FILSAFAT PANCASILA
PENDIDIKAN PANCASILA
Dosen Pengampu:
Lestari, M.Pd.
Disusun Oleh:
FAKULTAS EKSAKTA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH (UNIMUDA) SORONG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
penyusunan makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Kami juga sangat menghargai
bantuan serta ucapan terimakasih untuk semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyelesaian makalah tentang "Filsafat Pancasila".
Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman para
pembaca dan seluruh masyarakat Indonesia khususnya pelajar dan mahasiswa di masa yang
akan datang dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara serta kehidupan
sehari-hari. Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman kami yakin masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, maka kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil refleksi
jiwa yang mendalam dari para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan ke dalam
sistem yang sesuai dimana Pancasila memiliki esensinya, yang dibagi menjadi lima
sesuai dengan Lima Sila. Pancasila sebagai dasar negara memiliki status aturan dasar
negara. Menganggap Pancasila itu teguh, kuat dan tidak ada yang bisa mengubahnya.
Setiap sila Pancasila memiliki nilai-nilai yang harus diikuti oleh seluruh rakyat
Indonesia. Adanya misi dan tujuan tersebut memberikan dampak yang besar dalam
setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, setiap fungsi dan
tujuan harus dipahami sedemikian rupa sehingga tercermin dalam kehidupan sehari-
hari.
Hubungan Pancasila dengan berbagai unsur kehidupan telah membentuk suatu
sistem yang menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu. Tingkat kebenaran
nilai-nilai yang ada digali untuk mencapai akar fitrahnya. Ini menyoroti sifat
spekulatif dalam membuktikan sistem filosofis Pancasila. Selain itu, setiap bagian dari
kebenaran dan pernyataan terkait digunakan secara keseluruhan sebagai inti mutlak
dari cara hidup masyarakat Indonesia. Perkembangan di masyarakat secara langsung
maupun tidak langsung menimbulkan masalah baru yang lebih kompleks. Selain itu,
cakupan pencapaian semakin luas dan penelitian lebih lanjut diperlukan. Dalam hal
ini, berbagai bentuk prinsip, sifat, dan objek dari sistem filosofis mulai muncul.
Tujuannya tidak lain untuk menunjukkan kebenaran nilai-nilai filosofis yang terkait
dengan perkembangan zaman. Upaya pendekatan nilai-nilai tersebut dapat dijadikan
sebagai titik tolak untuk memahami sistem filsafat yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi menggambarkan nilai-nilai Pancasila sebagai
ideologi negara dan ciri-ciri Pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah Indonesia
menunjukkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang
memberikan vitalitas bagi bangsa Indonesia dan mengarah pada kehidupan yang layak
dan lebih baik untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Pancasila merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena dalam setiap
sila tidak dapat diubah atau dipindahkan. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila adalah
pedoman hidup berbangsa dan bernegara Indonesia. Sedangkan Pancasila yang diakui
sebagai dasar negara dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian dan
pandangan hidup bangsa yang telah teruji kebenaran, kemampuan, dan kesaktiannya,
oleh karena itu tidak ada paksaan. dapat memisahkan Pancasila tentang kehidupan
bangsa Indonesia.
Kajian yang lebih mendalam tentang Pancasila menyadarkan kita sebagai
bangsa Indonesia dengan identitas yang harus diwujudkan dalam komunikasi sehari-
hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang lebih bernilai dan berbudaya tinggi.
Melalui artikel ini, diharapkan dapat membantu kita berpikir lebih kritis tentang
makna Pancasila.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Filsafat dan Pancasila?
2. Bagaimana Pengertian Pancasila sebagai suatu Filsafat?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Filsafat dan Pancasila
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari Pancasila sebagai suatu filsafat.
BAB II PEMBAHASAN
1. A. Pengertian Filsafat
Secara umum
Filsafat mengkaji masalah-masalah umum dan mendasar yang terkait dengan
topik-topik seperti keberadaan, pengetahuan, nilai, akal, pemikiran, dan bahasa.
Filsafat adalah ilmu karena memiliki logika, metode dan sistem. Tetapi filsafat
berbeda dengan ilmu-ilmu lain karena memiliki objek yang sangat luas.
Filsafat juga dapat diartikan sebagai ilmu yang berusaha menemukan akal
terdalam di balik semua pemikiran atau akal. Filsafat dapat diartikan sebagai
pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang, yang merupakan konsep
dasar dari suatu cita-cita hidup.
Adalah kebijaksanaan hidup (filsafat) untuk menawarkan pandangan hidup yang
komprehensif berdasarkan refleksi dari pengalaman hidup dan pengalaman ilmiah.
Filsafat adalah ilmu karena memiliki logika, metode dan sistem. Tetapi filsafat
berbeda dari ilmu kehidupan lainnya karena memiliki materi pelajarannya sendiri
yang sangat luas.
Misalnya, psikologi mempelajari perilaku hidup manusia, tetapi dalam filsafat
tidak terbatas pada satu bidang kehidupan, tetapi memberikan pandangan hidup
yang holistik, yaitu hakikat kehidupan yang sebenarnya. Pandangan hidup seperti
itu adalah hasil dari pemikiran yang disusun secara sistematis menurut hukum-
hukum logika.
Seorang filsuf (filsuf) mengambil apa yang ditangkap dalam pengalaman hidup
dan pengalaman ilmiah, dan kemudian melihatnya dari perspektif yang lebih luas,
yaitu sebagai elemen kehidupan manusia yang lengkap.
Menurut Para Ahli
Pengertian Filsafat Menurut para ahli ada perbedaan pengertian filsafat, yang
bersumber dari berbagai makna filosofis dan keyakinan hidup yang melingkupinya.
Perbedaan pendapat juga bersumber dari perkembangan filsafat itu sendiri, yang
kemudian menyebabkan terpisahnya beberapa ilmu dari filsafat.
Berikut ini beberapa pengertian filsafat menurut para ahli yang memiliki arti jauh
melampaui pengertian bahasa:
Cicero ( (106 – 43 SM ) Filsafat adalah seni kehidupan sebagai ibu dari
semua seni. Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban
untuk menyelidiki sebab dan asas segala benda.
Plato (427 – 347 SM) Filsafat itu adalah tidaklah lain dari pengetahuan
tentang segala yang ada.
Al Farabi (wafat 950 M) Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang alam
yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
Thomas Hobbes (1588 – 1679) Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang
menerangkan perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari hasilnya, dan
oleh karena itu senantiasa adalah suatu perubahan.
Johann Gotlich Fickte (1762-1814) Filsafat merupakan ilmu dari ilmuilmu,
yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Filsafat membicarakan
seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu untuk mencari kebenaran dari seluruh
kenyataan.
Imanuel Kant ( 1724 – 1804) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya
tercakup empat persoalan yaitu metafisika, etika agama dan antropologi.
Paul Nartorp (1854 – 1924) Filsafat sebagai ilmu dasar hendak menentukan
kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama,
yang memikul sekaliannya.
Harold H. Titus (1979) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
Notonegoro: Filsafat mengkaji subjek-subjeknya dari sudut pandang sifat absolut itu,
yang tetap tidak berubah, yang disebut esensi.
Driyakarya: Filsafat sebagai perenungan mendalam tentang penyebab keberadaan
dan perbuatan, perenungan terhadap realitas terdalam hingga alasan tertinggi.
Sidi Gazalba: Filsafat mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran, tentang
segala sesuatu yang relevan, berpikir secara radikal, sistematis dan universal.
Hasbullah Bakry: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari secara menyeluruh segala
sesuatu tentang Tuhan, alam semesta, dan manusia untuk memperoleh informasi
tentang bagaimana sebenarnya perilaku manusia setelah memperoleh pengetahuan
ini.
Prof. dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat adalah usaha memikirkan dan merefleksi manusia
dengan akal dan hati secara sungguh-sungguh, yaitu secara sistematis, fundamentalis,
universal, komprehensif dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran
hakiki (pengetahuan, pengetahuan) kebijaksanaan atau kebenaran sejati.
B. Pengertian Pancasila
Secara Umum
Secara etimologis istilah “pancasila” berasal dari sansekerta dari India (bahasa kata
brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin,
dalam bahasa sansekerta perkataan “pancasila” memiliki dua macam arti secara leksikal
yaitu:
Secara Historis
Proses perumusan Pancasila dimulai ketika, pada sidang pertama BPUPKI, Dr. Radjiman
Widydiningrat memperkenalkan masalah tersebut, lebih tepatnya dibahas dalam sesi.
Masalahnya ada pada server proxy, yang konfigurasi dasarnya terdiri dari negara bagian
Indonesia yang akan dibentuk. Tiga pembicara, yakni Mohammad Yamin, Soepomo dan
Soekarno, kemudian hadir di persidangan.
Pada tanggal 1 Juni 1945 pada pertemuan Ir. Soekarno menyampaikan pidato lisan tentang
calon-calon pembentuk dasar negara Indonesia. Kemudian, atas saran salah seorang
temannya, seorang ahli bahasa yang namanya tidak disebutkan, disebut "Pancasila", yang
berarti lima pokok menurut Sukarno ini Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia
mendeklarasikan kemerdekaannya, kemudian Keesokan harinya, 18 Agustus 1945 UUD
1945 disahkan, termasuk pembukaan UUD 1945 yang berisi rumusan Lima Pokok. satu dana
negara yang disebut Pancasila. Sejak saat itu, kata Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan
adalah istilah umum. Meskipun Baris IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tidak
memuat istilah "Pancasila", Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
mengacu pada "Pancasila". Hal ini didasarkan pada interpretasi historis terutama terkait
dengan pembentukan calon desain dasar negara, yang diterima secara spontan oleh para
peserta rapat.
Secara Terminologis
Rumusan Pancasila menurut Pembukaan UUD 1945 adalah sah dan benar secara
konstitusional sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang disahkan oleh PPKI.
mewakili seluruh rakyat Indonesia.
1. Kesimpulan
A. Pengertian Filsafat
Secara umum
Filsafat mengkaji masalah-masalah umum dan mendasar yang terkait dengan topik-
topik seperti keberadaan, pengetahuan, nilai, akal, pemikiran, dan bahasa. Filsafat
adalah ilmu karena memiliki logika, metode dan sistem. Tetapi filsafat berbeda
dengan ilmu-ilmu lain karena memiliki objek yang sangat luas. Filsafat juga dapat
diartikan sebagai ilmu yang berusaha menemukan akal terdalam di balik semua
pemikiran atau akal. Filsafat dapat diartikan sebagai pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang, yang merupakan konsep dasar dari suatu cita-cita hidup.
Menurut Para Ahli
Pengertian Filsafat Menurut para ahli ada perbedaan pengertian filsafat, yang
bersumber dari berbagai makna filosofis dan keyakinan hidup yang melingkupinya.
Perbedaan pendapat juga bersumber dari perkembangan filsafat itu sendiri, yang
kemudian menyebabkan terpisahnya beberapa ilmu dari filsafat.
Pengertian Pancasila
Secara Umum
Secara etimologis istilah “pancasila” berasal dari sansekerta dari India (bahasa kata
brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad
Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “pancasila” memiliki dua macam arti
secara leksikal yaitu: