publik
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam tak lupa senantiasa kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
kita harapkan syafa’atnya di yaumulqiyamah nanti, amin. Penyusunan makalah ini dibuat
guna memenuhi tugas mata kuliah kebijakan pemerintah. Tak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada dosen kita, Bapak Dahlawi, M.Si. yang telah membimbing dan
mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari penyusunan makalah ini
jauh dari sempuna. Oleh sebab itu, penulis memohon kepada pembaca atas kritik dan saran
guna melengkapi makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah
wawasan bagi pembaca dan penulis sendiri. Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
…………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..
………………..ii
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Birokrasi……………………………………………………………………………..
…….3
DAFTAR PUSTAKA…………………………………..
………………………………………..11
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah sebuah negara yang berazaskan Pancasila dan memiliki sumber
hukum yaitu UUD 1945. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara diatur oleh hukum dan berbagai macam peraturan baik itu undang-
undang, perpres, perpu, peraturan pemerintah, perda, dan lain sebagainya. Indonesia telah
mengalami berbagai macam peristiwa yang menyangkut sistem pemerintahan.
Kini Indonesia memasuki masa reformasi. Masa dimana demokrasi dan kebebasan
berpendapat menjadi yang utama di negeri ini. Sistem pemerintahan Indonesia dari waktu ke
waktu semakin berkembang. Sampai sekarang sudah terjadi banyak sekali perubahan yang
berarti dalam sistem pemerintahan Indonesia, salah satunya adalah perubahan dalam sistem
birokrasi.
Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas. Dalam
kehidupan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi memberikan berbagai pelayanan
publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan atau
pun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang
pendidikan, kesehatan, utlilitas, dan lainnya. Berbagai gerakan reformasi publik (public
reform) yang dialami negara-negara maju pada awal tahun 1990-an banyak diilhami oleh
tekanan masyarakat akan perlunya peningkatan kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh
pemerintah.
Di Indonesia, upaya memperbaiki pelayanan sebenarnya juga telah sejak lama dilaksanakan
oleh pemerintah, antara lain melalui Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman
Penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di Bidang Usaha. Upaya ini dilanjutkan dengan
Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81/1993 tentang
Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum. Untuk lebih mendorong komitmen aparatur
pemerintah terhadap peningkatan mutu pelayanan, maka telah diterbitkan pula Inpres No. 1
Tahun 1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur Pemerintah
Kepada Masyarakat. Pada perkembangan terakhir telah diterbitkan pula Keputusan Menpan
No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan
Publik.Oleh karena saya membuat makalah ini dengan judul “ Pelayanan Publik
Pemerintahan Daerah” ,dan diharapkan agar kita lebih memahami tentang Pelayanan Publik
Daerah tersebut.
1.2. Rumus masalah
Untuk memenuhi tugas yang telah di berikan oleh dosen, serta untuk mengetahui dan
mendeskribsikan serta mengetahui apa saja keterkaitan birokrasi dalam bernegara ini.
Juga untuk mengetaui bagaimana pelayanan publik yang seharusnya diterapkan agar terjadi
ke esiensian di masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Birokrasi
Jika kita mendengar kata birokrasi maka langsung yang ada dipikiran kita adalah
bahwasannya kita berhadapan dengan suatu prosedur yang berbelit-belit, dari meja ke suatu
meja yang lain, yang ujung-ujungnya adalah biaya yang serba mahal.
Untuk memahami apa itu birokrasi, mari kita mencermati pendapat para ahli mengenai apa
sebenarnya yang dimaksud dengan birokrasi:
Berdasarkan uraian-uraian tersebt diatas, dapat dirumuskan bahwa birokrasi adalah suatu
prosedur yang efektis dan efesien yang didasrkan oleh teori dan aturan yang berlaku serta
memiliki spesialisasi menurut tujuan yang telah di tetapkan oleh organisasi atau instansi.
Karakteristik birokrasi yang umum diacu adalah yang diajukan oleh Max Weber. Menurut
Weber, paling tidak terdapat 8 karakteristik birokrasi, yaitu:
Ditinjau secara politik, karakteristik birokrasi menurut Weber hanya menyebut hal-hal yang
ideal. Artinya, terkadang pola pengangkatan pegawai di dalam birokrasi yang seharusnya
didasarkan atas jenjang pendidikan atau hasil ujian, kerap tidak terlaksana. Ini diakibatkan
masih berlangsungnya pola pengangkatan pegawai berdasarkan kepentingan pemerintah.
Max Weber menyadari bahwa bentuk “birokrasi yang ideal” itu tidak ada dalam
realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai
landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar.
Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.
Max Weber lahir 1864, di tengah-tengah keluarga profesional Prussia kelas menengah. Ia
belajar pada beberapa universitas di Jerman seperti Heidelberg, Goettingen, dan Berlin.
Kemudian studinya dilanjutkan setelah dia bekerja sebagai hakim di pengadilan Berlin. Ia
memperoleh penghargaan tertinggi akademik sebagai profesor penuh di bidang ekonomi dari
universitas Freiburg ketika berusia 30 tahun. Gelar profesor di Jerman kala itu dihargai amat
tinggi dibandingkan penghargaan yang diberikan oleh negara manapun. Weber mampu
meraih penghargaan tertinggi tersebut pada usia begitu muda pada jamannya. Max Weber
menulis pada permulaan abad 19 dan telah mengembangkan sebuah model struktural yang ia
katakan sebagai alat yang paling efisien bagi organisasi-organisasi untuk mencapai tujuan-
tujuannya. Ia menyebut struktur ideal ini sebagai birokrasi. Struktur tersebut ditandakan
dengan adanya pembagian kerja, sebuah hirarki wewenang yang jelas, prosedur seleksi yang
formal, peraturan yang rinci, serta hubungan yang tidak didasarkan hubungan pribadi
(impersonal). Gambaran Weber tentang birokrasi telah menjadi prototipe rancangan bagi
kebanyakan struktur organisasi yang sekarang ada.
Gambaran tersebut di atas menurut Weber merupakan tipe ideal dari birokrasi sebagai suatu
model yang disederhanakan (bukan suatu model yang dilebih-lebihkan) yang di fokuskan
pada sisi yang paling penting. Thompson (1967) mendukung pendapat Weber dengan
berpendapat bahwa tujuan hakiki dari administrasi adalah mengurangi ketidak pastian, tetapi
tidak pula mengurangi fleksibilitas organisasi. Weber menyadari bahwa bentuk “birokrasi
yang ideal” itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan
maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat
dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi
banyak organisasi besar sekarang ini.
Dari paparan tersebut di atas maka dapat pula dikatakan bahwa etika sangat
diperlukan dalam praktek administrasi publik untuk dapat dijadikan pedoman, referensi,
petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh administrasi publik. Disamping itu perilaku
birokrasi tadi akan mempengaruhi bukan hanya dirinya sendiri, tetapi juga masyarakat yang
dilayani. Seperangkat nilai dalam etika birokrasi yang dapat digunakan sebagai acuan,
referensi, penuntun bagi birokrasi publik dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya
antara lain adalah:
1. efisiensi,artinya tidak boros, sikap, perilaku dan perbuatan birokrasi publik dikatakan
baik jika mereka efisien.
2. membedakan milik pribadi dengan milik kantor, artinya milik kantor tidak
digunakan untuk kepentingan pribadi
3. impersonal, maksudnya dalam melaksanakan hubungan kerjasama antara orang yang
satu dengan lainnya secara kolektif diwadahi oleh organisasi, dilakukan secara formal,
maksudnya hubungan impersonal perlu ditegakkan untuk menghindari urusan
perasaan dari pada unsur rasio dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab
berdasarkan peraturan yang ada dalam organisasi
4. merytal system, nilai ini berkaitan dengan rekrutmen dan promosi pegawai, artinya
dalam penerimaan pegawai atau promosi pegawai tidak di dasarkan atas kekerabatan,
namun
berdasarkanpengetahuan (knowledge),keterampilan (skill),sikap (attitude),kemampuan
(capable), dan pengalaman (experience).
5. accountable,nilai ini merupakan tanggung jawab yang bersifat obyektif, sebab
birokrasi dikatakan akuntabel bilamana mereka dinilai obyektif oleh masyarakat
karena dapat mempertanggungjawabkan segala macam perbuatan dan sikap
6. responsiveness, artinya birokrasi publik memiliki daya tanggap terhadap keluhan,
masalah dan aspirasi masyarakat dengan cepat dipahami dan berusaha memenuhi,
tidak suka menunda-nunda waktu atau memperpanjang alur pelayanan.
Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan
di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan,perundang-undangan.
Pengertian berdasarkan UU Pelayanan Publik Dalam Undang-Undang Pelayanan Publik
terdapat pengertian Pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan public
Setiap pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai
jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran
yang harus dimiliki dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi
dan penerima pelayanan.
1. Prosedur Pelayanan
Prosedur pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Prosedur pelayanan
harus dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan publik, termasuk pengaduan sehingga
tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Prosedur pelayanan harus ditetapkan melalui
standar pelayanan minimal, sehingga pihak penerima pelayanan dapat memahami
mekanismenya.
2. Waktu Penyelesaian
Waktu penyelesaian merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Waktu penyelesaian
yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan
termasuk pengaduan. Semakin cepat waktu penyelesaian pelayanan, maka akan semakin
meningkatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang diberikan.
3. Produk Pelayanan
Produk pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Hasil pelayanan akan
diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk pelayanan harus dipahami
secara baik, sehingga memang membutuhkan sosialisasi kepada masyarakat.
4. Biaya Pelayanan
Biaya pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Biaya pelayanan
termasuk rinciannya harus ditentukan secara konsisten dan tidak boleh ada diskriminasi,
sebab akan menimbulkan ketidakpercayaan penerima pelayanan kepada pemberi pelayanan.
Biaya pelayanan ini harus jelas pada setiap jasa pelayanan yang akan diberikan kepada
masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kecemasan, khususnya kepada pihak atau
masyarakat yang kurang mampu.
Sarana dan prasarana merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Penyediaan sarana
dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik sangat
menentukan dan menunjang keberhasilan penyelenggaraan pelayanan.
Kompetensi petugas pemberi pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.
kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan agar pelayanan
yang diberikan bermutu.
Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan
kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, membangun kepercayaan masyarakat
atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan
yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan
penduduk tentang peningkatan pelayanan publik, sebagai upaya untuk mempertegas hak dan
kewajiban setiap warga negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan
korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma hukum yang memberi
pengaturan secara jelas, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin
penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi
yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari
penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan public.
Menurut Kumorotomo (1996) indikator untuk menilai kinerja organisasi publik,
antara lain, yaitu : efisiensi, efektivitas, keadilan, dan daya tanggap. Indikator-indikator yang
digunakan untuk menilai kinerja organisasi sangat bervariasi. Secara garis besar, berbagai
parameter yang dipergunakan untuk melihat kinerja pelayanan publik dapat dikelompokkan
menjadi dua pendekatan. Pendekatan yang pertama melihat kinerja pelayanan publik dari
perspektif pemberi layanan dan pendekatan kedua dari perspektif pengguna jasa.
1. Akuntabilitas
2. Responsivitas
Orientasi pada pelayanan menunjuk pada seberapa banyak energi birokrasi dimanfaatkan
untuk penyelenggarakan pelayanan publik. Sistem pemberian pelayanan yang baik dapat
dilihat dari besarnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh birokrasi secara efektif
didayagunakan untuk melayani kepentingan pengguna jasa. Idealnya, segenap kemampuan
dan sumber daya yang dimiliki oleh aparat birokrasi hanya dicurahkan atau dikonsentrasikan
untuk melayani kebutuhan dan kepentingan pengguna jasa. Kemampuan dan sumber daya
dari aparat birokrasi sangat diperlukan agar orientasi pada pelayanan dapat dicapai.
4. Efisiensi Pelayanan
Efisiensi pelayanan adalah perbandingan terbaik antara input dan output pelayanan. Secara
ideal, pelayanan akan efisien apabiila birokrasi pelayanan dapat menyediakan input
pelayanan, seperti biaya dan waktu pelayanan yang meringankan masyarakat pengguna jasa.
Demikian pula dalam sisi output pelayanan, birokrasi, birokrasi secara ideal harus dapat
memberikan produk pelayanan yang berkualitas, terutama dari aspek biaya dan waktu
pelayanan. Efisiensi pada sisi input dipergunakan untuk melihat seberapa jauh kemudahan
akses publik yang ditawarkan. Akses publik terhadap pelayanan dipandang efisien apabila
publik memiliki jaminan atau kepastian menyangkut biaya pelayanan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
birokrasi adalah suatu prosedur yang efektis dan efesien yang didasrkan oleh teori dan
aturan yang berlaku serta memiliki spesialisasi menurut tujuan yang telah di tetapkan oleh
organisasi atau instansi.
publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan
di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan,perundang-undangan.
Untuk menilai kinerja organisasi publik, antara lain, yaitu : efisiensi, efektivitas, keadilan,
dan daya tanggap. Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi
sangat bervariasi. Secara garis besar, berbagai parameter yang dipergunakan untuk melihat
kinerja pelayanan publik dapat dikelompokkan menjadi dua pendekatan. Pendekatan yang
pertama melihat kinerja pelayanan publik dari perspektif pemberi layanan dan pendekatan
kedua dari,perspektif,pengguna,jasa.
DAFTAR PUSTAKA
Publik