Anda di halaman 1dari 25

ARTIKEL FILSAFAT ILMU

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Filsafat ilmu

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : M. Zainur Julian Alfan


NIM : L1C020052
Fakultas&Prodi : Fispol-Sosiologi
Semester :1

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
terstruktur mata kuliah Filsafat Ilmu ini. Selain itu, penulis juga berharap agar tugas ini
memberi manfaat dan wawasan bagi pembacanya.

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas perjuangannya membawa umatnya kejalan yang terang benderang dan
membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman yang kaya akan ilmu seperti
sekarang ini.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Filsafat Ilmu yang telah meberikan ilmu
yang sangat berharga bagi saya.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat di kemud ian hari bagi saya
dan khalayak banyak yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai filsafat. Dengan
kerendahan hati saya mengucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam proses
pembuatan tugas. Saya berharap terbuka atas kritik dan saran sebagai bagian dari
revrensi.

Penyusun, Mataram, 14 Oktober 2020

M. Zainur Julian Alfan


L1C020052
DAFTAR ISI

Contents
BAB I............................................................................................................................. 4
FILSAFAT ILMU............................................................................................................. 4
2. Objek Formal Filsafat Ilmu.........................................................................................7
BAB II......................................................................................................................... 8
Pengertian.................................................................................................................. 8
BAB III.................................................................................................................. 15
TOKOH-TOKOH FILSAFAT DAN PENDAPATNYA TENTANG BEING................15
BAB I

FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakikat ilmu.[1] Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan
implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di
sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu
berusaha menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep
dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan,
bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui
teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan
metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan
kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan
terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.

Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang


menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, tiang penyangga itu ada tiga macam
yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

1. Ontologi

Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On berarti being, dan Logos berarti
logic. Jadi ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan
sebagai keberadaan). Sedangkan menurut Amsal Bakhtiar, ontologi berasal dari kata
ontos yang berarti sesuatu yang berwujud. Ontologi adalah teori atau ilmu tentang
wujud, tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak banyak berdasarkan pada alam nyata
tetapi berdasarkan pada logika semata.Noeng Muhadjir mengatakan bahwa ontologi
membahas tentang yang ada, yang tidak terkait oleh satu perwujudan tertentu.
Sedangkan jujun mengatakan bahwa ontologi membahas apa yang kita ketahui,
seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan kata lain suatu pengkajianmengenai teori
tentang yang ada. Sidi Gazalba mengatakan bahwa ontologi mempersoalkan sifat dan
keadaan terakhir dari kenyataan. Karena itu ontologi disebut ilmu hakikat, hakikat yang
bergantung pada pengetahuan. Dalam agama ontologi memikirkan tentang tuhan.Jadi
dapat disimpulakan bahwa ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada yang merupakan kebenaran dan kenyataan baik yang berbentuk jasmani atau
konkret maupun rohani atau abstrak.

Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. untuk
menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam
perkembangannya Christian Wolff (1679-1754 M) membagi metafisika menjadi dua,
yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksud sebagai
istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafisika umum adalah cabang filsafat
yang membicarakann prinsip yang paling dasar atau dalam dari segala sesuatu yang
ada. Sedangkan metafisika khusus dibagi menjadi tiga yaitu kosmologi (membicarakan
tentang alam semesta), psikologi (membicarakan tentang jiwa manusia), dan teologi
(membicarakan tentang Tuhan).

2. Epistemologi

Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, pengendalian-pengendalian, dan dasar-dasarnya
serta pengertian mengenai pengetahuan yang dimiliki, mula-mula manusia percaya
bahwa dengan kekuatan pengenalanya ia dapat mencapai realitas sebagaimana
adanya. Mereka mengandalikan begitu saja bahwa pengetahuan mengenai kodrat itu
mungkin, meskipun beberapa di antara mereka menyarankan bahwa pengetahuan
mengenai struktur kenyataan dapat lebih dimunculkan dari sumber-sumber tertentu
ketimbang sumber-sumber lainya. Pengertian yang diperoleh oleh manusia melalui
akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, di
antaranya adalah:

a) Metode Induktif

Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi


yang disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.

b) Metode Deduktif

Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih
lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.hal yang harus ada dalam metode
deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan itu sendiri.penyelidikan
bentuk logis itu bertujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah.

c) Metode Positivisme

Metode ini dikeluarkan oleh Agus Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa
yang telah diketahui, faktual dan positif. Ia menyampaikan segala uraian atau
persoalan di luar yang ada sebagai fakta.apa yang diketahui secara positif adalah
segala yang tampak dari segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang
filsafat dan ilmu dibatasi kepada bidang gejala saja."

d) Metode Kontemplatif

Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda yang
harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut intuisi

e) Metode Dialektis

Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai
kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato mengartikannya
sebagai diskusi logika. Kini dialektika berarti tahapan logika yang mengajarkan kaidah-
kaidah dan metode-metode penuturan, juga menganalisis sistematik tentang ide untuk
mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.

3. Aksiologi

Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang berarti nilai dan logos yang
berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai“. Menurut Bramel, aksiologi
terbagi dalam tiga bagian yaitu moral conduct (tindakan moral), esthetic expression
(ekspresi keindahan), dan sosio-political life (kehidupan sosial politik). Sedangkan
menurut Jujun S. Suriansumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa
aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation
yaitu nilai yang digunakan sebagai kata benda abstrak, nilai sebagai benda konkret,
dan nilai digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, member nilai dan
dinilai. Dari definisi di atas terlihat jelas bahwa aksiologi menjelaskan tentang nilai. Nilai
yang dimaksud disini adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.

Nilai dalam filsafat mengacupadapermasalahan etika dan estetika. Makna “etika“


dipakai dalam dua bentuk arti yaitu suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian
terhadap perbuatan manusia, dan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal,
perbuatan manusia. Maka akan lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal dari
sebuah etika adalah norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika
mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik dalam suatu
kondisi. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan
yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.

F. Objek Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu lainnya juga memiliki dua
macam objek yaitu objek material dan objek formal.

1. Objek Material Filsafat ilmu

Objek Material filsafat ilmu yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh
suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang
abstrak.Menurut Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik
yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan.
Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :

a) Ada yang bersifat umum, yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada
umumnya

b) Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak dan tidak mutlak
yang terdiri dari manusia dan alam.
2. Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek
materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat
ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan yang artinya filsafat ilmu lebih menaruh
perhatiannya terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan. Seperti apa hakikat ilmu
pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran " ilmiah dan apa fungsi ilmu itu
bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu
pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.

. Filsafat Ilmu adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat sangat
dibutuhkan dalam membuktikan suatu aksiden atau fenomena dan Subtansi karena
dengan filsafat lah bisa terbukti sesuatu itu ada atau mungkin ada, karena dengan akal
lah bisa membuktikan suatu substansi dan substansi itu terbentuknya dari filsafat.
Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis
terhadap kegiatan ilmiah. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji,
mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderungan kita menerapkan
suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu
sikap yang diperlukan disini adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan
struktur ilmu pengetahuan bukan sebaliknya.

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menjadi
ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan sangat
bergantung pada metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh
dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif.

Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian tentang
sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai
kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana filsafat selalu
mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan
menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha menemukan
jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan langkah-langkah
yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Penilaian dan jawaban
yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan
masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai kebenaran yang dicari."
BAB II
Pengertian

1. Kata Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi menurut bahasa berasal dari bahasa
Yunani. Kata Ontologi berasal dari kata “Ontos” yang berarti “berada (yang
ada)”. Kata Epistemologi berasal dari bahasa Yunani artinya knowledge yaitu
pengetahuan.3Kata tersebut terdiri dari dua suku kata yaitu logia artinya
pengetahuan dan epistemeartinya tentang pengetahuan.Jadi pengertian
etimologi tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa epistemologi merupakan
pengetahuan tentang pengetahuan. Dan kata Aksiologi berasal dari kata
“Axios” yang berarti “bermanfaat”. Ketiga kata tersebut ditambah dengan kata
“logos” berarti”ilmu pengetahuan, ajaran dan teori”.Menurut istilah, Ontologi
adalah ilmu hakekat yang menyelidiki alam nyata ini dan bagaimana keadaan
yang sebenarnya. Epistemologi adalah ilmu yang membahas secara
mendalam segenap proses penyusunan pengetahuan yang benar.Sedangkan
Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau
dari sudut kefilsafatan.Dengan demikian Ontologi adalah ilmu pengetahuan
yang meneliti segala sesuatu yang ada. Epistemologi adalah ilmu yang
membahas tentang teori, sedangkan Aksiologi adalah kajian tentang nilai ilmu
pengetahuan.

A. Ontologi
Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian dari

metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat. Obyek telaah
ontologi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudantertentu, ontologi
membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimu
atsetiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya. Setelah
menjelajahi segala bidang utama dalam ilmu filsafat, seperti filsafat manusia, alam
dunia, pengetahuan, kehutanan, moral dan sosial, kemudian disusunlah uraian
ontologi. Maka ontologi sangat sulit dipahami jika terlepas dari bagian-bagian dan
bidang filsafat lainnya. Dan ontologi adalah bidang filsafat yang paling sukar.Metafisika
membicarakan segala sesuatu yang dianggap ada, mempersoalkan hakekat. Hakekat
ini tidak dapat dijangkau oleh panca indera karena tak terbentuk, berupa, berwaktu dan
bertempat. Dengan mempelajari hakikat kita dapat memperoleh pengetahuan dan
dapat menjawab pertanyaan tentang apa hakekat ilmu itu.Ditinjau dari segi ontologi,
ilmu membatasi diri pada kajian yang bersifat empiris. Objek penelaah ilmu mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa hal-hal yang sudah berada diluar jangkauan
manusia tidak dibahas oleh ilmu karena tidak dapat dibuktikan secara metodologis dan
empiris, sedangkan ilmu itu mempunyai ciri tersendiri yakni berorientasi pada dunia
empiris.Berdasarkan objek yang ditelaah dalam ilmu pengetahuan dua macam:
1. Obyek material (obiectum materiale, material object) ialah seluruh lapangan atau
bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu.

2. Obyek Formal (obiectum formale, formal object) ialah penentuan titik pandang
terhadap obyek material.Untuk mengkaji lebih mendalam hakekat obyek empiris, maka
ilmu membuat beberapa asumsi (andaian) mengenai objek itu. Asumsi yang sudah
dianggap benar dan tidak diragukan lagi adalah asumsi yang merupakan dasar dan
titik tolak segala pandang kegiatan. Asumsi itu perlu sebab pernyataan asumtif itulah
yang memberikan arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan.Ada beberapa asumsi
mengenai objek empiris yang dibuat oleh ilmu, yaitu:

Pertama, menganggap objek-objek tertentu mempunyai kesamaan antara yang satu


dengan yang lainnya, misalnya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya.

Kedua, menganggap bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka
waktu tertentu.

Ketiga, determinisme yakni menganggap segala gejala bukan merupakan suatu


kejadian yang bersifat kebetulan. Asumsi yang dibuat oleh ilmu bertujuan agar
mendapatkan pengetahuan yang bersifat analitis dan mampu menjelaskan berbagai
kaitan dalam gejala yang tertangguk dalam pengalaman manusia.
Asumsi itupun dapat dikembangkan jika pengalaman manusia dianalisis dengan
berbagia disiplin keilmuan dengan memperhatikan beberapa hal; Pertama,asumsi
harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan. Asumsi ini harus
operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis. Kedua, asumsi harus
disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya” bukan “bagaimana keadaan yang
seharusnya”.Asumsi pertama adalah asumsi yang mendasari telaah ilmiah, sedangkan
asumsi kedua adalah asumsi yang mendasari moral. Oleh karena itu seorang ilmuan
harus benar-benar mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis keilmuannya,
sebab mempergunakan asumsi yang berbeda maka berbeda pula konsep pemikiran
yang dipergunakan. Suatu pengkajian ilmiah hendaklah dilandasi dengan asumsi
yangtegas, yaitu tersurat karena yang belum tersurat dianggap belum diketahui atau
belum mendapat kesamaan pendapat.Pertanyaaan mendasar yang muncul dalam
tataran ontologi adalah untuk apa penggunaan pengetahuan itu? Artinya untuk apa
orang mempunyai ilmu apabila kecerdasannya digunakan untuk menghancurkan orang
lain, misalnya seorang ahli ekonomi yang memakmurkan saudaranya tetapi
menyengsarakan orang lain, seorangilmuan politik yang memiliki strategi perebutan
kekuasaan secara licik.

B. Epistemologi
Terjadi perdebatan filosofis yang sengit di sekitar pengetahuan manusia, yang
menduduki pusat permasalahan di dalam filsafat, terutama filsafat modern.
Pengetahuan manusia adalah titik tolak kemajuan filsafat, untuk membina filsafat yang
kukuh tentang semesta (universe) dan dunia. Maka sumber-sumber pemikiran
manusia, kriteria-kriteria, dan nilai-nilainya tidak ditetapkan, tidaklah mungkin
melakukan studi apa pun, bagaimanapun bentuknya.Salah satu perdebatan besar itu
adalah diskusi yang mempersoalkan sumbersumber dan asal-usul pengetahuan
dengan meneliti, mempelajari dan mencoba mengungkapkan prinsip-prinsip primer
kekuatan struktur pikiran yang dianugerahkan kepada manusia. Maka dengan
demikian ia dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: Bagaimana
pengetahuan itu muncul dalam diri manusia? Bagaimana kehidupan intelektualnya
tercipta, termasuk setiap pemikiran dan kinsep-konsep (nations) yang muncul sejak
dini ? dan apa sumber yang memberikan kepada manusia arus pemikiran dan
pengetahuan ini ?Sebelum menjawab semua pertanyaan-petanyaan di atas, maka kita
harus tahu bahwa pengetahuan (persepsi) itu terbagi, secara garis besar, menjadi dua.
Pertama,konsepsi atau pengetahuan sederhana. Kedua tashdiq (assent atau
pembenaran), yaitu pengetahuan yang mengandung suatu penilaian. Konsepsi dapat
dicontohkan dengan penangkapan kita terhadap pengertian panas, cahaya atau suara.
Tashdiq dapat dicontohkan dengan penilaian bahwa panas adalah energi yang datang
dari matahari dan bahwa matahari lebih bercahaya daripada bulan dan bahwa atom itu
dapat meledak. Jadi antar konsepsi dan tashdiq sangat erat kaitannya, karena
konsepsi merupakan penangkapan suatu objek tanpa menilai objek itu, sedangkan
tashdiq, adalah memberikan pembenaran terhadap objek.Pengetahuan yang telah
didapatkan dari aspek ontologi selanjutnya digiring ke aspek epistemologi untuk diuji
kebenarannya dalam kegiatan ilmiah. Menurut Ritchie Calder proses kegiatan ilmiah
dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
adanya kontak manusia dengan dunia empiris menjadikannya ia berpikir tentang
kenyataan-kenyataan alam.Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri yang spesifik
mengenai apa, bagaimana dan untuk apa, yang tersusun secara rapi dalam ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. Epistemologi itu sendiri selalu dikaitkan dengan ontologi
dan aksiologi ilmu. Persoalan utama yang dihadapi oleh setiap epistemologi
pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana cara mendapatkan pengetahuan yang
benar dengan mempertimbangkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing
ilmu.Kajian epistemologi membahas tentang bagaimana proses mendapatkan ilmu
pengetahuan, hal-hal apakah yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan
yang benar, apa yang disebut kebenaran dan apa kriterianya.Objek telaah
epistemologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang, bagaimana kita
mengetahuinya, bagaimana kita membedakan dengan lainnya, jadi berkenaan dengan
situasi dan kondisi ruang serta waktu mengenai sesuatu hal.Jadi yang menjadi
landasan dalam tataran epistemologi ini adalah proses apa yang memungkinkan
mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur
memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, apa yang disebut
dengan kebenaran ilmiah, keindahan seni dan kebaikan moral. Dalam memperoleh
ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan tidak cukup dengan berpikir secara rasional
ataupun sebaliknya berpikir secara empirik saja karena keduanya mempunyai
keterbatasan dalam mencapai kebenaran ilmu pengetahuan. Jadi pencapaian
kebenaran menurut ilmu pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah yang
merupakan gabungan atau kombinasi antara rasionalisme dengan empirisme sebagai
satu kesatuan yang saling melengkapi.Banyak pendapat para pakar tentang metode
ilmu pengetahuan, namun penulis hanya memaparkan beberapa metode keilmuan
yang tidak jauh beda dengan proses yang ditempuh dalam metode ilmiahMetode
ilmiah adalah suatu rangkaian prosedur tertentu yang diikuti untuk mendapatkan
jawaban tertentu dari pernyataan yang tertentu pula. Epistemologi dari metode
keilmuan akan lebih mudah dibahas apabila mengarahkan perhatian kita kepada
sebuah rumus yang mengatur langkah-langkah proses berfikir yang diatur dalam suatu
urutan tertentuKerangka dasar prosedur ilmu pengetahuan dapat diuraikan dalam
enam langkah sebagai berikut:

a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah


b. Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan
c. Penyusunan atau klarifikasi data

d. Perumusan hipotesis
e. Deduksi dari hipotesis
f. Tes pengujian kebenaran (Verifikasi)

Keenam langkah yang terdapat dalam metode keilmuan tersebut masingmasing


terdapat unsur-unsur empiris dan rasional.Menurut AM. Saefuddin bahwa untuk
menjadikan pengetahuan sebagai ilmu (teori) maka hendaklah melalui metode ilmiah
yang terdiri atas dua pendekatan: Pendekatan deduktif dan Pendekatan induktif.
Kedua pendekatan ini tidak dapat dipisahkan dengan menggunakan salah satunya
saja, sebab deduksi tanpa diperkuat induksi dapat dimisalkan sport otak tanpa mutu
kebenaran, sebaliknya induksi tanpa deduksi menghasilkan buah pikiran yang
mandul.Proses metode keilmuan pada akhirnya berhenti sejenak ketika sampai pada
titik “pengujian kebenaran” untuk mendiskusikan benar atau tidaknya suatu ilmu. Ada
tiga ukuran kebenaran yang tampil dalam gelanggang diskusi mengenai teori
kebenaran, yaitu teori korespondensi, koherensi dan pragmatis.Penilaian ini sangat
menentukan untuk menerima, menolak, menambah atau merubah hipotesa,
selanjutnya diadakanlah teori ilmu pengetahuan.

C. Aksiologi

Sampailah pembahasan kita kepada sebuah pertanyaan: Apakah kegunaan ilmu itu
bagi kita? Tak dapat dipungkiri bahwa ilmu telah banyak mengubah dunia dalam
memberantas berbagai termasuk penyakit kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah
kehidupan yang duka. Namun apakah hal itu selalu demikian: ilmu selalu merupakan
berkat dan penyelamat bagi manusia. Seperti mempelajari atom kita bisa
memanfaatkan wujud tersebut sebagai sumber energy bagi keselamatan manusia,
tetapi dipihak lain hal ini bisa juga berakibat sebaliknya, yakni membawa manusia
kepada penciptaan bom atom yang menimbulkan malapetaka.Jadi yang menjadi
landasan dalam tataran aksiologi adalah untuk apa pengetahuan itu digunakan?
Bagaimana hubungan penggunaan ilmiah dengan moral etika? Bagaimana penentuan
obyek yang diteliti secara moral? Bagimana kaitan prosedur ilmiah dan metode ilmiah
dengan kaidah moral?Demikian pula aksiologi pengembangan seni dengan kaidah
moral, sehingga ketika seni tari dangdut Inul Dartista memperlihatkan goyangnya di
atas panggungyang ditonton khalayak ramai, sejumlah ulama dan seniman menjadi
berang.Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penemuan nuklir
dapat menimbulkan bencana perang, penemuan detektor dapat mengembangkan alat
pengintai kenyamanan orang lain, penemuan cara-cara licik ilmuan politik dapat
menimbulkan bencana bagi suatu bangsa, dan penemuan bayi tabung dapat
menimbulkan bancana bagi terancamnya perdaban perkawinan.Berkaitan dengan
etika, moral, dan estetika maka ilmu itu dapat dibagi menjadi dua kelompok:
1. Ilmu Bebas Nilai
Berbicara tentang ilmu akan membicarakan pula tentang etika, karena sesungguhnya
etika erat hubungannya dengan ilmu. Bebas nilai atau tidaknya ilmu merupakan
masalah rumit, jawabannya bukan sekadar ya atau tidak.Sebenarnya sejak saat
pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalahmasalah moral namun dalam
perspektif yang berbeda. Ketika Copernicus (1473-1543 M) mengajukan teorinya
tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang berputar mengelilingi
matahari” dan bukan sebaliknya seperti yang diajarkan oleh agama (gereja) maka
timbullah reaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang
berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam sedangkan dipihak
lain terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan pada pernyataan-pernyataan nilai
berasal dari agama sehingga timbullah konflik yang bersumber pada penafsiran
metafisik yang berakumulasi pada pengadilan inkuisisi Galileo pada tahun 1633 M.

Vonis inkuisisi Galileo memengaruhi perkembangan berpikir di Eropa, yang pada


dasarnya mencerminkan pertentangan antara ilmu yang ingin bebas dari nilainilai di
luar bidang keilmuan dan ajaran-ajaran (agama). Pada kurun waktu itu para ilmuan
berjuang untuk menegakkan ilmu yang berdasarkan penafsiran alam dengan
semboyan “ilmu yang bebas nilai”. Latar belakang otonomi ilmu bebas dari ajaran
agama (gereja) dan leluasa ilmu dapat mengembangkan dirinya. Pengembangan
konsepsional yang bersifat kontemplatif kemudian disusul dengan penerapan
konsepkonsep ilmiah kepada masalah-masalah praktis. Sehingga Berthand Russell
menyebut perkembangan ini sebagai peralihan ilmu dari tahap kontemplasi ke
manipulasi.Dengan tahap perkembangan ilmu ini berada pada ambang kemajuan
karena pikiran manusia tak tertundukkan pada akhirnya ilmu menjadi suatu kekuatan
sehingga terjadilah dehumanisasi terhadap seluruh tatanan hidup
manusia.Menghadapi fakta seperti ini ilmu pada hakekatnya mempelajari alam dengan
mempertanyakan yang bersifat seharusnya, untuk apa sebenarnya ilmu itu
dipergunakan, dimana batas wewenang penjelajahan keilmuan dan ke arah mana
perkembangan keilmuan ini diarahkan. Pertanyaan ini jelas bukan urgensi bagi ilmuan
seperti Copernicus, Galileo dan ilmuan seangkatannya, namun ilmuan yang hidup
dalam abad kedua puluh yang telah dua kali mengalami perang dunia dan bayangan
perang dunia ketiga. Pertanyaan ini tidak dapat dielakkan dan untuk menjawab
pertanyaan ini maka ilmu berpaling kepada hakekat moral.Masalah moral dalam
menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifat destruktif para ilmuan terbagi
dalam dua pendapat. Golongan pertama menginginkan ilmu netral dari nilai-nilai baik
secara ontologis, epistemologis, maupun aksiologis. Golongan kedua berpendapat
bahwa netralitas ilmu hanya terbatas pada metafisik keilmuan, namun dalam
penggunaannya harus berlandaskan pada moral.Einstein pada akhir hayatnya tak
dapat menemukan agama mana yang sanggup menyembuhkan ilmu dari
kelumpuhannya dan begitu pula moral universal manakah yang dapat mengendalikan
ilmu, namun Einstein ketika sampai pada puncak pemikirannya dan penelaahannya
terhadap alam semesta ia berkesimpulan bahwa keutuhan ilmu merupakan integrasi
rasionalisme, empirisme dan mistis intuitif. Perlunya penyatuan ideology tentang
ketidak netralan ilmu ada beberapa alasan, namun yang penting dicamkan adalah
pesan Einstein pada masa akhir hayatnya “Mengapa ilmu yang begitu indah, yang
menghemat kerja, membikin hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang
sedikit sekali pada kita”. Adapun permasalahan dari keluhan Einstein adalah
pemahaman dari pemikiran Francis Bacon yang telah berabad-abad telah mengekang
dan mereduksi nilai kemanusiaan dengam ide “pengetahuan adalah kekuasaan”.

Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa, ilmu yang dibangun atas dasar
ontologi, epistemologi dan aksiologi haruslah berlandaskan etika sehingga ilmu itu
tidak bebas nilai2. Teori tentang nilaiPembahasan tentang nilai akan dibicarakan
tentang nilai sesuatu, nilai perbuatan, nilai situasi, dan nilai kondisi. Segala sesuatu
kita beri nilai. Pemandangan yang indah, akhlak anak terhadap orang tuanya dengan
sopan santun, suasana lingkungan dengan menyenangkan dan kondisi badan dengan
nilai sehat.Ada perbedaan antara pertimbangan nilai dengan pertimbangan fakta.
Fakta berbentuk kenyataan, ia dapat ditangkap dengan pancaindra, sedang nilai hanya
dapat dihayati.30 Walaupun para filosof berbeda pandangan tentang defenisi nilai,
namun pada umumnya menganggap bahwa nilai adalah pertimbangan tentang
penghargaan.Pertimbangan fakta dan pertimbangan nilai tidak dapat dipisahkan,
antara keduanya karena saling memengaruhi. Sifat-sifat benda yang dapat diamati
juga termasuk dalam penilaian. Jika fakta berubah maka penilaian kita berubah ini
berarti pertimbangan nilai dipengaruhi oleh fakta.Fakta itu sebenarnya netral, tetapi
manusialah yang memberikan nilai kedalamannya sehingga ia mengandung nilai.
Karena nilai itu maka benda itu mempunyai nilai. Namun bagaimanakah criteria benda
atau fakta itu mempunyai nilai.Teori tentang nilai dapat dibagi menjadi dua yaitu nilai
etika dan nilai estetika, Etika termasuk cabang filsafat yang membicarakan perbuatan
manusia dan memandangnya dari sudut baik dan buruk. Adapun cakupan dari nilai
etika adalah: Adakah ukuran perbuatan yang baik yang berlaku secara universal bagi
seluruh manusia, apakah dasar yang dipakai untuk menentukan adanya norma-norma
universal tersebut, apakah yang dimaksud dengan pengertian baik dan buruk dalam
perbuatan manusia, apakah yang dimaksud dengan kewajiban dan apakah implikasi
suatu perbuatan baik dan buruk.Nilai etika diperuntukkan pada manusia saja, selain
manusia (binatang, benda, alam) tidak mengandung nilai etika, karena itu tidak
mungkin dihukum baik atau buruk, salah atau benar. Contohnya dikatakania mencuri,
mencuri itu nilai etikanya jahat. Dan orang yang melakukan itu dihukum bersalah.
Tetapi kalau kucing mengambil ikan dalam lemari, tanpa izin tidak dihukum bersalah.
Yang bersalah adalah kita yang tidak hati-hati, tidak menutup atau mengunci pintu
lemari. Adapun estetika merupakan nilai-nilai yang berhubungan dengan kreasi seni,
dan pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan seni atau kesenian. Kadang
estetika diartikan sebagai filsafat seni dan kadang-kadang prinsip yang berhubungan
dengan estetika dinyatakan dengan keindahan. Syarat estetika terbatas pada
lingkungannya, disamping juga terikat dengan ukuran-ukuran etika. Etika menuntut
supaya yang bagus itu baik. Lukisan porno dapat mengandung nilai estetika, tetapi
akal sehat menolaknya, karena tidak etika. Sehingga kadang orang memetingkan nilai
panca-indra dan mengabaikan nilai ruhani. Orang hanya mencari nilai nikmat tanpa
mempersoalkan apakah ia baik atau buruk. Nilai estetika tanpa diikat oleh ukuran etika
dapat berakibat mudarat kepada estetika, dan dapat merusak.

Menurut Randal, ada tiga interpretasi tentang hakikat seni, yaitu:

1. Seni sebagai penembusan (penetrasi) tehadap realisasi disamping pengalaman.


2. Seni sebagai alat untuk kesenangan, seni tidak berhubungan dengan pengetahuan
tentang alam dan memprediksinya , tetapi manipulasi alam untuk kepentingan
kesenangan.
3. Seni sebagai ekspresi sungguh-sungguh tentang pengalaman.
BAB III
TOKOH-TOKOH FILSAFAT DAN PENDAPATNYA TENTANG
BEING

Thales adalah seorang filosof yang hidupnya diantara dua suku Hemorian dan
diperkirakan hidup antara 620-540SM,suku tersebut merupakan suku yang
mempercayai adanya kekuatan para dewa yang memiliki kekuyatan seperti
manusia.Dewa inilah yang dianggap sebagai penggerak alam termasuk adanya
bencana dan gempa bumi.Namun,kepercayaan ini tidak diyakini oleh Thales ,dia
membangun keyakinan dari pandangan naluri dan akal sehatnya sendiri.Dia adalah
orang yang memerdekakan pikiran dan batinnya dari dogma keyakinan agama,dan
berusaha mencari keyakinan melalui hakikat penciptaan alam ini.

Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas persoalan tentang keberadaan


(being)atau eksistensi(existence).Istilah metafisika berasal dari kata Yunani meta ta
physika yang daopat diartikan sesuatu yang ada dibalik atau dibelakang benda-benda
fisik.Aristoteles tidak memakai istilah metafisika melainkan proto philosophia (filsafat
pertama).Filsafat pertama nini memuat uraian tentang suatu yang ada dibelakang
gejala-gejala fisik seperti bergerak,berubah,hidup,mati.

Aristoteles menyebut beberapa istilah yang maknanya setara dengn


metafisika,yaitu:Filsafat pertama(first philosophy),pengetahuan tentang sebab
(knowledge of cause),studi tentang ada sebagai ada(the study of being as being),studi
tentang Ousia(Being),studi tentang hal-hal abadi dan yang tidak dapat bergerak(the
study of the eternal and immovable),dan Theology (Alan R. White,1987:31).

Aliran-Aliran Metafisika

Persoalan metafisika dalam hal keberadaan menimbulkan beberapa aliran


metafisika.Ada yang melihat persoalan keberdaan itu dari segikualitas dan
kuantitas.Aliran metafisika yang melihat keberadaan dari segi kualitas
yaitu;Materialisme dan Spiritualisme.Aliran metafisika yang melihat keberadaan dari
segi kuamntitas adalah Monisme,Dualisme,dan Pluralisme.

Materialisme

Suatu pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada hal yang nyata selain
materi.Bahkan pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan dari materi dan dapat
dikembalikan pada unsur-unsur fisik.Materi adalah sesuatu hal yang kelihatan,dapat
diraba,berbentuk menempati ruang.Hal-halyang bersifat kerohanian seperti
fikiran,jiwa,keyakinan,rasa sedih dan rasa senang,hanyalah unkapan proses
kebendaan.

Tokoh-tokohnya antara lain:


Demiokritos(460-370 SM),berkeyakinan bahwa alam semesta tersusun atas atom-
atom kecil yang memiliki bentuk dan badan.

Thomas Hobbes(1588-1679),berpendapat bahwa segala sesuatu yang terjadi didunia


merupakan gerak dari materi.

Spiritualisme

Suatu pandangan metafisika yang menganggap bahwa kenyataan yang terdalam


adalah roh(Pneuma Nous,Reason,Logos) yaitu roh yang mengisi dan mendasari
seluruh alam.Tokoh spiritualisme yang terkenal adalah Plotinus dan Hegel.

Plotinus(204-270)

Filsafat Plotinus merupakan kelanjutan filsafat Plato,sehingga ajarannya juga dikenal


dengan nama Neo-Platonisme.Plotinus sebagaimana halnya plato,mengarahkan
filsafatnya pada upaya menuju kesatuan melalui tahap-tahap mulai dari
fisik,akal,jiwa,sampai pada titik puncak kesatuan yang dinamakannya Hen.

G.W.F.Hegel

Dalil hegel yang terkenal berbunyi;’’Semua yang real bersifat rasional dan semuanya
yang rasional bersifat’’real’’.Maksudnya adalah bahwa luasnya rasio sama dengan
luasnya realitas.Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran (ide)yang memikirkan
dirinya sendiri(Bertens,1989-68).Pikiran adalah esensi dari alam dan alam adalah
keseluruhan jiwa yang diobjektifkan.Alam adalah proses pikiran yang memudar.Alam
adalah akal mutlak(Absolute Reason),yang mengekspresikan dirinya dalam bentuk
luar.Hegel berpendapat bahwa pembedaan dalam dunia fenomena bersifat
relatif,keadaannya tidak mempengaruhi kesatuan dari akal yang positif
(Titus,1984:321).

Studi filsafat bagi Hegel,mencakup tiga bagian yaitu,logika,Filsafat alam,dan filsafat


Roh.Logika harus dipahami sebagai sistem akal murni.Keseluruhan atau konsep dalam
logika Hegel,merupakan suatu definisi progresi tentang Tuhan atau sesuatu yang
absolut dalam dirinya sendiri.Harun Hadiwijono (1989-101) meringkas filsafat Hegel
kedalam tiga tahap sebagai berikut:

.Tahap ketika Roh berada dalam keadaan’’ada dalam dirinya sendiri’’Ilmu filsafat yang
membicarakan roh berada dalam keadaan ini disebutnya dengan Logika.

.Dalam tahap kedua Roh berada dalam keadaan ‘’berbeda dengan dirinya
sendiri,berbeda dengan yang lain’’.Roh disini keluar dari dirinya sendiri,menjadikan
dirinya ‘’diluar’’ dirinya dalam bentuk alam,yang terkait pada ruang dan waktu.Ilmu
filsafat yag membicarakan ini disebut dengan Filsafat alam.

.Akhirnya tahap ketiga, yaitu tahap ketika Roh kembali pada dirinya sendiri,yaitu
kembali dari pada berada diluar dirinya,sehingga Roh berada dalam keadaa ‘’dalam
dirinya dan bagi dirinya sendiri.Tahap ini menjadi sasaran Filsafat Roh.
Filsafat Hegel dinamakan juga idealisme dan pada hakikatnya idealisme bersifat
monistik,artinya hanya ada satu kenyataan yang diakuinya,yaitu pemikiran.Tampaklah
bahwa didalam idealisme ,termasuk idealisme Hegel , selalu terdapat suatu gerak dari
yang majmuk (plural) ke yang tunggal (unity).Gerak ini menyangkut pemikiran

Aliran metafisika yang melihat keberadaan dari segi kuantitas


meliputi:Monisme,Dualisme,Pluralisme.

.Monisme

Aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan fundamental.Kenyataan


tersebut dapat berupa jiwa,materi,Tuhan atau substansi lainnya yang tidak dapat
dketahui.Monisme ini berasal dari kata monas-adis,padanan kata dari monade yang
artinya kesatuan (Prent,1969:544).Monisme dalam sejarah perkembangan filsafat
Barat,mengandung dua pengertian sebagai berikut.

Periama, monisme secara metafisik berarti pandangan yang menganggap adanya satu
kenyataan dasar.Aliran ini sering disebut Singularisme.

Kedua,monisme secara epistemologis berarti pandangan yang menganggap bahwa


objek yang nyata dan idea tentang presepsi atau konsepsi adalah satu dalam
bentuknya sebagai pengetahuan (Runes,1979:201).

Monisme biasa juga dianut oleh idealisme dan rasionalisme,yang memberikan tekanan
pada sifat dasar yang satu mendasari substansi atau kenyataan.Monisme memiliki
keunggulan dalam hal abstaksi dan daya pengikat dan perekat (kohesi) untuk
menyatukan bagian-bagian yang saling terpisah menjadi satu kesatuan dengan
menemukantitik-titik kesamaan.Monisme lebih menaruh perhatian pada aspek
kesamaan dari pada aspek perbedaan.Seorang penganut monis berkecendrungan
menjadi seorang determinis,karena ia akan cenderung menekankan segalanya dengan
mengorbankan sikap individual,seperti:spontanitas (Ewing,1962:221).

Tokoh-totkohnya antara lain:Thales (625-545 SM) yang berpendapat bahwa kenyataan


yang terdalam satu substansi,yaitu air.Anaximander (610-547 SM) berkeyakinan
bahwa yang merupakan kenyataan terdalam adalah Apeiron,yaitu sesuatu yang tanpa
batas,tak dapat ditentukan dan tidak memiliki persamaan dengan salah satu benda
yang ada dalam dunia.Anaximenes (585-528) berkeyakinan bahwa yang merupakan
unsur kenyataan yang sedalam-dalamnya adalah udara.Filsuf modern yang termasuk
tokoh utama monis adalah Baruch Spinoza.

.Baruch Spinoza Ia berpendapat bahwa hanya ada substansi yaitu Tuhan.Dalam hal ini
Tuhan diidentikan dengan alam (Naturans naturata).Spinoza menegasakan bahwa
realitas ultimate merupakan causa dan merupakan substansi semata-mata
inklusif.Kausalitas adalah kausalitas imanen,dan setiap ada tertentu terletak didalam
satu keberadaan substansi (Runes,1979:298-299).

Substansi adalah sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri dan dikonsepsikan melalui
dirinya atau dengan kata lain suatu konsepsi yang dapat diformulasikan daterbebas
dari konsepsi lainnya.Spizona diklasifikasikan sebagai penganut faham Teologi-
Rasional.

Spizona mendasarkan pandangan filsafatnya pada aksioma-aksioma sebagai berikut:

a.segala sesuatu yang eksi,maka ia eksis didalam dirinya sendiri atau didalam sesuatu
yang lain.

b.sesuatu yang tidak dapat dikonsepsikan melalui sesuatu yang lain,pasti dapat
dikonspsikan melalui dirinya sendiri.

c.dari suatu sebab tertentu yang diajukan,scara niscaya diikuti oleh sebuah akibat:dan
dipihak lain,jika suatu sebab tidak ditentukan,maka tidak mungkin akan diikuti oleh
akibat tertentu pula.

d.pengetauan tentang suatu akibat tergantung pada keterlibatan pengetahuan dari


suatu akibat

E.sesuatu yang tidak lazim tidaka akan dapat dimengerti,karena sesuatau selalu
dimaksudkan bagi yang lain;ini berarti konsepsi sesuatu yang tidak lazim itu dapat
melibatkan konsepsi yang lain.

B).A.N.Whitehead

Whitehead adalah filfuf abad keduapuluan yang membangun pemikiran filsafatnya


melaui kritik atas pemikiran filsafat sebelumnya.Whithead dikenal sebagai filsafat
organisme,yaitu suatu sistem kepercayaan yang mengajukan pandangan integral
untuk memahami tentang manusia.

2.Dualisme

Aliran yang menganggap adanya duan substansi yang masing-masing berdiri


sendiri.Tokoh-totkoh yang termasuk aliran ini adalah Plato(428-348 SM),Immanuel
kant,Descartes.Tokoh Dualisme yang dibicarakan dalam makalah ini adalah Plato

.Plato

Ia membedakan dua dunia yaitu dunia indera (dunia bayang-bayang) dan dunia intelek
(dunia ide).Plato bertitik tolak dari problem hal satu (the one) dan hal banyak (the
many) untuk memahami realitas.Pemikirannya mengenai hal satu dan hal banyak
merupakan sintesa antara dua pemikir besar sebelumnya ,yakni Heraklitus dan
Parmendis.

Heraklitos berpendirian bahwa dalam duniaalamiah tidak ada sesuatu pun yang
tetap.Tidak ada sesuatu dianggap defiitif atau sempurna.Segalasesuatu yang ada
senantiasa ‘’sedang menjadi’’(Bertens,1989;10).Parmenides berpendirian sebaliknya
bahwa mustahil ada perbedaan dan ada kejamakan;hal yang demikian itu hanya
khayalan dan semu.Hal yang mengada adalah satu dan tidak terbagi;bersifat
sempurna dan komplit bagaikan bola bulat(Bakker,1992;27).Plato memadukan kedua
pandangan diatas dengan mengatakan,bahwa dunia real dengan kejamakan dan
kemacamragamannya hanya merupakan dunia bayangan,sehingga yang benar-benar
ada dan menjamin kesatuannya ialah dunia ide-ide.

Tujuan utama filsafat menurut Plato adalah penyelidikan atas entitas,seperti apa yang
dimaksudkan dengan keadilan,kecantikan,cinta,hasrat,kesamaan,kesatuan.

3.Pluralisme

Yaitu aliran yang tidak mengakui adanya satu substansi atau dua substansi melainkan
banyak substansi.Dagobert D.Runes (1979:221) menyatakan bahwa pluralisme
merupakan suatu teori yang menganggap bahwa kenyataan itu tidak terdiri dari satu
substansi.Teori-teori yang dapat dimasukkan dalam pluralisme diantaranya teori para
filsuf Yunani Kuno yang menganggap kenyataan terdiri dari udara,tanah,api,dan
air.Anaxagoras(500-428 SM) yang menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri dari
unsur-unsur tak terhitung banyaknya,sebanyak jumlah sifat benda dan semuanya itu
dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakan nous.Dikatakannya bahwa nous adalah
suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat padai bergerak dan mengatur.

Leibniz (1646-1716)

Ia menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri dari monade-monade yang tidak


terhingga banyaknya.Monade adalah substansi yang tidak berluas,selalu bergera,tidak
terbagi,dan tidak dapat dirusak.Leibniz memandang bahwa kenyataan pada dasarnya
terdiri dari pusat-pusat berdaya dan titik-titik kesadaran.

Jean-Francois Lyotard

Lyotard termasuk yang palingkeras menyuarakan gaung pluralitas.Ia juga yang


memprkenalkan postmodernisme dalam bidang filsafat sekitar tahun 70-an.Pluralitas
merupakan isu sentral yang dikumandangkan oleh lyotard.Ia mengakui bahwa bukunya
yang berjudul The Postmodernism Condition merupakan teks sambilan,karea karyanya
itu merupakan titik persilangan perdebatan berbagai macam bidang yang berbeda-
beda seperti;politik,ekonomi,estetika,dll.
BAB IV
PERBANDINGAN PENDAPAT TOKOH-TOKOH KLASIK DAN
PENEMUAN SAINS,TEKNOLOGI KEKINIAN TENTANG BEING.

Tokoh-Tokohnya antara lain:

1.Sacrotes

Merupakan filsuf yang memiliki peran yang sangat penting dalam filosofis.acrotes
adalah guruya plato.Sacrotes merupakan sosok yang sangat bijaksana selama
mengahadapi berbagai persoalan,ia mampu menyelesaikan masalah dengan baik dan
bijak.Ia sangat banyak disukai masyarakat jika sifat kebujaksanaan sudah tertanam
pada dirinya.Tentulah masyarakat sangat menyukainya.

2.Plato

Pemikiran yang dikemukakan oleh Plato banyak dipengaruhi dengan pemikiran


Sacrotes.Plato berpendapat bahwa dunia hanyalah sebuah bayangan dan dunia
sifatnya hanya fana dapat rusak.

3.Aristoteles

Aristoteles adalah murid Plato.Aristoteles adalah orang yang pertama kali


mengklasifikasikan spesies biologi dan membuktikan bahwa bumi itu bentuknya
bulat.Pemikiran Aristiteles menggunakan aliran empirisme yang didasarkan dengan
bukti dan pengalaman yang mereka miliki.

Penemuan Sains

Gunung es raksasa terlepas dari lempeng es di Antartika

Para peneliti memang telah memantau lempeng es Larsen C diAntartika selama


beberapa waktu,namun pada akhir tahun 2016 lalu terjadi retakan sepanjang 18
kilometer.Dan pada bulan lalu,bagian terakhir dari retakan tersebut terpisah dari
lempeng es Antartika,dan menyebabkan terlepasnya gunung es seberat 1 triliun yon
berukuran 5.800 kilometer persegi,salah satu gunung es terbesar yang pernah
tercacat.Gunung es itu memang sudah mengapung sebelum terlepas sehingga tidak
ada dampak langsung pada permukaan laut,namun terlepasnya bongkahan itu telah
meninggalkan kawasan lempeng es Larsen C berkurang lebih dari 12%.

Sejarah manusia diAustralia mundur 18 ribu tahun

Penggalian yang dilakukan ditempat penampungan batu didekat taman nasiona


Kakadu menunjukan manusia berhasil mencapai daratan Australia setidaknya 65.000
tahun yang lalu yakni 18.000 tahun lebih awal dari perkiraan pertama.Temuan ini
menjadi penting karena membantu mendefinisikan kembali pemahaman kita saat
spesies manusia pertama kali meninggalkan Afrika.

Diantara temuan yang berhasil digali ditempat penampungan itu adalah kapakdengan
tepi tumpul tertua didunia.Secara terpisah,para peneliti berhasil menyelesaikan studi
genomik paling komprensif terhadap penduduk asli Australia yang pernah dilakukan
sampai saat ini.Studi ini mengungkapkan bahwa manusia modern adalah keturunan
dari satu gelombang pendatang yang meninggalkan Afrika sekitar 72.000 tahun yang
lalu.

Crispr bantu hapus penyakit yang diwariskan dalam gen

Para peneliti menyuntikkan sel telur dengan sperma dari pasien yang memiliki
gangguan jantung bawaan pada saat bersmaaan saat mereka mengirimkan sperma
versi crispr yang sudah diprogram untuk menemukan gen tersebut dan membuangnya.

Tekni baru,yang berfokus pada intervensi dini ini,sukses dan suatu hari nanti
memungkinkan ilmuan untuk enghas -enyat tertentu dari garis keturunan keluarga.

Tapi gangguan pada gen ini bisa menjadi kontroversial,dimana sejumlah peneliti
menghawatirkan ancaman mutasi yang tidak diinginkan.Teknik ini juga menimbulkan
masalah etika mengenai pemilihan dan pengeditan gen yang bisa dilakukan untuk
menciptakan bayi yang dirancang.

Pulau terpencil dalam daftar warisan Dunia menjadi tempat pembuangan sampah

Sebuah studi menemukan pantai dipulau Henderson,diluar Amerika selatan,berisi


sekitar 37,7 juta item dari serpihan puing-puing sampah dan memiliki kepadatan
sampah plastik tertinggi dibandingkan dengan daerah manapun didunia.

Peneliti asalAustralia,Dr Jennifer Lavers mengatakan bahwa iya sangat kecawa


dengan temuannya dan menyebutnya sebagai peringatan bagi dunia bahwa polusi
plastik sama seriusnya dengan ancaman kemanusiaan seperti perubahan iklim.

Pada tahun 2014,dunia menghasilkan 311 juta ton plastik per tahun.Dr Lavers
mengatakan akumulasi sampah plastik di pulau Henderson itu merupakan plastik yamg
dihasilkan dalam 1,98 detik dari total produksi sampah plasitk dunia tersebut.

Pulau Hendeson yang terdaftar sebahgai kawasan warisan dunia ini berada diarea laut
yang jarang dilalui dan tidak berada didekat jalur pelayaran atu perikanan,tanpa kota
industri utama berbasis darat yang berjarak 5.000 kilometer.

Temuan pertama fosil otak dinosaurus

Fosil berusia 133 juta tahun itu berasaldari spesies dinosaurus yang dikenal sebagai
Iguanodon,dan menunjukan struktur otak yang srupa dengan struktur otak yang dimiliki
oleh buaya dan burung-burung modern.Para peneliti mnyelidiki jaringan yang sudah
membatu itu dibawah mikrosof dan melihat apa yang tampaknya seperti pembuluh
darah berasal dari bagian dalam otak tersebut.Para ilmuan juga menghabiskan waktu
setahun kemaren untuk menemukan jejak kaki dinosaurus terbesar didunia,yang
berlokasi diAustralia dan sebuah informasi baru menunjukan kalau T,rex bukan
dinosaurus yang terlalu ahli dalam berlari kencang.

Temuan 8 planet seukuran bumi disistem solar Trappist-1

Satu sistem tata surya yang hanya berjarak 40 tahun cahaya ternyata tempat menjadi
tinggal dari tujuh planet seukuran planet bumi.Tiga dari planet-planet tersebut juga
berada dalam zona yang disebut Goldilocks,dimana kisaran suhu dipermukaannya
memungkinkan terdapatnya cairan air da mungkin kehidupan.TRAPPIST-1 adalah
bintang ultra-cool berukuran sebesar planet Jupiter yang berada dirasi Aquarius dan
cukup dekat sehingga ilmuan dapat melakukan penelitian terperinci mengenainya.

Kehidupan berawal 220 juta tahun lebih awal dari perkiraan

Tim peneliti yang dipimpin ilmuan Australia berhsil menemukan fosil berusia 3,7 miliar
tahun diGreenland.Temuan ini memundurkan bukti kehidupan awal yang selama ini
sudah diterima umum paling awal 220 juta tahun.

Batu yang baru yang baru-baru ini terekspos karena meningkatnya pencairan salju
menunjukan lapisan komunitas bakteri fosil,yang dikenal sebagai stromatolit.Tim
peneliti ini dengan menggunakan teknik canggih untuk menentukan usia dari lapisan
batu dibagian atas dan dibawah fosil,yang berhasil mengungkapkan kalau stromatolit
itu berusia3,71 sampai 3,695 miliar tahun.
Bab V
Keberadaan asumsi sebagai bagian dari filsafat ilmu merupakan hal yang sangat
penting karena asumsi berfungsi sebagai bagian yang mendasar yang harus ada.
Asumsi memiliki posisi di berbagai bidang disiplin keilmuwan bahkan keberadaan
asumsi pun ada dalam hukum alam sekalipun karena segala yang terjadi di alam ini
bukanlah suatu kebetulan semata akan tetapi terdapat pola-pola tertentu yang terus
terulang. Sedangkan dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan menentukan asumsi
pokok (the standard presumption) dari keberadaan suatu objek penelitian dilakukan
sebelum pelaksanaan penelitian oleh si peneliti itu sendiri, karena asumsi akan dapat
memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan. Halaman empat.
Daftar Pustaka
Scribd: https://www.scribd.com/doc/371315613

http://irmaprasetya.blogspot.com

http://anakatang.blogspot.com

https://www.zonareferensi.com

Anda mungkin juga menyukai