Anda di halaman 1dari 12

BAB V

FILSAFAT ILMU

“HUBUNGAN ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN


MORAL”

Disusun oleh :

Gabriel F Assa 19101105045

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini.

Paper ini merupakan tugas yang diberikan dosen kepada penulis sebagai tugas akhir
mata kuliah filsafat. paper ini diberi judul “HUBUNGAN ILMU PENGETAHUAN,
TEKNOLOGI, DAN MORAL”.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih memiliki kekurangan dalam beberapa hal.
Oleh karenanya, penulis mengaharapkan saran dan kritik dari pembaca sehingga bisa dijadikan
bahan evaluasi bagi penulis untuk lebih memperbaiki karya-karya yang dibuat pada masa
mendatang

Akhir kata, semoga paper ini dapat berguna bagi pembaca. Terimakasih.

Manado, 29, Mei, 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................................ 2

2.1 Pengertian ilmu pengetahuan ........................................................................3

2.2 Pengertian Teknologi ................................................................................... 3

2.3 Pengertian moral............................................................................................ 4

2.2 Hubungan ilmu pengetahuan-teknologi dan moral .......................................4

BAB III. PENUTUP ........................................................................................................8

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................8

3.2 Saran ..............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat merupakan sebuah studi yang membahas segala fenomena yang ada dalam
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan skeptis dengan mendalami sebab-sebab
terdala, lalu dijabarkan secara teoritis dan mendasar. Selain pengertian di atas dalam
pengertiannya filsafat dibagi menjadi dua yaitu secara etimologis dan terminologis. Secara
etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani
yaitu philosophia yang terdiri dari kata philien yang berarti cinta dan sophia yang berarti
kebijaksanaan. Jadi bisa kita artikan bahwa filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan atau love
of wisdom dalam arti yang sedalam-dalamnya.
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah usaha-usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya Kini ilmu telah tercerabut dari nilai luhur ilmu, yaitu untuk menyejahterakan
umat manusia. filsafat ilmu mencoba mengembalikan roh dan nilai luhur dari ilmu, agar ilmu
tidak menjadi boomerang bagi kehidupan manusia. Filsafat ilmu akan mempertegas bahwa
ilmu dan teknologi adalah instrument dalam mencapai kesejahteraan bukan tujuan. Moral etika
adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki
nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan
tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang
harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan
proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi .Moral
dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau
sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan
di Sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral
adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.

1.2 Rumusan Masalah


• Apa itu ilmu pengetahuan?
• Apa itu teknologi?
• Apa itu etika dan moral?

1
• Bagaimana relasi antara ilmu pengetahuan,teknologi dan moral?

1.3 Tujuan
• Mengetahui pengertian filsafat, ilmu pengetahuan-teknologi dan moral
• Mengetahui dan memahami hubungan filsafat, ilmu pengetahuan-teknologi dan moral

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan


Pengertian kata “ilmu” secara bahasa adalah pengetahuan tentang sesuatu yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu dibidang itu. Ilmu atau Sains merupakan komponenter besar yang
diajarkan dalam semua strata pendidikan.
Ciri-ciri utama ilmu secara terminologi adalah:
1. Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat
diukur dan dibuktikan.
2. Koherensi sistematik ilmu.
3. Tidak memerlukan kepastian lengkap.
4. Bersifat objektif.
5. Adanya metodologi.
6. Ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya.

2.2 Pengertian Teknologi


Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-
alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan realisasi hidupnya di dalam dunia.
Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani: techne)
manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu
yang mempelajari tentang “techne” manusia.
Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari kandungan kata
“teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari
manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem
atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai
suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi ia
bahkan telah menjadi suatu “daya pencipta” yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang
pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia yang lain.

2.3 Pengeritian Moral


Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian
terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah

3
laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang
itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik,
begitu juga sebaliknya.

2.1 Hubungan ilmu pengetahuan,teknologi dan moral


A. Hubungan ilmu dengan teknologi
Kekhususan ilmu dibandingkan pengetahuan terletak pada kemampuan
manusia untuk menyadari pengetahuan yang diperolehnya secara spontan dan langsung
itu serta membuatnya teratur dalam suatu sistem, sehingga bila orang lain menanyakan,
ia bisa menerangkan dan mempertanggungjawabkan. Dengan perkataan lain,
pengetahuan-pengetahuan yang telah ada dikumpulkan, lalu diatur dan disusun
sehingga masuk akal dan bisa dimengerti orang lain.
Proses sistematisasi pengetahuan menjadi ilmu biasanya melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
• Tahap perumusan pertanyaan sebaik mungkin.
• Merancang hipotesis yang mendasar dan teruji
• Menarik kesimpulan logis dari pengandaian-pengandaian.
• Merancang teknik men-tes pengandaian-pengandaian.
• Menguji teknik itu sendiri apakah memadai dan dapat diandalkan.
• Tes itu sendiri dilaksanakan dan hasil-hasilnya ditafsirkan.
• Menilai tuntutan kebenaran yang diajukan oleh pengandaian-pengandaian
itu serta menilai kekuatan teknik tadi.
• Menetapkan luas bidang berlakunya pengandaian-pengandaian serta
teknik dan merumuskan pertanyaan baru.
• Ilmu adalah sistematisasi, metodis dan logis. Pengetahuan
disistematisasikan menjadi ilmu bisa lewata induksi dan deduksi.
Penelitian adalah penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan.
Penelitian memegang peranan dalam:
➢ Membantu manusia memperoleh pengetahuan baru.
➢ Memperoleh jawaban suatu pertanyaan.
➢ Memberikan pemecahan atas suatu masalah.

4
Fungsi penelitian adalah membantu manusia meningkatkan kemampuannya
untuk menginterpreatasikan fenomena-fenomena masyarakat yang kompleks dan kait-
mengait sehingga fenomen itu mampu membantu memenuhi hasrat ingin manusia. Ciri
berpikir ilmiah adalah skeptik, analitik, kritis.
Ilmu pengetahuan mendorong teknologi, teknologi mendorong penelitian,
penelitian menghasilkan ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan baru mendorong
teknologi baru.
B. Hubungan ilmu pengetahuan dengan moral
Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji
secara terbuka oleh masyarakat. Jikalau hasil penemuan perseorangan tersebut
memenuhi syarat-syarat keilmuan maka ia akan diterima sebagai bagian dari kumpulan
ilmu pengetahuan dan dapat digunakan dalam masyarakat.
Moral merupakan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk
menemukan kebenaran dan terlebih-lebih lagi untuk mempertahankan kebenaran,
diperlukan keberanian moral. Moral berkaitan dengan metafisika keilmuan maka
masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah.
Ilmu dan moral adalah dua kata yang memiliki makna berbeda namun
sebenarnya kedua makna kata tersebut saling melengkapi dan berhubungan erat dengan
kepribadian seseorang. Sejak saat pertumbuhannya, ilmu sudah terkait dengan masalah
moral. Ketika Copernicus (1473—1543) mengajukan teorinya tentang kesemestaan
alam dan menemukan bahwa "bumi yang berputar mengelilingi matahari" dan bukan
sebaliknya seperti yang dinyatakan dalam ajaran agama maka timbullah interaksi antara
ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang berkonotasi metafisik.
Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya, sedangkan di pihak
lain terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan kepada pernyataan-pernyataan (nilai-
nilai) yang terdapat dalam ajaran-ajaran di luar bidang keilmuan (nilai moral), seperti
agama.
Dari interaksi ilmu dan moral tersebut timbullah konflik yang bersumber pada
penafsiran metafisik yang berkulminasi pada pengadilan inkuisisi Galileo pada tahun
1633. Galileo oleh pengadilan agama dipaksa untuk mencabut pernyataan bahwa bumi
berputar mengelilingi matahari.
Ketika ilmu dapat mengembangkan dirinya, yakni dari pengembangan
konsepsional yang bersifat kontemplatif disusul penerapan-penerapan konsep ilmiah ke
masalah-masalah praktis atau dengan perkataan lain dari konsep ilmiah yang bersifat
5
abstrak menjelma dalam bentuk konkret yang berupa teknologi, konflik antarilmu dan
moral berlanjut. Seperti kita ketahui, dalam tahapan penerapan konsep tersebut ilmu
tidak saja bertujuan menjelaskan gejala-gejala alam untuk tujuan pengertian dan
pemahaman, tetapi lebih jauh lagi bertujuan memanipulasi faktor-faktor yang terkait
dalam gejala tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Bertrand
Russel menyebut perkembangan ini sebagai peralihan ilmu dari tahap “kontemplasi ke
manipulasi” .
Dalam tahap manipulasi ilmu, masalah moral muncul kembali. Jika dalam
kontemplasi masalah moral berkaitan dengan metafisika keilmuan maka dalam tahap
manipulasi masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah atau
secara filsafat dapat dikatakan bahwa dalam tahap pengembangan konsep terdapat
masalah moral yang ditinjau dari segi ontologis keilmuan, sedangkan dalam tahap
penerapan konsep terdapat masalah moral yang ditinjau dari segi aksiologi keilmuan.
Aksiologi itu sendiri adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh.

C. Hubungan teknologi dengan moral


Teknologi adalah mesin penggerak pertumbuhan melalui industri. Oleh sebab
itu, tepat momentumnya jika kita merenungkan masalah teknologi, memperkirakan apa
yang ingin kita capai dan bagaimana caranya memperoleh teknologi yang kita perlukan
itu, serta mengamati betapa besar dampaknya terhadap transformasi budaya kita.
Sebagian dari kita beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru.
Padahal, kalau kita membaca sejarah, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan
merupakan suatu gejala kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri.
Moral (Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki
moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata
manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi
individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
Moral juga dapat diartikan sebagai sikap,perilaku,tindakan,kelakuan yang
dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan
pengalaman,tafsiran,suara hati,serta nasihat.

6
Hubungannya Dari penjelasan kedua aspek tersebut yaitu pada zaman sekarang
ini kehidupan masyarakat bersifat heterogen dan hedonis, maksudnya kehidupan
sosialnya berbeda-beda dan lebih kecenderungan individualisme atau lebih
mementingkan kepentingannya sendiri. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan
kecemburuan social akan terjadi. Satu hal yang baru-baru ini sedang ramai
dibincangkan adalah video mesum artis, hal tersebut merupakan ketidakseimbangan
antara moral dan berteknologi karena mereka tidak bisa menempatkan penggunaan
teknologi tepat guna yang beretika dan bermoral.
Tetapi apabila kita sebagai manusia menerapkan etika dan moral yang baik dan
benar maka hal – hal buruk akan dapat diminimalisir melainkan dengan adanya
teknologi baru maka suatu teknologi tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang baru
yang dapat mempermudah atau mempercepat segala kegiatan manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Seharusnya keselarasan antara etika, moral dan berteknologi
dapat dimanfaatkan dengan tepat tujuan. Misalnya penemuan mesin penggerak roda
yang menggunakan bahan bakar solar (tenaga matahari) oleh ilmuwan, sumber bahan
bakar tersebut masih tersedia banyak dan irit dalam penggunaannya.
Maka hubungan antara moral dan teknologi harus dijalankan secara bersamaan
sesuai nilai-nilai normanya yang telah diatur dalam agama atau hukum negara yang
berlaku sehingga akan terciptanya suatu keselarasan yang baik dalam berteknologi.
Jangan sampai terciptanya penyalahgunaan teknologi melainkan harus terciptanya
manfaat baik yg tepat guna dari teknologi tersebut karena tanpa adanya etika dan moral
yg baik maka tidak ada pula teknologi yang baik.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kemajuan Dalam Sebuah teknologi dapat berakibat positif maupun negatif. Agar dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berdampak positif bagi manusia perlu dikendalikan oleh
moral. Moral merupakan penilaian terhadap tingkah laku serta sebagai
sikap,perilaku,tindakan,kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan
sesuatu berdasarkan pengalaman,tafsiran,suara hati,serta nasihat.

3.2 Saran
Dengan mempelajari ilmu pengetahuan,teknologi dan etika/moral serta relasinya, kita
dapat memaknai dan menghayati hidup dengan lebih sempurna, mengoptimalkan
kebermanfaatan ilmu melalui teknologi yang didasarkan pada etika sehingga dalam
mengambil tindakan, kita harus mempertimbangkannya terlebih dahulu agar tidak merugikan
diri sendiri dan orang lain melainkan kebermanfaataan yang diperoleh.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan. http://elearning.gunadarma.ac.id.


20/11/2009.

http://forumteologi.com/blog/2007/04/30/sefnat/ 14 nov/ 21.13

http://elhasyimieahmad.multiply.com/reviews/item/29

Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qu'ran, Grafindo, Jakarta, 1996, hal. 7.

Anda mungkin juga menyukai