Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MK ETIKA PEMERINTAHAN

PEMERINTAH SEBAGAI GERAKAN MORAL

Dosen Pengampu:
Drs.Ismail Sumampou M.Si
Jovano Deivid Oleyver Palenewen S.I.P,M.A

KELOMPOK 1:
NAMA/NIM
Ajeng.N.F.Osok / 220811030113
Chrisdeo Sigar/ 220811030132

UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat,
danpertolongan hikmatnya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Etika
Pemerintahan.
Kami menyadari bahwa Makalah Pemerintah Sebagai Gerakan Moral, ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan yang ada. Tentunya hal tersebut disebabkan
oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak, kami terima dengan senang hati agar kedepannya
kami dapat lebih baik lagi dalam menulis Makalah ini.

Makalah ini tidak luput dari bantuan berbagai pihak karena sejatinya kami tidak dapat
menyelesaikan makalah ini seorang diri. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu baik tanpa disadari ataupun tidak.

Akhir kata, Kami harap Penulisan Makalah ini yang dimana sebagai Tugas Mata
Kuliah Etika Pemerintahan ini dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca.

Penulis

5 Maret 2024
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3
BAB I ....................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
I.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 4
I.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 5
I.4 Manfaat Penulisan .............................................................................................................. 5
I.5 Metode Penulisan ............................................................................................................... 6
BAB II...................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 7
II.1 Moral Pejabat Pemerintahan .............................................................................................. 7
II.2 Keberadaan Budi Pekerti Pejabat Pemerintah .................................................................... 9
II.3 Filsafat Kebaikan Bagi Aparat Pemerintah ...................................................................... 10
II.4 Yang Maha Suci ............................................................................................................... 13
BAB III .................................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................................. 17
III.1 Kesimpulan................................................................................................................ 17
III.2 Saran .......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pemerintahan yang bersih, adil, dan bertanggung jawab adalah prasyarat utama bagi
pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Namun, dalam beberapa
konteks, realitas menunjukkan adanya tantangan serius terhadap prinsip-prinsip etika dalam
pemerintahan. Praktik korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidaktransparan dalam
pengambilan keputusan menjadi masalah yang menghambat efektivitas dan legitimasi
pemerintahan.
Di banyak negara, termasuk di Indonesia, kehadiran budi pekerti dan moralitas dalam
aparat pemerintahan sering kali menjadi perhatian utama. Kasus-kasus korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan yang melibatkan pejabat pemerintahan telah menimbulkan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi negara dan merusak integritas pemerintahan.
Selain itu, dalam konteks globalisasi dan tuntutan masyarakat yang semakin meningkat
terhadap akuntabilitas dan partisipasi, penting bagi negara-negara untuk menghadapi tantangan
etika dalam pemerintahan dengan serius. Langkah-langkah untuk memperkuat nilai-nilai moral
dan etika dalam tata kelola pemerintahan menjadi sangat relevan dalam memastikan
keseimbangan antara kekuasaan pemerintah dan kepentingan masyarakat.
Oleh karena itu, penelitian tentang etika pemerintahan tidak hanya penting untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada, tetapi juga untuk menawarkan solusi dan
rekomendasi kebijakan yang dapat memperbaiki kondisi saat ini. Dengan demikian, bab ini
akan membahas secara lebih mendalam tentang latar belakang, konteks, dan relevansi
pentingnya memperkuat etika pemerintahan dalam konteks pembangunan dan tata kelola yang
baik.

I.2 Rumusan Masalah


Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa definisi dan makna dari moral pejabat pemerintahan?
2. Bagaimana keberadaan budi pekerti atau karakter seorang pejabat pemerintah
memengaruhi kualitas kepemimpinan dan kinerja pemerintah?
3. Bagaimana Filsafat Kebaikan bagi Aparat Pemerintah?
4. Bagaimana konsep "Yang Maha Suci" dipahami dan diimplementasikan dalam
konteks pemerintahan, baik dari sudut pandang moral maupun kebijakan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Menjelaskan definisi dan makna dari moral pejabat pemerintahan untuk memahami
pentingnya integritas dan etika dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan.
2. Menganalisis bagaimana keberadaan budi pekerti atau karakter seorang pejabat
pemerintah memengaruhi kualitas kepemimpinan dan kinerja pemerintah, dengan
tujuan memperkuat argumen tentang pentingnya pembinaan karakter dalam
pembentukan kepemimpinan yang efektif dan bertanggung jawab.
3. Menjelaskan hubungan antara filsafat kebaikan dengan aparat pemerintah untuk
menyoroti pentingnya penerapan nilai-nilai kebaikan dalam pengambilan keputusan
dan pelaksanaan kebijakan pemerintah.
4. Menguraikan konsep "Yang Maha Suci" dalam konteks pemerintahan, baik dari
sudut pandang moral maupun kebijakan, dengan tujuan menyoroti pentingnya
kesucian, keadilan, dan integritas dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan
dan menciptakan tatanan pemerintahan yang bersih dan bermoral.
I.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Peningkatan pemahaman
Pembaca akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya moral,
karakter, dan nilai-nilai kebaikan dalam konteks pemerintahan.
2. Peningkatan kesadaran
Makalah ini dapat membantu meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab moral
yang melekat pada para pejabat pemerintahan dan pentingnya integritas dalam
pengambilan keputusan.
3. Peningkatan kualitas kepemimpinan
Dengan memahami bagaimana budi pekerti dan karakter memengaruhi kualitas
kepemimpinan, pembaca dapat merumuskan strategi untuk meningkatkan
kepemimpinan yang lebih efektif dan bertanggung jawab.
4. Peningkatan kualitas kebijakan
Makalah ini dapat menjadi panduan bagi para pembuat kebijakan untuk
mempertimbangkan nilai-nilai kebaikan dan konsep "Yang Maha Suci" dalam
merancang kebijakan yang lebih berpihak pada keadilan dan kesejahteraan
masyarakat.
I.5 Metode Penulisan
Metode penulisan studi pustaka adalah pendekatan yang memungkinkan penulis untuk
menjelajahi dan mengevaluasi beragam sumber informasi dari literatur terkait dengan topik
yang dibahas. Dengan menyelidiki buku, jurnal, artikel, dan sumber-sumber lainnya, penulis
dapat:
1) Menggali wawasan yang luas: Dengan mengandalkan informasi dari berbagai sumber,
penulis bisa mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang topik yang dikaji.
2) Mendukung argumen dengan keberagaman perspektif: Berbagai pandangan dari para ahli
dan peneliti membantu memperkuat argumen yang disajikan.
3) Memperbarui informasi: Sumber-sumber terkini membantu memastikan bahwa makalah
mencerminkan perkembangan terbaru dalam bidang tersebut.
4) Menjamin keakuratan: Dengan menelaah literatur yang kredibel, penulis dapat memastikan
keakuratan informasi yang disajikan.
5) Mengembangkan gagasan baru: Melalui proses ini, penulis dapat menemukan konsep-
konsep baru atau sudut pandang yang memperkaya analisis yang dibuat.
6) Mengasah keterampilan penelitian dan analisis: Memilih, mengevaluasi, dan menyintesis
informasi memerlukan keterampilan analisis yang kuat.
Singkatnya, metode studi pustaka memberikan landasan yang kuat bagi penulisan makalah
dengan menyediakan akses luas pada informasi, mengintegrasikan berbagai sudut pandang,
dan memfasilitasi pengembangan gagasan yang lebih matang.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Moral Pejabat Pemerintahan
Moral pejabat pemerintahan mengacu pada seperangkat prinsip dan nilai-nilai etika
yang mengatur perilaku dan tindakan para pejabat atau pemimpin dalam menjalankan tugas-
tugas mereka dalam pemerintahan. Definisi dan makna moral pejabat pemerintahan mencakup
beberapa aspek :
1. Kehormatan dan Integritas
Moralitas pejabat pemerintahan menuntut mereka untuk bertindak dengan kejujuran,
integritas, dan kejujuran. Mereka diharapkan untuk menjalankan tugas-tugas mereka
tanpa memihak, tanpa korupsi, dan tanpa melakukan penyalahgunaan kekuasaan demi
kepentingan pribadi atau kelompok.
2. Pelayanan Masyarakat
Para pejabat pemerintahan diharapkan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
pelayanan masyarakat. Moralitas mereka mencakup kewajiban untuk mengutamakan
kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi atau kelompok, serta bekerja untuk
kesejahteraan dan kemajuan seluruh rakyat.
3. Transparansi dan Akuntabilitas
Moralitas pejabat pemerintahan juga mencakup keterbukaan dan akuntabilitas dalam
tindakan dan keputusan mereka. Mereka diharapkan untuk bertanggung jawab atas
tindakan mereka dan siap untuk dipertanggungjawabkan oleh masyarakat atas keputusan-
keputusan yang mereka buat.
4. Adil dan Berkeadilan
Moralitas pejabat pemerintahan membutuhkan keadilan dan kesetaraan dalam perlakuan
terhadap semua warga negara, tanpa memandang ras, agama, gender, atau latar belakang
sosial ekonomi.
5. Kepemimpinan yang Baik
Para pejabat pemerintahan diharapkan untuk mempraktikkan kepemimpinan yang baik,
yang mencakup kemampuan untuk memimpin dengan teladan, menginspirasi, dan
memotivasi bawahan mereka, serta membuat keputusan yang bijaksana demi kepentingan
bersama.
Definisi dan makna moral pejabat pemerintahan mencerminkan pentingnya integritas,
pelayanan masyarakat, transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan kepemimpinan yang baik
dalam menjalankan tugas-tugas mereka demi kesejahteraan dan kemajuan bersama.
Moralitas pejabat pemerintahan bukan hanya sekadar serangkaian aturan atau kode etik
formal, tetapi merupakan fondasi dari integritas, kejujuran, dan tanggung jawab yang memandu
perilaku mereka dalam melayani kepentingan publik. Moralitas ini menjadi landasan penting
dalam menjaga keseimbangan kekuasaan antara pemerintah dan rakyat serta dalam memelihara
kepercayaan masyarakat terhadap institusi negara.
Integritas adalah salah satu pilar utama dalam moralitas pejabat pemerintahan. Seorang
pejabat yang memiliki integritas akan bertindak dengan jujur, adil, dan konsisten dalam
menjalankan tugasnya, tanpa adanya intervensi atau pengaruh dari pihak lain yang
bertentangan dengan kepentingan publik. Integritas juga mencakup konsistensi antara nilai-
nilai yang dianut secara pribadi oleh pejabat dengan keputusan dan tindakan yang mereka ambil
dalam kapasitas resmi mereka. Selain itu, moralitas pejabat pemerintahan juga mencakup
akuntabilitas, yaitu kemampuan untuk bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang
diambil dalam menjalankan tugas-tugasnya. Seorang pejabat yang bertanggung jawab akan
menerima konsekuensi dari keputusan mereka, baik itu berupa pujian atau kritik, serta bersedia
untuk memperbaiki kesalahan dan melakukan perubahan yang diperlukan demi kepentingan
publik.
Tanggung jawab moral juga melibatkan kemampuan untuk mengakui dan memperbaiki
kesalahan. Seorang pejabat yang memiliki moralitas politik yang baik akan bersedia mengakui
ketidaksempurnaan dan kegagalan dalam menjalankan tugasnya, serta belajar dari pengalaman
tersebut untuk meningkatkan kinerja di masa depan. Hal ini mencerminkan sikap rendah hati
dan komitmen untuk selalu berusaha menjadi lebih baik dalam melayani masyarakat. Di
samping itu, moralitas pejabat pemerintahan juga mencakup kemampuan untuk berkomunikasi
dengan jujur dan transparan kepada publik. Seorang pejabat yang memiliki moralitas politik
yang baik akan memastikan bahwa informasi yang diberikan kepada publik adalah akurat,
jelas, dan tidak menyesatkan. Mereka juga akan bersedia untuk menjelaskan dan membela
keputusan dan tindakan mereka secara terbuka, serta menerima umpan balik dari masyarakat.
Terakhir, moralitas pejabat pemerintahan mencakup kesetiaan kepada prinsip-prinsip
demokrasi, supremasi hukum, dan hak asasi manusia. Seorang pejabat yang memiliki moralitas
politik yang baik akan menjunjung tinggi nilai-nilai ini dalam menjalankan tugas-tugasnya,
serta berkomitmen untuk melindungi dan memajukan kebebasan, keadilan, dan kesejahteraan
semua warga negara tanpa pandang bulu. Dengan demikian, moralitas pejabat pemerintahan
adalah aspek yang sangat penting dalam menjaga integritas, akuntabilitas, dan legitimasi
pemerintah di mata publik. Pejabat yang memiliki moralitas politik yang baik akan mampu
memimpin dengan teladan, memenangkan kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tugas-
tugas mereka dengan keadilan dan tanggung jawab yang tinggi.
II.2 Keberadaan Budi Pekerti Pejabat Pemerintah
Keberadaan budi pekerti pejabat pemerintah merujuk pada keseluruhan karakter moral
dan etika yang dimiliki oleh para pemimpin dan aparat pemerintahan dalam menjalankan tugas-
tugas mereka. Ini mencakup nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, tanggung jawab, keadilan,
dan ketulusan, yang menjadi pijakan moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang mereka
ambil. Pentingnya keberadaan budi pekerti yang kuat pada pejabat pemerintah tidak dapat
diabaikan. Integritas, sebagai salah satu komponen kunci dari budi pekerti, memastikan bahwa
para pejabat bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang tinggi, tanpa adanya intervensi
atau pengaruh yang bertentangan dengan kepentingan publik. Kejujuran menjadi landasan
dalam semua interaksi mereka dengan masyarakat dan sesama pejabat, sehingga informasi
yang disampaikan dapat dipercaya dan tidak menyesatkan.
Budi pekerti atau karakter moral yang baik merupakan aspek yang sangat penting dalam
menjalankan tugas-tugas sebagai pejabat pemerintah. Karakter moral yang baik mencakup
nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, tanggung jawab, dan ketulusan dalam bertindak dan
berkomunikasi dengan masyarakat.
Pertama-tama, integritas adalah pondasi utama dari budi pekerti seorang pejabat
pemerintah. Integritas mengharuskan pejabat untuk bertindak dengan jujur dan adil, tanpa
memihak atau terpengaruh oleh kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Seorang pejabat
yang memiliki integritas akan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral dalam
menjalankan tugasnya, bahkan ketika dihadapkan pada tekanan atau godaan.
Kedua, kejujuran adalah sifat yang sangat diperlukan dalam keberadaan budi pekerti
seorang pejabat pemerintah. Kejujuran memastikan bahwa informasi yang disampaikan kepada
masyarakat adalah akurat dan tidak menyesatkan. Seorang pejabat yang jujur akan
mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan keputusannya, serta tidak akan melakukan
penyelewengan atau korupsi dalam pengelolaan sumber daya publik.
Selain itu, tanggung jawab juga merupakan bagian integral dari budi pekerti seorang
pejabat pemerintah. Tanggung jawab mengharuskan pejabat untuk menerima konsekuensi dari
setiap keputusan yang diambilnya, baik itu berupa pujian atau kritik. Seorang pejabat yang
bertanggung jawab akan berusaha untuk memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kinerja
demi kepentingan masyarakat dan negara.
Terakhir, ketulusan adalah nilai yang harus dimiliki oleh seorang pejabat pemerintah.
Ketulusan dalam berkomunikasi dengan masyarakat dan rekan kerja akan membantu
membangun hubungan yang baik dan saling percaya. Seorang pejabat yang tulus akan selalu
mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi atau golongan. Dengan
demikian, keberadaan budi pekerti yang baik pada seorang pejabat pemerintah sangat penting
untuk menjaga integritas, kejujuran, tanggung jawab, dan ketulusan dalam menjalankan tugas-
tugasnya. Pejabat yang memiliki karakter moral yang baik akan mampu memenangkan
kepercayaan dan dukungan masyarakat, serta menjalankan pemerintahan dengan efektif dan
efisien demi kemajuan bangsa dan negara.
II.3 Filsafat Kebaikan Bagi Aparat Pemerintah
Filsafat kebaikan bagi aparat pemerintah adalah konsep yang menekankan pentingnya
para aparat pemerintah untuk bertindak dan berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip moral
dan etika yang baik dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan. Konsep ini mencakup
beberapa aspek:
1. Keadilan
Para aparat pemerintah harus bertindak secara adil dan merata dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat serta dalam menegakkan hukum dan keadilan. Mereka harus
menghindari diskriminasi dan memperlakukan semua individu dengan setara.
2. Kejujuran
Integritas dan kejujuran adalah prinsip penting dalam filsafat kebaikan bagi aparat
pemerintah. Mereka harus bertindak dengan jujur dalam semua interaksi dan komunikasi
dengan masyarakat, serta memastikan transparansi dalam pengambilan keputusan dan
pengelolaan sumber daya publik.
3. Tanggung Jawab
Para aparat pemerintah harus bertanggung jawab atas setiap keputusan dan tindakan yang
mereka ambil, serta siap menerima konsekuensi dari kesalahan atau kegagalan. Mereka
harus mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi atau golongan
tertentu.
4. Pelayanan yang Baik
Para aparat pemerintah harus memberikan pelayanan yang berkualitas dan efisien kepada
masyarakat, serta responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi mereka. Mereka harus
melayani masyarakat dengan penuh dedikasi dan kesediaan untuk mendengarkan serta
memahami perspektif mereka.
5. Keseimbangan Antara Kepentingan Pribadi dan Kepentingan Publik
Para aparat pemerintah harus mampu menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi
atau golongan dengan kepentingan publik. Mereka harus mengutamakan kepentingan
masyarakat secara keseluruhan dan menghindari penyalahgunaan kekuasaan atau korupsi.
Dengan mempraktikkan prinsip-prinsip ini, para aparat pemerintah dapat menjadi agen
perubahan yang positif dalam masyarakat, membangun kepercayaan dan legitimasi terhadap
pemerintah, serta berkontribusi secara signifikan terhadap pembangunan dan kesejahteraan
negara. Uuntuk menerapkan filsafat kebaikan bagi aparat pemerintah secara efektif, beberapa
langkah konkret dapat diambil yaitu :
1. Pelatihan dan Pendidikan
Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada para aparat pemerintah tentang prinsip-
prinsip etika, integritas, dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugas mereka.
Ini dapat dilakukan melalui program pelatihan dan kursus yang diselenggarakan secara
berkala.
2. Penerapan Kode Etik
Membuat dan menerapkan kode etik atau kode perilaku bagi para aparat pemerintah.
Kode etik ini harus menguraikan prinsip-prinsip moral yang diharapkan dan standar
perilaku yang harus dipatuhi oleh semua aparat pemerintah.
3. Mekanisme Pengawasan dan Pengendalian
Memastikan adanya mekanisme pengawasan dan pengendalian yang efektif untuk
memonitor perilaku dan kinerja para aparat pemerintah. Hal ini dapat dilakukan
melalui audit internal, inspeksi, dan evaluasi kinerja secara berkala.
4. Sistem Penghargaan dan Sanksi
Menerapkan sistem penghargaan dan sanksi yang jelas untuk mendorong kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip etika dan tanggung jawab. Para aparat pemerintah yang
menunjukkan perilaku yang baik dan bertanggung jawab harus diapresiasi, sementara
mereka yang melanggar kode etik harus dikenai sanksi yang sesuai.
5. Keterlibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam pengawasan dan penilaian
terhadap kinerja para aparat pemerintah. Masyarakat dapat memberikan umpan balik
dan masukan tentang kinerja pemerintah, serta melaporkan perilaku yang tidak etis
atau penyalahgunaan kekuasaan.
6. Transparansi dan Akuntabilitas: Meningkatkan transparansi dalam pengambilan
keputusan dan pengelolaan sumber daya publik, serta memastikan adanya akuntabilitas
atas setiap tindakan yang dilakukan oleh para aparat pemerintah. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan akses informasi yang lebih luas kepada masyarakat dan
melaporkan secara terbuka tentang penggunaan dana publik.
Dengan langkah-langkah ini, filsafat kebaikan bagi aparat pemerintah dapat
diwujudkan secara nyata dalam praktik pemerintahan sehari-hari, membawa dampak positif
bagi masyarakat dan negara secara keseluruhan. Implementasi filsafat kebaikan bagi aparat
pemerintah juga dapat melibatkan beberapa aspek tambahan:
1. Penguatan Institusi Anti-Korupsi
Membangun dan memperkuat lembaga-lembaga anti-korupsi yang independen dan
efektif dalam memerangi korupsi di semua tingkatan pemerintahan. Hal ini mencakup
pemberian wewenang dan sumber daya yang memadai kepada lembaga-lembaga
tersebut untuk melakukan penyelidikan, penuntutan, dan pencegahan korupsi.
2. Partisipasi Publik dalam Pengambilan Keputusan
Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
pemerintah melalui mekanisme konsultasi, forum publik, dan partisipasi dalam
pembuatan kebijakan. Hal ini dapat meningkatkan akuntabilitas dan legitimasi
keputusan pemerintah, serta memperkuat hubungan antara pemerintah dan masyarakat.
3. Peningkatan Keterbukaan dan Responsivitas
Membangun sistem komunikasi yang terbuka dan responsif antara pemerintah dan
masyarakat, sehingga masukan dan keluhan dari masyarakat dapat didengar dan
direspons dengan cepat oleh pemerintah. Hal ini dapat dilakukan melalui penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi, serta pembentukan mekanisme komunikasi yang
inklusif dan mudah diakses oleh masyarakat.
4. Pendidikan Kepemimpinan dan Etika
Mengintegrasikan pendidikan tentang kepemimpinan dan etika dalam kurikulum
pendidikan bagi para calon aparat pemerintah dan pemimpin masa depan. Hal ini
bertujuan untuk mempersiapkan mereka secara baik dalam menjalankan tugas-tugas
pemerintahan dengan penuh tanggung jawab dan integritas.
5. Promosi Budaya Organisasi yang Sehat: Membangun budaya organisasi yang
didasarkan pada nilai-nilai kebaikan, seperti kolaborasi, kerjasama, dan saling
menghormati di lingkungan kerja pemerintah. Hal ini dapat menciptakan lingkungan
kerja yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang positif bagi para aparat
pemerintah.
6. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan: Melakukan evaluasi secara berkala terhadap
implementasi filsafat kebaikan bagi aparat pemerintah, serta melakukan perbaikan dan
penyesuaian yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam
pelayanan publik. Proses ini harus dilakukan secara berkelanjutan untuk memastikan
bahwa nilai-nilai kebaikan terus dijunjung tinggi dalam praktik pemerintahan.
Dengan mengambil langkah-langkah tersebut, penerapan filsafat kebaikan bagi aparat
pemerintah dapat menjadi lebih komprehensif dan efektif dalam menciptakan tata kelola
pemerintahan yang baik dan berkelanjutan, serta memberikan manfaat yang nyata bagi
masyarakat dan negara.
II.4 Yang Maha Suci
Dalam konteks etika pemerintahan, pengertian tentang "Yang Maha Suci" dapat
diinterpretasikan sebagai pemahaman bahwa pemerintahan harus dijalankan dengan penuh
kesucian, keadilan, dan kebijaksanaan yang bersumber dari nilai-nilai yang dianggap suci atau
luhur. Konsep ini memandang bahwa pemerintah dan para pejabatnya bertanggung jawab
kepada entitas yang lebih tinggi atau prinsip-prinsip moral yang tak tergoyahkan.
Berikut adalah cara konsep "Yang Maha Suci" dapat dipahami dan diimplementasikan dalam
konteks etika pemerintahan:
1. Keadilan dan Kesetaraan
Pemerintah diharapkan untuk bertindak secara adil dan setara dalam memperlakukan
semua warga negara, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau politik mereka.
Prinsip-prinsip ini tercermin dalam pembuatan kebijakan publik yang merata dan tidak
diskriminatif.
2. Kepemimpinan yang Bertanggung Jawab
Para pemimpin pemerintahan diharapkan untuk memimpin dengan penuh tanggung jawab,
integritas, dan kejujuran. Mereka harus mendedikasikan diri untuk melayani kepentingan
umum dan menghindari praktek korupsi, nepotisme, dan kolusi yang bertentangan dengan
nilai-nilai kesucian.
3. Pelayanan Masyarakat yang Berkualitas
Pemerintah diharapkan untuk memberikan pelayanan publik yang berkualitas dan merata
kepada semua warga negara, sesuai dengan prinsip-prinsip kesucian dan keadilan. Hal ini
mencakup penyediaan infrastruktur, layanan kesehatan, pendidikan, dan keamanan yang
memadai.
4. Transparansi dan Akuntabilitas
Pemerintah diharapkan untuk menjalankan tugasnya secara terbuka, transparan, dan
akuntabel, sehingga rakyat dapat memantau dan mengevaluasi kinerja mereka. Ini
mencakup pengungkapan informasi yang jelas dan jujur, serta penegakan hukum yang
tegas terhadap pelanggaran etika dan keadilan.
5. Perlindungan Lingkungan dan Kesejahteraan
Pemerintah diharapkan untuk melindungi lingkungan hidup dan keberlangsungan sumber
daya alam, sebagai manifestasi dari nilai-nilai kesucian dan keberlanjutan. Mereka harus
mengambil tindakan yang bertanggung jawab dalam mengelola dan melestarikan alam
untuk generasi mendatang.
Dengan memahami dan menerapkan konsep "Yang Maha Suci" dalam etika pemerintahan,
diharapkan pemerintah dapat menjalankan tugasnya dengan integritas, keadilan, dan
kebijaksanaan yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi. Ini akan membantu
menciptakan tatanan pemerintahan yang berakhlak baik dan bermanfaat bagi masyarakat
secara keseluruhan.
Impelementasi konsep "Yang Maha Suci" dalam konteks etika pemerintahan juga dapat
mencakup beberapa langkah konkret untuk memastikan bahwa nilai-nilai tersebut terwujud
dalam praktik pemerintahan sehari-hari:
1. Penguatan Institusi Anti-Korupsi
Pemerintah harus memperkuat lembaga-lembaga anti-korupsi dan memberikan dukungan
penuh bagi upaya pemberantasan korupsi. Hal ini termasuk pemberian sumber daya yang
cukup, pelaksanaan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku korupsi, serta
peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara.
2. Pendidikan dan Pelatihan Etika
Penting bagi pemerintah untuk menyediakan program pendidikan dan pelatihan tentang
etika pemerintahan bagi para pejabat dan pegawai pemerintah. Ini akan membantu
meningkatkan pemahaman mereka tentang nilai-nilai kesucian dalam menjalankan tugas-
tugas mereka dan mendorong praktik-praktik yang lebih bermoral.
3. Partisipasi Publik dan Keterbukaan
Pemerintah harus mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan dan memberikan akses yang lebih luas terhadap informasi publik. Dengan
demikian, transparansi dan akuntabilitas pemerintah dapat ditingkatkan, serta
memungkinkan masyarakat untuk memonitor kinerja pemerintah secara lebih efektif.
4. Penegakan Hukum yang Adil
Pemerintah harus memastikan bahwa penegakan hukum dilakukan secara adil dan tanpa
diskriminasi. Ini mencakup perlakuan yang setara di hadapan hukum bagi semua individu,
tanpa memandang status sosial atau politik mereka, serta penghindaran dari
penyalahgunaan kekuasaan atau penegakan hukum yang sewenang-wenang.
5. Kerja Sama Internasional
Pemerintah juga harus berkomitmen untuk bekerja sama dengan negara-negara lain dalam
mempromosikan nilai-nilai kesucian dalam pemerintahan dan pembangunan. Ini dapat
dilakukan melalui partisipasi dalam forum internasional, pertukaran pengetahuan dan
pengalaman, serta pembangunan kapasitas bersama dalam bidang etika pemerintahan.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, pemerintah dapat memperkuat implementasi
konsep "Yang Maha Suci" dalam praktik pemerintahan mereka, menciptakan lingkungan yang
lebih bersih, adil, dan bertanggung jawab. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas
layanan publik dan kepercayaan masyarakat, tetapi juga akan membawa dampak positif bagi
pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif dalam jangka panjang.
Implementasi konsep "Yang Maha Suci" dalam konteks etika pemerintahan merupakan
sebuah perjalanan yang memerlukan upaya berkelanjutan dan berbagai langkah konkret untuk
memastikan bahwa nilai-nilai suci tersebut menjadi pijakan utama dalam setiap tindakan dan
keputusan pemerintahan. Pertama-tama, pemerintah perlu mengimplementasikan mekanisme
yang efektif untuk memonitor dan mengevaluasi praktek-praktek pemerintahan guna
memastikan konsistensi dengan prinsip-prinsip etika yang dijunjung tinggi. Langkah ini dapat
mencakup pendirian lembaga independen yang bertugas untuk melakukan audit dan evaluasi
kinerja pemerintah secara berkala, serta menyediakan saluran pengaduan bagi masyarakat
untuk melaporkan pelanggaran etika.
Penegakan hukum menjadi kunci dalam menjaga integritas dan kejujuran dalam
pemerintahan. Pemerintah harus menegakkan sanksi yang tegas bagi para pelanggar etika,
sehingga memberikan sinyal jelas bahwa pelanggaran tidak akan ditoleransi dan adanya
konsekuensi yang nyata bagi para pelaku. Namun, sebaliknya, pemerintah juga harus
memberikan penghargaan dan insentif bagi mereka yang telah menunjukkan komitmen yang
tinggi terhadap prinsip-prinsip etika dalam menjalankan tugas-tugas mereka, sehingga
mendorong adopsi perilaku yang positif di kalangan aparat pemerintahan. Kesadaran dan
pendidikan tentang etika pemerintahan perlu ditingkatkan di semua tingkatan. Program
pelatihan dan sosialisasi tentang prinsip-prinsip etika dan tata kelola yang baik harus diberikan
kepada semua pegawai negeri agar mereka memahami pentingnya integritas, transparansi, dan
akuntabilitas dalam setiap aspek pekerjaan mereka. Para pemimpin pemerintahan juga harus
memberikan teladan yang baik dengan mempraktikkan nilai-nilai etika dalam keputusan dan
tindakan mereka, serta secara terbuka mempromosikan budaya kerja yang berorientasi pada
integritas.
Reformasi struktural juga menjadi bagian penting dalam memperkuat etika
pemerintahan. Perubahan dalam sistem regulasi, tata kelola, dan struktur kelembagaan perlu
dilakukan untuk meningkatkan transparansi, meminimalisir potensi konflik kepentingan, serta
meningkatkan akuntabilitas dan partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan.
Langkah-langkah ini akan menciptakan lingkungan yang lebih bersih, terbuka, dan beretika
dalam setiap aspek pemerintahan. Dengan mengambil langkah-langkah ini secara bersama-
sama, pemerintah dapat memastikan bahwa konsep "Yang Maha Suci" bukan hanya menjadi
retorika kosong, tetapi menjadi landasan yang kokoh dalam praktek pemerintahan sehari-hari.
Hal ini akan membawa dampak positif yang signifikan bagi pembangunan yang berkelanjutan,
penguatan demokrasi, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Konsep "Yang Maha Suci" dalam konteks pemerintahan biasanya dipahami sebagai
pemahaman bahwa pemerintahan dan para pejabatnya bertanggung jawab kepada entitas atau
prinsip moral yang lebih tinggi, yang mewakili kesucian, keadilan, dan kebijaksanaan. Dalam
sudut pandang moral, konsep ini menekankan pentingnya integritas, kejujuran, dan tanggung
jawab dalam semua tindakan dan keputusan pemerintah, serta menjalankan tugas-tugas
pemerintahan dengan penuh kesucian dan keadilan.
Dari sudut pandang kebijakan, implementasi konsep "Yang Maha Suci" dapat dilakukan
melalui pembentukan dan penerapan kebijakan yang mencerminkan nilai-nilai moral yang
tinggi, seperti transparansi, akuntabilitas, dan keadilan dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan program pemerintah. Ini dapat mencakup pembentukan lembaga anti-korupsi
yang independen, peningkatan partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan, serta
penerapan mekanisme pengawasan dan pengendalian yang efektif untuk memastikan bahwa
pemerintah bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang dijunjung tinggi.
Implementasi konsep "Yang Maha Suci" dalam konteks pemerintahan juga dapat
melibatkan penyusunan dan penerapan kode etik atau kode perilaku bagi para pejabat
pemerintah, serta pembangunan budaya organisasi yang berorientasi pada nilai-nilai kesucian,
seperti integritas, kejujuran, dan tanggung jawab. Hal ini bertujuan untuk menciptakan
lingkungan kerja yang mendukung praktik-praktik yang bermoral dan beretika dalam
menjalankan tugas-tugas pemerintahan. Dengan demikian, konsep "Yang Maha Suci" memiliki
relevansi yang besar dalam konteks pemerintahan, baik sebagai panduan moral maupun
landasan kebijakan untuk menciptakan tatanan pemerintahan yang bersih, adil, dan
bertanggung jawab.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Makalah moralitas, budi pekerti, filsafat kebaikan, dan konsep "Yang Maha Suci"
dalam konteks etika pemerintahan adalah bahwa nilai-nilai ini merupakan fondasi yang penting
dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan dengan integritas, keadilan, dan tanggung jawab.
Pentingnya moralitas dan budi pekerti yang baik pada para pejabat pemerintahan tidak dapat
diabaikan, karena hal ini membentuk dasar dari hubungan yang sehat antara pemerintah dan
masyarakat serta menentukan legitimasi pemerintah di mata publik.
Implementasi nilai-nilai etika dalam praktik pemerintahan memerlukan upaya yang
berkelanjutan dan langkah-langkah konkret, termasuk pelatihan dan pendidikan, penerapan
kode etik, mekanisme pengawasan dan pengendalian, serta sistem penghargaan dan sanksi.
Selain itu, partisipasi publik dalam pengambilan keputusan, transparansi, akuntabilitas, dan
penegakan hukum yang adil juga merupakan komponen penting dalam menciptakan
pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab. Dengan mengambil langkah-langkah
tersebut, diharapkan pemerintah dapat memperkuat nilai-nilai moral dan etika dalam praktik
pemerintahan sehari-hari, menciptakan lingkungan yang lebih bersih, adil, dan beretika, serta
membawa dampak positif bagi pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan.
III.2 Saran
Saran untuk Penulis. Dalam menyusun tulisan tentang etika pemerintahan, penulis perlu
memastikan bahwa definisi dan konsep-konsep yang disampaikan dijelaskan secara mendalam
dan terperinci. Hal ini akan membantu pembaca memahami dengan lebih baik bagaimana
moralitas, budi pekerti, dan filsafat kebaikan diterapkan dalam konteks pemerintahan. Selain
itu, penulis juga dapat memperkaya tulisannya dengan menyertakan contoh-contoh konkret
atau studi kasus yang relevan untuk mengilustrasikan penerapan nilai-nilai etika dalam praktik
pemerintahan.
Saran untuk Pembaca. Sebagai pembaca, penting untuk membaca dengan cermat dan
kritis, serta mempertimbangkan implikasi dari nilai-nilai etika pemerintahan yang disampaikan
oleh penulis. Anda dapat melengkapi pemahaman Anda dengan mencari informasi tambahan
melalui literatur atau sumber-sumber lainnya yang terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA
https://kumparan.com/325-putri-sintawati/pelajaran-moralitas-politik-pejabat-negara-dan-
racun-politik-1z94UX6dDgP/full, diakses pada 5 Maret 2024
https://bappeda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pembangunan-indonesia-dan-
permasalahannya-48 , diakses pada 5 Maret 2024
https://eprints.stipan.ac.id/id/eprint/569/1/LECTURE%20NOTE%20FILSAFAT%20DAN%
20ETIKA%20PEMERINTAHAN%20(2)_compressed.pdf, diakses pada 5 Maret 2024
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/IPEM443004-M1.pdf, diakses pada 6
Maret 2024
https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/78_pengaruh-kepemimpinan-terhadap-
kinerja-suatu-organisasi, diakses pada 5 Meret 2024
http://repository.radenintan.ac.id/2220/3/bab_2.pdf, dikases pada 5 Maret 2024
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jum/article/download/2081/1271/, diakses pada 5 Maret 2024
https://www.pusdikmin.com/perpus/file/self%20masteri%20integritas%20dan%20wasbang%
20pimII.pdf, diakses pada 5 Maret 2024
https://diklat.semarangkota.go.id/post/pelajaran-dari-falsafah-rakyat-adalah-raja-dalam-etika-
pelayanan-publik-didik-singgih-hadi-se-msi, diakses pada 5Maret 2024
http://repository.lppm.unila.ac.id/33011/1/ETIKA%20POLITIK%20%26%20PEMERINTA
HAN.pdf, diakses pada 5 Maret 2024
http://repository.uinbanten.ac.id/12219/1/Ilmu%20Perbandingan%20Agama.pdf,diakses pada
5 Maret 2024
https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/tahrir/article/download/1214/825, diakses pada 5
Maret 2024
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37873/2/TETI%20PUJIAWATI-
FU.pdf, diakses pada 6 Maret 2024
https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/609/1/2022-AMDAHURIFKY.%20B-2017.pdf, diakses
pada 6 Maret 2024

Anda mungkin juga menyukai