Dosen Pengampu:
Dr. Poppy Nurmayanti, S.E., M.Si., Ak., C.A.
KELOMPOK 4
Me Hua (2110247736)
Ratna Fawzyah (2110247753)
Amelia Annira (2110247654)
Yona Lita (2110247775)
Sitti Fatimah (2110247796)
Dani Pratama (2110247842)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini pada mata kuliah Corporate Governance ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Poppy Nurmayanti, S.E., M.Si., Ak., C.A.
selaku dosen mata kuliah Corporate Governance yang telah memberikan tugas makalah
ini sehingga kami dapat memahami.
Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Mengingat keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Pengertian Etika, Profesi Akuntansi, Etika Profesi Akuntansi dan Prinsip Etika Profesi
Akuntansi...............................................................................................................................3
B. Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia.....................................................................8
C. Tujuan, Fungsi, dan Sanksi Kode Etik Profesi Akuntansi....................................................16
D. Aturan/Pedoman Perilaku Profesional.................................................................................17
E. Etika Akuntansi Manajemen................................................................................................27
F. Etika Akuntansi Pajak..........................................................................................................30
G. Tanggung Jawab Akuntan Publik dalam Pencegahan dan Pendekteksian kecurangan
Pelaporan Keuangan............................................................................................................34
H. Kasus Worldcom.................................................................................................................42
BAB III PENUTUP......................................................................................................................46
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................47
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika profesi sebagai sesuatu yang penting, karena merupakan aturan – aturan
khusus yang harus ditaati untuk menjalankan suatu profesi. Etika profesi merupakan
tolak ukur kepercayaan masyarakat dan pemangku kepentingan terhadap suatu
profesi.
Muncul persoalan dalam profesi akuntan, sebenarnya sikap-sikap etis apa yang
1
harus dimiliki oleh profesi akuntan, agar dalam pelayanan kepada klien bisa menjadi
baik, dan pada gilirannya secara makro akan menciptakan pemerintah yang bersih.
Oleh karena itu pembahasan untuk menjawab persoalan tersebut syarat dengan
muatan filosofis terutama pendekatan secara etika.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah adalah
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Etika Profesi Akuntansi?
2. Apakah tujuan Profesi Teknisi Akuntansi?
3. Apa sajakah Prinsip-Prinsip Etika Profesi Akuntansi?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka dapat di simpulkan tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Etika Profesi Akuntansi
2
2. Untuk mengetahui tujuan dari Etika Profesi Akuntansi
3. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi.
3
BAB
II PEMBAHASAN
4
oleh profesi akuntan adalah termasuk pengertian etika yang kedua yakni kode etik.
Kata etika memiliki beberapa makna, Webster’s Collegiate Dictionary yang
dikutip oleh Ronald Duska dalam buku Accounting Ethics memberi empat makna
dasar dari kata etika, yaitu:
1) Suatu disiplin terhadap apa yang baik dan buruk dan dengan tugas moral serta
kewajiban;
2) Seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai;
3) Sebuah teori atau sistem atas nilai-nilai moral; dan
4) Prinsip atas pengaturan prilaku suatu individu atau kelompok.
Etika adalah seperangkat aturan/norma/pedoman yang mengatur perilaku
manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh
sekelompok/ segolongan manusia masyarakat/ profesi.
5
teori dan penerapan dalam praktek.
Profesi merupakan bidang usaha manusia berdasarkan pengetahuan, di mana
keahlian dan pengalaman pelakunya diperlukan oleh masyarakat. Definisi ini meliputi
tiga aspek, yaitu ilmu pengetahuan tertentu, aplikasi kemampuan/kecakapan dan
berkaitan dengan kepentingan umum.
Dari beberapa uraian mengenai profesi di atas, dapat diberikan beberapa
catatan tentang profesi sebagai berikut:
a. Profesi merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan ketrampilan atau keahlian
khusus yang tidak didapatkan pada pekerjaan-pekerjaan pada umumnya.
b. Profesi merupakan su atu pekerjaan yang dilakukan sebagai sumber utama nafkah
hidup dengan keterlibatan pribadi yang mendalam dalam menekuninya.
c. Profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pengemban profesi tersebut
untuk terus memperbaharui ketrampilannya sesuai perkembangan teknologi.
Kemudian, dari berbagai pengalaman tentang profesi, tercatat dua hal tentang
profesi khusus yang dibedakan dari prefesi-profesi pada umumnya. Dua yang
dianggap sebagai profesi khusus tersebut adalah profesi yang melibatkan hajat hidup
orang banyak dan profesi yang merupakan profesi luhur dan menekankan pengabdian.
Semua profesi termasuk profesi akuntan mempunyai organisasi profesi. Untuk
akuntan di Indonesia adalah Ikatan Akuntan Indonesia. Organisasi profesi ini biasanya
merumuskan kode etiknya. Dengan demikian etika profesi secara singkat dapat
dirumuskan sebagai cabang dari etika yang secara kritis dan sistematis merefleksikan
permasalahan moral yang melekat pada suatu profesi. Etika profesi juga dapat
diartikan nilai-nilai dan asas-asas moral yang melekat pada pelaksanaan fungsi
profesional tertentu dan wajib diperhatikan oleh pemegang profesi tersebut.
Etika profesi akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan
baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penugasan terhadap suatu pengetahuan
khusus sebagai akuntan.
7
profesi, kebebasan, otonom merupakan hak dan kewajiban yang dimiliki bagi
setiap profesional.
Menurut Chua dkk (1994) menyatakan bahwa etika profesional juga berkaitan
dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada kekhasan pola etika yang diharapkan
untuk profesi tertentu. Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada
masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip
moral dan mengatur tentang perilaku profesional (Agoes, 1996). Tanpa etika, profesi
akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi untuk
proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis.
Etika profesi akuntansi adalah ilmu yang mempelajari perilaku baik dan
buruknya seorang akuntan. Aturan perilaku etika profesi akuntansi yang perlu
kalian ketahui dalam memenuhi tanggung jawab profesionalitasnya terangkum
dalam kode etik Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).
IFAC sebagai asosiasi profesi akuntan internasional, melalui salah satu
badannya yaitu International Accounting Education Standards Board (IAESB),
menerbitkan kode etik akuntan yang bernama “Code of Ethics for Professional
Accountans”. Kode etik ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2008 sebagai
bagian dalam Handbook of International Standards on Auditing, Assurance, and
Ethics Pronouncements,kemudian kode etik ini mengalami revisi pada tahun 2009 dan
terakhir pada tahun 2010.
Code of Ethics for Professional Accountants terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Prinsip Dasar
2. Penerapan Prinsip Dasar Dalam Public Practice
3. Penerapan Prinsip Dasar Dalam Bisnis
Prinsip dasar dalam Code of Ethics for Professional Accountants adalah
sebagai berikut:
1) Integrity.
Prinsip Integrity mewajibkan semua kauntan profesional untuk jujur dalam
segala hubungan bisnis dan professional
2) Objectivity.
Prinsip Objectivity mewajibkan semua akuntan profesional untuk menjaga
profesionalitas mereka dengan menghindari konflik kepentingan dan bias.
3) Professional Competence and Due Care.
Prinsip Professional Competence and Due Care mewajibkan semua akuntan
8
profesional untuk:
Menjaga kompetensi pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan
bahwa klien atau pemberi kerja menerima jasa profesional yang kompeten.
Bertindak sesuai dengan standar teknis dan profesional dalam memberi
jasa
4) Confidentiality.
Prinsip Confidentiality mewajibkan semua akuntan profesional untuk tidak:
Mengungkapkan kepada pihak luar, informasi yang bersifat rahasia yang
diperoleh dalam proses pemberian jasanya, kecuali terdapat hak atau
kewajiban hukum atau profesional untuk mengungkapkannya.
Menggunakan informasi rahasia tersebut untuk kepentingan pribadi atau
keuntungan pihak ketiga
5) Professional Behavior.
Prinsip Professional Behavior mewajibkan semua akuntan profesional untuk
taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku dan menghindari tindakan
yang dapat mendiskreditkan profesi akuntan.
9
memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Kepentingan utama profesi
akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan
dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang
diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat
dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan
publik kepadanya, anggota harus menunjukkan dedikasi untuk mencapai
profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan
publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
integritas setinggi mungkin.
1. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung-jawab kepada
publik. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di
mana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan
pihak lainnya bergantung kepacla obyektivitas dan integritas akuntan dalam
memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini
menimbulkan tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik.
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan
institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini
menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
2. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan
terus menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang menunjukkan
bahwa kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Kepentingan utama profesi
akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa
akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi dan sesuai dengan
persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
3. Dalam mememuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota mungkin
menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan. Dalam mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak
dengan penuh integritas, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota
memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa
terlayani dengan sebaik-baiknya.
4. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota
untuk memenuhi tanggungjawabnya dengan integritas, obyektivitas,
10
keseksamaan profesional, dan kepentingan untuk melayani publik. Anggota
diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa
yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan
tingkat profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip Etika Profesi ini.
5. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik.
Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara
terus-menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme
yang tinggi.
6. Tanggung-jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya
seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititik-beratkan pada
kepentingan publik, misalnya:
auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari laporan
keuangan yang disajikan kepada lembaga keuangan untuk mendukung
pemberian pinjaman dan kepada pemegang saham untuk memperoleh modal;
eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam
organisasi dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari
penggunaan sumber daya organisasi;
auditor intern memberikan keyakinan tentang sistem pengendalian internal
yang baik untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi
kerja kepada pihak luar.
ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan
yang adil dari sistem pajak; dan
konsultan manajemen mempunyai tanggung-jawab terhadap kepentingan
umum dalam membantu pembuatan keputusan manajemen yang baik.
11
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
1. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik
dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua
keputusan yang diambilnya.
2. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan
pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.
3. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak
terdapat aturan, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat
yang bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya
dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang
berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas
dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun
jiwa standar teknis dan etika.
4. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas
dan kehati-hatian profesional.
13
yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.
15
1. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan
antara anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.
2. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah
diberikan atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk
mengungkapkan informasi.
3. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah
pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya
menghormati prinsip kerahasiaan.
4. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi.
Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama
melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau terlihat menggunakan
informasi terse but untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga.
5. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia ten tang penerima
jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak
boleh membuat pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized disclosure)
kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk pengungkapan informasi
dengan tujuan memenuhi tanggung-jawab anggota berdasarkan standar
profesional.
6. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai
keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional
dapat atau perlu diungkapkan. Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat
diungkapkan.
a. Apabila pengungkapan diizinkan. Jika persetujuan untuk mengungkapkan
diberikan oleh penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak
ketiga yang kepentingannya dapat terpengaruh harus dipertimbangkan.
b. Pengungkapan diharuskan oleh hukum. Beberapa contoh di mana anggota
diharuskan oleh hukum untuk mengungkapkan informasi rahasia adalah:
Untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam proses
hukum; dan
16
Untuk mengungkapkan adanya pelanggaran hukum kepada publik.
c. Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan:
Untuk mematuhi standar teknis dan aturan etika; pengungkapan seperti
itu tidak bertentangan dengan prinsip etika ini;
Untuk melindungi kepentingan profesional anggota dalam sidang
pengadilan;
Untuk menaati peneleahan mutu (atau penelaahan sejawat) IAI atau
badan profesionallainnya;.dan . untuk menanggapi permintaan atau
investigasi oleh IAI atau badan pengatur.
17
Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
Untuk meningkatkan mutu profesi.
Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi
Menentukan baku standar
2.2. Fungsi
Fungsi dari etika profesi Akuntansi adalah sebagai berikut:
Sebagai sarana dalam memperoleh orientasi kritis yang berhadapan dengan
berbagai moralitas yang membingungkan;
Etika profesi akuntansi yang ingin menampilkan berbagai ketrampilan intelektual
yaitu ketrampilan dalam berargumentasi secara rasional dan kritis; dan
Orientasi secara etis ini sangat diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam
menghadapi suasana dan situasi pluralisme.
2.3. Sanksi
Sanksi pelanggaran dari etika profesi akuntansi :
Sanksi Sosial adalah sanksi dengan skala yang relatif kecil, dapat dipahami
sebagai kesalahan yang tentu saja dapat “dimaafkan”.
Sanksi Hukum adalah sanksi dengan skala besar, banyak merugikan hak dari
pihak lain.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelanggaran etika profesi Akuntansi
adalah sebagai berikut:
Kebutuhan dari setiap individu;
Sama sekali tidak memiliki Pedoman;
Perilaku dan kebiasaan dari para individu yang terakumulasi dan sama sekali tidak
dikoreksi;
Lingkungan yang tidak mendukung dan tidak etis; dan
Perilaku dari komunitas.
19
3) Selama periode laporan keuangan atau selama periode perikatan profesional,
firma, atau mitra atau karyawan profesional dari perusahaan secara bersamaan
dikaitkan dengan klien sebagai:
a) Direktur, pejabat, atau karyawan, atau dalam kapasitas apa pun yang
setara dengan anggota manajemen;
b) Promotor, penjamin emisi, atau wali pemungutan suara; atau
c) Wali amanat untuk pensiun atau kepercayaan berbagi keuntungan dari
klien.
Keterikatan di atas tidak hanya dapat membahayakan independensi
akuntan, tetapi juga dapat membahayakan integritas dan objektivitas akuntan
dengan menciptakan konflik kepentingan yang nyata atau yang dianggap sebagai
konflik kepentingan, subjek yang dibahas dalam aturan berikutnya.
21
comply with the following standards and with any interpretations thereof by
bodies designated by Council.” Standar tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kompetensi profesional. Seorang auditor hanya memberikan layanan
profesional, sesuai yang diharapkan anggota/perusahaan, yang
diselesaikan sesuai dengan kompetensi profesional; 2) Kecermatan
profesional. Mengutamakan kehati-hatian dalam kinerja layanan
profesional.
2) Perencanaan dan Pengawasan. Rencanakan dan awasi secara memadai
kinerja layanan profesional.
3) Data Relevan yang Memadai. Dapatkan data relevan yang cukup untuk
memberikan dasar yang masuk akal untuk kesimpulan atau rekomendasi
terkait dengan layanan profesional yang dilakukan.
b. Aturan 202 berbunyi, “A member who performs auditing, review,
compilation, management consulting, tax, or other professional services shall
comply with standards promulgated by bodies designated by Council”.
Beberapa badan menentukan standar teknis, The Financial Accounting
Standards Board (FSAB) menetapkan prinsip keuangan untuk entitas
pemerintah federal. The Governmental Accounting Standards Board (GASB)
berwenang menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan untuk
kegiatan dan transaksi pemerintah negara bagian dan local. AICPA mengakui
Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) sebagai badan yang
menetapkan standar yang berkaitan dengan persiapan dan penerbitan laporan
audit untuk entitas dalam yuridiksinya. AICPA menetapkan International
Accounting Standards Board (IASB) untuk menetapkan standar profesional
untuk prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan internasional.
c. Aturan terakhir dari bagian 200 berkaitan dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berterima umum, anggota tidak boleh:
1) menyatakan pendapat atau menyatakan secara tegas bahwa laporan
keuangan atau data keuangan lainnya dari entitas mana pun disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; atau
2) menyatakan bahwa dia tidak mengetahui adanya modifikasi material yang
harus dilakukan untuk itu pernyataan atau data agar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, jika pernyataan atau data tersebut
mengandung penyimpangan dari prinsip akuntansi yang diumumkan oleh
22
badan-badan yang ditunjuk oleh Dewan untuk menetapkan prinsip-prinsip
tersebut yang memiliki dampak material pada pernyataan atau data
diambil secara keseluruhan
(3) Tanggung Jawab kepada Klien (300)
Tanggung akuntan jawab kepada Klien yaitu:
a. Informasi rahasia Klien (301)
Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh mengungkapkan
informasi rahasia klien tanpa persetujuan khusus dari klien. Seorang akuntan
dapat dibebaskan dari kewajiban kerahasiaan dalam keadaan tertentu. Akuntan
harus mematuhi, misalnya, untuk "panggilan pengadilan atau panggilan yang
dikeluarkan secara sah dan dapat dilaksanakan", dan tidak boleh melarang
peninjauan praktik profesional anggota.
b. Biaya Kontinjensi (302)
Dalam aturan ini AICPA melarang anggota untuk menerima biaya yang
bergantung pada audit atau peninjauan laporan keuangan, atau kompilasi laporan
yang akan digunakan oleh pihak ketiga yang tidak mengungkapkan kurangnya
independensi. Oleh karena itu, akuntan yang terlibat dalam "pembelanjaan opini,"
atau menjamin bahwa audit mereka akan membuat perusahaan terlihat bagus -
tidak peduli seberapa halus mereka memasarkan aktivitas ini - melanggar aturan
302. Aturan tersebut juga melarang menyiapkan pengembalian pajak asli atau
yang diubah untuk biaya kontingen.
Definisi biaya kontinjensi berdasarkan kode ini yaitu “biaya yang
ditetapkan untuk pelaksanaan layanan apa pun berdasarkan pengaturan di mana
tidak ada biaya yang akan dikenakan kecuali jika hasil atau temuan yang
ditentukan tercapai, atau di mana Jumlah biaya sebaliknya tergantung pada temuan
atau hasil dari layanan tersebut." Biaya yang ditetapkan oleh otoritas publik tidak
dianggap bergantung di area ini.
23
belum mengatur terkait hal tersebut. Menurut William Keenan, manajer teknis
komite etika profesional AICPA, “Saat ini tidak ada apa pun yang dapat
dimasukkan dalam Bagian 400. Saya yakin bagian itu disediakan untuk membahas
kemungkinan aturan dan interpretasi di masa depan yang berhubungan dengan
tanggung jawab kepada rekan kerja, tetapi tidak ada apa-apa saat ini dan
sepengetahuan saya tidak ada apa pun yang telah dikeluarkan di masa lalu dalam
bentuk draf paparan keanggotaan.”
Meskipun Bagian 400 tetap kosong, jelas ada kalanya akuntan harus
mengevaluasi tanggung jawab mereka kepada rekan kerja mereka, bagaimana
menangani situasi di mana akuntan lain melakukan tindakan ilegal atau tidak etis
dalam menjalankan pekerjaan mereka, misalnya. Akuntan juga harus
mempertimbangkan tanggung jawab mereka kepada profesional lain dalam
kelompok perencanaan keuangan multidisiplin di mana mereka berpartisipasi.
Sepanjang perjalanan buku ini, kita akan membahas isu-isu spesifik yang muncul.
25
c. Komisi dan Biaya Rujukan (503)
Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh untuk memperoleh
komisi karena merekomendasikan atau merujuk klien ke produk atau layanan apa
pun, atau untuk komisi merekomendasikan atau merujuk produk atau layanan apa
pun yang akan dipasok oleh klien, atau menerima komisi, ketika anggota atau
anggota perusahaan juga melakukan untuk klien itu.
Bagian ini menimbulkan masalah bagi akuntan yang melakukan
perencanaan keuangan untuk klien mereka. Mengingat bahwa seorang akuntan
akrab dengan urusan keuangan klien, dikatakan, adalah bijaksana bagi akuntan
untuk melakukan jasa perencanaan keuangan, asalkan, tentu saja, bahwa akuntan
terlatih dan memiliki kompetensi untuk menawarkan layanan tersebut. Karena
layanan ini sering kali melibatkan produk perantara untuk mendapatkan komisi,
tampaknya wajar jika akuntan berhak mendapatkan komisi atas penjualan produk
tersebut.
Di bagian standar pengungkapan untuk komisi yang diizinkan, kode
tersebut mengakui potensi konflik kepentingan yang dapat dihasilkan oleh
penjualan berbasis komisi:
Seorang anggota dalam praktik publik yang tidak dilarang oleh aturan ini
dari melakukan layanan untuk atau menerima komisi dan yang dibayar atau
mengharapkan untuk dibayar komisi harus mengungkapkan fakta itu kepada
orang atau badan mana pun kepada siapa anggota tersebut merekomendasikan
atau merujuk produk atau layanan yang terkait dengan komisi.
Aturan 503 juga membahas biaya rujukan:
Setiap anggota yang menerima biaya rujukan untuk merekomendasikan
atau merujuk layanan CPA apa pun kepada orang atau entitas mana pun atau yang
membayar biaya rujukan untuk mendapatkan klien harus mengungkapkan
penerimaan atau pembayaran tersebut kepada klien. Singkatnya, jika seorang
akuntan menerima komisi atau biaya rujukan, dia berkewajiban untuk
mengungkapkan fakta itu kepada klien.
27
c. Kepatuhan terhadap aturan independensi yang ditentukan oleh Aturan 101,
Independensi; dan
d. Kepatuhan terhadap standar yang berlaku yang diumumkan oleh Dewan -
badan yang ditunjuk dan semua ketentuan lain dari Kode, termasuk ET
pasal 91, Keberlakuan. Diambil dalam konteks semua perlindungan
kepentingan publik yang disebutkan di atas, jika CPA yang memiliki
perusahaan atestasi tetap bertanggung jawab secara finansial, berdasarkan
hukum atau peraturan yang berlaku, anggota tersebut dianggap mematuhi
ketentuan kepentingan keuangan dari Resolusi
29
untuk “mengkomunikasikan informasi secara wajar (fairly) dan secara objektif
(objectively), dan juga untuk mengungkap secara penuh seluruh informasi relevan
yang dipandang dapat mempengaruhi pemahaman pengguna informasi atas
laporan, komentar, serta rekomendasi yang disajikannya.
31
wajib pajak melaporkan hasil mereka di suatu kewajiban pajak yang benar,
mengoreksi, dan melengkapi. Suatu kewajiban pajak adalah suatu laporan wajib
pajak fakta-fakta, dan wajib pajak mempunyai tanggung jawab akhir untuk posisi-
posisi menerima imbal hasil.”
5.06. "CPAS menetapakn bentuk cukai atas sistem perpajakan seperti juga kepada
klien-klien mereka. Kedudukan kuat bahwa wajib pajak tidak memiliki kewajiban
untuk membayar lebih banyak pajak dibanding dengan menurut hukum
berhutang, dan CPA mempunyai suatu cukai kepada klien itu untuk membantu
dalam mencapai target."
33
Konsekuensinya, jika preparer menyimpulkan bahwa karena
ketidakkonsistensinya, informasi menjadi tidak tepat atau lengkap, preparer
berkewajiban untuk tidak menandatangani return.
Pernyataan No.4. Gunakan estimasi:
Ini bukan standar non-problematik. Preparer menggunakan estimasi pembayar
pajak jika ini tidak berpengaruh praktikal dalam memperoleh data dan jika
preparer menentukan bahwa estimasinya sudah beralasan, yang didasarkan
pengetahuan preparer.
Pernyataan No.5. Berawal dari sebuah posisi sebelumnya:
Ini adalah sebuah standar teknis. “Seperti yang ditunjukkan dalam SSTS No.1,
Tax Return Positions, anggota bisa merekomendasikan sebuah posisi return pajak
atau mempersiapkan atau menandatangani return pajak yang berawal dari
perlakuan sebuah item yang disimpulkan dalam urusan administratif atau
keputusan pengadilan terkait return sebelumnya dari pembayar pajak”.
Pernyataan No.6. Pengetahuan keliru:
Apa yang perlu dilakukan ketika preparer menjadi sadar akan kekeliruan dalam
pengembalian pajak pembayar pajak sebelumnya? Anggota harus “memberitahu
pembayar pajak” dan “merekomendasikan ukuran korektif yang perlu diambil”
(SSTS). Jika dalam mempersiapkan return tahun sekarang, preparer menemukan
bahwa pembayar pajak tidak mengambil tindakan tepat untuk membenarkan
errornya dari tahun sebelumnya, preparer perlu memutuskan apakah perlu
melanjutkan hubungan dengan pembayar pajak. Penarikan diri ini bisa terjadi
jika pembayar pajak tidak mau membenarkan error, dan jika error ini memiliki
efek terhadap return.
Pernyataan No.7. Pengetahuan tentang error: urusan administratif:
Jika dalam urusan administratif, preparer menemukan error, preparer harus
“meminta persetujuan pembayar pajak untuk mendisklosur error tersebut kepada
otoritas pajak. Bila tidak ada persetujuan, anggota harus mempertimbangkan
penarikan diri dari representasi pembayar pajak dalam urusan administratif”.
Pernyataan No.8. Bentuk dan Isi dari advis untuk pembayar pajak:
Pernyataan ini tidak menggambarkan bentuk atau isi advis karena kisaran advis
begitu ekstensif dan spesifik menurut kebutuhan setiap pembayar pajak. Apa yang
disarankan adalah bahwa advis ini mencerminkan kompetensi profesional dan
memenuhi kebutuhan pembayar pajak.
34
5.2. Tax Shelter/ Tax Planning
Pengertian tax sheltering yang merupakan tax planning menurut US Congress
(1999), adalah pengaturan sedemikian rupa untuk menghindari pengenaan pajak
dengan membuat keuntungan ekonomi tanpa adanya kerugian dan risiko ekonomi.
Menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), tax sheltering
tidak mempunyai tujuan bisnis, namun hanya untuk penghindaran pajak yang sesuai
dengan peraturan pajak. Contoh dari tax sheltering adalah penggunaan Special Legal
Vehicles atau SPV (Special Purpose Vehicle) untuk mengalihkan penghasilan dan
mempunyai perusahaan yang ada di tax heaven country.
Crenshaw dalam artikelnya memberikan empat alasan mengapa tax shelter ini
muncul:
1. Ada upaya manajemen korporat untuk mencari cara baru guna mengendalikan
biaya bisnis, dan karena tidak mampu menaikkan harganya, perusahaan mulai
mencari cara untuk memotong pajaknya yang dianggap sebagai biaya.
2. Bertambahnya kerumitan dalam aturan pajak dan dunia keuangan, realita ekonomi
akan terhambat – atau berkurangnya realita tersebut – dalam serangkaian
transaksi.
3. Persepsi antar bank investasi dan lainnya bahwa memimpikan dan mengemas
produk pajak “adalah sebuah lini bisnis yang sukses”, seperti yang dikatakan
William J. Wilkins dari Wilmer, Cutler & Pickering, dan salah seorang anggota
dari divisi pajak dari American Bar Association. (Divisi pajak ini, yang tidak
berbicara sebagai wakil ABA, berisi pengacara yang khusus dalam urusan pajak).
4. Resiko rendah. Bukan hanya sulit bagi IRS untuk mendeteksi shelter, tapi
hukumannya cenderung ringan dan tidak selalu diberikan. Jika shelter ditemukan
dan dilarang, perusahaan akan menghutang pajak yan gseharusnya dibayar,
ditambah bunga. “Ini seperti deal finansial yang bagus”, kata John E. Chapoton,
mantan Assistant Treasury Secretary dan anggota divisi pajak ABA, yang
meminta disclosure perusahaan untuk menghambat shelter.
35
Pngertian Fraudulent financial reporting menurut Arens (2005 : 310)
adalah sebagai berikut :
Carcello (2004) dalam artikelnya yang berjudul ” Audit firm tenure and
fraudulent financial reporting ”, menyatakan :
The Sarbanes-Oxley Act (U.S. House of Representatives 2002) required the U.S.
Comptroller General to study the potential effects of requiring mandatory audit
36
firm rotation. The U.S. General Accounting Office (GAO) concludes in its recently
released study of mandatory audit firm rotation that “mandatory audit firm
rotation may not be the most efficient way to strengthen auditor independence”
(GAO 2003, Highlights). However, the GAO also suggests that mandatory audit
firm rotation could be necessary if the Sarbanes-Oxley Act’s requirements do not
lead to improved audit quality (GAO 2003, 5).
37
kemudian diperbaharui dengan diterbitkan SAS No. 78 pada tahun 1997,
dengan mencantumkan definisi ulang pengendalian intern (redefined
internal control) dengan memasukkan dua komponen yaitu lingkungan
pengendalian (control environment) dan penilaian risiko (risk assessment)
yang merupakan usulan dari the Treadway Commission.
c. SAS No. 61 mengatur tentang komunikasi antara auditor dengan komite
audit perusahaan (Communication with Audit Committees). Auditor harus
mengkomunikasikan dengan komite audit atas beberapa temuan audit
yang penting, misalnya kebijakan akuntansi (accounting policy)
perusahaan yang signifikan, judgments, estimasi akuntansi (accounting
estimates), dan ketidaksepakatan manajemen dengan auditor.
d. SAS No. 82 “Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit”
dikeluarkan ASB pada Februari 1997. SAS no. 82 menyatakan bahwa
auditor harus bertanggung jawab untuk mendeteksi dan melaporkan
adanya kecurangan (fraud) yang terjadi dalam laporan keuangan yang
disusun oleh manajemen. Selaij itu, SAS no. 82 juga menyatakan bahwa
setiap melakukan audit auditor harus menilai risiko (assessment of risk)
kemungkinan terdapat salah saji material (material misstatement) pada
laporan keuangan yang disebabkan oleh fraud.
e. SAS No. 99 “Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit”
f. merupakan revisi dari SAS No. 82 dan mulai diberlakukan efektif untuk
audit laporan keuangan setelah tanggal 15 Desember 2002, penerapan
lebih awal sangat dianjurkan. Auditor bertanggungjawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit guna mendapatkan keyakinan
memadai (reasonable assurance) bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan (error) maupun
kecurangan (fraud).
38
Terdapat perubahan penting terhadap prosedur audit (audit procedure)
serta dokumentasi yang harus dilakukan oleh auditor atas audit laporan
keuangan.
g. SAS No. 110 “Fraud & Error” dinyatakan bahwa auditor harus dapat
mendeteksi terhadap kesalahan material (material mistatement) dalam
laporan keuangan yang ditimbulkan oleh kecurangan atau kesalahan
(fraud or error). SAS 110 , paragraf 14 & 18 berbunyi sbb. :
“Auditors plan, perform and evaluate their audit work in order to have a
reasonable expectation of detecting material misstatements in the
financial statements arising from error or fraud. However, an audit
cannot be expected to detect all errors or instances of fraudulent or
dishonest conduct. The likelihood of detecting errors is higher than that
of detecting fraud, since fraud is usually accompanied by acts specifically
designed to conceal its existence…”
39
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab moral untuk :
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab diluar batas standar profesinya
yaitu tanggung jawab terkait dengan hukum yang berlaku.Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
dalam Standar Auditing Seksi 110, mengatur tentang “Tanggung Jawab dan
Fungsi Auditor Independen”. Pada paragraf 2, standar tersebut antara lain
dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik
kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan
mutlak. Bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab
untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan
bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan.
41
investor sebagai pembelajaran untuk mengetahui secara cepat adanya kecurangan
akuntansi (fraudulent accounting), namun perlu diketahui juga oleh auditor.
Salah satu cara untuk mencegah timbulnya fraud yang diakibatkan kolusi
antara manajemen perusahaan dengan akuntan publik adalah pengaturan rotasi
auditor (akuntan publik) Sesuai Keputusan Menkeu (KMK) No. 359/KMK.
06/2003 tentang perubahan KMK No. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan
42
Publik tertanggal 21 Agustus 2003, telah diatur tentang pembatasan dan rotasi
terhadap akuntan publik. Pasal 6 ayat 4 Kepmenkeu tersebut dinyatakan bahwa
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat
dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk lima tahun buku
berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama tiga tahun berturut-
turut.
H. Kasus Worldcom
1. Deskripsi Perusahaan
Worldcom pada awalnya merupakan perusahaan penyedia layanan telpon jarak jauh.
Selama tahun 90an perusahaan ini melakukan beberapa akuisisi terhadap perusahaan
telekomunikasi lain yang kemudian meningkatkan pendapatnnya dari $152 juta pada tahun 1990
menjadi $392 miliarpada 2001, yang pada akhirnya menempatkan worldcom pada posisi ke 42
dari 500 perusahan lainnya menurut versi majah fortune. Akuisisi yang besar telah terjadi pada
tahun 1998 pada saat worlcom mengambil alih perusahaan MCI yaitu peruahaan kedua terbesar di
Amerika yang bergerak pada bidang telekomunikasi jarak jauh. Dan padatahun yang sama
Worldcom membeli perusahaan UUNet, Compuserve,dan jaringan data AOL (american Online)
yang mengukuhkan posisi Worldcom menjadi operator no 1 dalam infrastruktur internet.
2. Gambaran Umum Kasus
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada WorldCom yaitu terlalu
besarnya kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada tahun 1998 Amerika
mengalami resesi ekonomi sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang drastis.
Hal ini berimbas pada pendapatan WorldCom yang menurun drastis sehingga pendapatan ini jauh
dari yang diharapkan. Nilai pasar saham perusahaan Worldcom turun dari sekitar 150 miliardollar
(januari 2000) menjadi hanya sekitar $150 juta (1 juli 2002). Keadaan ini mebuatan pihak
manajemen berusaha melakukan praktek-praktek akuntansi untuk menghindari berita buruk
tersebut.
43
3. Praktik Akuntansi Tidak Sehat
Dalam laporannya pada 25 Juni Worldcom mengakui bahwa perusahan
mengklasifikasikan lebih dari $3,8 miliar untuk beban jaringan sebagai pengeluaran modal. Beban
jaringan adalah beban yang dibayar oleh Worldcom kepda perusahaan lain untuk jaringan
telekomunikasi, seperti biaya akses dan biaya pengiriman pesan bagi Worldcom. Dilaporkan
sekitar $3,005 miliar telah salah diklasifiksi pada tahun 2001, sementara sisanya sekitar $797 juta
pada triwulan pertama tahun 2002. Berdasarkan data Worldcom $14,7 miliar pada tahun 2001
disajikan sebagai biaya. Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, Worldcom
mampu menaikkan pendapatan atau laba. Worldcom mampu menaikan laba karena akun beban
dicatat lebih rendah, sedangkan akun aset dicatat lebih tinggi karena beban kapitalisasi disajikan
sebagai beban investasi. Kalau hal itu tidak terdeteksi praktek ini akan berakibat pendapatan
bersih yang lebih rendah dalam tahun-tahun brikutnya. Karena beban kapitalisasi jaringan tersebut
akan didepresiasikan.secara esensi beban kapitalisasi jaringan akan memungkinkan perusahaan
untuk mengalokasikan biyanya dalam beberapa tahun dimasa depan, mungkin antara 10 tahun
bahkan lebih. Secara umum, pelanggaran-pelanggaran dan perilaku tidak etis yang dilakukan
WorldCom antara lain:
a. Penggelembungan tersebut terjadi karena adanya praktik akuntansi yang keliru dan
manipulasi laporan keuangan oleh pihak manajemen puncak perusahaan;
b. Praktik akuntansi yang keliru ini dapat terealisasi karena dibantu oleh eksternal Arthur
Andersen dan staf akuntansi perusahaan tersebut;
c. Selain praktik akuntansi yang keliru, CEO WorldCom juga menggunakan uang
pereusahaan untuk kepentingan pribadi. Dari poin pelanggaraan diatas, diketahui bahwa
WorldCom melakukan penggelembungan angka pada periode berjalan. Cara manajemen
WorldCom melakukan penggelembungan yaitu:
a). Biaya jaringan yang telah dibayarkan pihak worldcom kepada pihak ketiga
dipertanggungjawabkan dengan tidak benar. Dimana biaya jaringan yang
seharusnya dibebankan dalam laporan laba rugi, oleh perusahaan dibebankan ke
rekening modal. Hal ini mengakibatkan laba periode berjalan menjadi lebih besar
dari laba yang sebenarnya didapat oleh perusahaan. Dengan cara ini worldcom
mampu meningkatkan keuntungannya hingga $ 3.85 M.
b). Dana cadangan untuk beberapa biaya operasional dinaikkan oleh perusahaan.
Dana cadangan yang sudah terbentuk, nantinya akan dikurangi secara tidak benar
oleh perusahaan untuk memanipulasi jumlah keuntungan yang diperoleh
perusahaan pada periode berjalan. Dengan praktik ini, Worldcom berhasil
memanipulasi keuntungannya sebesar $ 2 M. Berdasarkan poin tersebut,
penyajian beban jaringan sebagai pengeluaran modal ditemukan oleh auditor
Cynthia Cooper. Mei 2002 Auditor Cynthia Cooper mendiskusikan masalah
44
tersebut kepada kepala keuangan Worldcom Scott D. Sullivandan controller
perusahaan saat itu David F. Myers. Cooper melaporkan masalah tersebut
padakepala komite audit Max Bobbitt, sekitar 12 Juni. Yang kemudian Max
Bobbitt meminta kepada KPMG selaku eksternal auditor saat itu untuk melakukan
investigasi. Kepala keuangan worldcom diminta untuk mengkoreksi salah
saji/salah pengklasifikasiannya. Setelah berdiskusi lebih lanjut Scott D. Sullivan
dipecat pada saat Worldcom mengadakan pengumuman. Pada hari yang sama
David F. Myers mengundurkan diri. Dilaporkan bahwa Sullivan tidak pernah
mengkonsultasikan penyajian tersebut kepada Artuhr Anderson selaku auditor
eksernal pada tahun 2001 dan Arthur Anderson pun menyatakan bahwa Sullivan
tidak pernah berkonsultasi dengannya. Pada tanggal 15 Juli, Tauzi yang
merupakan House Energy and Commerce Committee mengatakan bahwa
berdasarkan dokumen-dokumen internal dan email Worldcom mengindikasikan
bahwa sebenarnya pihak eksekutif sudah mengetahui salah saji tersebut sejak
awal. Internal auditor adalah pertahanan awal terhadap kesalahan paktekpraktek
akuntansi dan kecurangan akuntansi. Satu pertanyaan kepada Internal Auditor
Worldcom adalah kenapa butuh waktu lama (1 tahun) untuk mengungkap salah
saji ini. Padahal mengingat nilai kapitalisasi yang begitu besar dan pengaruhnya
terhadap nilai pendapatan bersih dan total aktiva harusnnya bisa diungkap lebih
cepat.
4. Dampak Kasus Worldcom
Dampak akibat kasus WorldCom sangat besar dan multidimensional. Secara ringkas
dampaknya antara lain:
a Nilam saham WorldCom anjlok dari US$ 64.5 per lembar saham, menjadi US$ 2 per
lembar saham, kemudian anjlok lagi hingga mencapai kurang dari 1 sen per lembar
saham;
b Para pegawai mengalamai kerugian dana pensiun. Pada akhir tahun 2000, sekitar 32 %
atau US$642.3 juta dana pensiun pegawai berupa saham;
c Adanya PHK missal terhadap karyawan WorldCom yakni sekitar 17.000 karyawan
diberhentikan dari total 85.000 karyawan;
d Worldcom akhirnya mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan ini merupakan salah satu
kebangkrutan paling besar di Amerika Serikat; dan
e Bernie Ebbers dan Scott Sulivan didakwa dengan hukuman penjara 25 tahun.
5. Analisis Kasus
Alasan terjadinya adanya pelanggaran Dari hasil analisis kasus, adanya pelanggaran etika
bisnis pada perusahaan WorldCom terjadi karena beberapa faktor, antara lain:
45
a. Faktor Uang
Adanya iming-iming uang dan bonus yang besar bagi para akuntan mereka mau bekerja sama
dengan pihak manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan.
b. Faktor Tekanan
Adanya tekanan dari atasan untuk memanipulasi laporan kaunagan. Yang mana jika tidak
dituruti akan mengakibatkan para akuntan dipecat.
c. Faktor Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan, yang menghalalkan segala cara untuk dapat memperoleh penghasilan, agar
perusahaan tetap terlihat baik dimata publik dan harga saham perusahaan tidak turun drastis.
d. Faktor Pengendalian Internal
Lemahnya pengendalian internal perusahaan, sehingga tindakan manipulasi dan kecurangan
dapat terjadi dalam perusahaan.
e. Faktor Kesempatan
Adanya kesempatan untuk memanipulasi LK worldcom, dimana dalam hal ini semua pihak
dari manajemen puncak hingga staf akuntansi dapat diajak bekerja sama untuk memanipulasi
LK perusahaan.
f. Faktor Etika
Kurangnya etika profesi akuntansi, para akuntan yang bekerja di worldcom tidak berpegang
teguh pada etika profesi akuntansi ataupun GAAP, sehingga mereka bersedia untuk melakukan
tindakan yang melanggar kegiatan kode etik profesi akuntansi. Faktor- faktor diatas adalah
faktor yang paling sering mempengaruhi para akuntan dalam melakukan kecurangan dan
perilaku-perilaku tidak etis dalam pekerjaan mereka. Untuk itu, alangkah baiknya setiap
manajemen dari perusahaan manapun di dunia, bisa meminimalisir peluang adanya faktor-
faktor tersebut agar tidak terjadi lagi kasus seperti Enron dan WorldCom. Pelanggaran
WorldCom dilihat dari Etika Profesi Tuntutan profesional sangat erat hubungannya dengan
suatu kode etik untuk masing-masing profesi. Kode etik itu berkaitan dengan prinsip etika
tertentu yang berlaku untuk suatu profesi. WorldCom yang melakukan kecurangan telah
melanggar prinsip-prinsip etika profesi, antara lain:
a). Prinsip Tanggung Jawab
Prinsip ini menekankan bahwa seorang professional haruslah bertanggung jawab dalam
melakukan pekerjaannya. Dari kasus WorldCom, bisa dilihat bahwa beberapa oknum
staf akuntansi di perusahaan melakukan praktik tidak bertanggung jawab dengan
melakukan praktik akuntansi yang sesuai dengan kaidah.
b). Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menekankan bahwa setiap profesioanl haruslah memiliki integritas yang
tinggi dan moral yang luhur. Dari kasus Worlcom, bias dilihat bahwa CEO perusahaan
yang seharusnya berintegitas dan menjadi contoh bagi bawahannya, malah
46
menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi yang jelas jelas melanggar
prisip integritas moral.
47
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik
dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
khusus sebagai Akuntan.
Etika sebagai salah satu unsur utama dari profesi menjadi landasan bagi akuntan
dalam menjalankan kegiatan profesional. Akuntan memiliki tanggung jawab untuk
bertindak sesuai dengan kepentingan publik. Terdapat pula prinsip etika profesi
akuntan yang terdiri dari delapan prinsip, yaitu :
Prinsip ini selain sebagai aturan yang mengatur akuntan profesional dapat juga
digunakan untuk melindungi akuntan profesional. Terlebih lagi kode etik ini dapat
juga digunakan untuk mengembangkan kualitas seorang akuntan dan laporan yang
dihasilkan.
48
DAFTAR PUSTAKA
49
50
51