ilmu bagi kemasalahatan manusia
4. Untuk mengetahui asas moral kegiatan ilmuwan dan tanggung jawab moral
ilmuwan
D. Metode Penulisan Makalah
Metode yang digunakan dalam pengambilan data dalam Makalah ini adalah melalui
kajian Pustaka yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan
data dari Pustaka yang berupa buku dan informasi baik dari media online maupun
offline.
E. Sistematika Penulisan Makalah
Untuk memahami secara lebih jelas isi dari makalah, maka materi yang tertera
dalam makalah dikelompokkan menjadi beberapa sub-sub dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penulisan, metode pengambilan data, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori, Berisi tentang kajian tentang pengertian dan hakekat
aksiologi, nilai ilmu dan teknologi, fungsi ilmu bagi kemasalahatan manusia, asas moral
kegiatan ilmuwan dan tanggung jawab moral ilmuwan
BAB III Pembahasan, Berisi tentang hakekat kegunaan ilmu dan teknologi dalam
penerapan perkembangan pendidikan, aksiologi dalam perkembangan pendidikan
khusus
BAB IV Penutup, berisi kesimpulan dan saran dari bahasan yang telah dibahas pada
bab I hingga bab IV.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Aksiologi
Aksiologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang
sebenarnya dari pengetahuan dan ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia–sia kalau kita bisa
memanfaatkannya dengan sebaik baiknya untuk kepentingan manusia secara umum
(Rosnawati dkk, 2021:186). Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat
nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Nama lain dari bidang kajian
aksiologi ini adalah disebut dengan teori nilai. Teori nilai ini membahas mengenai kegunaan
atau manfaat pengetahuan (A. Susanto, 2019:28). Manusia yang memiliki Hasrat dan rasa
keingintahuan menjadi lakur perjalanan manusia yang todak kunjung usai. Hal inlah yang
kemudian melahirkan beragam hasil-hasil penelitian dan beragam hipotesa awal manusia
terhadap realita kehidupan. Manusia melakukan proses berfilsafat merupakan salah satu awal
dari sejarah perkembangan pemikiran manusia. Hal inilah yang membuktikan dimana manusia
dengan daya pikirannya berusaha mencari, meneliti, mengamati, merinci dan melakukan
pembuktian-pembuktian selama hidupnya (Lies Sudibyo, 2014:75).
Aksiologi sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai teori nilai. Istilah ini
dikemukakan oleh Sumarna (2008:197) merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu
“logos (akal dan teori), dan aksios (nilai atau sesuatu yang berharga)”. Jadi dapat
disumpulkan bahwa istilah aksiologi secara harfiah diartikan sebagai teori nilai. Aksiologi
adalah salah satu cabang filsafat selain ontologi dan epistemologi. Berikut ini beberapa defenisi
mengenai aksiologi.
A. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1995:19), aksiologi adalah “kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia; kajian tentang nilai-nilai khususnya etika”.
B. Menurut Suriasumantri (2005:234), “aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh”.
C. Menurut Sumarna (2008:59), aksiologi adalah “cabang filsafat yang membicarakan
tentang orientasi atau nilai suatu kehidupan”.
D. Menurut Waini Rasyidin (2007:10), aksiologi atau teori nilai/norma diartikan sebagai
“Teori nilai/norma, ialah argumentasi tentang dunia makna yang diciptakan manusia
secara manusiawi”.

8
E. Menurut Kattsof (2004:319), “Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan”.
Berdasarkan lima defenisi di atas, dapat diketahui bahwa aksiologi adalah teori yang
mengkaji tentang kegunaan ilmu pengetahuan. Aksiologi mengkaji nilai-nilai yang berangkat
dari argumentasi terhadap makna-makna yang diciptakan oleh manusia terhadap kegunaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Makna-makna tersebut menjadi dasar pemikiran dan
pertimbangan bagi setiap tindakan manusia dalam kehidupan. Makna-makna ini dapat lahir
dari persfektif masyarakat, agama, maupun dari individu yang dilahirkan oleh manusia secara
manusiawi, karena memang manusia itu sendiri yang memberikan makna terhadap alam
sekitar, sementara aksiologi memberikan argumentasi terhadap dunia makna ciptaan manusia
tersebut. Aksiologi dilahirkan dan dibangun untuk mengkaji serta mewujudkan kegunaan
praktis sebuah ilmu. Maka dari itu, untuk mengkaji kegunaan tersebut aksiologi harus dapat
menjawab pertanyaan tentang apa dan bagaimana kegunaan ilmu dan teknologi bagi kehidupan
manusia, baik secara individu maupun masyarakat luas.
Suriasumantri dalam Ginting dan Situmorang (2008:15) mengajukan kaidah
pertanyaan yang harus dijawab aksiologi, yaitu:

No Pertanyaan Jawaban
1 Untuk apa pengetahuan tersebut Menjelaskan arah tujuan penggunaan ilmu
digunakan? dan teknologi

2 Bagaimana kaitan antara cara Mencari hubungan antara penggunaan


penggunaan tersebut dengan kaidah- ilmu dan teknologi dengan kaidah-kaidah
kaidah moral? moral

3 Bagaimana penentuan obyek yang Menentukan obyek telaah ilmu yang akan
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan dikembangkan dan digunakan sesuai
moral? dengan kebutuhan dan nilai yang berlaku

4 Bagaimana kaita antara teknik prosedural Epsitemologi dan operasionalisasi metode


yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah yang berhubungan dengan nilai-
ilmiah dengan moral/profesional? nilai yang ada

Melihat kajian aksiologi yang cukup luas, Suseno dalam Sumarna (2008:59)
menyatakan bahwa “para ilmuwan membagi bidang ini pada apa yang disebut sebagai etika

9
dan estetika”. Maka dari itu untuk mendalami aksiologi secara fokus dibahas dalam bidang
bidang etika dan estetika. Aksiologi sebagai cabang filsafat ilmu yang mentransformasikan dan
mempertanyakan bagaimana dasar aksiologi pada kajian pendidiakan, seperti pada pembuatan
visi dan misi pendidikan, model kurikulum pendidikan dan bahan ajar serta metode pendidikan.
Dasar aksiologi pada pendidikan mencakup dasar moralitas/etika dan seni/estetika (Gunawan
Adnan, 2020: 21)

 Etika
Etika merupakan salah satu bidang kajian aksiologi yang mengkaji nilai-nilai moral
baik dan buruk. Etika membicarakan tentang baik dan buruk dilihat dari persfektif yang luas
(Suseno dalam Sumarna, 2008:7). Titik sentral etika adalah nilai kebaikan segala tindakan dan
pemikiran manusia untuk dipertanggung jawabkan kepada masyarakat, Tuhan dan manusia itu
sendiri. Etika menurut Kattsoff (terjemahan Sumargono, 2004:345) berpendapat bahwa etika
dibagi menjadi dua yaitu: “etika deskriptif sekedar melukiskan predikat-predikat dan
tanggapan-tanggapan kesusilaan yang telah diterima dan digunakan. Etika normatif
bersangkutan dengan penyaringan ukuran-ukuran kesusilaan yang khas”. Etika deskriptif
adalah etika yang menggambarkan atau mendeskripsikan apa adanya tanpa memberikan nilai
baik atau buruk, etika normatif memberikan penilaian baik dan buruk, mana yang harus atau
boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Dalam konstelasi seperti ini, manusia
memiliki rasa kebebasan untuk bertindak, tetapi keberadaan acuan norma dan nilai yang
memberikan pilihan yang baik dan yang buruk tidak dapat dihilangkan. Maka dari itu
kebebasan manusia dalam bertindak tetap dipagari agar tidak menimbulkan efek negatif untuk
dirinya sendiri dan masyarakat. Etika tidak bisa dilepaskan dari keharusan perbuatan manusia.
Kedua etika ini berperan sebagai rambu-rambu yang dijadikan pedoman dalam berperilaku.
Surajiyo (2008:98) mengemukakan tiga pertanyaan dasar etika, yaitu:
1. Apakah yang benar?
2. Apakah yang baik?
3. Apakah yang adil?
Dari ketiga pertanyaan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa aksiologi bertujuan
agar manusia dalam kehidupannya melakukan dan menghasilkan sesuatu yang benar, baik dan
adil, khususnya dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan
teknologi harus diterapkan dengan dasar kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Dasar kebenaran
adalah nilai-nilai kebenaran adalah nilai-nilai kebenaran yang dapat dibuktikan kebenarannya
baik secara rasional, empiris, otoritas, hukum, wahyu, dan lain-lain. Dasar kebaikan adalah
nilai-nilai kelebihan suatu ilmu dan teknologi yang menjadi landasan munculnya
10
kebermanfaatan ilmu dan teknologi tersebut. Dasar keadilan adalah menempatkan kaidah-
kaidah kewajiban dan hak asasi sesuai konteksnya.

 Estetika
Keindahan adalah salah satu perasaan yang melekat pada diri manusia. Keindahan ini
tidak akan menimbulkan perasaan Bahagia dan keterpesonaan terhadap sesuatu yang
dipandang indah. Secara harafiah pengertian estetika menurut Sadulloh (2004:41) adalah
sebagai berikut: Kadang-kadang, estetika diartikan sebagai filsafat seni, tetapi kadang-kadang
pula prinsip-prinsip yang berhubungan dengan estetika dinyatakan sebagai hakikat keindahan.
Namun, sesungguhnya konsep keindahan hanya salah satu dari sejumlah konsep-konsep dalam
filsafat seni. Secara psikologis, estetika mengandung bagian pdari unsur afeksi yang mengkaji
sesuatu dari persfektif indah dan tidak indah. Dari sudut pandang estetika, sebuah ilmu dan
teknologi perlu mempertimbangkan aspek keindahan, kebahagiaan dan kenikmatan yang akan
ditimbulkan dari penggunaan ilmu dan teknologi. Estetika lahir dari rasa keindahan secara
ekspresif. Berbeda dengan etika yang memiliki kecenderungan berpusat pada moral, estetika
berpusat pada ekspresi keindahan.
Estetika adalah ilmu yang membahas bagaimana keindahan dapat terbentuk, serta
bagaimana dapat merasakannya. Sebuah keindahan yang sudah terbentuk tentunya harus dapat
dirasakan oleh banyak orang. Istilah esetika berasal dari bahasa Yunani, aesthesis yang berarti
penerapan inderawi, pemahaman intelektual atau pengamatan spiritual. Wacana aksiologi
merupakan salah satu bagian penting dari filsafat yang membahas dan menerangkan terkai
persoalan nilai, mengapa sesuatu itu dinilai baik atau buruk, dan dinilai indah atu tidak indah
serta berhubungan dengan nilai-nilai, etika dan estetika. Jadi ilmu pengetahuan bukan hanya
bersifat teoritis semata melainkan juga berdampak praktis secara fungsional dalam kehidupan
manusia. Dalam wacana aksiologi, terdapat tiga macama teori mengenai nilai, diantaranya:
1. Teori objektivitas nilai
Teori ini adalah teori sudut pandang yang menunjukkan bahwa nilai adalah
objektif dalam arti nilai. Nilai ini dapat secara konsisten didukung oleh
argumentasi yang cermat dan rasional karena merupakan yang terbaik. Nilai,
norma dan cita-cita adalah elemen yang ada dalam objek, atau ada dalam realitas
objektif, atau diberikan kepada objek melalui daya Tarik (Milton D. Hunnex,
2004)
2. Teori Subjektivitas Nilai

11
Pandangan bahwa nilai-nilai seperti kabaikan, kebenaran, keindahan tidak ada
dalam dunia real objektif tetapi merupakan perasaan-perasaan, sikap-sikap pribadi
dan merupakan penafsiran atas kenyataan (Lorens Bagus, 2002). Pandangan ini
meredukasi penentuan nilai kedalam pernyataan yang berkaitan dengan sikap
mental terhadap objek dan situasi.
3. Relativisme Nilai
Pandangan yang memiliki beberapa prinsip seperti berikut: a). Bahwa nilai-nilai
bersifat relatif karena berhubungan dengan preferensi (sikap, keinginan,
ketidaksukaan, perasaan, selera, kecenderungan dan sebagainya); b) bahwa nilai-
nilai berbeda secara radikal dalam banya hal dari suatu kebudayaan ke kebudayaan
lainnya; c) bahwa penilaian-penilaian seperti benar atau salah, baik atau buruk,
tepat atau tidak tepat, tidak dapat diterapkan padanya; dan d) bahwa tidak ada dan
tidak dapat ada nilai-nilai universal, mutlak, dan objektif manapun yang
diterapkan pada semua orang pada segala waktu (Lorens Bagus, 2002: 718)

B. Hakikat Aksiologi
Berangkat dari pemahaman bahwa aksiologi memberikan jalan untuk menggunakan
ilmu dan teknologi, lalu apa dan bagaimana peranan nilai dalam penggunaannya? Kehadiran
ilmu pengetahuan dimuka bumi diharapkan dapat memberikan solusi dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi umat manusia sehingga berujung pada kesejahteraan umat
manusia. Penerapan ilmu dan teknologi hendaknya tidak tercemari oleh nilai-nilai yang justru
merugikan umat manusia itu sendiri. Oleh karena itu, agar ilmu pengetahuan diterapkan pada
hal yang baik, maka perlu sebuah rel yang menuntunnya. Penerapan ilmu dan teknologi ini
perlu dikawal oleh wahyu Ilahi dan keikhlasan umat manusia.
Penerapan ilmu yang paling terlihat adalah dengan munculnya teknologi. Teknologi
diciptakan memang untuk memudahkan pekerjaan manusia agar lebih efektif dan efisien.
Dengan teknologi, ilmu dapat diterapkan dalam kehidupan manusia dalam tataran praktis.
Teknologi tidak hanya berupa benda atau alat, tetapi juga konsep, metode dan lain-lain.
Dengan kata lain, tidak hanya teknologi yang bersifat Hardware, tetapi juga Software. Ilmu
dan teknologi yang kita nikmati sekarang memang sebenarnya belum final dan terus
berkembang. Jika dipahami bahwa ilmu dan teknologi ada sebagai jawaban atas kebutuhan
manusia, tentu ilmu harus bisa memberikan nilai manfaat bagi manusia. Manfaat tersebut
bukanlah bagi sekelompok kecil manusia saja. Tentunya akan menjadi sebuah kepincangan
dalam realitas manusia dalam membangun peradabannya jika manfaat tersebut ternyata tidak

12
memberikan dampak manfaat yang dapat diterima umat manusia sepenuhnya. Hilangnya arah
kehidupan peradaban manusia merupakan efek dari memudarnya nilai etika dan estetika,
terutama dalam basis keilmuan. Dengan memudarnya peranan nilai tersebut, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah meredukasi dan menghilangkan aspek tanggung jawab
dalam kehidupan umat manusia. Tidak dapat dihindari jika kemudian muncul fenomena
dehumanisasi yang mengakibatkan hakikat kemanusiaan berangsur-angsur memudar sehingga
muncul ketidakpuasan dan hilangnya rasa keindahan dan kebahagiaan sebagian manusia di
zaman ini yang justru merupakan zaman pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

C. Nilai Kegunaan Ilmu dan Teknologi


Ilmu datang dari permasalahan yang timbul dari dalam pemikiran manusia dalam
menghadapi fenomena Alam. Ilmu memiliki nilai kegunaan sebagai alat pembantu manusia
untuk memecahkan masalah kehidupan manusia. Sebagaimana pendapat Suriasumantri dalam
Fuad Abdul Hamid (ed) (2021:116) bahwa ilmu diharapkan membantu kita menerangi
penyakit, membangun jembatan, mambikin irigasi, membangkitkan tenaga listrik, mendidik
anak, memeratakan pendapatan nasional dan sebagainya. Jadi, ilmu akan bermanfaat langsung
saat diterapkan dalam tataran praktis. Sementara itu, ilmu berisi teori-teori dan konsep yang
masih perlu diwujudkan kedalam bentuk konkrit. Karena itu lahirlah teknologi. Ilmu
melahirkan teknologi untuk mengejawantahkan nilai kegunaan suatu ilmu tersebut dan
teknologi dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu. Setiap disiplin ilmu memiliki nilai
kegunaan masing-masing. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan satu disiplin ilmu
memiliki nilai kegunaan bagi disiplin ilmu lainnya. Setidaknya, nilai kegunaan ilmu tersebut
dapat digunakan untuk penerapan praktis maupun untuk pengembangan ilmu itu sendiri, atau
pengembangan antar disiplin ilmu (inter-disipliner).
Menurut Vina Serevina (2020:14) nilai kegunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
hendaknya terkait dengan peningkatan kesejahteraan lahir batin, kemajuan peradaban, serta
ketangguhan dan daya saing sebagai bangsa serta tidak bertentangan dengan nilai agama dan
budaya bangsa. Manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi yang melandasi pendidikan harus
mampu:
1. Memberikan kesejahteraan lahir batin setinggi-tingginya
2. Mendorong pemanfaatan pengembangan sesuai tuntutan zaman
3. Menjamin penggunaannya secara bertanggung jawab
4. Memberi dukungan nilai-nilai agama dan nilai luhur budaya bangsa

13
5. Mencerdaskan kehidupan bangsa
6. Meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas sumber daya manusia

D. Fungsi Ilmu Bagi Kemaslahatan Manusia

a. Hubungan Ilmu dan Filsafat


Sejak zaman kuno, manusia telah berusaha memahami dunia di sekitarnya dan
mencari jawaban atas berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan mereka. Dalam
upaya ini, ilmu pengetahuan dan filsafat telah menjadi dua cabang pengetahuan yang
saling berkaitan dan saling melengkapi satu sama lain. Meskipun keduanya memiliki
pendekatan yang berbeda, ilmu pengetahuan dan filsafat sama-sama berusaha untuk
memahami alam semesta dan fenomena yang terjadi di dalamnya.
Ilmu pengetahuan dikenal sebagai metode yang sistematis dan objektif dalam
mempelajari fenomena alam dan memperoleh pengetahuan baru melalui observasi dan
pengujian hipotesis. Sedangkan filsafat berfokus pada penalaran dan analisis konseptual
untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan hakikat keberadaan.
Namun, hubungan antara ilmu pengetahuan dan filsafat tidak selalu harmonis.
Terkadang terjadi perdebatan dan perselisihan antara kedua disiplin ilmu tersebut. Namun,
pada dasarnya keduanya saling melengkapi dalam mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang rumit dan kompleks mengenai dunia di sekitar kita.
Berbicara tentang filsafat (Suriasumantri 2005 dalam Buku FIlsafat ilmu)
menjelaskan tiga karakteristik yaitu mendasar, menyeluruh (universal) dan spekuliatif:
a) Mendasar artinya berpikir filsafat akan terus berlangsung sampai mencapai
bangunan fundamental dari suatu pemikiran.
b) Universal artinya kajian terhadap suatu objek pemikiran filsafat perlu dikaji dari
berbagai aspek yang relevan sampai ke akar-akarnya.
c) Spekulatif artinya filsafat mencoba untuk mencari pemahaman tentang realitas yang
mendasar melalui spekulasi atau pertimbangan pemikiran secara logis dan rasional.
Dalam konteks filsafat, spekulasi tidak sama dengan berspekulasi secara
sembarangan, tetapi lebih mengacu pada sebuah proses berpikir yang sistematis dan
teliti untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang dunia.

14
Kaitannya dengan ilmu, setiap disiplin ilmu memiliki terminology tertentu yang tidak
dimiliki oleh ilmu yang lainnya. Begitupun dengan filsafat. Hal ini sejalan dengan pendapat
(Sumarna 2008 dalam Buku Filsafat Ilmu) yang menjelaskan bahwa ilmu bersifat
pasteriori.
Posteriori sering dikaitkan dengan metode induksi, yaitu sebuah proses berpikir yang
melibatkan pengumpulan data, pengamatan, dan generalisasi untuk mencapai kesimpulan
umum. Sedangkan filsafat bersifat Priori. Filsafat Priori sering dikaitkan dengan metode
deduksi, yaitu sebuah proses berpikir yang melibatkan pemahaman konsep atau asumsi
yang mendasar untuk mencapai kesimpulan yang lebih luas atau umum.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa masing-masing baik ilmu maupun
filsafat memiliki karakteristik yang berbeda, bahkan jika dilihat dari permukaan, setiap
karakteristik terkesan bertentangan satu sama lain, Namun dalam hal ini terdapat kaitan
antara ilmu dan filsafat yang dikemukakan oleh Durrant dalam Buku Filsafat Ilmu (2021)
dimana filsafat bertugas untuk mencari dasar objek kajian serta merumuskan kesimpulan-
kesimpulan secara spekulatif, sedangkan ilmu bertugas untuk memperdalam objek kajian
tersebut. Oleh karena itu filsafat memiliki hubungan dengan ilmu seperti “filsafat
melahirkan ilmu”.
b. Sumber Ilmu Pengetahuan
Menurut Suriasumantri (2005) dalam buku Filsafat Iilmu (2021), terdapat tiga sumber
ilmu pengetahuan, yaitu:
a) Pengalaman (empiris): Pengalaman merupakan sumber ilmu pengetahuan yang
mendasar. Pengalaman dapat diperoleh melalui indera manusia dan dapat
diobservasi secara langsung. Pengalaman ini dapat menjadi dasar bagi pengetahuan
dan pemahaman tentang dunia.
b) Logika (rasio): Logika atau akal budi merupakan sumber ilmu pengetahuan yang
penting. Logika digunakan untuk memproses dan mengorganisir pengalaman,
sehingga menjadi pengetahuan yang lebih sistematis dan terstruktur. Logika dapat
digunakan untuk membuat asumsi, hipotesis, dan argumentasi.
c) Otoritas (otoritatif): Otoritas merupakan sumber ilmu pengetahuan yang berasal dari
kepercayaan pada sumber-sumber tertentu. Otoritas dapat berupa guru, pakar,
agama, atau sumber lain yang dianggap memiliki keahlian atau pengetahuan yang
dapat dipercaya dan diakui. Otoritas dapat digunakan sebagai sumber ilmu
pengetahuan jika dipilih dengan bijak dan berdasarkan kredibilitasnya.

15
E. Fungsi Ilmu
Mengutip dari uraian Suriasumantri (2005) dalam Buku Filsafat Ilmu (2021)
dimana disebutkan bahwa:
“ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang akan menjelaskan
berbagai gejala alam yang memungkinkan menusia melakukan serangkaian tindakan
untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada.. Penjelasan
keilmuan memungkinkan kita meramalkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan
ramalan tersebut kita bisa melakukan upaya untuk mengontrol agar ramalan itu
menjadi kenyataan atau tidak.”
Semua fungsi tersebut saling terkait. Peran sains dalam menjelaskan berbagai gejala
dan fenomena alam adalah untuk mengidentifikasi dan memahami kemunculan dan
kejadian dari gejala dan fenomena alam tersebut. Berdasarkan hasil penjelasan tersebut,
manusia dapat menentukan tindakan untuk mengendalikan fenomena dan fenomena
alam. Penguasaan dapat dilakukan dengan memprediksi pola fenomena dan fenomena
alam tertentu. Setelah prediktor tertentu diketahui, orang dapat mengontrol objek data
sesuai dengan tujuan orang tersebut.
Contoh dari fungsi-fungsi ini adalah cara manusia mengendalikan populasi
penduduk. Dalam kasus ini misalnya pemerintah memiliki tugas untuk mengendalikan
jumlah penduduk agar tetap ideal, dengan fungsi menjelaskan pemerintah melakukan
kajian-kajian dan penelitian dilapangan untuk mengetahui faktor-faktor penentu
pertambahan dan pertumbuhan penduduk, sementara itu dari hasil penjelasan yang
diperoleh, pemerintah dapat memprediksi pertumbuhan dan pertambahan penduduk
untuk kurun waktu tertentu, termasuk jika pemerintah menerapkan program-program
tertentu untuk mengendalikan jumlah penduduk. Dengan fungsi control, pemerintah
dapat menentukan program yang sesuai untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan
pertambahan penduduk yang ideal di Negara tersebut.
Ketiga fungsi tersebut mempunyai keterkaitan satu sama lain, jika diterapkan
dengan prosedur secara terkendali dan memenuhi nilai-nilai yang berlaku, penerapan
fungsi-fungsi ilmu dapat sesuai dengan keinginan dan tujuan manusia.

F. Kemaslahatan Manusia
Ilmu dan teknologi memiliki dampak positif dan negatif pada kemaslahatan
manusia. Untuk memahami urgensi ilmu dan teknologi terhadap kemaslahatan umat

16
manusia, kita perlu memandang peranan ilmu dan teknologi dari berbagai sudut
pandang sebagai berikut:
a) Sudut pandang ekonomi
Ilmu dalam sudut pandang ekonomi dapat dipandang sebagai bentuk investasi manusia,
sementara teknologi diciptakan sebagai sarana pemenuh kebutuhan manusia. Karena
kebutuhan manusia tidak terbatas, maka teknologi perlu di kembangkan sesuai tuntutan
zaman.
b) Sudut pandang psikologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah salah satu sarana bagi manusia untuk
mengaktualisasi diri.
c) Sudut pandang sosiologi
Sosiologi memandang ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai salah satu bentuk
kebudayaan manusia.
Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa secara umum ilmu pengetahuan dan
teknologi memiliki peran sebagai perantara kebutuhan manusia baik dari aspek fisik
maupun psikis.
G. Asas Moral Kegiatan Ilmuwan
Dalam uraian bahasan sebelumnya dapat dengan jelas dilihat bahwa ilmu dan
teknologi memiliki peran penting bagi kelangsungan hidup manusia dari berbagai
aspek, Namun penerapan ilmu dan teknologi untuk kemaslahatan manusia masih
menyisakan permasalahan seperti yang diungkapkan Suriasumantri (2005) bahwa ilmu
menimbulkan gejala dehumanisasi. Selain itu ilmu dan teknologi bahkan mengubah
hakikat kemanusiaan itu sendiri. Sehingga akhirnya diperlukan sebuah asas untuk
menjelaskan bagaimana seharusnya manusia hidup (Rachel 2012 dalam Filsafat Ilmu
2021). Poespoprodjo 1999 dalam Filsafat Ilmu 2021 menyebutkan bahwa asa moral
adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukan bahwa perbuatan itu benar
atau salah. Moralitas berkaitan dengan keputusan atas pilihan tindakan yang akan kita
lakukan. Dalam hal ini moralitas dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: (1) Perbuatan
sendiri (2) Motif (3) Keadaan.
Urgensi suatu asas moral bagi kegiatan ilmuwan tidak dapat ditawar-tawar,
tanpa asas moral, ilmuwan akan kehilangan rambu-rambu dalam menjalankan tanggung
jawabnnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang awalnya betujuan untuk kemasalahatan manusia justru menjadi
kehancuran untuk semua aspek.

17
Asas-asas moral memungkinkan untuk diterapkan pada penerapan ilmu dan
teknologi dengan adanya sebuah kesadaran moral. Surajiyo (2008) dalam Buku Filsafat
ilmu menjelaskan unsur-unsur pokok kesadaran moral memiliki struktur sebagai
berikut:
a) Kewajiban yang membebani bersifat mutlak
b) Melaksanakan kewajiban itu merupakan kewajiban semua orang
c) Mengambil keputusan untuk melaksanakan atau tidak suatu kewajiban
d) Kewajiban itu masuk akal dan pantas disetujui
e) Sekaligus menentukan nilainya sendiri.
Dari uraian diatas jelaslah bawa kesadaran moral adalah suatu kewajiban bagi
setiap orang yang menurut dirinya masuk akal dan pantas disetujui, lalu diambil
keputusan apa yang harus diakukan yang pada akhirnya menentukan nilainya sendiri.
Sebagai salah satu contoh realisasi asa-asas moral ini adalah munculnya tanggung
jawab moral ilmuan. Disini ilmuwan perlu mempertimbangkan kegiatan keilmuwannya
dengan memperhatikan efek-efek kegiatan keilmuan terhadap dirinya dan masyarakat.

18
BAB III

PEMBAHASAN

Aksiologi memilki hakikat nilai, maksud nilai disini adalah nilai-nilai kebaikan dan
keindahan yang tertinggi dari nilai-nilai etika dan estetika. Implikasi aksiologi dalam filsafat
pendidikan tidaklah asing karena aksiologi salah satu cabang filsafat yang dapat menguji dan
mengitegrasikan semua nilai-nilai dalam kehidupan manusia khususnya tentang kajian etika.
Demikian juga dengan nilai estetika tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia
terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Aksiologi juga dapat menaruh perhatian
tentang baik dan buruk dan dapat dijadikan sebagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Etika dari bagian filsafat nilai dan penilain mansia adalah cara memandangnya dari sudut baik
dan tidak baik karena etika merupakan filsafat tentang prilaku manusia. Sebagai mahasiswa
yang sedang aktif belajar dan berkutat dalam dunia pendidikan, saat ini penulis akan membahas
salah satu implikasi Aksiologi dalam filsafat pendidikan yang ditulis oleh Fhitriani dalam
Jurnal yang berjudul Imlpikasi Aksiologi dalam Filsafat pendidikan.

Dalam pembahasan ini penulis menyebutkan implikasi aksiologi dalam dunia


pendidika adalah menguji dan mengintegrasikan nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan
membinakannya dalam kepribadian peserta didik. Memang untuk menjelaskan apakah yang
baik itu benar, buruk, dan jahat bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi baik, benar, indah dan
buruk, dalam arti mendalam dimaksudkan untuk membina kepribadian ideal anak, jelas
merupakan tugas utama pendidikan. Pendidikan harus memberikan pemahaman/ pengertian
baik, benar, buruj dan sejenisnya kepada peserta didik secara komprehensif dalam arti dilihat
dari segi Etika, estetika, dan nilai sosial. Dalam masyarakat, nilai-nilai itu terintegrasi dan
saling berinteraksi. Nilai-nilai dalam rumah tangga/ keluarga. Tetangga, kota, negara adalah

19
nilai-nilai yang tak mungkin diabaikan dunia pendidikan bahkan sebaliknya harus mendapat
perhatian.

Penulis merangkumkan bahwa kegunaan Aksiologi bagi dunia pendidikan adalah


sebagai berikut:

1. Aksiologi ilmu pendidikan sebagai nilai kegunaan teoretis


 Kegunaan bagi ilmu dan teknologi
Hasil ilmu pendidikan adalah konsep-konsep ilmiah tentang aspek dan dimensi
pendidikan sebagai salah satu gejala kehidupan. Pemahaman tersebut secara
potensial dapat dipergunakan untuk lebih mengembangkan konsep-konsep
ilmiah pendidikan, baik dalam arti meningkatkan mutu konsep-konsep ilmiah
pendidikan yang telah ada.
 Kegunaan bagi filsafat
Konsep-konsep ilmiah yang dihasilkan oleh ilmu pendidikan, secara potensial
dapat mengundang berkembangnya kritik pendidikan. Maraknya kritik
pendidikan memberikan kondisi yang menunjang pada perkembangan filsafat
ilmu pendidikan.
2. Aksiologi ilmu pendidikan sebagai nilai kegunaan praktis
 Kegunaan bagi praktek pendidikan
Pemahaman tenaga kependidikan secara konprehensif dan sistematis turut
serta dalam menumbuhkan rasa kepercayaan diri dalam melakukan tugas-tugas
profesionalnya. Penguasaan yang mantap terhadap konsep-konsep ilmiah
pendidikan memberika pencerahan tentang bagaimana melakukan tugas-tugas
profesional pendidikan.
 Kegunaan bagi seni pendidikan
Disamping memberi kemungkinan berkembangnya teknologi pendidikan,
penerapan konsep-konsep ilmiah tentang pendidikan dalam praktekm dapat
pula memberi peluang berkembangnya seni pendidikan. Sebuah kegiatan
pendidikan dikatakan sebuah seni pendidikan apabila kegiatan tersebut tidak
saja mencapai hasil yang diharapkan, tetapi proses pelaksanaannya dapat
memberi keasyikan dan kesenangan bagi peserta didik maupun pendidiknya.

Ilmu dan teknologi memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Inovasi
teknologi telah membawa banyak manfaat bagi masyarakat, seperti kemudahan akses
informasi, pengobatan penyakit, dan peningkatan produktivitas. Namun, penggunaan teknologi
20
juga dapat memiliki dampak negatif yang signifikan, seperti polusi lingkungan, ketidakadilan
sosial, dan bahkan ancaman keamanan nasional. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
memahami bagaimana ilmu dan teknologi dapat berperan dalam meningkatkan kemaslahatan
manusia serta mengurangi dampak negatifnya. Selain itu, perlu juga dipahami tanggung jawab
moral ilmuwan dalam meneliti dan mengembangkan teknologi untuk kepentingan manusia dan
lingkungan secara keseluruhan.
Berikut ini merupakan analisis beberapa penelitian tentang fungsi ilmu dan teknologi
untuk kemaslahatan manusia:
1. Jurnal "Science and Technology for Human Welfare: A Review of the Role and
Impact" membahas tentang peran ilmu dan teknologi dalam meningkatkan
kesejahteraan manusia dan dampak yang muncul sebagai hasil penggunaan
teknologi tersebut. Secara keseluruhan, jurnal ini mengambil sudut pandang yang
positif terhadap kontribusi ilmu dan teknologi pada kemaslahatan manusia, namun
tetap mengakui adanya dampak negatif yang perlu diatasi.
Dalam hal tanggung jawab moral ilmuwan yang meneliti, jurnal ini tidak secara
khusus membahas hal ini secara terperinci. Namun, jurnal tersebut memberikan
beberapa rekomendasi untuk memastikan bahwa inovasi teknologi digunakan
dengan cara yang bertanggung jawab dan sesuai dengan tujuan kemaslahatan
manusia. Salah satunya adalah dengan memastikan bahwa penggunaan teknologi
diatur dengan baik untuk meminimalkan dampak negatifnya.
Dalam konteks ini, ilmuwan memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan
bahwa riset dan pengembangan teknologi dilakukan dengan mempertimbangkan
dampak yang mungkin terjadi pada masyarakat dan lingkungan sekitar. Ilmuwan
juga harus memastikan bahwa teknologi yang dikembangkan digunakan secara
bertanggung jawab dan sesuai dengan tujuan kemaslahatan manusia.
Dalam hal ini, tanggung jawab moral ilmuwan mencakup beberapa hal, antara
lain:
a) Menjaga integritas dalam riset dan pengembangan teknologi agar tidak
menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat.
b) Memperhatikan prinsip etika dan moralitas dalam setiap tahapan riset dan
pengembangan teknologi.
c) Memberikan informasi yang jelas dan akurat mengenai dampak teknologi
pada masyarakat dan lingkungan.

21
d) Membangun kerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki kepentingan
dalam penggunaan teknologi agar memperoleh masukan dan saran yang
berharga.
2. (Jurnal: "The Role of Science and Technology in Sustainable Development: An
Analysis" Penulis: E. Fredricksson dan J. M. Wise Tahun Terbit: 2018)
Jurnal ini membahas tentang peran ilmu dan teknologi dalam mencapai
pembangunan yang berkelanjutan. Para penulis menjelaskan bagaimana inovasi
teknologi dapat membantu mengatasi masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan,
seperti kemiskinan, perubahan iklim, dan kekurangan energi. Namun, mereka juga
menyoroti dampak negatif dari penggunaan teknologi, seperti ketidakadilan sosial
dan ekologis.
Para penulis menyimpulkan bahwa ilmu dan teknologi dapat berperan dalam
mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Namun, mereka menekankan bahwa
penggunaan teknologi harus diatur dengan baik dan berkelanjutan untuk
meminimalkan dampak negatif dan memastikan bahwa inovasi teknologi digunakan
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara keseluruhan.
Dalam hal tanggung jawab moral ilmuwan, jurnal ini menekankan bahwa
ilmuwan memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa riset dan
pengembangan teknologi dilakukan dengan memperhatikan dampak sosial,
ekonomi, dan lingkungan yang mungkin terjadi. Ilmuwan juga harus memastikan
bahwa teknologi yang dikembangkan digunakan secara bertanggung jawab dan
sesuai dengan tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
Tanggung jawab moral ilmuwan dalam hal ini mencakup beberapa hal, antara
lain:
a) Memperhatikan prinsip etika dalam setiap tahapan riset dan pengembangan
teknologi.
b) Memastikan bahwa teknologi yang dikembangkan memperhatikan
kepentingan dan kebutuhan masyarakat serta lingkungan.
c) Mempromosikan penggunaan teknologi yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan.
d) Membangun kerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki kepentingan
dalam penggunaan teknologi untuk mencapai tujuan pembangunan yang
berkelanjutan.

22
e) Dengan memperhatikan tanggung jawab moral ini, ilmuwan dapat
memastikan bahwa pengembangan teknologi dilakukan dengan cara yang
bertanggung jawab dan sesuai dengan tujuan pembangunan yang
berkelanjutan.
Berdasarkan analisis beberapa jurnal yang membahas tentang fungsi ilmu dan teknologi
untuk kemaslahatan manusia beserta dampaknya, dapat disimpulkan bahwa ilmu dan teknologi
memang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Inovasi teknologi telah membawa
banyak manfaat bagi masyarakat, seperti kemudahan akses informasi, pengobatan penyakit,
dan peningkatan produktivitas. Namun, penggunaan teknologi juga dapat memiliki dampak
negatif yang signifikan, seperti polusi lingkungan, ketidakadilan sosial, dan bahkan ancaman
keamanan nasional. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bagaimana ilmu dan
teknologi dapat berperan dalam meningkatkan kemaslahatan manusia serta mengurangi
dampak negatifnya.
Tanggung jawab moral ilmuwan dalam meneliti dan mengembangkan teknologi juga
menjadi hal yang penting. Ilmuwan harus memastikan bahwa riset dan pengembangan
teknologi dilakukan dengan memperhatikan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
mungkin terjadi. Ilmuwan juga harus memastikan bahwa teknologi yang dikembangkan
digunakan secara bertanggung jawab dan sesuai dengan tujuan pembangunan yang
berkelanjutan. Dalam hal ini, tanggung jawab moral ilmuwan mencakup beberapa hal, antara
lain memperhatikan prinsip etika, memastikan bahwa teknologi yang dikembangkan
memperhatikan kepentingan dan kebutuhan masyarakat serta lingkungan, mempromosikan
penggunaan teknologi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta membangun kerjasama
dengan berbagai pihak yang memiliki kepentingan dalam penggunaan teknologi untuk
mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
Dengan memperhatikan tanggung jawab moral ilmuwan dan memastikan bahwa
teknologi yang dikembangkan digunakan secara bertanggung jawab, maka ilmu dan teknologi
dapat berperan dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan meningkatkan kualitas
hidup manusia secara keseluruhan.

23
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

24
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Hamid Fuad dkk (ed). 2021. Filsafat Ilmu: Rujukan bagi para (calon) Cendekiawan.
Bandung: UPI Press
Bagus, Lorens. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia
Fithriani. 2016. Implikasi Aksiologi dalam filsafat pendidikan.
Fredricksson, E., & Wise, J. M. (2018). The role of science and technology in sustainable
development: An analysis. Journal of Cleaner Production, 172, 2854-2864. doi:
10.1016/j.jclepro.2017.12.261
Hunnex Milton D. 2004. Peta Filsafat, Terj. Zubair. Jakarta: Teraju
Khan, M. M. A., Shah, A. A., & Khan, A. (2020). Science and technology for human
welfare: A review of the role and impact. Journal of King Saud University-Computer and
Information Sciences, 32(2), 109-116. doi: 10.1016/j.jksuci.2019.05.008
R. Williams, "The Functions of Science and Technology for the Good of Humanity,"
UNESCO, 2015. [Online]. Available: https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000232122.
[Diakses pada: 02-Apr-2023].
Rosnawati dkk. 2021, Aksiologi Ilmu Pengetahuan dan Manfaatnya bagi Manusia (Jurnal
filsafat Indonesia Vol. 4
Serevina. Vina. 2020. Fundamental of Education, Jakarta: PT. Alex Media Komputindo
Sudibyo, Lies. 2004, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Deepublish
Suriasumantri Jujun S. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
Susanto, A. 2019. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epsitemologis dan
Aksiologis, Jakarta: Bumi Aksara

25
26

Anda mungkin juga menyukai