Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI
SISTEM FILSAFAT

MAKALAH
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pancasila
Dosen Pengampu : ZULHAERIZAL

Oleh :
FAHRI KURNIAWAN (4302190076)

KELAS : 1-33
PRODI : MANAJEMEN ASET
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
2019

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN


KATA PENGANTAR

Alhamdulilah ,atas segala karunianya dan kesehatan yang telah allah SWT berikan kepada
saya, sehingga saya bisa menyusun tugas makalah Pancasila ini dengan sebaik baik
nya,makalah yang berjudul Pancasila sebagai system filsafat.makalah ini berisi tentang bahan
renungan yang menggugah kesadaran para pendiri negara
Perenungan ini ,mengalir kearah upaya untuk ,menemukan nilai – nilai filosofis yang menjadi
indentitas bangsa Indonesia .perenungan yang berkembang dalam diskusi – diskusi sejak
siding BPUPKI sampai pengesahan Pancasila oleh PPKI,termasuk salah satu momentum
untuk menemukan Pancasila sebagai system filsafat .
Dengan demikian , system filsafat itu sendiri merupakan sutau proses yang berlangsung
secara kontinu sehingga perenungan awal yang dicetuskan para pendiri negara merupkan
bahan baku yang dapat dan akan terus merangsang pemikiran para pemikir pemikir
berikutnya.
Dengan adanaya makalah ini,kita sebagai mahasiswa semakin tergerak atau terpanggil untuk
lebih berpikir secara terbuka ,kritis,sistematis,komprehensif,dan ,mendasarkan sebagaimana
ciri – ciri pemikiran filsafat.

Tanggerang selatan,2 Desember 2019

penulis

i|Page
MAKALAH
PANCASILA SEBAGAI
SISTEM FILSAFAT

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………..…
KATA PENGANTAR ……………………………………….…..…..………..i
DAFTAR ISI ………………………………………………………….…….…ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………..…….…..….1
 1.1. Latar Belakang ………………………………...………………...…1
 1.2. Rumusan Masalah ……………….…………………….………..….1
 1.3. Tujuan Penulisan ……………………..………………………….…1
BAB II PEMBAHASAN ……………………………….………...……..…...…2
 2.1. konsep panacasila sebagai system ideologi……….……….….……..2
 2.2. filsafat Pancasila sebagai genetivus objectivus dan
subjectivus………………………………………………………...……...3
 2.3. landasan ontologis filsafat pancasila…….………………... ……..…3
 2.4. landasan epistimologis filsafat Pancasila …………………..………4
 2.5. landasan aksiologis pancasila………..…………………..….……….5
 2.6. manusia yang berfikir dan berfilsafat memiliki kepekan social serta kepedulian
terhadap masyarakat dan lingkungan ………….…..…………………….6
BAB III PENUTUP …………………………………….……….…...…………7
 3.1. Kesimpulan ……………………….………………….…….……….7
 3.2. Saran ……………………………………………………….………..7
DAFTAR PUSTAKA …………………….……..………………………………8

ii| P a g e
1.1 LATAR BELAKANG
Pancasila sebagai Sistem Filsafat adalah kesatuan dari berbagai unsur yang memiliki
fungsi tersendiri, tujuan yang sama, saling keterikatan dan ketergantungan. Filsafat adalah
upaya manusia mencari kebijaksanaan hidup dalam membangun peradaban manusia.
Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bernegara Indonesia.

Pancasila dalam filsafat digunakan sebagai objek dan subjek. Objek untuk dicari landasan
filosofi nya dan subjek untuk mengkritisi aliran filsafat yang berkembang. Maka dari itu
Pancasila harus menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan pembangunan nasional.
Kita sebagai warga negara Indonesia seharusnya mempelajari betul apa makna landasan
filosofi Pancasila dan juga mengkritisi prinsip-prinsip kehidupan kita dengan melihat
Pancasila, bukan ketika ada prinsip hidup kita yang berlawanan dengan Pancasila kita
malah ingin mengganti ideologi Pancasila tersebut.(aiken,H.D.2009)

Pancasila memiliki 3 landasan pijak filosofis yaitu Ontologis, Epistemologis, dan


Aksiologis. Ontologis dalam filsafat adalah tentang hakikat yang paling mendalam dan
paling umum(mendasar). Epistemologis adalah tentang sifat dasar pengetahuan.
Aksiologis adalah tentang penelitian tentang nilai-nilai.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Penulis sudah menulis beberapa masalah yang ada dalam pembahasaan kita kali ini
tentang Pancasila sebagai system filsafat beberapa masalah tersebut antara lain :

A.apa yang dimaksud dengan konsep Pancasila sebagai system filsafat ?


B. apa perbedaan antara filsafat Pancasila sebagai genetivus objectivus dan subjectivus ?
C.apa saja landasan filsafat Pancasila ?
D. bagaimana manusia memiliki kepekaan social serta memiliki kepudulian terhadap
masyarakat dan lingkungan

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan makalah ini antara lain :
A. Mahasiswa mampu memahami Pancasila secara filosofis
B. Menuntut mahasiswa untuk berfikir kritis ,sistematis ,komprehensif dan mendasari ciri
– ciri pemikiran Filsafat
C.Mahasiswa diharapkan memiliki sikap toleran,gotong royong dalam keberagaman
agama dan budaya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP PANACASILA SEBAGAI SYSTEM FILSAFAT

Beberapa pengertian filsafat berdasarkan watak dan fungsi nya sebagaimaana yang di
kemukakan titus, smith dan Nolan sebgai berikut :
1.)filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya di terima secara tidak kritis.(arti informal)
2.) filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat di junjung tinggi . ( arti formal)
3.) filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan .( arti komprehenshif)
4.) filsafat adalah Analisa logis dari Bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep .
( arti Analisa linguistic)
5.) filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapatkan perhatian manusia
dan carikan jawabannya oleh ahli – ahli filsafat .(arti actual – fundamental
Dengan demikian ,Pancasila merupakan suatu system mendasar dan fundamental karena
mendasari seluruh kegiatan penyelenggaraan negara .ketika suatu system bersifat mendasar
dan fundamental , maka system tersebut dinamakan sebagai system filsafat.
Pengertian filsafat butir (2) lebih mengacu pada arti refleksif yaitu sikap terbuka dan toleran
dan mau meliat sesuatu dari segala sudut persoalan tanpa prasangka ( Titus,Smith Dan
Nolan, 1984)
pengertian filsafat butir (4) lebih mengacu pada upaya untuk melakukan klarifikasi, yaitu
menjelaskan arti istilah dan pemakaian Bahasa dalam berbagai bidang kehidupan ( Titus
,Smith Dan Nolan,1984)
pengertian filsafat butir (5) lebih mengacu pada persoalan – persoalan yang mendalam dari
eksistensi manusia (Titus Smith Dan Nolan,1984)
istilah Philosphische grondslag dang weltanschaung merupakan dua istilah yang sarat
dengan nilai-nilai filosofis ,weltanschaung lebih mengacu pada pandangan hidup yang
bersifat praktis .sedangkan Pancasila sebagai philoshopische grondslag nilai -nilai filosofis
yang terkandung dalam sila – sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hokum yang
berlaku di Indonesia .artinya , nilai ketuhanan ,kemanusian,persatuan , kerakyatan, keadilan
harus mendasari seluruh perturan perundang – undangan ,kedua panacasila sebagai
weltanschaung artinya nilai Pancasila itu merupakan sesuatu yang telah ada dan berkembang
di dalam masyrakat Indonesia ,yang kemudian disepakati Bersama sebgai dasar filsafat
negara (philoshopische grondslag)

|Page
2.2 FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI GENETIVUS OBJECTIVUS DAN
SUBJECTIVUS

Pancasila sebagai genetivus -objektivus ,artinya nilai – nilai Pancasila dijadikan sebgai objek
yang di cari landasan filosofis nya berdasarkan system – system dan cabang – cabanag
filsafat yang berkembang di barat. Misalnya ,notonagoro menganalisis nilai – nilai Pancasila
berdasarkan pendekatan substansialistik filsafat aristosteles sebagaimana yang terdapat
dalam karyanya yang berjudul Pancasila ilmiah popular.( Notonagoro,1994)
Pancasila sebagai genetivus – subjectivus,artinya nilai – nilai Pancasila digunakan untuk
mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang baik untuk menemukan hal – hal yang
sesuai dengan nilai – nilai Pancasila maupun untuk meliat nilai- nilai Pancasila tidak sesuai
dengan nilai nilai Pancasila .selain itu ,nilai – nilai Pancasila tidak hanya dipakai dasar bagi
pembuatan peraturan perundang- undangan .tetapi juga nilai – nilai Pancasila harus mampu
menjadi orientasi pelaksanaan skstem politik dan dasar bagi pembangunan nasional.
(Sastraptratedja,2001)

2.3 LANDASAN ONTOLOGIS FILSAFAT PANCASILA

Pancasila sebagai genetivus subjectivus memerlukan landasan pijak filosofis yang kuat yang
mencakup tiga dimensi yaitu landasan ontologis ,landasan epistemologis dan landasan
aksiologis,ontologi menurut aristosteles merupakan cabang filsafat yang membahas tentang
hakikat segala yang ada secara umum sehingga dapat di bedakan dengan disiplin ilmu – ilmu
yang membahas sesuatu secara khusus .

Ontology membahas tentang hakikat yang paling dalam dari sesuatu yang ada ,yaitu unsur
yang paling umum dan bersifat abstrak ,disebut juga dengan istilah substansi .inti persoalan
ontology adalah menganalisis tentang substansi (Taylor,1955)
Substansi menurut kamus latin – Indonesia ,berasal dari Bahasa latin “substare” artinya
serentak ada,bertahan ,ada dalam kenyataan .

Ontology menurut pandangan bakker adalah ilmu yang paling universal karena objeknya
segala – segala menurut segala bagianya ( ekstensif) dan menurut segla aspek nya (bakker ,
1992) lebih lanjut bakker mengaitkan dimensi ontology ke dalam Pancasila dalam uraian
berikut. Manusia adalah mahluk individual sekaligus social , yang secra universal berlaku
pula bagi subtansi infrahuman ,manusia dan tuhan. Kelima sila Pancasila menurut bakker
menunjukkan dan mengandaikan kamandirian masing – masing ,tetapi menekankan
kesatuannya mendasar dan keterkaitan dalam relasi – relasi .(Bakker,1992)
2.4 LANDASAN EPISTIMOLOGIS FILSAFAT PANCASILA

Epistemologis adalah cabang filsafat pengetahuan yang membahas tentang sifat dasar
pengetahuan ,kemungkinan ,lingkup, dan dasar umum pengetahuan .(bahm,1955)
Efistemologis terkait dengan pengetahuan yang bersifat sui generis, berhubungan dengan
sesuatu paling sederhana dan paling mendasar (hardono,hadi ,1955)
Littlejhon and foss menyatakan bahwa epistemologis merupakan cabang filosofis yang
mempelajari pengetahuan atau bagaimana orang – orang dapat mengetahui tentang sesuatu
atau apa apa yang mereka ketahui . mereka mengemukakan beberapa persoalan paling umum
dalam epistemology sebagai berikut
1) Pada tingkat apa pengetahuan dapat muncul sebelum pengalaman
2) Pada tingkat apa pengetahuan dapat menjadi sesuatu yang pasti ?
(Littlejhon And Foss ,2008)

Problem pertama tentang cara mengetahui itu ada dua pendapat yang berkembang dan saling
bersebrangan dalam wacana epistemologis yaitu : rasionalisme dan empirisme . kaum
rasionalisme berpandangan bahwa akal merupakan satu – satu nya sarana dan sumber dalam
memperoleh pengetahuan sehingga pengetahuan bersifat a priori. Empirisisme berpandangan
bahwa pengalaman inderawi merupakan sarana dan sumber pengetahuan sehingga
pengetahuan bersifat a posteriori.

Landasan epistemologis Pancasila artinya nilai – nilai Pancasila di gali dari pengalaman
bangsa Indonesia ,kemudian di sintesiskan menjadi sebuah pandangan yang komprehensif
tentang kehidupan bermasyarakat ,berbangsa dan bernegara. Serujuk pada isi dari
Pancasila ,oleh karena itu dalam alenia pertama pembukaan uud 1945 menyatakan bahwa
penjajahan itu tidak sesuai dengan perikemanusian dan keadilan.

2.5 LANDASAN AKSIOLOGIS PANCASILA

Littlejhon dan foss mengatakan bahwa aksiologis merupakan cabang filosofis yang
berhubungan dengan penelitian tentang nilai – nilai . (Littlejhon, Dan Foss ,1955)Sila-sila
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.
Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila.
Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos yang
artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan,
disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan
kedudukan metafisika suatu nilai.
Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat, baik, berharga.
Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan
sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna.
Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan.
Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia (dictionary of sosiology an related science). Nilai itu suatu sifat atau kualitas yang
melekat pada suatu obyek. Ada berbagai macam teori tentang nilai.
1. Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya, dan dapat dikelompokkan
menjadi empat tingkatan, yaitu:

|Page
a. Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang mengenakkan dan nilai yang
tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita.
b. Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting dalam kehidupan,
seperti kesejahteraan, keadilan, kesegaran.
c. Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte) yang
sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam
ini misalnya, keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
d. Nilai-nilai kerokhanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai yang suci dan tidak suci.
Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi. (Driyarkara, 1978)

2.6 MANUSIA YANG BERFIKIR DAN BERFILSAFAT MEMILIKI


KEPEKAN SOCIAL SERTA KEPEDULIAN TERHADAP
MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN

berfilsafat dan berfikir berhubungan dengan nilai-nilai yang menjiwai sikap dan perilaku
masyarakat. Filsafat dan berfikir berperan penting dalam mengembangkan moralitas dan
budaya.

Pola berpikir yang berlaku dalam tradisi yang hidup (living tradition) mencakup
beberapa faktor yang saling terkait. Menyebut beberapa diantaranya adalah
sistem pendidikan dan pengajaran, pengasuhan anak dalam keluarga, pengaruh lingkungan,
pemikiran keagamaan, setting social, pelatihan intelektual dan sebagainya. Masing-masing
tidak berdiri sendiri-sendiri namun saling berkait kelindang.

Sistem etika sebenarnya, lebih luas cakupannya daripada hanya berfokus pada konsep-konsep
keagamaan. Oleh karena itu, filsafat moral secara eksplisit atau implisit erat berkait dengan
sosiologi. Alasdair Macintyre berpendapat bahwa analisis terhadap pola hubungan antara
subjek dan pemikiran, dorongan, cita-cita serta tingkah lakunya secara umum mengandaikan
perlunya pengkajian berbagai hubungan tersebut di atas yang tercermin dan hidup dalam
dunia sosial yang bersifat empiris.

Berfisafat berarti Berpikir bersikap dan bertindak secara sadar berdasarkan ilmu
untukmenjelaskan secara rasional gejala peristiwa alam dan masyarakat yang ditangkap
dandihadapi. Berfisafat tidak bersikap dan bertindak secara tradisi, kebiasaan, adat istiadat,
dannaluri, tetapi bersikap dan bertindak kritis, mencari sebab, mencari isi, dan mencari
hakikatdari itu gejala-peristiwa alam dan social. Berfilsafat juga tidak menerima takdir atau
nasib begitu saja, tetapi mengubah nasib atau takdir dengan pikiran dan perbuatan.
(Prawironegoro,2010)

Begitu juga dalam hal menanggapi masalah lingkungan dalam kehidupan di era global
ini,terutama dalam masalah pemanasan bumi, sebagai akibat dari perbuatan manusia
dan peristiwa alam. Sehingga manusia sebagai pelaku moral dituntut untuk bersikap, bertinda
kuntuk melakukan hal-hal yang menimbulkan sesuatu yang baik bukan sebaliknya
akansemakin memperburuk atau merusak lingkungan yang ada.Dengan berfilsafat manusia
bisa melihat/belajar tentang peristiwa atau gejala-gejala alam yangterjadi saat ini,
melalui sejarah dan tindakan sebelumnya sehingga menimbulkan akibat
yang buruk, merusak atau merugikan lingkungan alam yang berdapak juga pada manusia seca
rakeseluruhan. Dengan berfilsafat juga manusia akan berpikir logis untuk dapat mencari
solusidari masalah lingkungan yang ada saat Ini.

|Page
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi
bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Dan
filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode dan sistem.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil perenungan jiwa
yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam
suatu sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki hakekatnya tersendiri yang terbagi
menjadi lima sesuai dengan kelima sila-silanya tersebut.(bakry,1994)

3.2 SARAN
Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh masyarakat mengetahui seberapa
penting Pancasila untuk mendasari semua kegiatan bernegara yang baik dan dapat
mengamalkan nilai-nilai sila dari pancasila dengan baik & benar, serta tidak melecehkan arti
penting pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Bakry,noor ms .2010 .pendidikan Pancasila .pustaka pelajar : yogyakarta


Notonagoro.1994.pancasila secara ilmiah popular.jakarta:bumi aksara
Titus,smith,and Nolan .1984 living issue in philosophy.jakarta : bulan bintang
Taylor ,A.E.1955 Aristostle new York : dover publications,inc
Litthejhon,sthepen w,.foss,keren A,2008.theoris of human communication.jakata : sulemba
humaika
Bahm,archie.1984.axiology:the science of value .new mwxico : albuquerque
Bakker,Anton .1992.ontologi:metafisika umum.yogyakarta : kanisius
Sutono, Agus. 2015. Meneguhkan Pancasila Sebagai Filsafat Pendidikan Nasional. Jurnal
Ilmiah CIVIS. Vol. V, No. 1.
H. Subandi Al-Marsudi, S.H., M.H,Pancasila Dan Uud 45  Dalam Paradigma Reformasi ,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003
https://aztaryuan.wordpress.com/2014/10/22/dasar-dasar-ilmiah-pancasila-sebagai-satu-
kesatuan-yang-sistematis-hierarkis-dan-logis-pengetahuan-sistem-filsafat-perbandingan-
sistem-filsafat-lainnya-di-dunia-dan-pengertian-sistem-dan-unsur/

|Page

Anda mungkin juga menyukai