Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
menyelesaikan dengan baik. Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
baginda tercinta kita, yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini dibuat sebagai
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah BIROKRASI. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman mahasiswa yang juga sudah memeberi kontribusi, baik langsung maupun tidak
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
organisasi yang melayani masyarakat dengan berbagai pandangan negatif antara lain,
yaitu proses pengurusan surat atau dokumen lain yang berbelit-belit, tidak ramah,
mereka alami secara langsung membuktikan bahwa birokrasi yang ada tidak berjalan
Dalam ilmu sosial, ketika muncul definisi, sudah pasti tidak mungkin hanya
dilihat dari satu aliran/ perspektif atau pemikiran atau teori saja. Hal ini disebabkan,
karena ilmu sosial merupakan ilmu yang mempelejari tentang manusia yang antara
satu dan yang lainnya punya banyak perbedaan ( misalnya, berbeda tentang latar
sebagainya). Dengan demikian, ilmu sosial adalah ilmu yang kaya akan pemikiran
birokrasi. Berdasarkan realita yang ada saat ini, banyak pertanyaan-pertanyaan yang
Oleh karena itu, penulis kemudian menyusun makalah ini yang berjudul
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
adalah:
PEMBAHASAN
Birokrasi dalam bahasa Inggris disebut bureaucracy berasal dari dua kata
yaitu “bureau” yang artinya meja dan “cratein” berarti kekuasaan. Jadi, maksudnya
adalah kekuasaan yang berada pada orang-orang yang dibelakang meja. Sedangkan
menurut KBBI kata “birokrasi” artinya sistem pemerintahan yang di jalankan oleh
pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hirarki dan jenjang jabatan, cara
bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban serta menurut tata aturan yang
banyak liku-likunya.
agar terselenggara dengan teratur. Pekerjaan ini bukan hanya melibatkan banyak
personil (birokrat), tetapi juga terdiri dari berbagai peraturan dalam penyelenggaraan
Dalam ilmu sosial, ketika muncul definisi, sudah pasti tidak mungkin hanya
dilihat dari satu aliran/ perspektif/ pemikiran/ teori saja, karena ilmu sosial
mempelajari tentang manusia yang antara satu dan lainnya punya banyak perbedaan
adat-istiadatnya, dan lain sebagainya). Sehingga, ilmu sosial adalah ilmu yang kaya
akan pemikiran dan pendapat atau sudut pandang. Dengan demikian, aliran
Teori rational admin istrative model adalah model yang dikembangkan oleh
Max Weber. Model ini menyatakan bahwa birokrasi yang ideal adalah birokrasi yang
berdasarkan pada sistem peraturan yang rasional, dan tidak berdasarkan pada
paternalisme kekuasaan dan kharisma. Dalam teori ini, birokrasi harus dibentuk
secara rasional sebagai organisasi sosial yang dapat diandalkan, terukur, dapat
sebagai sebuah organisasi yang terstruktur, kuat, dan memiliki sistem kerja yang
terorganisir dengan baik. Contoh penerapan dari teori ini adalah pada negara-negara
Teori ini dikemukan oleh Max Weber dalam buku : The Protestant Ethic and
Spirit of Capitalism. Ia menulis juga buku-buku lain, antara lain adalah The Theory of
Social and Economic Organization, buku yang diharapkan Weber menjadi karyanya
yang terbesar tetapi tidak dapat diselesaikannya hingga saat ajalnya. Pandangan
Weber tentang organisasi tercermin juga pada buku yang berjudul From Max Weber :
Essays in Sociology yang diterjemahkan dan disantun oleh H.H. Gerth dan C.Wright.
masyarakat dan ia mempertanyakan bentuk organisasi yang sesuai pada akhir
abad ke-9. Organisasi birokratis menurut Weber dapat menjamin tercapainya alokasi
sumber yang terbatas dalam sebuah masyarakat yang kompleks seperti masyarakat
industri Eropa. Ia juga mengemukakan adanya 7 ciri yang dapat dijumpai pada
utuh.
yang lebih tinggi, sehingga tersusun suatu hirarki otoritas yang runtut
mulaidari tingkatan yang tertinggi hingga tingkatan yang terendah dalam
organisasi.
haruslah melakukan kegiatan secara objektif sesuai dengan tugas yang harus
tersebut tampak di jalankan pada banyak organisasi yang ada di sekeliling kita,
seperti hirarki otoritas, pembagian tugas dan penggunaan dokumen tertulis. Tetapi
tersebut secara sempurna. Apabila setiap kegiatan organisasi dicatat secara tertulis
misalnya, maka organisasi akan penuh dengan dokumen sehingga akan menghambat
sebagai wujud mekanisme pertahanan dan organ dari kaum bourgeois untuk
fenomena yang memiliki keterkaitan erat dengan proses dialektika kelas sosial.
Yaitu teori berbasis pada pemikiran ideologi liberalisme. Teori ini muncul
pada tahun 1970-an oleh William Niskanen dalam buku representative government
(1971), sebagai respon terhadap teori birokrasi Weber maupun teori Marx, akan tetapi
teori ini baru menguat pada dua dekade terakhir seiring dengan munculnya
dan Selandia baru. Teori ini juga banyak pembahasan ahli politik seperti konsep
managerialism.
Teori ini menyoroti kapasitas organisasi birokrasi yang terlalu besar, terlalu
Birokrat, terlepas dari citra sebagai pelayan masyarakat, dia juga memiliki motivasi
yang berkaitan dengan pengembangan karier dan pemenuhan kebutuhan pribadi. Oleh
karena itu, teori ini menuntut agar kapasitas birokrasi dikurangi dan peran yang
selama ini dilakukan hendaknya di delegasikan kepada sektor swasta ( privat sector)
Teori NPS menentang teori BOM , sebab menurut Denhart (2000), birokrasi
memiliki corak dan cara kerja yang berbeda dengan swasta dan juga corak
manajemen dan lingkungan kerja. Birokrasi juga tidak sesuai dengan nilai – nilai
kedalam institusi birokrasi justru dapat berakibat kontra produktif terhadap kinerja
Teori NPS memandang bahwa birokrasi adalah alat rakyat dan harus tunduk
pada kepada apapun suara rakyat, sepanjang suara itu rasioanal dan legimate secara
mata makhluk ekonomi seperti yang diungkapan dalam teori BOM, melainkan juga
makhluk yang berdimensi sosial, politik dan menjalankan tugas sebagai pelayan
publik. Untuk meningkatkan pelayanan publik yang demokratis, konsep “The New
tenaga untuk mempengaruhi semua sistem yang berlaku. Alternatif yang ditawarkan
konsep ini adalah pemerintah harus mendengar suara publik dalam pengelolaan tata
pemerintahan. Meskipun tidak mudah bagi pemerintah untuk menjalankan ini, setelah
Di dalam paradigma ini semua ikut terlibat dan tidak ada lagi yang hanya
menjadi penonton. Gagasan Denhardt & Denhardt tentang Pelayanan Publik Baru
sebuah perusahaan tetapi melayani masyarakat secara demokratis, adil, merata, tidak
diskriminatif, jujur dan akuntabel. Disini pemerintah harus menjamin hak-hak warga
over Entrepreneurship)
Democratically)
5. Tahu kalau Akuntabilitas Bukan Hal Sederhana (Recognize that
Productivity)
Service. Keberhasilan penerapan konsep standar dan kualitas pelayanan publik yang
mengelola sektor-sektor publik yang lebih partisipatif, transparan, dan akuntabel. Ada
dan komunikasi.
masyarakat.
7) Security → jasa pelayanan yang diberikan harus dijamin dan bebas dari
kebutuhan pelanggan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
aliran pemikiran birokrasi disebut juga teori. Aliran pemikiran birokrasi terdiri dari
Negara, yaitu:
B. Saran
apabila dikaji lebih mendalam, sebab dengan memahami berbagai aliran pemikiran
birokrasi akan sangat membantu untuk kita selaku insane akademisi untuk
Indonesia. Akan tetapi, dengan segala keterbatasan waktu yang diberikan maka
penulis hanya dapat menyajikan sedikit materi terkait aliran pemikiran birokrasi.
Penulis harapkan agar kedepannya diberikan kesempatan untuk mengkaji
lebih mendalam terkait judul materi ini. Semoga dengan materi yang penulis buat bisa
Rina Martini. 2012. Buku Ajar Birokrasi Dan Politik. Universitas Diponegoro
Semarang.https://www.google.co.id/url?
q=http://eprints.undip.ac.id/38849/1/BIROKRASI_DAN_POLITIK.pdf diakses
pada 8 Oktober 2018.
Thoha, Miftah. 2014. Birokrasi Politik & Pemilihan Umum di Indonesia. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Thoha, Miftah. 2016. Birorasi & Politik di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada