DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 3
C. TUJUAN ................................................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................... 4
A. DEFINISI BIROKRASI................................................................................................. 4
B. CIRI-CIRI DAN KARAKTERISTIK BIROKRASI .............................................................. 5
C. CARA KERJA BIROKRASI........................................................................................... 6
D. KONTEKS SEJARAH BIROKRASI ................................................................................ 8
E. HUBUNGAN BIROKRASI DENGAN ADMINISTRASI PUBLIK ...................................... 12
F. BIROKRASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK ........................ 13
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 14
KESIMPULAN ....................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 15
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Administrasi Publik adalah proses pengelolaan sumber daya publik untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat. Birokrasi adalah unsur pelaksana dari
administrasi publik agar tujuan pelayanan kepada masyarakat tercapai secara efektif,
efisien dan rasional.
Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat yang
kehadirannya tak mungkin terelakkan. Birokrasi merupakan instrumen untuk
bekerjanya suatu administrasi, dimana birokrasi bekerja berdasarkan pembagian
kerja, hirarki kewenangan, impersonalitas hubungan, pengaturan perilaku, dan
kemampuan teknis dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara
administrasi pemerintahan.
Bekerjanya birokrasi berdasarkan hirarki kewenangan memungkinkan
terjadinya kontrol yang efektif dan kinerja yang positif. Apalagi jika kewenangan
yang dimiliki oleh pimpinan puncak didesentralisasikan kepada pimpinan pelaksana.
Struktur yang telah didesentralisasikan tersebut memungkinkan terciptanya birokrasi
profesional yang berdampak kepada peningkatan kinerja organisasi dimana birokrasi
dapat menjadi bertanggung-gugat dengan adanya kewenangan yang didelegasikan
tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan birokrasi?
2. Apa saja ciri-ciri dan karakteristik birokrasi?
3. Bagaimana cara kerja birokrasi?
4. Uraikan konteks sejarah birokrasi?
5. Apa hubungan birokrasi dengan administrasi publik?
6. Apa saja upaya birokrasi dalam meningkatkan pelayanan publik?
C. TUJUAN
1. Agar dapat mengetahui arti dari birokrasi
2. Mengetahui ciri-ciri dan karakteristik birokrasi
3. Mengetahui dan memahami cara kerja birokrasi
4. Mengetahui konteks sejarah birokrasi
5. Mengetahui dan memahami hubungan birokrasi dengan administrasi publik
6. Mengetahui upaya birokrasi dalam meningkatkan pelayanan publik
3
BAB 2
PEMBAHASAN
A. DEFINISI BIROKRASI
4
Ilmuwan yang sangat berpengaruh dalam pengembangan konsep birokrasi
adalah Max Weber, seorang sosiolog Jerman yang juga ahli politik. Weber pernah
menulis buku wirtschaft und gesellchaft (teori organisasi sosial dan ekonomi) yang di
dalamnya terdapat salah satu bab mengenai birokrasi. Karya itu sampai sekarang
dikenal konsep tipe ideal birokrasi.
1. Para anggota staf bersifat bebas secara pribadi, dalam arti hanya menjalankan tugas-
tugas impersonal sesuai susunan jabatannya.
2. Terdapat hirarki jabatan yang jelas dan setiap organisasi memiliki hierarki wewenang.
3. Fungsi-fungsi jabatan diketahui secara jelas; adanya pembagian kerja.
4. Para pejabat diangkat berdasarkan sistem kontrak.
5. Para pejabat dipilih berdasarkan kualifikasi profesional, idealnya berdasarkan pada
suatu dimploma (ijazah) yang diperoleh melalui ujian.
6. Para pejabat memiliki gaji dan biasanya juga dilengkapi dengan hak-hak pension. Gaji
bersifat berjenjang menurut kedudukan dalam hierarki.
7. Pos jabatan adalah lapangan kerja yang pokok bagi para pejabat.
8. Suatu struktur karir dan promosi atas dasar merit system serta pertimbangan
keunggulan
9. Pejabat sangat mungkin tidak sesuai dengan pos jabatannya maupun dengan sumber-
sumber yang tersedia di pos tersebut.
10. Pejabat terikat pada sistem disiplin dan control yang seragam.
Itulah sepuluh ciri-ciri dari Birokrasi menurut Weber. Menurutnya birokrasi
adalah suatu bentuk organisasi modern yang paling efisien, dan sistematis dalam
proses kerjanya. Birokrasi merupakan perwujudan dari rasionalitas instrumental.
Memilih cara-cara yang tepat dan sistematis untuk mencapai tujuan. Struktur
organisasi dibentuk oleh otoritas legal-rasional yang serba diatur oleh seprangkat
peraturan. Hal ini sangat berbeda dengan organisasi yang dibentuk berdasarkan
otoritas tradisional di mana otoritas dimiliki berdasarkan tradisi kepercayaan lokal
yang dianut oleh suatu masyarakat tradisional secara turun-temurun, ataupun tipe
otoritas kharismatik yang diperoleh sesorang karena memiliki kualitas pribadi yang
tinggi atau memiliki bakat alamiah dalam mengatur sekumpulan orang.
Karakteristik Birokrasi
Salah satu karakteristik utama dari birokrasi ialah biasanya digunakan oleh
organisasi besar, seperti pemerintahan, dan sifatnya formal. Selain karakteristik
tersebut, birokrasi memiliki sejumlah karakteristik lainnya, yaitu:
5
1) Pekerjaannya sangat ketat dan berorientasi pada peraturan.
2) Tugasnya bersifat spesialisasi atau khusus atau spesifik.
3) Biasanya bersifat kaku dan sederhana.
4) Penyelenggaraannya dilakukan secara resmi.
5) Bersifat sentral atau terpusat.
6) Biasanya tidak melanggar ketentuan yang telah disepakati.
7) Bentuknya terstruktur. Artinya memiliki susunan organisasi yang jelas.
8) Taat dan patuh terhadap peraturan atau ketentuan yang ada.
9) Adanya kewenangan hierarki secara vertikal.
10) Terkadang prosedur pelayanannya berbelit-belit sehingga menyulitkan proses
pengambilan keputusan.
Keadaan seperti itu seharusnya berubah karena tantangan sudah lain dan oleh
Prof. Dr. Muladi dari UNDIP pada Surat Kabar yang sama menyatakan perlu paradigma
baru seperti dalam menentukan tujuan itu harus fleksibel, komunikasi harus terbuka,
kebijaksanaan harus rasional dan bersifat partisipatif.
Lebih lanjut dikatakan oleh Dr. Lukman Sutrisno dari UGM ciri tuntutan masa
depan tersebut antara lain berorientasi pada demokrasi dan hak-hak asasi manusia
serta prestasi, menghomati hukum, tidak cepat puas dan solidaritas sosial tinggi.
6
2. Cara Kerja Baru
Untuk itu manajemen harus berorientasi pada tujuan agar lebih efektif dan efisien,
dengan cara seperti:
a. Merumuskan tujuan dan sasaran organisasi secara jelas dan rinci.
b. Tujuan dan sasaran tersebut dijabarkan dalan bentuk kebijaksanaan dan
strategi yang operasional.
c. Dilaksanakan dengan penuh peran serta semua pihak, baik yang berupa
kerjasama maupun koordinasi.
d. Pelaksanaan tersebut harus dikendalikan, temuannya dianalisis, kemudian
ditindaklanjuti berupa perbaikan atau penyempurnaan secara terus menerus.
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan produktivitas Budaya Kerja adalah sikap
mental yang selalu mancari perbaikan atau penyempurnaan apa yang telah dicapai
dengan menerapkan teori-teori dan metode-metode serta yakin akan kemajuan umat
manusia. Dalam hal ini dapat dilihat kaitan antara kepribadian dan hasil kerja, dimana
kepribadian itu terkandung unsur bakat, keterampilan, minat sifat, gairah dan nilai-
nilai kepribadian tersebut menjadi sikap, kemudian menjadi perilaku yang
mengandung unsur semangat, disiplin, rajin, jujur, tanggung jawab, hemat, integritas,
sehingga hasil kerja akan mencapai kualitas yang tinggi atau memuaskan.
Perilaku manajemen yang menghasilkan poduk bermutu tinggi dapat dinilai dari
unsur antara lain, kepemimpinan, perencanaan, pengorganisasisn, penentuan
7
prioritas, pendelegasian, pengendalian, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, komunikasi lisan, komunikasi tertulis, keterampilan administrasi,
hubungan antar pribadi, pemeliharaan keselamatan, kerumahtanggarn, ketepatan
waktu dan kehadiran.
Sebagian besar wilayah Indonesia sebelum kedatangan bangsa asing pada abad 16
menganut sistem dan pengaturan masyarakat yang berbentuk sistem kerajaan.
·Raja adalah pucuk pimpinan
·Pemegang kekuasaan absolut/ tunggal
·Segala keputusan ada di raja, rakyat harus tunduk dan patuh
8
diperlukan semua kementrian dapat berperang membela Kerajaanya, adapun
kementriannya sebagai berikut :
2. Masa Kolonial
Birokrasi Kolonial Belanda pada Puncaknya pada Raja Belanda, sedangkan yang
menjalankan pemerintahan di daerah jajahan kewenanganya pada Gubernur
Jenderal. Sultan tetap berperan hanya dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang
berkaitan dengan adat istiadat urusan pemerintahan keraton, yang masih sarat
dengan adat istiadat. Sedangkan keuanganya berasal dari Pemerintah Kolonial atas
dasar kontrk politik manakala seorang sultan tersebut dinobatkan menjadi raja.
9
Adapun pelayanan yang diselengarakan oleh Birokrasi kolonial meliputi :
Pembangunan Jalan dan jembatan, air minum, rumah sakit, pendidikan transportasi,
dan pertahanan. Pembangunan fisik difokuskan dalam menjamin akses bagi
pemerintah kolonial dalam mengambil kekayaan alam daerah jajahan. Sedangkan
pelayanan kesehatan dan pendidikan hanya diperuntukan oleh pemerintah kolonial
dan keluarga serta para priyayi-priyayi/bangsawan. Jadi pelayanan ini bersifat Private
buka Publik. Hanya pada kasultanan Jogjakarta sajalah yang memiliki kedudukan
politik yang lebih tingg (politik yang riil) daripada daerah otonom biasa. Yogya
mengatur pemerintahan sendiri lewat kontrak politik tahun 1877, 1921, dan 1940.
Kolonial Belanda menghormati kedudukan yogya, dan mengakui keberadaanya dalam
hal mengurus rumah tangganya sendiri dengan hukum adatnya yang telah
dicantumkan dalam kontrak politik. Berbeda dengan kerajaan yang ada di Sumatera
barat (Sawah Lunto), (Gowa) Sulawesi Selatan maupun juga di Bone (Ingat Perjanjian
Bongaya) yang berisi :
1) Kerajaan Gowa sebagai pihak yang kalah perang, waji membayar biaya perang
yang telah dikeluarkan Belanda (VOC).
2) Wilayah-wilayah Kerajaan Gowa yang diduduki pasukan Arung Palakka dan
VOC selama perang diserahkan pada kerajaan Bone.
3) Raja-raja Makasar yang ingin bertemu Belanda wajib didampingi oleh Arung
Palakka.
10
Bupati – Kontroler Belanda – Bupati
Wedana – Wedana
Lurah – Lurah
Perlu diketahui bahwa, pada masa Orde Baru pemerintahanya ditopang oleh
ABG. ABG adalah Abri, Birokrasi, dan Golkar. Ketiga pilar itu menjadi kekuatan sentris
dalam perumusan kebijakan baik politik maupun ekonomi yang berdimensi luas bagi
kehidupan masyarakat. Hampir semua aspek kehidupan masyarakat tidak pernah
terlepas dari intervensi kebijakan birokrasi pemerintah
Pada masa Orde Baru terjadi penambahan PNS secara besar-besaran seolah-olah
sebagai ladang/lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Data pada Orde lama
jumlahnya tidak lebih dari 400.000 hingga tahun 1980 mencapai 2.074.000 dan pada
tahun 1993 sejumlah 4.009.000 PNS.
11
fungsi pelayanan publiknya. Birokrasi sebagai kepanjangan tangan dari pelaksanaan
regulasi pemerintah. Menjadikan Birokrasi sangat tidak terbatas kuasanya dan sulit
dikontrolmasyarakat dan menyebabkan timbulnya Patologi Birokrasi. Seperti Korupsi
Kolusi dan Nepotisme.
Korpri digunakan sebagai alat mobilisasi Birokrasi yang pada akhirnya mempunyai
kebijakan Monoloyalitas kepada Golkar. Hal ini mengakibatkan kekuatan besar pada
parlemen yang berlangsung selama 30 Tahun. Munculnya Hegemoni Golkar yang
didukung penuh oleh Birokrasi menjadikan Stabilitas politik dan kekuasaan Orde Baru
dapat berlangsung selama 3 dekade
12
F. BIROKRASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK
Birokrasi, dunia usaha dan masyarakat adalah tiga pilar utama dalam upaya
mewujudkan pelaksanaan pemerintah yang baik dikenal dengan konsep “good
governance”. Birokrasi sebagai organisasi formal memiliki kedudukan dan cara kerja
yang terikat dengan peraturan, memiliki kompetensi sesuai jabatan atau wewenang,
semangat pelayanan public, pemisahan yang tegas antara milik organisasi dan
individu serta sumber daya organisasi yang tidak bebas dari pengawasan eksternal.
Jika kondisi ini bias terpenuhi maka harapan mewujudkan cita-cita dan tujuan
Negara yang demokratis akan membawa kebaikan bagi Negara dan bangsa ini.
13
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari beberapa definisi tentang birokrasi di atas dapat disimpulkan bahwa birokrasi
adalah sebuah sistem kerja yang mendasari jalannya kegiatan kerja berlandaskan pada
kekuasaan legal-rasional. Birokrasi ini dimaksudkan sebagai suatu sistem otoritas yang
ditetapkan secara rasional oleh berbagai macam peraturan untuk mengorganisir pekerjaan
yang dilakukan oleh banyak orang.
Ilmuwan yang sangat berpengaruh dalam pengembangan konsep birokrasi adalah
Max Weber, seorang sosiolog Jerman yang juga ahli politik. Menurutnya birokrasi adalah
suatu bentuk organisasi modern yang paling efisien, dan sistematis dalam proses kerjanya.
Hal ini sangat berbeda dengan organisasi yang dibentuk berdasarkan otoritas
tradisional di mana otoritas dimiliki berdasarkan tradisi kepercayaan lokal yang dianut oleh
suatu masyarakat tradisional secara turun-temurun, ataupun tipe otoritas kharismatik yang
diperoleh sesorang karena memiliki kualitas pribadi yang tinggi atau memiliki bakat alamiah
dalam mengatur sekumpulan orang.
Untuk mengatasi tantangan globalisasi diperlukan perubahan cara kerja baru yang
lebih efektif dan efisien, lebih demokratis dan terbuka, lebih rasional dan fleksibel dan lebih
bersifat terdesentralisasi. Bilamana perubahan manajemen tersebut dapat dikelola dengan
baik maka akan dipetik keuntungan yang berupa tumbuhnya banyak prakarsa, aneka ragam
kreativitas dan dorongan partisipasi yang makin besar.
Di Indonesia sejak reformasi digulirkan sangat banyak upaya yang telah dilakukan
untuk lebih mendayagunakan administrasi negara, antara lain melalui reformasi birokrasi
berbagai upaya perbaikan birokrasi pemerintah dalam rangka membersihkan praktek KKN
dalam penyelenggaraan pemerintah, meningkatkan kualitas pelayanan publik dan
memperkuat fungsi lembaga pengawasan. Sesuai dengan kerangka acuan penulis sampaikan
adalah konsep birokrasi modern, reformasi birokrasi dan pelayanan publik beserta suatu
paradikma wawasan pengawasan dalam mewujudkan birokrasi modern.
Pembentukan sejumlah lembaga pengawasan tersebut adalah dalam rangka
memperkuat kualitas kontrol terhadap jalannya roda pemerintahan, hal ini karena kualitas
kontrol dari lembaga pengawasan memiliki peranan yang besar dalam menciptakan tata
kepemerintahan yang baik “ Good government “.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/12/150000969/birokrasi--definisi-para-ahli-
karakteristik-jenis-dan-contohnya
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Birokrasi
https://anisakhasanah199.wordpress.com/2013/05/27/cara-kerja-birokrasi/
https://www.kompasiana.com/cangka/konteks-sejarah-birokrasi-di-
indonesia_5508f3f7813311831cb1e234
https://kebebasaninformasi.org/id/2010/10/26/kinerja-birokrasi-pelayanan-publik/ -
:~:text=Birokrasi%20sebagai%20Administrasi%20Publik.&text=Administrasi%20Publik%20adalah%20
proses%20pengelolaan,secara%20efektif%2C%20efisien%20dan%20rasional.
https://bengkulu.kemenag.go.id/opini/314-birokrasi-dan-upaya-meningkatkan-pelayanan-publik
15
16