Anda di halaman 1dari 2

Nama: Silvy Dwi Hartini

Kelas: 1E

NIM: 11960124949

Matkul: Filsafat Ilmu

AKSIOLOGI
A. Pengertian Aksiologi

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan


bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Menurut bahasa Yunani, aksiologi
berasal dari kata axios artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Menurut
Kamus Bahasa Indonesia aksiologiadalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia, kajian tentangnilai-nilai khususnya etika. Sedangkan dalam
pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran
dan kesucian. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran
atau suatu sistem seperti politik, social dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu
yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.

Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa definisi
aksiologi:

1. Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang di peroleh.
2. Menurut Wibisono dalam Surajiyo (2009), aksiologi adalah nilai-nilai sebagaictolak ukur
kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitiandan penggalian, serta
penerapan ilmu.
3. Scheleer dan Langeveld memberikan defnisi tentang aksiologi sebagai berikut. Scheleer
mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu teori dasar tentang tindakan
tetapi lebih sering dikontraskan dengan deontology, yaitu suatu teori mengenai
tindakan baik secara moral. Langeveld memberikan pendapat bahwa aksiologi terdiri
atas dua hal utama, yaitu etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan
penilaian yang membicarakan perilaku orang, sedangkan estetika adalah bagian filsafat
tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek. ;
4. Kattsoff mendefnisikan aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yangmenyelediki hakekat
nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.

B. Objek Kajian Filsafat Aksiologi


Aksiologi pada dasarnya bersifat ide dan karena itu ia abstrak dan tidak
dapat disentuh oleh panca indra. Yang dapat ditangkap dari aspek
aksiologis adalah materi atau tingkah laku yang mengandung nilai. Karena
itu nilai bukan soal benar atau salah karena ia tidak dapat diuji. Ukurannya
sangat subjektif dan objek kajiannya adalah soal apakah suatu nilai
dikehendaki atau tidak.
Pedoman untuk menguji nilai dipengaruhi oleh psikologi maupun teori
logika. Dari berbagai corak aliran ini maka hubungan antara nilai dan fakta
dapat diselidiki melalui tigahal. Pertama, aliran naturalis potsitifisme yang
menyatakan tidak ada kaitanantara pengalaman manusia dengan sistem
nilai. Kedua, objektifisme logis yang menyatakan bahwa nilai merupakan
esensi logis dan substnatif yang tidak ada kaitannya dengan status atau
tindakan eksistensi dalam realitas.Ketiga, aliran objektif metafisis yang
menyatakan nilai adalah norma ideal yang mengandung unsur integral
objektif dan aktif dari kenyataan metafisik.

C. Kaitan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu


Sudah menjadi ketentuan umumdan diterima oleh berbagai kalangan
bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan
antara peryataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada
objektifitasnya. Seorang ilmuan harus melihat realitas empiris dengan
mengesampingkan kesadaran yang bersifat idiologis, agama dan budaya.
Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitian. Ketika
seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan
tujuannya agar penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya
menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai subjektif.

Anda mungkin juga menyukai