Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BIROKRASI PEMERINTAHAN

PENGERTIAN, KONSEP DASAR, MAHDZAB DAN


ALIRAN BIROKRASI

OLEH:

ALDI MAAT SYAHFUTRA


NIM: 1801112378
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Birokrasi Pemerintahan dengan judul
“Pengertian,Aliran dan Mazhab Birokrasi ”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pekanbaru, 2 September 2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….............. 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………. 3
1.2 Rumusan Masalah.…………………………………………………………....... 3
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………….. 4
1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Birokrasi……………………………………………………….........5
2.2 Konsep Dasar Birokrasi………………………………………………………... 9
2.3 Mahdzab Birokrasi……………………………………………………………...15
2.4 Aliran Birokrasi………………………………………………………………....16

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan……..…………………………………………………………….... 19
3.2 Saran……………………….…………………………………………………... 19

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Birokrasi sebagai suatu sistem organisasi formaldimunculkan pertama sekali
oleh Max Weber pada tahun 1947, menurutnya birokrasimerupakan tipe ideal bagi
semua organisasi formal. Ciri organisasi yang mengikuti sistem birokrasi ini ciri-
cirinya adalah pembagian kerja dan spesialisasi, orientasiimpersonal, kekuasaan
hirarkis, peraturan-peraturan, karir yang panjang, danefisiensi. Birokrasi memainkan
peranan aktif di dalam proses politik di kebanyakannegara dan birokrasi
menggunakan banyak aktifitas-aktifitas, diantaranyausaha-usaha paling penting
berupa implementasi Undang-Undang, persiapanproposal legislatif, peraturan
ekonomi, lisensi dalam perekonomian danmasalah-masalah profesional, dan membagi
pelayanan kesejahteraan (HerbertM.Levine, 1.982: 241).
Birokrasi adalah yang merupakan organ utama dalam sistem dan
kegiatanpemerintahan yang bertindak dan berbuat atas nama negara. Birokrasi juga
birokrat merupakan kultur universal yang merasuk ada dimana saja melebihi ideologi
politikdan ekonomi. Eksistensi birokrasi ini sebagai konsekuensi logis dari tugas
utamanegara (pemerintahan) untuk menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat
(socialwelfare). Negara dituntut terlibat dalam memproduksi barang dan jasa
yangdiperlukan oleh rakyatnya (public goods and services) baik secara langsung
maupuntidak. Untuk itu negara mernbangun sistem administrasi yang bertujuan
untukmelayani kepentingan rakyatnya yang disebut dengan istilah birokras
Pada penulisan makalah ini, pembahasan lebih difokuskan pada Pengertian,
Konsep Dasar, Mahdzab dan Aliran Birokrasi. Penulis menganggap pada dewasa ini,
kekeliruan Pengertian, Konsep Dasar, Mahdzab dan Aliran Birokrasiini sering terjadi
dan masyarakat pada umumnya, mahasiswa khususnya tidak memahaminya.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari Latar Belakang tersebut ada beberapa Rumusan Masalah yang
ingin penulis sampaikan yaitu:
1. Apa itu birokrasi?
2. Apa saja konsep dasar dari birokrasi?
3. Apa saja mahdzab birokrasi?
4. Apa saja aliran-aliran dalam birokrasi?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan Rumusan Masalah, Tujuan yang hendak dicapai ialah:
1. Penjelasan pengertian birokrasi
2. Penjelasan tentang konsep dasar birokrasi
3. Penjelasanmahdzab birokrasi
4. Penjelasan aliran-aliran dalam birokrasi

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang timbulpun dari penulisan ini berdasarkan tujuan penelitian yang
hendak dicapai adalah:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil dari penulisan ini bermanfaat untuk
memberikan referensi-referensi bagi masyarakat untuk mengetahui secara
luas akan Pengertian, Konsep Dasar, Mahdzab dan Aliran Birokrasi ini.

2. Manfaat Praktis
Secara Praktis, hasil dari penulisan ini bermanfaat bagi pribadi penulis
untuk menambah wawasan serta bagi mahasiswa untuk menambah
pengetahuan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.2Pengertian Birokrasi
Birokrasi berasal dari kata bureaucracy (bahasa inggrisbureau + cracy),
diartikan sebagai suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk
piramida, di mana lebih banyak orang berada ditingkat bawah daripada tingkat atas,
biasanya ditemui pada instansi yang sifatnya sipil maupun militer.
Pada rantai komando ini setiap posisi serta tanggung jawab kerjanya
dideskripsikan dalam organigram. Organisasi ini pun memiliki aturan dan prosedur
ketat sehingga cenderung kurang fleksibel. Ciri lainnya adalah biasanya terdapat
banyak formulir yang harus dilengkapi dan pendelegasianwewenang harus dilakukan
sesuai dengan hierarki kekuasaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), birokrasi adalah sistem
pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah yang berpegang pada hierarki
dan jenjang jabatan. Birokrasi juga dapat didefinisikan yaitu cara bekerja atau susunan
pekerjaan yang banyak liku-likunya, menurut tata aturan (adat dan sebagainya)

Didalam mendefinisikan birokrasi ini sendiri, terdapat beberapa tokoh yang ikut
serta mendefinisikanya, antara lain:

Menurut Max Weber, pengertian birokrasi adalah suatu bentuk organisasi


yang penerapannya berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai. Birokrasi ini
dimaksudkan sebagai suatu sistem otoritas yang ditetapkan secara rasional oleh
berbagai macam peraturan untuk mengorganisir pekerjaan yang dilakukan oleh
banyak orang.

2. Fritz Morstein Marx

Menurut Fritz Morstein Marx (1984), pengertian birokrasi adalah suatu


tipe organisasi yang digunakan oleh pemerintah modern untuk melaksanakan
tugas-tugasnya yang bersifat spesialis, dilaksanakan dalam sistem administrasi
dan khususnya oleh aparatur pemerintah.

5
3. Peter A. Blau dan Charles H. Page

Menurut Peter A. Blau dan Charles H. Page (1956), arti birokrasi adalah
suatu tipe organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administratif
yang besar, yaitu dengan cara mengkoordinir secara sistematik pekerjaan yang
dilakukan oleh banyak orang.

4. Riant Nugroho Dwijowijoto

Menurut Riant Nugroho Dwijowijoto (2004), pengertian birokrasi adalah


suatu lembaga yang sangat kuat dengan kemampuan untuk meningkatkan
kapasitas-kapasitas potensial terhadap hal-hal yang baik maupun buruk dalam
keberadaannya sebagai instrumen administrasi rasional yang netral pada skala
yang besar.

5. Farel Heady

Menurut Farel Heady (1989), pengertian birokrasi adalah suatu struktur


organisasi yang memiliki karakteristik tertentu; hierarki, diferensiasi, dan
kualifikasi atau kompetensi. Hierarkhi berkaitan dengan struktur jabatan yang
mengakibatkan perbedaan tugas dan wewenang antar anggota organisasi.

Dalam kehidupan sehari-hari istilah Birokrasi setidak-tidaknya dimaknai


sebagai berikut (Albrow dalam Zauhar, 1996):

1. Bureaucracy as Rational Organization

Birokasi sebagai Organisasi Rasional. Dalam pengertian ini birokrasi


dimaknai sebagai suatu organisasi yang rasional dalam melaksanakan setiap
aktivitasnya. Setiap tindakan birokrasi hendaknya mengacu pada pertimbangan-
pertimbangan rasional.

6
2. Bureaucracy as Rule by Official

Birokrasi sebagai Aturan yang dijalankan oleh para pejabat. Birokrasi


merupakan seperangkat aturan yang dijalankan oleh para pejabat dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aturan-aturan itu dibuat guna
mempermudah proses pelayanan publik. Namun pada kenyataannya aturan
tersebut sering disalahgunakn demi kepentingan pejabat yang bersangkutan.
Akibatnya masyarakat menjadi antipati dengan berbagai aturan yang dibuat
oleh pejabat publik dan cenderung tidak ditaati.

3. Bureaucracy as Organizational Ineficiency

Birokrasi sebagai Pemborosan yang dilakukan oleh organisasi.


Pemborosan (ineficiency) yang dimaksudkan adalah pemborosan dalam segi
waktu, tenaga, finansial maupun sumber daya lainnya. Seringkali niat baik
birokrasi untuk memberikan layanan yang efisien justru berbalik menjadi
layanan yang tidak efisien dan mengecewakan masyarakat. Karena itu
masyarakat menjadi apatis terhadap berbagai slogan efisiensi yang
disampaikan oleh aparat birokrasi. Semangat debirokratisasi menjadi tidak
bermakna karena tidak diimbangi dengan sikap dan perilaku para pejabat yang
tidak konsisten dan konsekuen dengan pernyataannya. Birokrasi justru
dianggap sebagai tempat bersarangnya berbagai penyakit organisasi modern
seperti pembengkakan pegawai, biaya tinggi dan sulit beradaptasi dengan
lingkungannya.

Bureaucracy as Public Administration

Birokrasi sebagai Administrasi Publik. Birokrasi dalam hal ini disama


artikan dengan administrasi publik. Administrasi Publik adalah proses
pengelolaan sumber daya publik untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
masyarakat. Birokrasi adalah unsur pelaksana dari administrasi publik agar
tujuan pelayanan kepada masyarakat tercapai secara efektif, efisien dan
rasional.

Bureaucracy as Administration by Officials

Birokrasi sebagai Administrasi yang dilaksanakan oleh para pegawai.


Dalam hal ini pemahaman terhadap makna birokrasi hampir sama dengan
bureaucracy as rule by official dan bureaucracy as public administration.
7
Bureaucracy as the Organization

Birokrasi sebagai Organisasi. Organisasi yang dimaksudkan adalah


organisasi memiliki struktur dan aturan-aturan yang jelas dan formal.
Organisasi merupakan suatu sistem kerjasama yang melibatkan banyak orang,
dimana setiap orang mempunyai peran dan fungsi serta tugas yang saling
mendukung demi tercapainya tujuan organisasi. Organisasi sebagai sistem
kerjasama berarti: (a) sistem mengenai pekerjaan-pekerjaan yang dirumuskan
secara baik, dimana masing-masing mengandung wewenang, tugas dan
tanggung jawab yang memungkinkan setiap orang dapat bekerjasama secara
efektif; (b) sistem penugasan pekerjaan kepada orang-orang berdasarkan
kekhususan bidang kerja masing-masing; (c) sistem yang terencana dari suatu
bentuk kerjasama yang memberikan peran tertentu untuk dilaksanakan kepada
anggotanya.

4. Bureaucracy as Modern Society

Birokrasi merupakan ciri dari masyarakat modern. Bagi masyarakat


modern keberaturan merupakan sebuah kemestian. Keberaturan itu dapat
dicapai jika dilaksanakan oleh suatu institusi formal yang dapat
mengendalikan perilaku menyimpang masyarakat. Institusi formal itu adalah
birokrasi.

Secara etimologi Birokrasi berasal dari istilah ‘buralist’ yang


dikembangkan oleh Reiheer von Stein pada 1821, kemudian menjadi
‘bureaucracy’ yang akhir-akhir ini ditandai dengan cara-cara kerja yang
rasional, impersoal dan leglistik (Thoha, 1995 dalam Hariyoso, 2002).

Birokrasi menurut Evers dalam Zauhar (1996) dapat diklasifikasikan ke dalam


tiga kategori yaitu:

1. Birokrasi dipandang sebagai rasionalisme prosedur pemerintahan dan


aparat administrasi publik. Makna ini adalah sejalan dengan ide Weber
tentang birokrasi, dan oleh Evers dinamakan Birokrasi Weber (BW).

2. Birokrasi dipandang sebagai bentuk organisasi yang membengkak dan


jumlah pegawai yang besar. Konsep inilah yang sering disebut Parkinson
Law.

8
3. Birokrasi dipandang sebagai perluasan kekuasaan pemerintah dengan
maksud mengontrol kegiatan masyarakat. Oleh Evers (dalam Zauhar)
disebut Orwelisasi.

2.1 Konsep Dasar Birokrasi


Konsep-konsep birokrasi secara awam lekat dengan stempel “tak efektif”,
“lambat”, “kaku”, bahkan “menyebalkan.” Stempel-stempel seperti ini pada satu sisi
menemui sejumlah kebenarannya pada fakta lapangan. Namun, sebagian lain
merupakan stereotipe yang sesungguhnya masih dapat diperdebatkan keabsahannya.

Max Weber on Bureaucracy

Sebelum masuk pada pandangan Weber soal Birokrasi ada baiknya ditinjau
etimologi (asal-usul) konsep ini yang berasal dari kata “bureau”. Kata “bureau”
berasal dari Perancis yang kemudian diasimilasi oleh Jerman. Artinya adalah meja
atau kadang diperluas jadi kantor. Sebab itu, terminologi birokrasi adalah aturan yang
dikendalikan lewat meja atau kantor. Di masa kontemporer, birokrasi adalah "mesin"
yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang ada di organisasi baik pemerintah
maupun swasta. Pada pucuk kekuasaan organisasi terdapat sekumpulan orang yang
menjalankan kekuasaan secara kurang birokratis, dan dalam konteks negara, mereka
misalnya parlemen atau lembaga kepresidenan.
Hal yang perlu disampaikan, Max Weber sendiri tidak pernah secara definitif
menyebutkan makna Birokrasi. Weber menyebut begitu saja konsep ini lalu
menganalisis ciri-ciri apa yang seharusnya melekat pada birokrasi. Gejala birokrasi
yang dikaji Weber sesungguhnya birokrasi-patrimonial. Birokrasi-Patrimonial ini
berlangsung di waktu hidup Weber, yaitu birokrasi yang dikembangkan pada Dinasti
Hohenzollern di Prussia.
Birokrasi tersebut dianggap oleh Weber sebagai tidak rasional. Banyak
pengangkatan pejabat yang mengacu pada political-will pimpinan Dinasti. Akibatnya
banyak pekerjaan negara yang “salah-urus” atau tidak mencapai hasil secara
maksimal. Atas dasar “ketidakrasional” itu, Weber kemudian mengembangkan apa
yang seharusnya (ideal typhus) melekat di sebuah birokrasi.

9
Weber terkenal dengan konsepsinya mengenai tipe ideal (ideal typhus) bagi
sebuah otoritas legal dapat diselenggarakan, yaitu:

1. tugas-tugas pejabat diorganisir atas dasar aturan yang berkesinambungan;


2. tugas-tugas tersebut dibagi atas bidang-bidang yang berbeda sesuai dengan fungsi-
fungsinya, yang masing-masing dilengkapi dengan syarat otoritas dan sanksi-
sanksi;
3. jabatan-jabatan tersusun secara hirarkis, yang disertai dengan rincian hak-hak
kontrol dan pengaduan (complaint);
4. aturan-aturan yang sesuai dengan pekerjaan diarahkan baik secara teknis maupun
secara legal. Dalam kedua kasus tersebut, manusia yang terlatih menjadi
diperlukan;
5. anggota sebagai sumber daya organisasi berbeda dengan anggota sebagai individu
pribadi;
6. pemegang jabatan tidaklah sama dengan jabatannya;
7. administrasi didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis dan hal ini cenderung
menjadikan kantor (biro) sebagai pusat organisasi modern; dan
8. sistem-sistem otoritas legal dapat mengambil banyak bentuk, tetapi dilihat pada
bentuk aslinya, sistem tersebut tetap berada dalam suatu staf administrasi
birokratik.

Bagi Weber, jika ke-8 sifat di atas dilekatkan ke sebuah birokrasi, maka
birokrasi tersebut dapat dikatakan bercorak legal-rasional.
Selanjutnya, Weber melanjutkan ke sisi pekerja (staf) di organisasi yang legal-
rasional. Bagi Weber, kedudukan staf di sebuah organisasi legal-rasional adalah
sebagai berikut:

1. para anggota staf bersifat bebas secara pribadi, dalam arti hanya menjalankan
tugas-tugas impersonal sesuai dengan jabatan mereka;
2. terdapat hirarki jabatan yang jelas;
3. fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas;
4. para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak;
5. para pejabat dipilih berdasarkan kualifikasi profesional, idealnya didasarkan pada
suatu diploma (ijazah) yang diperoleh melalui ujian;

10
6. para pejabat memiliki gaji dan biasanya juga dilengkapi hak-hak pensiun. Gaji
bersifat berjenjang menurut kedudukan dalam hirarki. Pejabat dapat selalu
menempati posnya, dan dalam keadaan-keadaan tertentu, pejabat juga dapat
diberhentikan;
7. pos jabatan adalah lapangan kerja yang pokok bagi para pejabat;
8. suatu struktur karir dn promosi dimungkinkan atas dasar senioritas dan keahlian
(merit) serta menurut pertimbangan keunggulan (superior);
9. pejabat sangat mungkin tidak sesuai dengan pos jabatannya maupun dengan
sumber-sumber yang tersedia di pos terbut, dan;
10. pejabat tunduk pada sisstem disiplin dan kontrol yang seragam.

Weber juga menyatakan, birokrasi itu sistem kekuasaan, di mana pemimpin


(superordinat) mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem birokrasi
menekankan pada aspek “disiplin.” Sebab itu, Weber juga memasukkan birokrasi
sebagai sistem legal-rasional. Legal oleh sebab tunduk pada aturan-aturan tertulis dan
dapat disimak oleh siapa pun juga. Rasional artinya dapat dipahami, dipelajari, dan
jelas penjelasan sebab-akibatnya.
Khususnya, Weber memperhatikan fenomena kontrol superordinat atas
subordinat. Kontrol ini, jika tidak dilakukan pembatasan, berakibat pada akumulasi
kekuatan absolut di tangan superordinat. Akibatnya, organisasi tidak lagi berjalan
secara rasional melainkan sesuai keinginan pemimpin belaka. Bagi Weber, perlu
dilakukan pembatasan atas setiap kekuasaan yang ada di dalam birokrasi, yang
meliputi point-point berikut:

1. Kolegialitas. Kolegialitas adalah suatu prinsip pelibatan orang lain dalam


pengambilan suatu keputusan. Weber mengakui bahwa dalam birokrasi, satu
atasan mengambil satu keputusan sendiri. Namun, prinsip kolegialitas dapat saja
diterapkan guna mencegah korupsi kekuasaan.
2. Pemisahan Kekuasaan. Pemisahan kekuasaan berarti pembagian tanggung jawab
terhadap fungsi yang sama antara dua badan atau lebih. Misalnya, untuk
menyepakati anggaran negara, perlu keputusan bersama antara badan DPR dan
Presiden. Pemisahan kekuasaan, menurut Weber, tidaklah stabil tetapi dapat
membatasi akumulasi kekuasaan.

11
3. Administrasi Amatir. Administrasi amatir dibutuhkan tatkala pemerintah tidak
mampu membayar orang-orang untuk mengerjakan tugas birokrasi, dapat saja
direkrut warganegara yang dapat melaksanakan tugas tersebut. Misalnya, tatkala
KPU (birokrasi negara Indonesia) “kerepotan” menghitung surat suara bagi tiap
TPS, ibu-ibu rumah tangga diberi kesempatan menghitung dan diberi honor. Tentu
saja, pejabat KPU ada yang mendampingi selama pelaksanaan tugas tersebut.
4. Demokrasi Langsung. Demokrasi langsung berguna dalam membuat orang
bertanggung jawab kepada suatu majelis. Misalnya, Gubernur Bank Indonesia,
meski merupakan prerogatif Presiden guna mengangkatnya, terlebih dahulu harus
di-fit and proper-test oleh DPR. Ini berguna agar Gubernur BI yang diangkat
merasa bertanggung jawab kepada rakyat secara keseluruhan.
5. Representasi. Representasi didasarkan pengertian seorang pejabat yang diangkat
mewakili para pemilihnya. Dalam kinerja birokrasi, partai-partai politik dapat
diandalkan dalam mengawasi kinerja pejabat dan staf birokrasi. Ini akibat
pengertian tak langsung bahwa anggota DPR dari partai politik mewakili rakyat
pemilih mereka.

Hingga kini, pengertian orang mengenai birokrasi sangat dipengaruhi oleh


pandangan-pandangan Max Weber di atas. Dengan modifikasi dan penolakan di
sana-sini atas pandangan Weber, analisis birokrasi mereka lakukan.

Konsep Birokrasi Martin Albrow

Martin Albrow adalah sosiolog dari Inggris. Ia banyak menulis seputar


pandangan para ahli seputar konsep birokrasi Weber. Akhirnya, ia sendiri
mengajukan beberapa konsepsinya seputar birokrasi. Albrow membagi 7 cara
pandang mengenai birokrasi. Ketujuh cara pandang ini dipergunakan sebagai
pisau analisa guna menganalisis fenomena birokrasi yang banyak dipraktekkan di
era modern. Ketujuh konsepsi birokrasi Albrow adalah :

12
1. Birokrasi sebagai organisasi rasional

Birokrasi sebagai organisasi rasional sebagian besar mengikut pada


pemahaman Weber. Namun, rasional di sini patut dipahami bukan sebagai
segalanya terukur secara pasti dan jelas. Kajian sosial tidak pernah menghasilkan
sesuatu yang pasti menurut hipotesis yang diangkat. Birokrasi dapat dikatakan
sebagai organisasi yang memaksimumkan efisiensi dalam administrasi. Secara
teknis, birokrasi juga mengacu pada mode pengorganisasian dengan tujuan
utamanya menjaga stabilitas dan efisiensi dalam organisasi-organisasi yang besar
dan kompleks. Birokrasi juga mengacu pada susunan kegiatan yang rasional yang
diarahkan untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
Perbedaan dengan Weber adalah, jika Weber memaklumkan birokrasi
sebagai “organisasi rasional”, Albrow memaksudkan birokrasi sebagai “organisasi
yang di dalamnya manusia menerapkan kriteria rasionalitas terhadap tindakan
mereka.”

2. Birokrasi sebagai Inefesiensi Organisasi

Birokrasi merupakan antitesis (perlawanan) dari dari vitalitas administratif


dan kretivitas manajerianl. Birokrasi juga dinyatakan sebagai susunan manifestasi
kelembagaan yang cenderung ke arah infleksibilitas dan depersonalisasi. Selain
itu, birokrasi juga mengacu pada ketidaksempurnaan dalam struktur dan fungsi
dalam organisasi-organisasi besar.
Birokrasi terlalu percaya kepada preseden (aturan yang dibuat
sebelumnya), kurang inisiatif, penundaan (lamban dalam berbagai urusan),
berkembangbiaknya formulir (terlalu banyak formalitas), duplikasi usaha, dan
departementalisme. Birokrasi juga merupakan organisasi yang tidak dapat
memperbaiki perilakunya dengan cara belajar dari kesalahannya. Aturan-aturan di
dalam birokrasi cenderung dipakai para anggotanya untuk kepentingan diri
sendiri.

13
3. Birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan oleh pejabat.

Birokrasi merupakan pelaksanaan kekuasaan oleh para administrator yang


profesional. Atau, birokrasi merupakan pemerintahan oleh para pejabat. Dalam
pengertian ini, pejabat memiliki kekuasaan untuk mengatur dan melakukan
sesuatu. Juga, seringkali dikatakan birokrasi adalah kekuasaan para elit pejabat.

4. Birokrasi sebagai administrasi negara (publik)

Birokrasi merupakan komponen sistem politik, baik administrasi


pemerintahan sipil ataupun publik. Ia mencakup semua pegawai pemerintah.
Birokrasi merupakan sistem administrasi, yaitu struktur yang mengalokasikan
barang dan jasa dalam suatu pemerintahan. Lewat birokrasi, kebijakan-kebijakan
negara diimplementasikan.

5. Birokrasi sebagai administrasi yang dijalankan pejabat.

Birokrasi dianggap sebagai sebuah struktur (badan). Di struktur itu, staf-


staf administrasi yang menjalankan otoritas keseharian menjadi bagian penting.
Staf-staf itu terdiri dari orang-orang yang diangkat. Mereka inilah yang disebut
birokrasai-birokrasi. Fungsi dari orang-orang itu disebut sebagai administrasi.

6. Birokrasi sebagai suatu organisasi

Birokrasi merupakan suatu bentuk organisasi berskala besar, formal, dan


modern. Suatu organisasi dapat disebut birokrasi atau bukan mengikut pada ciri-
ciri yang sudah disebut.

7. Birokrasi sebagai masyarakat modern

Birokrasi sebagai masyarakat modern, mengacu pada suatu kondisi di


mana masyarakat tunduk kepada aturan-aturan yang diselenggarakan oleh
birokrasi. Untuk itu, tidak dibedakan antara birokrasi perusahaan swasta besar
ataupun birokrasi negara. Selama masyarakat tunduk kepada aturan-aturan yang
14
ada di dua tipe birokrasi tersebut, maka dikatakan bahwa masyarakat tersebut
dikatakan modern.

2.2 Mahdzab Birokrasi


Mazab yaitu golongan pemikir yang sepaham dalam teori, ajaran, atau aliran
tertentu di bidang ilmu, cabang kesenian, dsb. Birokrasi merupakan mesin yang
menjalankan suatu negara (state michenary). Jika tidak ada Negara maka tidak ada
birokrasi. Begitupun tidak ada Negara yang dapat berjalan tanpa adanya birokrasi.
Terdapat dua pandangan mengenai birokrasi :
1. Mazhab Kebutuhan Rakyat yang memandang birokrasi ada karena
dibutuhkan masyarakat. Oleh karena itu tugas utama birokrasi adalah
untuk melayani kebutuhan masyarakat. Pelayanan publik menyesuaikan
dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Mazhab Kekuasaan, Mazhab ini menyatakan bahwa seorang penguasa
pastilah orang yang kuat, Penguasa yang kuat harus dilayani oleh
pembantu (aparat) yang solid, kuat, loyal, dan dapat dipercaya. Dengan
demikian, birokrasi dibentuk sebagai sarana bagi penguasa untuk
mengimplementasikan kekuasaan dan kepentingan mereka dalam
mengatur kehidupan negara..
Dari kedua mazhab tersebut, dapat diambil tiga pemaknaan dalam birokrasi :
 Positif : Birokrasi adalah organisasi yang membantu masyarakat dalam
mencapai tujuan-tujuannya secara efektif dan efisien.
 Negatif : ketika organisasi birokrasi dikatakan sebagai organisasi yang
organisasi boros, tidak efisien dan tidak efektif, korup, dan lain-lain.
Birokrasi adalah alat penguasa untuk menindas rakyatnya, yang berarti
birokrasi harus selalu tunduk dan patuh pada penguasa dan tidak perlu
memperhatikan rakyatnya.
 Birokrasi sebagai organisasi netral : dimana hanya menjalankan pekerjaan
teknis administratif dari kehidupan pemerintah (Negara).
Pemikiran pertama menyebutkan bahwa penguasa yang kuat harus dilayani
oleh para pembantu (aparat) yang cerdas dan dapat dipercaya (loyal). Konsep
pemikiran ini banyak diilhami oleh pemikiran politik Nicollo Machiavelli.

15
Dengan demikian birokrasi dibentuk sebagai sarana bagi penguasa untuk
mengimplementasikan kekuasaan (power) dan kepentingan (interest) mereka dalam
mengatur kehidupan negara. Dalam paham tradisional Jawa misalnya, aparatur
birokrasi (punggawa kerajaan) disebut sebagai abdi dalem ingkang sinuwun (abdi
raja). Sehingga mereka sepenuhnya bertanggung jawab kepada raja, dan bukan
kepada rakyat.
Pemikiran kedua menyatakan, bahwa birokrasi ada karena memang rakyat
menghendaki eksistensi mereka untuk membantu masyarakat mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang telah ditetapkan bersama.

2.3 Aliran Birokrasi


Dalam ilmu politik, terdapat beberapa teori (yang menonjol) dalam
membentuk institusi (birokrasi) di berbagai Negara, yaitu:
1. Teori rational administrative model
2. Teori power block model
3. Teori bureaucratic oversupply model
4. Teori new public service

1. Teori rational-administrative model


Teori rational-administrative model dalah model yang dikembangkan oleh
Max Weber. Model ini menyatakan bahwa birokrasi yang ideal adalah birokrasi yang
berdasarkan pada sistem peraturan yang rasional, dan tidak berdasarkan pada
paternalisme kekuasaan dan kharisma. Dalam teori ini, birokrasi harus dibentuk
secara rasional sebagai organisasi sosial yang dapat diandalkan, terukur, dapat
diprediksikan, dan efisien. Penciptaan birokrasi secara rasional ini adalah tuntutan
demokratisasi yang mensyaratkan diimplementasikannya law enforcement dan
legalisme formal dalam tugas-tugas penyelenggaraan negara. Oleh karena itu
birokrasi harus diciptakan sebagai sebuah organisasi yang terstruktur, kuat, dan
memiliki sistem kerja yang terorganisir dengan baik. Contoh penerapan dari teori ini
adalah pada negaranegara dengan tipe kepemimpinan yang dominan.

16
2. Teori power block model

Teori power block model Adalah berdasar pada pemikiran bahwa birokrasi
adalah merupakan penghalang (block) rakyat dalam melaksanakan kekuasaan.
Pemikiran bahwa birokrasi merupakan alat pembendung kekuasaan rakyat (yang
diwakili oleh politisi) memiliki keterkaitan erat dengan ideologi Marxisme. Oleh
Marx, birokrasi dipandang sebagai sebuah fenomena yang memiliki keterkaitan erat
dengan proses dialektika kelas sosial antara si kaya dan si miskin. Marx memandang
bahwa birokrasi merupakan sebuah wujud mekanisme pertahanan dan organ dari
kaum bourgeois (borjuis) untuk mempertahankan kekuasaan dalam sistem kapital.
Birokrat tidak segan-segan untuk menjadi agen kaum kaya untuk menekan dan
mengeksploitasi kaum miskin, misalnya ketika mereka melakukan penggusuran,
membuat peraturan ketenagakerjaan yang menguntungkan kaum pengusaha,
menghambat organisasi kelompok tani/buruh, dsb. Contoh dari penerapan teori ini
adalah pada negaranegara dengan ideologi komunis. Oleh karena itu para pemikir
teori ini mengusulkan untuk mengadakan ”revolusi politik”, dimana birokrasi harus
dirubah sebagai alat rakyat kaum proletariat yang dapat dikomando oleh para politisi,
dan dijauhkan dari keintiman hubungan dengan para pengusaha/ pemilik kapital. Hal
ini dapat dialkukan dengan mengurangi sesdikit mungkin kekuasaan birokrasi dan
memperketat pengawasan oleh politisi sebagai wakil rakyat. Tokoh dari model ini
adalah : Ralp Miliband (1969), Trotsky (1937).

3. Teori bureaucratic oversupply model

Teori bureaucratic oversupply model adalah sebuah teori yang berbasis pada
pemikiran ideologi liberalisme. Teori ini muncul sebagai respon dari teori birokrasi
Weber maupun Karl Max. Teori ini pada intinya menyoroti kapasitas organisasi
birokrasi yang dipandang terlalu besar (too large), terlalu mencampuri urusan rakyat
(too intervenee), dan mengkonsumsi terlalu banyak sumber daya (consumning too
many scarce resources). Pejabat birokrasi dimotivasi oleh kepentingankepentingan
mereka sendiri. Oleh karenanya, mereka cenderung untuk membesarkan institusi
mereka agar mempermudah pekerjaan dan tanggung jawab memperbanyak anggaran,
dan memiliki kewenangan sebanyak mungkin. Contoh dari penerapan model ini
adalah pada negara-negara berkembang pada umumnya. Karenanya para pemikir teori
ini menuntut agar kapasitas birokrasi diperkecil (dengan semboyan less government),

17
dengan cara jumlah aparatur dikurangi dan peranan hendaknya didelegasikan kepada
sektor swasta (private sector). Tokoh dari teori ini adalah Niskanen (1971), dan
Anthony Down (1967).

4. Teori new public service

Teori new public service merupakan bentuk antithesa (penentangan) terhadap


pemikiran bahwa peranan birokrasi hendaknya diserahkan kepada mekanisme pasar.
Menurut teori ini bagaimanapun juga birokrasi merupakan organisasi yang memiliki
peranan dan corak kerja yang berbeda dengan sektor swasta sehingga peranannya
tidak mungkin digantikan dengan organisasi swasta (private sector). Baik buruknya
organisasi birokrasi bukan terletak pada apakah mereka memenuhi standart nilai-nilai
pasar atau tidak, melainkan pada persoalan apakah mereka bisa memberikan
pelayanan yang terbaik bagi rakyat. Sehingga peranan birokrasi justru harus
dikembalikan kepada fitrahnya yaitu sebagai pelayan publik. Birokrasi adalah alat
rakyat belaka, dan harus tunduk kepada apapun suara rakyat, sepanjang suara itu sah,
dan legitimate secara normative dan konstitusional.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai
pemerintah yang berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Birokrasi juga dapat
didefinisikan yaitu cara bekerja atau susunan pekerjaan yang banyak liku-likunya,
menurut tata aturan (adat dan sebagainya).
Konsep-konsep birokrasi secara awam lekat dengan stempel “tak efektif”,
“lambat”, “kaku”, bahkan “menyebalkan.” Stempel-stempel seperti ini pada satu sisi
menemui sejumlah kebenarannya pada fakta lapangan. Namun, sebagian lain
merupakan stereotipe yang sesungguhnya masih dapat diperdebatkan keabsahannya.
Terdapat dua konsep yakni Max Weber on Bureaucracy dan Konsep Birokrasi Martin
Albrow.
Terdapat dua pandangan mengenai birokrasi yaitu Mazhab Kebutuhan Rakyat
yang memandang birokrasi ada karena dibutuhkan masyarakat. Oleh karena itu tugas
utama birokrasi adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat. Pelayanan publik
menyesuaikan dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan Mazhab
Kekuasaan, Mazhab ini menyatakan bahwa seorang penguasa pastilah orang yang
kuat, Penguasa yang kuat harus dilayani oleh pembantu (aparat) yang solid, kuat,
loyal, dan dapat dipercaya. Dengan demikian, birokrasi dibentuk sebagai sarana bagi
penguasa untuk mengimplementasikan kekuasaan dan kepentingan mereka dalam
mengatur kehidupan negara.
Didalam ilmu politik, terdapat beberapa teori (yang menonjol) dalam
membentuk institusi (birokrasi) di berbagai Negara, yaitu: Teori rational
administrative model ,Teori power block model, Teori bureaucratic oversupply model
dan Teori new public service
3.2 Saran
Dalam rangka membangun pemerintahan yang baik, haruslah diperlukan
perhatian yang lebih baik lagi agar tidak terjadinya berbagai penyimpangan-
penyimpangan berdasarkan konsep ataupun teori dari Pengertian, Konsep Dasar,
Mahdzab dan Aliran Birokrasi ini dan juga agar birokrat ataupun sistem pemerintahan
tidak dipandang buruk lagi oleh masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Martin Albrow, Birokrasi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, Cet.3, 2004)


Armada Riyanto, Hariono dan Priyatmoko Dirdjsuseno.2011.
Politik Demokrasi
DR. Murtir Jeddawi.Reformasi Birokrasi, Kelembagaan, Pembinaan,PNS
.2008. Total media. Yokyakarta
DR. R Siti Zuhro, MA.Negaracivil Societ &Demokratisasi . 2012.
IntransPublishing.Malang Jatim.
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-birokrasi-adalah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Birokrasi
https://www.academia.edu/37666355/3.ALIRAN_PEMIKIRAN_BIROKRASI.docx
. http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/SosialBudaya/article/download/372/355

20

Anda mungkin juga menyukai