Anda di halaman 1dari 11

FILSAFAT PANCASILA

Makalah ini Disusun

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

PENDIDIKAN PANCASILA

Dosen Pengampu

Nur Hidayat, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Bela Amelia Nurmasita Hasibuan (1686206059)

Ika Heri Pratiwi (1686206034)


Emilia Atasila Meli (1686206067)
Melinda Dia Ayu Wulandari (1686206036)
Sisca Dewi Anggraini (1686206037)
Visensia Lastin (1686206054)
Yoseph Oleng Famani (1686206046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP BINA INSAN MANDIRI

SURABAYA
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “FILSAFAT PANCASILA” tepat pada
waktunya, makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Pendidikan Pancasila.
Makalah disusun berdasarkan hasil diskusi yang diharapkan berguna untuk ntuk
menambah pengetahuan Filsafat Pancasila.
Segala petunjuk, arahan dan bantuan dari berbagai pihak yang penulis terima dalam
menyusun makalah ini sangatlah besar artinya. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca demi sempurnanya
Makalah ini.
Demikian harapan kami semoga hasil pengkajian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang
terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Pancasila melalui proses
yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Ideologi Pancasila yang diterapkan di
Indonesia bila dibandingkan dengan ideologi besar lain di dunia mempunyai suatu perbedaan.
Di satu sisi terkadang perbedaan tersebut terasa dekat dan tipis, tetapi di sisi lainnya
perbedaan tersebut sangat jauh dan sangat berbeda.

Permasalahan tentang Ideologi Pancasila bukan hanya sebuah permasalahan yang


berkadar kefilsafatan karena bersifat cita-cita dan normatif namun juga bersifat praksis
karena menyangkut operasionalisasi dan strategi. Hal ini karena ideologi Pancasila juga
menyangkut hal-hal yang mendasarkan suatu ajaran yang menyeluruh tentang makna dan
nilai-nilai hidup, ditentukan secara kongkrit bagaimana manusia harus bertindak. Ideologi
Pancasila tidak hanya menuntu misalnya agar setiap warga negara bertindak adil, saling
tolong menolong, saling menghormati antar sesama manusia, lebih mengutamakan
kepantingan umum daripada kepentingan pribadi atau kepentingan golongan dan sebagainya,
melainkan juga ideologi Pancasila akan menuntut ketaatan kongkrit, harus melaksanakan ini
dan itu, dan bahkan seringkali menuntut dengan mutlak orang harus bersikap dan bertindak
tertentu.

B. Rumusan Masalah
Sebelum kita membahas lebih jauh, alangkah baiknya kami menjelaskan dulu
rumusan bahasan yang akan kami paparkan:
1. Apa saja yang menjadi konsep filsafat ?
2. Mengapa Pancasila sebagai sistem filsafat ?
3. Kenapa Pncasila dikatakan sebagai ideologi dan dasar kehidupan berbangsa dan
bernegara ?
4. Apa saja makna nilai-nilai pancasila ?
C. Tujuan Penulisan
Semoga kita dalam mempelajari bab ini khusunya, dan mata Kuliah Pendidikan
Pancasila umumnya kita akan :

1.      Mahasiswa memahami konsep filsafat


2.      Mahasiswa memahami pancasila sebagai sistem filsafat
3.      Mahasiswa memahami pancasila sebagai ideologi dan dasar kehidupan berbangsa dan
bernegara
4.      Mahasiswa memahami makna nilai-nilai pancasila.
BAB ll
PEMBAHASAN
1.1        Konsep filsafat
A.    Pengertian
Beberapa pengertian filsafat dapat dilihat di bawah ini :
1. Secara etimologis, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani, yang
terdiri dari kata Philein artinya cinta dan Sophia artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta
kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-
sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat
berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
2.       Secara terminologis, pengertian filsafat telah dikemukakan oleh para ahli sebagai:
a.         Pengetahuan segala yang ada (Plato);
b.         Penjelasan rasional dari segala yang ada; penjaga terhadap realitas yang        terakhir
(James K. Feibleman);
c.         Usaha untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan (Harold H. Titus);
d.         Teori tentang perbincangan kritis (John Passmore);
e.         Sistem kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipersoalkan secara radikal, sistematik
dan universal (Sidi Gazalba);
f.          Refleksi menyeluruh tentang segala sesuatu yang disusun secara sistematis, diuji
secara kritis demi hakikat kebenarannya yang terdalam serta demi makna kehidupan
manusia di tengah-tengah alam semesta (Damardjati Supadjar).

Berdasarkan uraian mengenai pengertian filsafat di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa
filsafat adalah alat untuk mencapai atau mencari kebenaran sejati. Namun perlu diingat
bahwa tidak selamanya filsafat digunakan untuk mencapai kebenaran.

B.     Fungsi filsafat
Pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan menyebabkan munculnya disiplin ilmu yang
semakin spesifik (lebih khusus). Berbagai ilmu spesifik tersebut bermunculan di muka bumi
yang perannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Spesialisasi yang terjadi
sedemikian rupa sehingga hubungan antara cabang dan ranting ilmu pengetahuan semakin
kompleks. Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat, tetapi ada pula yang telah
jauh. Bahkan ada yang seolah-olah tidak mempunyai hubungan. Ketika ilmu-ilmu
pengetahuan tersebut terus berusaha memperdalam dirinya, maka pada kedalaman tertentu
akhirnya sampai juga pada filsafat. Sehubungan dengan keadaan tersebut di atas, filsafat
dapat berfungsi sebagai sistem interdisipliner. Filsafat dapat berfungsi menghubungkan ilmu-
ilmu pengetahuan yang telah kompleks tersebut. Filsafat dapat berfungsi sebagai tempat
bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
C.    Guna filsafat
Dengan memperhatikan uraian penjelasan dari fungsi filsafat di atas, filsafat
mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1.   Melatih diri untuk berfikir kritis dan runtuk dan menyusun hasil pikiran tersebut secara
sistematik.
2.   Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berfikir dan bersifat sempit
dan tertutup.
3.   Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian dan memutuskan atau mengambil kesimpulan
mengenai suatu hal secara mendalam dan komprehensif.
4.   Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
5.   Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleran dan tenggang rasa.
6.   Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentingan pribadinya maupun dalam
hubungan dengan orang lain.
7.   Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun hubungan dengan orang
lain alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa.

Filsafat juga memiliki beberapa sifat dasar, yaitu mempunyai tingkat keumuman
yang tinggi, tidak faktawi (mendasarkan pada fakta-fakta yang ada), berkaitan dengan makna,
berkaitan dengan nilai, dan implikatif (memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru, jawaban
yang diperoleh tidak pernah memuaskan sehingga muncullah pertanyaan baru). Metode
dalam filsafat ada empat macam, yaitu:
1.       Metode Analisis, yaitu melakukan perincian terhadap istilah-istilah atau pertanyaan-
pertanyaan ke dalam bagian-bagiannya, agar dapat menangkap makna yang dikandungnya.
2.       Metode Sintesis, yaitu melakukan penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk
menyusun suatu pandangan dunia.
3.       Metode Analitiko Sintesis, yaitu penggabungan antara metode sintesis dan analisis dengan
melakukan perincian terhadap istilah atau pernyataan, kemudian mengumpulkan kembali
suatu istilah atau pengetahuan itu untuk menyusun suatu rumusan umum.
4.       Metode Dialog Sokrates, yang merupakan dialog antara dua pendirian yang berbeda.

1.2 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT.

Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat  dapat dilakukan dengan cara


deduktif dan induktif.
§  Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya
secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
§  Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang
dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang
utuh.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan
bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu
pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan
sesama, dengan masyarakat  bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki
Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang berbeda
dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme,
liberalisme, komunisme dan sebagainya.
Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:
1.      Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata lain,
apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan
Pancasila.
2.      Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai
berikut:
      Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;
      Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan 5;
      Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5;
      Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5;
      Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

 Inti sila-sila Pancasila meliputi:


§  Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
§  Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
§  Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
§  Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
§  Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.
Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti  mengungkapkan konsep-konsep kebenaran
Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia
pada umumnya.
Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan ontologi, epistemologi, dan
aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan.
Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas landasan  Ontologis Pancasila, Epistemologis
Pancasila dan Aksiologis Pancasila.

1.3 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR KEHIDUPAN BERBANGSA


DAN BERNEGARA.

A.Defenisi ideology
Definisi ideologi dapat dilakukan melalui pendekatan bahasa (etimologis) dan istilah.
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu eidos dan logos. Eidos berarti
gagasan dan logos berarti berbicara (ilmu). Maka secara etimologis ideologi adalah berbicara
tentang gagasan, atau ilmu yang mempelajari tentang gagasan. Gagasan yang dimaksud di
sini adalah gagasan yang murni ada dan menjadi landasan atau pedoman dalam kehidupan
masyarakat yang ada atau berdomisili dalam wilayah negara di mana mereka berada.
Secara istilah, ideologi memiliki beragam makna. Dalam beberapa kamus atau referensi,
dapat terlihat bahwa definisi ideologi ada beberapa macam. Keanekaragaman definisi ini
sangat dipengaruhi oleh latar belakang keahlian dan fungsi lembaga yang memberi definisi
tersebut.
--Fungsi Ideologi Dalam Suatu Negara
1.Struktur Kognitif, ialah keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan untuk
memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian di alam sekitar.
2. Orientasi Dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan
tujuan dalam kehidupan manusia.
3. Norma-norma yang menjadi pedoman pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan
bertindak.
4. Bekal dan Jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya, kekuatan yang mampu
menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
5. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta
memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung
didalamnya.

Secara singkat dapat disimpuklan bahwa Pancasila sebagai Ideologi Nasional


berfungsi sebagai tujuan atau cita-cita dari bangsa Indonesia serta sebagai sarana pemersatu
bangsa. Makna Ideologi Pancasila yaitu sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, keyakinan
dan nilai bangsa Indonesia yang secara normatif perlu diwujudkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Fungsi dan peranan pancasila


Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika,
Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan atas beragam budaya dan etnis dari Sabang
sampai Merauke. Dari kenyataan inilah maka fungsi dan peranan Pancasila meliputi:
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia
g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
h. Pancasila sebagai moral pembangunan
i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
1.4 MAKNA NILAI-NILAI PANCASILA

Dalam sila-sila Pancasila terdapat 5 nilai-nilai yang mendasari suatu Negara adalaah :

a. Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan
bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini
menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang
ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk
memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak
berlaku diskriminatif antarumat beragama.
b. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.
c. Nilai Persatuan
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan
rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap
keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia..
d. Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan.
e. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai
dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan
Makmur secara lahiriah atauun batiniah.
Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan
normatif, isinya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional
dan eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai
instrumental tersebut adalah UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya, dengan
bersumber pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai
instrumental penyelenggaraan negara Indonesia.
BAB lll
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Setelah kami berusaha untuk menguraikan pembahasan mengenai filsafat pancasila,
kami dapat menyimpulkan bahwa nsur - unsur Pancasila memang telah di miliki dan di
jalankan oleh bangsa Indonesia sejak dahulu. Oleh karena bukti - bukti sejarah sangat
beraneka ragam wujudnya maka perlu diadakan analisa yang seksama. Karena bukti - bukti
sejarah sebagian ada yang berupa symbol maka diperlukan analisa yang teliti dan tekun
berbagai bahan - bahan bukti itu dapat diabstaksikan sedemikian rupa sehingga diperoleh
hasil - hasil yang memadai. Melalui cara - cara tersebut hasilnya dapat bersifat kritik dan
tentu saja ada kemungkinan yang bersifat spekulatif. Demikian pula adaunsur - unsur yang di
suatu daerah lebih menonjol dari daerah lain misalnya tampak pada perjuangan bangsa
Indonesia dengan peralatan yang sederhana serta tampak pada bangunan dan tulisan dan
perbuatan yang ada
Contoh - contoh yang saya tulis diatas, merupakan sebagian bukti atas perjuangan
bangsa Indonesia sebagai sejarah bukti - bukti atas peninggalan zaman dahulu misalnya arti
dari tiap - tiap bangunan isi dan dan setiap buku tulisan serta lukisan makna dari pembuatan
yang ada dengan mengemukakan contoh - contoh ini saya mengharapkan dapat menimbulkan
rangsangan untuk elakukan penelitian yang seksama terutama dalam rangka mempelajari
filsafat Pancasila dalam tulisan ini setidak - tidaknya saya dapat menyatakan bahwa unsur -
unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri dan bukan jiplakan dari luar. Unsur -
unsur itu telah ada sebelum tanggal 17 Agustus 1945, bahkan sebelum datangnya
kaumpenjajah dan pernah berfungsi secara sempurna.

B.                 Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca dalam
pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan –
kekurangan baik dari bentuk maupun isinya
- kami menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana
pembaca mempelajari tentang filsafat Pancasila 
- Semoga dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA

1.      Achmad Notosoetarjo 1962, Kepribadian Revolusi Bangsa Indonesia


2.      Notonagoro, Pnacasila Dasar Filsafat Negara RI I.II.III
3.       K.Wantjik Saleh 1978, Kitab Kumpulan Peraturan Perundang RI, Jakarta PT. Gramedia
4.       Soediman Kartohadiprojo 1970, Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, Bandung Alumni
5.      http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2105602-makna-pancasila-sebagai-dasar-
negara/

Anda mungkin juga menyukai