DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 (TIGA)
SEMESTER/KELAS :III/A
FAKULTAS/PRODI :FKIP/PPKN
DOSEN PENGAMPU :
UNIVERSITAS NIAS
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah memberikan rahmat,
taufik, dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini berjudul ‘‘DASAR-DASAR KEFILSAFATAN PANCASILA’’ Atas
terselesainyaa makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan motivasi dakan menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan dan kelemahan yang
menyebabkan makalah masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab iu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan penulis atas terbentuknya makalah ini semoga makalah ini memberikan informasi
bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
4
BAB II
PEMBAHASAN
a. Ciri-Ciri Filsafat
Dalam perenungan filsafat haruslah diusahakan untuk mulai dari bahan-bahan
yang ditetapkan secara baik dan berusaha menarik kesimpulan dari bahan-bahan
tersebut secara logis berhubungan satu dengan yang lain, sehingga hasilnya adalah
berisi kesimpulan sebagai bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan.
Bagan yang demikian ini disebut sebagai "bagan konsepsional yang bersifat rasional
". Yang ciri-cirinya adalah bersifat koheren bersifat menyeluruh bersifat mendasar
dan bersifat spekulatif.. ciri-ciri filsafat sebagai berikut ini:
6
telah terpenuhi adanya inti-mutlak yang dicari dan dibahas dalam pemikiran
kefilsafatan.
Dengan dasar uraian di atas maka jelaslah bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat
adalah bersifat koheren, menyeluruh, mendasar, dan bersifat spekulatif. Bersifat
koheren dalam hubungan antar bagian-bagian dan pernyataan-pernyataannya. Bersifat
menyeluruh dalam hal meliputi semua tata kehidupan manusia bermasyarakat dan
bernegara. Bersifat mendasar dalam hal sampai ke inti mutlak tata kehidupan dan
hubungan manusia. Bersifat spekulatif yang merupakan praanggapan sebagai hasil
perenungan pada awal permulaannya.
7
beberapa unsur menjadi satu kesatuan. Hakikat kodrat manusia monopluralis ini
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut:
1. Susunan kodrat manusia monodualis.
Manusia hakikatnya adalah tersusun atas jiwa dan raga. Jiwa tanpa raga bukan
manusia, demikian juga raga tanpa jiwa juga bukan manusia, dengan demikian
jelaslah bahwa manusia ini disusun atas dua hal tersebut. Jiwa manusia ini tersusun
atas sumber daya: akal rasa kehendak. Sedangkan raga manusia tersusun atas: zat
benda mati, zat nabati, dan zat hewani.
Dua unsur susunan kodrat ini mempengaruhi pola hidup manusia. Jika manusia
dalam kehidupannya selalu mementingkan segi kejiwaannya termasuk juga
kerohaniannya tanpa memperhatikan raganya, maka akan sulit untuk mencapai
kebahagiaan jasmani atau juga kebahagiaan duniawi, ya itu hanya mementingkan
kebahagiaan rohaninya demikian juga sebaliknya jika manusia hanya
mementingkan segi raganya saja tanpa memperhatikan unsur jiwanya, maka hal ini
akan sulit dalam mencapai kebahagiaan rohani karena hanya mementingkan
duniawi atau juga hanya mementingkan kebahagiaan jasmani saja. Dalam pola
hidup yang manusiawi adalah menyeimbangkan antara kepentingan rohani dan
kepentingan jasmani yang selaras serasi Dan seimbang. Keseimbangan antara dua
kepentingan tersebut dasarnya adalah keseimbangan antara jiwa dan raga.
Keseimbangan dua unsur ini merupakan salah satu dasar filsafat Pancasila.
Sehingga tujuan negara yang berdasarkan Pancasila adalah untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur sejahtera lahiriyah batiniah, hal ini berlandaskan
pada kesatuan unsur jiwa dan raga.
Hakikat kodrat manusia yang paling kuat mempengaruhi sifat-sifat dan keadaan pola
kehidupan manusia adalah sifat kodrat manusia monodualis yang juga dijiwai oleh
susunan kodrat maupun kedudukan kodrat yang mempunyai faedah praktis dalam
bermasyarakat dan bernegara. Menurut notonagoro faedah praktisnya di dalam hal
hakikat dan sifat, tujuan dan lapangan tugas bekerjanya negara, atas dasar sifat individu
dan sifat sosial bagi rakyat Indonesia dapat untuk menentukan sikap diantara berbagai
sikap yang ada di seluruh dunia dengan tegas, yang dapat dipertanggungjawabkan pula
secara ilmiah, yaitu: bahwa negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila bukan negara
individualis dan bukan negara kolektif, akan tetapi yang mengandung sifat kedua-duanya
dalam keseimbangan yang harmonis, yang merupakan negara kekeluargaan, dan dengan
istilah ilmiah negara monodualistik. Keseimbangan ini bukan keseimbangan antara
individualis dan kolektif akan tetapi keseimbangan sifat kodrat manusia monodualis yang
dijelmankan langsung dalam pola hidup manusia bermasyarakat dan bernegara.
Faedah praktis Lain, juga menurut notonagoro, terletak dalam kemungkinan untuk
lebih mendalam menyelami kebenaran bahwa nasionalisme Indonesia bukanlah
nasionalisme yang sempit, yang chauvinistis, akan tetapi yang mengandung
internasionalisme, yang berperikemanusiaan, yang menginginkan kekeluargaan di antara
bangsa-bangsa, di antara negara-negara. Atau dengan istilah lain nasionalisme yang
10
berinternasionalisme, atau kebangsaan yang berperikemanusiaan. Dari uraian di atas,
dapat dikembalikan ajaran Pancasila dalam bermasyarakat dan bernegara kepada sifat
kodrat manusia yang mempunyai faedah praktis tersebut, karena sistem filsafat Pancasila
berlandaskan pada hakikat kodrat manusia monopluralis, yang secara tegas menempatkan
asas kemanusiaan dari Pancasila dalam kedudukan yang sederajat dengan dasar
kemanusiaan ideologi-ideologi dunia. Ideologi Pancasila sama halnya dengan ideologi-
ideologi dunia yang telah ada adalah berasaskan pada kodrat manusia. hanya saja
bedanya untuk ideologi Pancasila berlandaskan pada hakikat kodrat monopluralis, yaitu
terdiri atas beberapa unsur menjadi satu kesatuan secara dinamis dan harmonis selaras
serasi seimbang. Ideologi dunia yang sangat besar pengaruhnya pada saat sekarang ini
adalah tidak menyeimbangkan sifat kodrat monodualis, sehingga sifat keseimbangannya
terabaikan. Hal ini akan mewujudkan ketidakseimbangan kehidupan bernegara, karena
menghalangi kebebasan pribadi di satu pihak sehingga menimbulkan ketidakpuasan
warga negaranya, dan menumbuhkan kebebasan pribadi berlebihan di pihak lain sehingga
mengancam kearah kemerosotan moral. Negara yang berlandaskan hakikat kodrat
monopluralis hal-hal tersebut terhindari, karena menyeimbangkan segi kejiwaan dan
keragaan, kebutuhan pribadi dan sosial, pribadi mandiri dan sebagai makhluk Tuhan,
dalam bermasyarakat dan bernegara.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa dan sebagai dasar filsafat negara, pada
dasarnya merupakan ideologi bangsa dan negara, dan termasuk juga ideologi dinamika
atau ideologi terbuka. Pancasila sebagai sistem filsafat telah memenuhi hakikat sebagai
suatu sistem di mana sistem-sistemnya itu tersusun atas ciri-ciri pokok filsafat yang secara
khusus sebagai filsafat hidup bangsa yang berlandaskan pada hakikat kodrat manusia.
Pancasila sebagai sistem filsafat harus memenuhi ciri-ciri filsafat yang terdiri dari sistem
filsafat harus bersifat koheren, sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, sistem filsafat
harus bersifat mendasar, dan sistem filsafat adalah bersifat spekulatif. Ciri-ciri inilah yang
menjadi dasar dari Pancasila sebagai suatu sistem filsafat. Dasar filsafat Pancasila
didasarkan atas hakikat kodrat manusia yang monopluralis yang terdiri atas sepuluh unsur
kodrat manusia yaitu: akal, rasa, kehendak, zat benda mati, zat nabati, zat hewani, sifat
individu, sifat sosial, sebagai pribadi mandiri dan sebagai makhluk Tuhan Sehingga inilah
yang menjadi dasar dari filsafat Pancasila.
B. SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah (Pancasila Sebagai Sistem Filsafat) penyaji mengaharapkan materi yang
telah tertuang dalam makalah ini supaya bermanfat bagi pembaca sebagai referensi dalam
mengetahui arti pancasila sebagai sistem filsafat. Tentunya dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sebagai bahan
perbaikan kedepannya
12
DAFTAR PUSTAKA
13