Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

” UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA


TAHUN 1945”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Pancasila
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

DOSEN PENGAMPU
Dr. H. METROYADI, SH., M.Pd
ZAIN AHMAD FAUZI, M.Pd

Disusun oleh:
Kelas D
Kelompok 8
NADIA PUTERI (2010125220040)
NETI TRI KHODARI (2010125220060)
NORHIDAYAH (2010125220036)
NORMAWATI RAHMAH (2010125120015)
RAUDATUL MADINA (2010125220030)
SHOFIA ZAUJAH ARSIANI (2010125320034)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan Rahmat dan
Karunia-Nya maka makalah ini dapat diselesaikan dengan baik sebagaimana
penulis harapkan. Penulis menyadari sepenuh nya bahwa dalam penulisan
makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kira nya kepada pihak pemerhati dapat memberikan saran
pemikiran guna kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bantuan berbagai pihak turut menentukan terlaksananya
penulisan makalah ini. Dengan segala hormat penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tinggi nya kepada Bapak Dr. H.
Metroyadi, SH., M.Pd dan Bapak Zain Ahmad Fauzi, M.Pd selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Pancasila yang telah memberikan arahan-arahan,
bimbingan, saran, masukan, motivasi, nasehat dan ilmunya kepada penulis, serta
teman teman di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2020
yang telah memberikan semangat dan dukungan serta informasi dalam proses
penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha untuk mendapatkan
hasil yang maksimal, namun penulis juga memiliki keterbatasan oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan semoga makalah ini
berguna bagi pembaca nya.

Banjarmasin, 04 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia..............................3
1. Sejarah Undang-Undang Dasar 1945.......................................................3
2. Pengertian Undang-Undang Dasar 1945..................................................4
3. Fungsi UUD 1945....................................................................................5
4. Perubahan (Amandemen) UUD 1945......................................................5
5. Tujuan Amandemen UUD 1945...............................................................8
B. Konstitusi
1. Pengertian Konstitusi...............................................................................8
2. Istilah Konstitusi.......................................................................................9
3. Kedudukan Konstitusi............................................................................10
4. Macam Konstitusi...................................................................................11
5. Sifat dan Fungsi Konstitusi....................................................................11
6. Tujuan Konstitusi...................................................................................12
7. Substansi Konstitusi...............................................................................13
8. Pentingnya Konstitusi dalam Negara.....................................................14
9. Klasifikasi Konstitusi.............................................................................15
10. Nilai Konstitusi.......................................................................................16
C. Struktur Pemerintah Indonesia Berdasarkan UUD 1945
1. Sebelum Amandemen.............................................................................17
2. Setelah Amandemen...............................................................................19
D. Isi Batang Tubuh UUD 1945...................................................................21
E. Hubungan Antara Lembaga-Lembaga Negara Berdasarkan UUD
Tahun 1945................................................................................................30

ii
1. Hubungan antara MPR dengan Presiden................................................31
2. Hubungan antara MPR dan DPR............................................................31
3. Hubungan antara MPR dan DPD...........................................................31
4. Hubungan antara DPR dan Presiden......................................................32
5. Hubungan antara BPK dan DPR............................................................32
6. Hubungan antara DPR dan MK..............................................................33
F. HAM Menurut UUD 1945
1. Pengertian HAM dari Berbagai Tokoh..................................................33
2. Sejarah HAM di Indonesia.....................................................................35
3. Tonggak-Tonggak Sejarah Perjuangan HAM........................................35
4. HAM dalam Kerangka Hukum Nasional Berdasarkan UUD 1945.......36
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................37
B. Saran...........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang dasar 1945 memiliki peranan yang sangat penting
dalam pelaksanaan ketatanegaraan di Indonesia. Peranannya dapat dilihat dari
kandungan yang terdapat di dalamnya. UUD 1945 mengandung cita- cita dan
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, yang tertuang dalam pembukaan UUD
1945 dan diikat oleh pasal dan ayat yang dijelaskan didalam batang tubuh
UUD 1945. Dalam perkembangannya, batang tubuh UUD 1945 telah
diamandemen sebanyak empat kali. Amandemen yang dilakukan bertujuan
untuk memperjelas hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, atau untuk
membentuk suatu hukum yang belum dijelaskan, demi penyempurnaan UUD
1945. Dengan dilakukannya amandemen UUD 1945 diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan hukum dalam pelaksanaan ketatanegaraan. Sehingga
tidak ada celah untuk melakukan pelanggaran terhadapnya. Pemikiran untuk
melaksanakan amandemen didasarkan pada kenyataan yang terjadi selama
masa pemerintahan orde lama dan baru, sehingga kehidupan ketatanegaraan
berjalan secara sentralisasi kekuasaan sepenuhnya ditangan presiden. Karena
latar belakang inilah, UUD 1945 menjadi suatu peraturan dasar yang tidak
dapat diganggu gugat. Amandemen UUD 1945 dilaksanakan oleh bangsa
Indonesia sejak tahun 1999, amandemen pertama dilaksanakan dengan
memberikan tambahan dan perubahan terhadap 9 pasal UUD 1945.
Selanjutnya amandemen kedua dilaksanakan pada tahun 2000, amandemen
ketiga dilaksanakan pada tahun 2001, dan amandemen terakhir dilaksanakan
pada tahun 2002 dan disahkano pada tanggal 10 Agustus 2002. Amandemen
UUD 1945 mengawali kehidupaan ketatanegaraan baru bagi rakyat Indonesia
yang diharapkan dapat meningkatkan kehidupan rakyat. Disamping itu,
Sebagai warga negara, kita hendaknya memahami UUD 1945. Sehingga kita
dapat menjalankan fungsi kita sebagi seorang intelek yang dapat mengkritik
jalannya pemerintahan. Untuk itu, penulis membahas makalah yang
bertemakan UUD 1945, yang berisi mengenai hukum dasar tertulis dan tidak

1
tertulis,konstitsi, struktur pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945, isi
pokok batang tubuh UUD 1945, hubungan antar lembaga-lembaga negara dan
hak asasi manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perumusan dan Penetapan Undang-Undang Dasar
1945?
2. Apa Pengertian dan Istilah Konstitusi?
3. Bagaimana Struktur Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945?
4. Apa Isi Pokok Batang Tubuh UUD 1945?
5. Apa Hubungan Antara Lembaga-Lembaga Negara Berdasarkan UUD
1945?
6. Bagaimana HAM Menurut UUD 1945?

C. Tujuan
Mempelajari serta memahami Sejarah Perumusan dan Penetapan
Undang-Undang Dasar 1945, Istilah Konstitusi, Struktur Pemerintahan
Indonesia Berdasarkan UUD 1945, Isi Pokok Batang Tubuh UUD 1945,
Hubungan Antara Lembaga-Lembaga Negara Berdasarkan UUD 1945 dan
HAM Menurut UUD 1945.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


1. Sejarah Undang-Undang Dasar 1945
Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum, tentu saja Indonesia
memiliki suatu konstitusi yang dikenal di Indonesia dikenal dengan Undang-
Undang Dasar 1945. Eksistensi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
konstitusi di Indonesia mengalami sejarah yang sangat panjang hingga
akhirnya diterima oleh seluruh rakyat sebagai landasan hukum bagi
pelaksanaan kenegaraan Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945 dirancang
sejak 29 Mei 1945 sampai 16 juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdkaan Inddonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa jepang
dikenal dengan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yang beranggotakan 21 orang.
Diketahui Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua dengan 19 orang
anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari jawa, 3 orang dari Sumatera dan
masing-masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil. Badan ini
kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi
Indonesia Merdeka yang kemudian dikenal dengan nama Undang-Undang
Dasar 1945 (UUD 1945). Para tokoh perumus itu adalah antara lain Dr.
Radjiman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata,
Pangeran Purboyo, Pangeran Soerjohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo,
Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad
Amir (Sumatra), Mr. Abdul Abdul Abbas (Sumatra), Dr. Ratulangi, Andi
Pangerang, Mr. Latuharhari, Mr. Pudja, AH. Hamidan, R.P. Soeroso, Abdul
Wachid Hasyim dan Mr. Muhammad Hasan.
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD 1945) bermula dari janji
jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dikemudian
hari. Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi resmi
nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan.
Sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah Negara yang berdaulat. Pada
tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan, Panitia

3
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya Yang
pertama kali dan menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut:
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannnya
diambil dari rancangan undang-undang yang disusun oleh panitia perumus
pada tanggal 22 juni 1945.
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hamper
seluruhnya diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD
tanggal 16 juni 1945
3. Memilih ketua persiapan kemerdekaan Indonesia Ir.Soekarno sebagai
presiden dan wakil ketua Drs.Muhammad Hatta sebagai wakil presiden.
Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yang menjadi komite nasional.

Pada tanggal 22 juni 1945, disahkan Piagam Jakarta yang menjadi naskah
Pembukaan UUD 1945 setelah dihilangkannya anak kalimat dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Naskah
rancangan UUD 1945 disusun pada masa sidang kedua Badan Penyelidik
Usaaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Masa sidang kedua
tanggal 10-17 juli 1945, sedangkan tanggal 18 Agustus PPKI mengesahkan
UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

2. Pengertian Undang-Undang Dasar 1945


Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum, tentu saja Indonesia
memiliki suatu konstitusi yang dikenal di Indonesia dikenal dengan Undang-
Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 atau disingkat dengan UUD 1945 adalah Hukum dasar tertulis,
dan juga konstitusi pemerintahan Negara Republik Indonesia saat ini.
Undang-Undang Dasar 1945 adalah hukum dasar lembaga Negara yang
mengikat pemerintah, lembaga-lembaga Negara, lembaga masyarakat, dan
juga mengikat setiap penduduk yang berada diwilayah Negara Republik
Indonesia.

4
3. Fungsi UUD 1945
Telah dijelaskan bahwa UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang
mengikat pemerintah, lembaga-lembaga Negara, lembaga masyarakat, dan
juga mengikat setiap warga Negara Indonesia dimanapun mereka berada dan
juga mengikat setiap penduduk yang berada diwilayah Negara Republik
Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma dan aturan-
aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut
diatas. UUD 1945 bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu
hukum dasar tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber
hukum tertulis. Dengan demikian, setiap hukum seperti Undang-Undang,
peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan
atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya bersumber pada aturan
perundang undangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan UUD 1945, dan Pedomannya adalah Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum Negara. Dalam kedudukan yang demikian
itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan perundangan atau hirarki
peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang tertinggi.
Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat control,
dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih
rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi. UUD juga
berperan sebagai pengatur bagaimana kekuasaan Negara disusun, dibagi, dan
dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga berfungsi sebagai penentu hak dan
kewajiban Negara, aparat Negara, dan warga Negara.

4. Perubahan (Amandemen) UUD 1945


UUD 1945 memiliki kedudukan yang tetap, dan melekat bagi Negara
Republik Indonesia. Oleh sebab itu, pembukaan UUD 1945 tidak dapat
diubah oleh siapapun, termasuk DPR dan MPR sesuai dengan sifat
konstitusinya pasal 3 dan pasal 37 UUD 1945 berarti meniadakan Negara
Republik Indonesia. Hal ini disebabkan Pembukaan UUD 1945 merupakan:
1. Sumber dari motivasi dan inspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia.

5
2. Sumber dari cita-cita hukum dan cita-cita moral yang ingin ditegakkan
dalam lingkungan Internasional dan Nasional.
Pada tahun 1999-2002 UUD 1945 mengalami perubahan amandemen
yang keempat, perubahan dalam bentuk amandemen, yaitu penambahan dan
pengurangan beberapa hal yang selama ini belum dimuat dalam UUD 1945,
perubahan difokuskan pada batang tubuh UUD 1945 dan bukan pada
pembukaan UUD 1945. Maka dari itu UUD 1945 sudah tidak bisa lagi
dirubah, jikalau ada suatu permasalahan yang berkembang sesuai perubahan
zaman, jalan satu-satunya ialah revisi UUD 1945. Salah satu tuntutan
Reformasi 1998 ialah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD
1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945, yakni:
1. Pada masa Orde Baru kekuasaan tertinggi ditangan MPR dan bukan
terletak pada rakyat
2. Kekuasaan yang sangat besar pada Presiden
3. Adanya Pasal-pasal yang terlalu luwes (dapat menimbulkan multitafsir).
Tujuan Perubahan UUD 1945 sebagai penyempurnaan aturan dasar
seperti tatanan Negara, kedaulatan rakyat, Hak Asasi Manusia, Pembagian
kekuasaan, eksistensi Negara demokrasi dan Negara hukum, serta hal-hal lain
yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Pada saat
UUD 1945 diamandemen dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah
pembukaan UUD 1945, akan tetapi mempertahankan susunan kenegaraan
kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), serta mempertegas system pemerintahan Presidensial.
Berikut amandemen UUD 1945 yang ditetapkan dalam siding Umum dan
Sidang Tahunan MPR:
• Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 (Amandemen
Pertama UUD 1945)
• Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 (Amandemen
Kedua UUD 1945)
• Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 (Amandemen
Ketiga UUD 1945)

6
• Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 (Amandemen
Keempat UUD 1945).
Selain itu ada beberapa yang menjadi tujuan bangsa Indonesia merubah
Amandemen UUD 1945, yakni:
• Untuk mengembalikan UUD 1945 berderajat tinggi dan menjiwai
konstitusionalisme serta Negara berdasarkan atas hukum dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
• Menyempurnakan UUD 1945
• Menciptakan era baru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, lebih
berkeadilan sosial dan lebih berkemanusiaan sesuai dengan komitmen bangsa
Indonesia.
Disamping itu amandemen UUD 1945 memiliki alasan yang diharuskan,
yaitu:
• Secara Historis
Pada mulanya UUD 1945 disusun oleh BPUPKI dan PPKI sebagai Undang-
Undang yang bersifat sementara karena dibuat dan ditetapkan dalam keadaan
dan suasan tergesa-gesa sehingga dianggap tidak lengkap.
• Secara Fisolofis
Materi-materi yang terdapat didalam UUD 1945 tercampur aduk dari
berbagai gagasan yang kadang-kadang saling bertentangan. Hal ini
disebabkan para pembuat UUD 1945 (anggota BPUPKI dan PPKI) berasal
dari latar belakang macam gagasan yang berbeda pula dan mengakibatkan
timbulnya berbagai perbedaan.
• Secara Teoritis
Secara Konstitusionalisme, kebebasan konstitusi suatu Negara pada
hakikatnya ialah membatasi kekuasaan Negara agar tidaksewenangwenang
tetapi didalam UUD 1945 kurang menonjolkan pembatasan kekuasaan
melainkan lebih menonjolkan prinsip totaliterisme.
• Secara Yuridis
Sebagaimana lazimnya setiap konstitusi, maka UUD 1945 juga telah
mencantumkan klausul perubahan UUD 1945 itu sendiri seperti yang terdapat
dalam pasal 37

7
• Secara Praktis Politis
Bahwa sadar atau tidak sadar, langsung atau tidak langsung dalam praktiknya
UUD 1945 sering mengalami perubahan dan penyimpangan dari teks aslinya.
Baik pada masa 1945-1949 dan 1959-1998. Bahkan praktik politik sejak
1959-1994 UUD 1945 yang kurang membatasi kekuasaan eksekutif dan
pasal-pasalnya yang bisa menimbulkan multi interpretasi yang telah
dimanipulasi oleh pemerintah yang ingin berkuasa.

5. Tujuan Amandemen UUD 1945


1. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara agar dapat
lebih mantap dan mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan
dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kekuatan rakyat.
2. Memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham
demokrasi.
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak
agar sesuai dengan perkembangan HAM dan Peradaban umat manusia
yang menjadi syarat Negara hukum.
4. Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan Negara yang sanagt
penting bagi eksistensi Negara dan perjuangan Negara mewujudkan
demokrasi.
5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan
berbangsa sesuai dengan perkembangan aspirasi kebutuhan dan
kepentingan bangsa dan Negara Indonesia sekaligus mengakomodasi
kecenderungannya untuk kurun waktu yang akan datang.

B. Konstitusi
1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) – constitutie (Bhs.
Belanda) – constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun,
menyatakan. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau
disamakan artinya dengan UUD. Konstitusi menurut makna katanya berarti
dasar susunan suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi

8
menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu
berupa kumpulan peraturan untuk membentuk, mengatur, atau memerintah
negara.
Pengertian konstitusi menurut para ahli:
a) Koernimanto Soetopawiro
Istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang berarati
bewrsama dengan dan statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri.
Jadi konstitusi berarti menetapkan secara bersama.
b) Lasalle
Konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang terdapat di
dalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di
dalam masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik.
c) Herman Heller
Konstitusi mempunyai arti luas daripada uud. Konstitusi tidak hanya
bersifat yuridis tettapi juga sosiologis dan politis.
d) K. C. Wheare
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketaatanegaraaan suatu negara
yang berupa kumpulan peraturan yang mmbentuk mengatur/memerintah
dalam pemerintahan suatu negara.

2. Istilah Konstitusi
Istilah konstitusi secara umum menggambarkan keseluruhan sistem
ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang
membentuk mengatur atau memerintah negara, peraturan-peraturan tersebut
ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis.Sehubungan dengan konstitusi ini
para sarjana dan Ilmuan Hukum Tata Negara terjadi perbedaan pendapat:
1. Kelompok yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang;
2. Kelompok yang membedakan konstitusi dengan undang-undang.

Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih


luas dari undang-undang. Dia membagi konstitusi dalam tiga pengertian
antara lain:

9
a) Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan (Die Polotiche Verfasung Als Gesellchaftliche)
b) Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat
dijadikan sebagai suatu kesatuan hukum dan tugas mencari unsur-unsur
hukum ” Abstraksi ”.
c) Ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi dan
berlaku dalam suatu negara.

Menurut Lord Bryce, terdapat empat motif timbulnya konstitusi:


a) Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-haknya
yang mungkin terancam dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan
penguasa
b) Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah
dengan harapan untuk menjamin rakyatnya dengan menentukan bentuk suatu
system ketatanegaraantertentu;
c) Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin tata
cara penyelenggaraan ketatanegaraan;
d) Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama yang efektif antar negara
bagian.

3. Kedudukan konstitusi
Konstitusi menempati kedudukan yang begitu krusial di dalam kehidupan
ketatanegaraan sebuah Negara sebab konstitusi menjadi tolak ukur kehidupan
berbangsa dan bernegara yang penuh dengan fakta sejarah perjuangan para
pahlawannya.Hampir semua Negara didunia memiliki konstitusi, kecuali
inggris yng memang tidak memiliki konstitusi atau undang-undang
dasar.walupun demikian setiap konstitusi yangmempunyai kedudukan
resmi/formal yang relative sama,yaitu hukum dasar dan hukum tinggi:
 Konstitusi berkedudukan sebagai hukum dasar karena berisi aturan dan
ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu Negara.
 Konstitusi sebagai hukum tertinggi

10
Konstitusi lazimnya juga diberikan kedudukan sebagai hukum tertinggi dala
tata hukum yang bersangkutan.

4. Macam Konstitusi
Menurut C.F. Strong konstitusi memiliki bentuk tertulis dan tidak
tertulis. Konstitusi tertulis adalah aturan – aturan pokok dasar negara,
bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan dasar lainnya yang
mengatur perikehidupan suatu bangsa di dalam persekutuan hukum negara.
Konstitusi tidak tertulis/konvensi adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan
yang sering timbul. Adapun syarat – syarat konvensi adalah: Diakui dan
dipergunakan berulang – ulang dalam praktik penyelenggaraan negara, tidak
bertentangan dengan UUD 1945, memperhatikan pelaksanaan UUD 1945
Secara teoritis konstitusi dibedakan menjadi konstitusi politik dan
konstitusi sosial. Konstitusi politik adalah berisi tentang norma- norma dalam
penyelenggaraan negara, hubungan rakyat dengan pemerintah, hubuyngan
antar lembaga negara.Sedangkan konstitusi sosial adalah konstitusi yang
mengandung cita-cita sosial bangsa, rumusan filosofis negara, sistem sosial,
sistem ekonomi, dan sistem politik yang ingin dikembangkan bangsa itu.

5. Sifat dan Fungsi Konstitusi


Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku).
 Konstitusi negara memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu
memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan
jaman /dinamika masyarakatnya.
 Sedangkan konstitusi negara dikatakan rigit / kaku apabila konstitusi itu sulit
untuk diubah kapanpun.
Adapun fungsi konstitusi adalah:
 Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian
rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
 Menjamin hak-hak asasi warga Negara

11
Sesuai dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
yang diartikan sebagai:
1) Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan;
2) Undang-undang Dasar suatu negara. Berdasarkan pengertian tersebut,
Konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan
menjadi dasar utama bagi penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi
menempati posisi penting dan strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu
negara. Konstitusi juga menjadi tolok ukur kehidupan berbangsa dan
bernegara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu
sekaligus memuat ide-ide dasar yang digariskan oleh pendiri negara (the
founding fathers ). Konstitusi memberikan arahan kepada generasi penerus
bangsa dalam mengemudikan negara menuju tujuannya.

6. Tujuan Konstitusi
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang
pemerintah dan menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan
pelaksanaan kekuasan yang berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakikat dari
konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau
konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu
pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk
di pihak lain. Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat
Steenbeck, menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam
konstitusi, yaitu:
a) Jaminan hak-hak manusia;
b) Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar;
c) Pembagian dan pembatasan kekuasaan.
Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:
1) Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
2) Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3) Peradilan yang bebas dan mandiri.
4) pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi
utama dari

12
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat
diklasifikasikan menjadi tiga tujuan, yaitu:
1) Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan pembatasan sekaligus
pengawasan terhadap kekuasaan politik;
2) Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa
sendiri;
3) Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para
penguasa dalam menjalankan tugasnya.

7. Substansi Konstitusi
1) Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak dalam bentuk tertulis (written
constitution and unwritten constitution). suatu konstitusi disebut tertulis
bila berupa (Doumentary Constitution), sedangkan konstitusi tidak tertulis
tidak berupa satu naskah (Non- Doumentary Constitution) dan banyak di
pengaruhi oleh tradisi konvensi. Contoh konstitusi Inggris yang hanya
berupa kumpulan document.
2) Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution).
Yang dimaksud dengan konstitusi yang fleksibel adalah konstitusi yang
diamandemen tanpa adanya prosedur khusus sedangkan konstitusi yang
kaku adalah konstitusi yang mensyaratkan suatu adanya prosedur khusus
dalam melakukan amandemen. Dikatakan konstitusi itu flaxible apabila
konstitusi itu memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai
perkembangan msyarakat (contoh konstitusi inggris dan sealndia baru).
Sedangkan konstitusi itu dikatakan kaku atau rigid apabila konstitusi itu
sulit diubah sampai kapanpun (contoh : USA, Kanada, Indonesia dan
Jepang).
Ciri-ciri pokok konstitusi elastis, antara lain:
 Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah
 Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah
undang-undang
Ciri-ciri pokok konstitusi rigit, antara lain:
 Memiliki tingkat dan derajat yang lebih tinggi dari undang-undang

13
 Hanya dapat diubah dengan tata cara khusus/istimewa
3) Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi (Supreme
and not supreme constitution) Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang
mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara (tingkatan peraturan
perundang-undangan). Konstitusi tidak derajat tinggi
4) Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary
Constitution). Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai
kedudukan tertinggi dalam negara (tingkatan peraturan perundang-
undangan). Konstitusi tidak derajat tinggi.
5) Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer
(President Executive and Parliamentary Executive Constitution).
a). Dalam sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri antara
lain:
 Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga
memiliki kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan.
 Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih.
 Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat
memerintahkan pemilihan umum.
b). Konstitusi dalam sistem pemerintahan parlementer memiliki ciri-ciri (Sri
Soemantri):
 Kabinet dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang dibentuk
berdasarkan kekuatan yang menguasai parlemen
 Anggota kabinet sebagian atau seluruhnya dari anggota parlemen
 Presiden dengan saran atau nasihat Perdana menteri dapat membubarkan
parlemen dan memerintahkan diadakan pemilihan umum.

8. Pentingnya Konstitusi Dalam Negara


Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dari dua segi.
Pertama, dari segi sisi (naar de Inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari
struktur dan memuat fungsi negara. Kedua, dari segi bentuk (Naar de Maker)
oleh karena yang memuat konstitusi bukan sembarangan orang atau lembaga.
Mungkin bisa dilakukan oleh raja, raja dengan rakyatnya, badan konstituante

14
atau Lembaga diktator. Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C. Wheare
menggkaitkan pentingnya konstitusi dengan peraturan hukum dalam arti
sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan yang mempunyai ”wewenang
hukum” yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan kekuatan
hukum.

9. Klasifikasi Konstitusi
Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
 Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang dapat
dijumpai pada sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau dirancang oleh
para penyusun konstitusi dengan tujuan untuk memberikan ruang lingkup
seluas mungkin bagi proses undang-undang biasa untuk mengembangkan
konstitusi itu sendiri dalam aturan-aturang yang sudah disiapkan.
 Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses
yang panjang misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen,
Referendum dan konvensi.
b) Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku
Konstitusi yang fleksibel bersifat elastis , diumumkan dan diubah
dengan cara yang sama. Sedangkan konstitusi yang kaku mempunyai
kedudukan , derajat yang lebih tinggi dan peraturan undang- undang yang
lain hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan
persyaratan yang berat.
c) Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi
 Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat
kedudukan yang paling tinggi dalam Negara dan berada diatas peraturan
perundang-undang yang lain.
 Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai
kedudukan serta derajat.
d) Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan

15
 Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system pembagian
kekuasaan antara pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara
bagian.
 Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena
seluruh kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana diatur
dalam konstitusi.
 Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena
seluruh kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana diatur
dalam konstitusi.

10. Nilai konstitusi


Menurut Karl Loewenstein, ada dua nilai konstitusi yaitu:
1. Nilai Normatif
Nilai ini diperoleh apabila penerimaan segenap rakyat suatu negara
konstitusi benar-benar murni dan konsekuen. Konstitusi ditaati dan
dijunjung tinggi tanpa ada penyelewengan sedikitpun. Dengan kata lain,
konstitusi telah dapat dilaksanakan sesuai dengan isi dan jiwanya baik
dalam produk hukum maupun dalam bentuk kebijakan pemerintah.
2. Nilai Nominal
Nilai ini diperoleh apabila ada kenyataan sampai dimana batas-batas
berlakunya itu. dalam batas-batas berlakunya itulah ynag dimaksud dengan
nilai nominal konstitusi. Contohnya, ketentuan pasal 1 aturan peralihan
UUD 1945 sebelum amandemen tidak berlaku lagi karena PPKI tugasnya
hanya pada masa peralihan dan badan itu sendiri sudah tidak berlaku lagi
sekarang.

C. Struktur Pemerintah Indonesia Berdasarkan UUD 1945


Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah kita ketahui adalah
aturan tertinggi atau landasan tata negara Indonesia. Undang-undang negara
bersifat terbuka dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Setidaknya telah empat kali Undang-Undang Dasar 1945 mengalami
perubahan atau amandemen pada periode tahun 1999-2002. Amandemen

16
Undang-Undang Dasar berpengaruh terhadap sistem ketatanegaraan di
Indonesia, dengan perubahan tersebut, berubah juga struktur kelembagaan
negaranya.

Struktur Kelembagaan Negara Sebelum Dan Sesudah Amandemen


A. Sebelum Amandemen

1. MPR
MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang diberi kekuasaan tak
terbatas (super power) karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan dari
seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD, GBHN,
mengangkat presiden dan wakil presiden[1]. Dengan kata lain MPR
merupakan penjelmaan pendapat dari seluruh warga Indonesia.Susunan
keanggotaannya terdiri dari anggota DPR dan utusan daerah serta utusan
golongan yang diangkat termasuk didalamnya TNI/Polri.

2. DPR
DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan
sebagai lembaga negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik
peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. Oleh karena itu
Presiden tidak dapat membubarkan DPR yang anggota-anggotanya dipilih
oleh rakyat melalui pemilihan umum secara berkala lima tahun sekali.
Meskipun demikian, Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. DPR
berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di tingkat provinsi

17
disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD
kabupaten/kota.

3. Presiden
Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif.
Maksudnya, presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan
pemerintahan. Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala
pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala negara. Sebelum adanya
amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden diangkat dan
diberhentikan oleh MPR dan bertanggung jawab kepada MPR.

4. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang
kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan. Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu
diketahui bahwa peradilan di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum,
peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara (PTUN).

5.BPK dan DPA


Disamping lembaga-lembaga tinggi Negara diatas terdapat lembaga
tinggi Negara yang lain yang wewenangnya cukup minim, yaitu BPK dan
DPA. tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) yang peraturannya ditetapkan dengan undang-
undang.Adapun wewenang dari Dewan Pertimbangan Agung (DPA), yaitu
berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak memajukan
usul kepada pemerintah.

18
B. Setelah Amandemen

1. MPR
MPR adalah Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan
lembaga tinggi negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
Yang mempunyai fungsi legeslasi. pasca perubahan UUD 1945 Keberadaan
MPR telah sangat jauh berbeda dibanding sebelumnya. Kini MPR tidak lagi
melaksanakan sepenuhnya kedaulatan rakyat dan tidak lagi berkedudukan
sebagai Lembaga Tertinggi Negara dengan kekuasaan yang sangat besar,
termasuk memilih Presiden dan Wakil Presiden.

2. Preisden
Berbeda dengan sistem pemilihan Presiden dan Wapres sebelum adanya
amandemen dipilih oleh MPR, sedangkan setelah adanya amandemen UUD
1945 sekarang menentukan bahwa mereka dipilih secara langsung oleh
rakyat. Pasangan calon Presiden dan Wapres diusulkan oleh parpol atau
gabungan parpol peserta pemilu. Presiden tidak lagi bertanggung jawab
kepada MPR melainkan bertanggung jawab langsung kepada Rakyat
Indonesia. Konsekuensinya karena pasangan Presiden dan Wapres dipilih
oleh rakyat, mereka mempunyai legitimasi yang sangat kuat. Presiden dan

19
Wakil Presiden dapat dipilih kembali dalam masa jabatan yang sama hanya
untuk satu kali masa jabatannya.

3. DPR
Melalui perubahan UUD 1945, kekuasaan DPR diperkuat dan
dikukuhkan keberadaannya terutama diberikannya kekuasaan membentuk
UU yang memang merupakan karakteristik sebuah lembaga legislatif. Hal
ini membalik rumusan sebelum perubahan yang menempatan Presiden
sebagai pemegang kekuasaan membentuk UU. Dalam pengaturan ini
memperkuat kedudukan DPR terutama ketika berhubungan dengan
Presiden.

4. DPD
DPD adalah Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi
keterwakilan kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional
setelah ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat
sebagai anggota MPR. Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat
kesatuan Negara Republik Indonesia.DPD dipilih secara langsung oleh
masyarakat di daerah melalui pemilu.

5. BPK
BPK memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang
bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan
diresmikan oleh Presiden. BPK Berwenang mengawasi dan memeriksa
pengelolaan keuangan negara (APBN) dan daerah (APBD) serta
menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti
oleh aparat penegak hukum. Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki
perwakilan di setiap provinsi. Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi
pengawas internal departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.

20
6.  Mahkamah Agung
lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu
kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan
keadilan. di bawah MA terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan
Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan
militer dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).

D. Isi Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945


Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 adalah peraturan
negara yang memuat seluruh ketentuan pokok dan menjadi salah satu sumber
daripada perundang-undangan lainnya yang kemudian dikeluarkan oleh
negara itu.

BAB I
Bentuk dan Kedaulatan
Pasal 1
1. Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.
2. Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3. Negara Indonesia adalah negara hukum (A.3)

BAB II
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Pasal 2
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota
Dewan Perwakilan Rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari
Daerah-daerah dangolongan-golongan menurut aturan yang ditetapkan
dengan Undang-undang.
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali
dalamlima tahun di Ibukota Negara.
3. Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan
suara yang terbanyak.

21
Pasal 3
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang menetapkan dan
mengubah Undang-undang Dasar (A.3)
2. MPR melantik Presiden dan atau Wakil Presiden (A.3)
3. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD (A.3)

BAB III
Kekuasaan Pemerintahan Negara
Pasal 4
1. Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan Pemerintahan
menurut Undang-undang Dasar.
2. Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang
Wakil Presiden.
Pasal 5
1. Presiden memegang kekuasaan membentuk Undang-undang dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan
Undang-undang sebagaimana mestinya.
Pasal 6
1. Presiden ialah orang Indonesia
2. Presiden dan wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat dengan suara yang terbanyak.
Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama masa lima
tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali.
Pasal 8
1. Jika Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden
sampai habis waktunya. Dalam hal terjadi kekosongan Wakil
Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari, MPR

22
menyelanggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua
calon yang diusulkan oleh Presiden (A.3)
2. Jika Presiden dan wakil Presiden mangkat, berhenti, dan
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya secara bersamaan, Pelaksana Tugas
3. Kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri,
Menteri Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga
puluh hari setelah itu, MPR menyelenggarakan sidang untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden dari dua peket calon Presiden dan Wakil
Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik yang paket calon Presiden dan wakil Presidennya meraih suara
terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai
habis masa jabatannya (A.4)
Pasal 9
1. Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden
bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh
dihadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan
Rakyat sebagai berikut: Sumpah Presiden (Wakil Presiden ) : “Demi
Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik
Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-
baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-undang Dasar
dan menjalankan segala Undang-undang dan Peraturannya dengan
seluas-luasnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa.” Janji Presiden
(Wakil Presiden): “Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan
memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden
Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,
memegang teguh Undang-undang Dasar dan menjalankan segala
Undang-undang dan Peraturannya dengan seluas-luasnya serta
berbakti kepada Nusa dan Bangsa”
2. Jika MPR atau DPR tidak dapat mengadakan sidang, Presiden dan
Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan

23
sungguh-sungguh di hadapan pimpinan MPR dan disaksikan oleh
pimpinan MA (A.1)
Pasal 10
Presiden memegang kekuasan tertinggi atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut dan Angkatan Udara.
Pasal 11
1. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
Negara lain.
2. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat
yang terkait dengan beban keuangan negara dan atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan
persetujuan DPR (A.3)
3. Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur
dengan undang-undang (A.3)
Pasal 12
Presiden menyatakan keadaan bahaya.Syarat-syarat dan akibatnya
keadaan bahaya ditetapkan dengan Undang-undang.
Pasal 13
1. Presiden mengangkat Duta dan Konsul.
2. Presiden menerima Duta negara lain.
Pasal 14
1. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan MA (A.1)
2. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan DPR (A.1)
Pasal 15
Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan
yang diatur dengan undang-undang (A.1).

24
BAB IV
Dewan Pertimbangan Agung
Pasal 16
1. Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan dengnan Undang-
undang.
2. Dewan ini berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden
dan berhak memajukan usul kepada Pemerintah.

BAB V
Kementerian Negara
Pasal 17
1. Presiden dibantu oleh Menteri-menteri Negara.
2. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
3. Menteri-menteri itu memimpin Departemen Pemerintahan.

BAB VI
Pemerintah Daerah
Pasal 18
Pembagian Daerah atas Daerah besar dan kecil, dengan bentuk
susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang dengan
memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sidang
Pemerintahan Negara dan hak-hak asal-usul dalam daerah yang
bersifat Istimewa.

BAB VII
Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 19
1. Anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum.
2. Susunan Dewan Perwakilan Rakyat ditetapkan dengan Undang-
undang.
3. Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam
setahun.

25
Pasal 20
1. Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat
2. Jika suatu rancangan Undang-undang tidak mendapat persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh
dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa
itu.
Pasal 21
1. Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan
rancangan Undang-undang.
2. Jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, tidak disahkan oleh Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh
dimajukan dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
Pasal 22
1. Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak
menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-undang.
2. Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewa
Perwakilan Rakyat dalam persidangan berikutnya.
3. Jika tidak mendapat persetujuan maka Peraturan Pemerintahan itu
harus dicabut.

BAB VIII
Hal Keuangan
Pasal 23
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja ditetapkan tiap-tiap tahun
dengan Undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak
menyetujui anggaran yang diusulkan Pemerintah, maka Pemerintah
menjalankan anggaran tahun yang lalu.
2. Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-undang.
3. Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan Undang-undang.
4. Hal keuangan Negara selanjutnya diatur dengan Undang-undang.

26
5. Untuk memeriksa tanggung-jawab tentang keuangan negara
diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya
ditetapkan dengan Undang-undang. Hal pemeriksaan itu diberitahukan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

BAB IX
Kekuasaan Kehakiman
Pasal 24
1. Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuahMahkamah Agung
dan lain-lain Badan Kehakiman menurut Undang-undang.
2. Susunan dan kekuasaan Badan-badan Kehakiman itu diatur dengan
Undang-undang.
Pasal 25
Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diperhentikan sebagai Hakim
ditetapkan dengan Undang-undang.

BAB X
Warganegara dan Penduduk
Pasal 26
1. Yang menjadi Warganegara ialah orang-orang Bangsa Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-
undang sebagai Warganegara.
2. Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang yang bertempat
tinggal di Indonesia.
3. Syarat-syarat mengenai wargga negara dan penduduk diatur dengan
undang-undang.
Pasal 27
1. Segala Warganegara bersamaan kedudukannya di dalam Hukum
dan Pemerintahan dan wajib menjunjung Hukum dan Pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.

27
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-
undang.

BAB XI
Agama
Pasal 29
1. Negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
Kepercayaannya itu.

BAB XII
Pertahanan Negara Pasal
Pasal 30
1. Tiap-tiap warganegara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan Negara
2. Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan Undang-undang.

BAB XIII
Pendidikan dan Kebudayaan
Pasal 31
1. Tiap-tiap Warganegara berhak mendapat pengajaran
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-undang.
Pasal 32
Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.

28
BAB XIV
Perekonomian dan Kesejahteraan Sosial
Pasal 33
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai hajat hudup orang
banyak dikuasai oleh Negara
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalammya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara.

BAB XV
Bendera dan Bahasa
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

BAB XVI
Perubahan Undang-Undang Dasar
Pasal 37
1. Untuk mengubah Undang-undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3
daripada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus
hadir.
2. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3
daripada jumlah anggota yang hadir.

29
Aturan Peralihan
Pasal I
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengatur dan menyelenggarakan
kepidahan Pemerintahan kepada Pemerintah Indonesia.
Pasal II
Segala Badan Negara dan Peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama
belum diadakan yang baru menurut Undang-undang Dasar ini.
Pasal III
Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Kemerdekaan Indonesia.
Pasal IV
Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung
dibentuk menurut Undang-undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan
oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional.

Aturan Tambahan
1. Dalam enam bulan sesudah akhirnya peperangan Asia Timur Raya,
Presiden Indonesia mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang
ditetapkan dalam Undang-undang Dasar ini.
2. Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat
dibentuk, Majelis itu bersidang untuk menetapkan Undang-undang
Dasar.

E. Hubungan Antara Lembaga-Lembaga Negara Berdasarkan UUD Tahun


1945
Lembaga-lembaga negara menurut Undang-undang Dasar 1945
setelah diamandemenkan adalah MPR, Presiden, DPR, DPD, BPK, MA dan
MK. Lembaga-lembaga negara ini dapat disebut juga Lembaga tinggi negara,
dengan demikian tidak ada lagi Lembaga tertinggi negara seperti yang
tercantum di dalam UUD 1945 sebelum diamandemen. Lembaga-lembaga
negara dalam melaksanakan tugas dan wewenang mempunyai hubungan
antara satu dengan lainnya.

30
1. Hubungan antara MPR dengan Presiden
MPR sebagai Lembaga negara mempunyai hubungan dengan presiden
sebagai penyelenggaraan pemerintahan Lembaga tinggi negara. Hal ini dapat
dilihat dari tugas dan wewenang MPR yang ada hubungannya dengan
Presiden, yaitu melantik Presiden dan / atau wakil Presiden (pasal 3 ayat 2),
menetapkan wakil presiden sebagai pengganti presiden dalam hal presiden
mangkat atau tidak dapat melaksanakan kewajiban dalam masa jabatannya.
Demikian halnya Presiden mempunyai hubungan dengan MPR, yaitu
Presidenbaru sah melaksanakan tugas sebagai Presiden apabila sudah dilantik
oleh MPR, sebagaimana bunyi pasal 3 ayat 2: “Majelis Permusyawaratan
Rakyat melantik Presiden dan/atau wakil Presiden”. Dengan demikian
hubungannya timbal balik.

2. Hubungan antara MPR dan DPR


MPR dan DPR mempunyai hubungan yang erat. Dilihat dari
keanggotaanya, anggota MPR terdiri atas DPR dan DPD (pasal 2 ayat 1). Ini
berarti anggota DPR bagian dari anggota MPR, anggota DPR merangkap
anggota MPR. MPR menggunakan DPR sebagai alatnya dalam melakukan
pengawasan politik dan strategi majelis, DPR dalam hal ini akan
menggunakan komisi-komisinya serta hak-haknya: hak angket, hak
interpelasi, hak bugjet, hak ketetapan MPR memperhatikan pendapat DPR.
Melalui wewenang DPR, MPR mengemudikan pembuat undang-undang serta
wewenang DPR, MPR juga dapat menilai wewenangwewenang lainnya.

3. Hubungan antara MPR dan DPD


MPR dan DPD mempunyai hubungan yang erat dilihat dari
keanggotaannya, anggota DPD juga anggota MPR. Dengan demikian anggota
Perwakilan Daerah juga merupakan bagian dari anggota MPR.
Melalui wewenang DPD, MPR dapat mengemudikan pembuatan
undang-undang yang berhubungan dengan pusat daerah, pengolahan sumber
daya alam, perimbangan keuangan pusat dan daerah agar tidak menyimpang
dengan Undang-Undang Dasar.

31
4. Hubungan antara DPR dan Presiden
Hubungan antara DPR dan Presiden dapat dilihat dalam kerja sama
menyelenggarakan tugas legislative. Dalam hal hubungannya yang lain yaitu
DPR bertugas sebagai pengawas terhadap Tindakan-tindakan Presiden,
apakah Tindakan-tindakan Presiden menyimpang atau tidak dengan Undang-
Undang Dasar. Tugas legislative DPR dan Presiden yaitu sebagai berikut :
a. Membuat Undang-Undang
DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang (pasal 20
ayat 1). Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan Presiden
untuk mendapatkan persetujuan Bersama. Apabila rancangan undang-
undang tidak mendapat persetujuan Bersama, maka rancangan undang-
undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam siding DPR masa itu. Walau
Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti
Undang-Undang (pasal 22 ayat 1) namun harus mendapat persetujuan
DPR dalam persidangan berikutnya, jika disetujui DPR, maka peraturan
tersebut harus dicabut.
b. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Pasal 23 ayat 1: “Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai
wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan
undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat “. Pasal 23 ayat 2:
“Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara di
ajukan oleh Presiden untuk dibahas Bersama DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD. Apabila DPR tidak menyetujui rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang di usulkan oleh Presiden, maka
pemerintah menjalankan anggaran pendapatan dan belanja negara dalam
tahun lalu.

5. Hubungan antara BPK dan DPR


BPK mempunyai tugas untuk membantu DPR dalam usahanya
mengawasi apakah pemerintah tidak menyeleweng dari ketentuan-ketentuan
anggaran. Pendapatan Belanja Negara yang sudah disetujui yang sudah

32
disetujui oleh DPR Pasal 23E ayat 2 menyatakan ‘hasil pemeriksaan
keuangan Negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya’.
BPK sebagai badan memeriksa pengolahan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara yang bebas dan mandiri. Dapat dikatakan BPK merupakan
semacam alat dari DPR yang membantu DPR dalam hal mengawasi
keuangan.
Dilihat dari segi keanggotaan, BPK dipilih oleh DPR, dengan
memperhatikan pertimbangan dari DPD. BPK berkedudukan di Ibukota
Negara dan mempunyai perwakilan di setiap provinsi.

6. Hubungan antara DPR dan MK


Hubungan antara DPR dan MK dapat dilihat dari wewenang DPR, yaitu
diantaranya mengajukan usul pmberhentian presiden dan atau wakil presiden
kepada MPR. Dalam hal ini DPR dapat mengundang sidang istimewa kepada
MPR untuk meminta pertanggungjawaban kepada presiden dan atau
berpendapat bahwa presiden dan atau wakil presiden sungguh telah
melakukan pelanggaran hukum berupa penghianaktan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana lainnya, atau perbuatan tercela dan atau
presiden dan atau wapres tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan
wapres.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebelum DPR mngundang
MPR untuk menyelenggarakan sidang istimewa harus terlebih dahulu
meminta pendapat kepada MK. MK mempunyai peranan dalam hal
memberhentikan presiden dan atau wapres yang diusulkan oleh DPR kepada
MPR.

F. HAM Menurut Undang-Undang Dasar 1945


1. Pengertian HAM (Hak Asasi Manusia) dari berbagai tokoh.
1. Mariam Budiardjo
HAM adalah hak-hak yang dimiliki oleh manusia yang telah
diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran dan kehadirannya

33
dalam hidup masyarakat. Hak ini ada pada manusia tanpa membedakan
bangsa, ras, agama, golongan, jenis kelamin, karena itu bersifat asasi dan
universal. Dasar dari semua hak asasi adalah bahwa semua orang harus
memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan bakat dan cita-
citanya. (Mariam Budiardjo, 1982, 120)

2. Thomas Jefferson
HAM pada dasarnya adalah kebebasan manusia yang tidak diberikan
oleh Negara. Kebebasan ini berasal dari Tuhan yang melekat pada
eksistensi manusia individu. Pemerintah diciptakan untuk melindungi
pelaksanaaan hak asasi manusia.

3. Universal Declaration of Human Right


Dalam pembukuan dari deklarasi ini dinyatakan bahwa HAM adalah
hak kodrati yang diperoleh oleh setiap manusia berkat pemberian Tuhan
Seru Sekalian Alam, sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari hakekat
manusia. Oleh karena itu setiap manusia berhak memperoleh kehidupan
yang layak, kebebasan, keselamatan dan kebahagiaan pribadi.

4. Filsuf-filsuf jaman Auflarung abad 17 – 18


HAM adalah hak-hak alamiah karunia Tuhan yang dimiliki oleh
semua manusia dan tidak dapat dicabut baik oleh masyarakat maupun
oleh pemerintah.

5. Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998


Hak asasi adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang
sifatnya kodrati, universal dan abadi sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa yang berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan,
perkembangan manusia dan masyarakat yang tidak boleh diganggu gugat
dan diabaikan oleh siapapun.

34
2. Sejarah HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia
Perjuangan menegakkan HAM dimulai sejak adanya penjajahan di
Indonesia. Perjuangan ini tidak semata-mata hanya perlawanan mengusir
penjajah, namun para pahlawan pembela negara juga berjuang untuk
menegakkan HAM. Indonesia mengalami penjajahan selama berabad-abad.
Banyak sekali pelanggaran HAM seperti penculikan, kerja paksa,
pembantaian, penyiksaan, dan penindasan. Tidak ada kebebasan, keadilan,
rasa aman di kala itu, melainkan adalah penyiksaan rakyat Indonesia tanpa
ada rasa iba, para penjajah dengan sewenang wenang mengambil kekayaan
alam Indonesia.Pada masa penjajahan Belanda masyarakat Indonesia
dibedakan menjadi tiga strata sosial. Ada diskriminasi di segala bidang
kehidupan ekonomi, politik, sosial, pendidikan dan hukum. Ketiga strata
sosial itu adalah: masyarakat Eropa sebagai kelas pertama, masyarakat Timur
Asing (China, India Arab) sebagai kelas dua dan masyarakat Irlander sebagai
masyarakat kelas tiga. Perlakuan manusia yang didasarkan pada diskriminasi
inilah yang bertentangan dengan hak-hak yang secara nyata diberikan Tuhan
untuk manusia.

3. Tonggak Tonggak Sejarah Perjuangan HAM.


ada beberapa hal yg mendominasi lahir nya HAM di Indonesia, antara lain:
1. Kebangkitan Nasional (20 Mei 1908)
2. Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928)
3. Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945); merupakan puncak
perjuangan untuk menghapuskan penjajahan dengan penetapanUndang-
undang Dasar 1945 yang didalamnya terkandung pengakuan HAM.
4. UUD RIS dan UUDS 1950 secara implicit mencantumkan konsep HAM.
5. Siding Umum MPRS tahun 1966 menetapkan Ketetapan MPRS Nomor
XIV/MPRS/1966 tentang Pembentukan Panitia Ad Hock untuk menyiapkan
dokumen rancangan Piagam HAM dan Hak serta Kewajiban Warga Negara.
Namun setelah meletusnya G30S/PKI masalah ini tertunda.
6. Tahun 1993 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993
dibentuk Komisi Hak Asasi Manusia.

35
7. Perumusan HAM mencapai kemajuan dengan dimasukkan masalah ini
dalam GBHN Tahun 1998.
8. Siding Istimewa MPR 1998 telah berhasil merumuskan Piagam HAM
secara ekplisit lewat Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang
Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia Terhadap HAM.
9. Ketetapan MPR Nomor XVII ini dijabarkan dalam Undang-undang RI
Nomor 39 Tahun 2000 sebagai Hukum Positif bagi pelaksanaan HAM di
Indonesia

4. HAM dalam Kerangka Hukum Nasional Berdasarkan UUD 1945


Konsep HAM dalam Pancasila dijabarkan dalam UUD 1945. Dalam
pembukaan UUD 1945 pada alenia pertama dinyatakan bahwa kemerdekaan
adalah hak segala bangsa. Menurut Prof. Notonagoro setiap bangsa sebagai
kesatuan golongan manusia merupakan diri pribadi mempunyai hak kodrat
dan hak moril untuk berdiri sebagai pribadi atau hidup bebas. Jika ada bangsa
yang tidak merdeka hal ini bertentangan dengan kodrat manusia. Kemudian
dalam alinea ke empat di paparkan bahwa Pancasila sebagai panduan moral
negara. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung ajaran tentang
kemanusiaan dan keadilan yang merupakan unsur-unsur HAM. Konsep HAM
dalam Pancasila dijabarkan dalam UUD 1945 dan tersebar dalam beberapa
pasal yang menyangkut HAM pada masa damai dan HAM pada masa
sengketa bersenjata, antara lain:
a. Hak atas kedudukan yang sama atas hukum dan pemerintahan (pasal 2 ayat
1).
b. Hak mendapatkan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2).
c. Hak atas kebebasan berserikat dan berkumpul (pasal 28).
d. Hak atas kebebasan mengeluarkan pendapat (pasal 28).
e. Hak atas kebebasan mameluk agama (pasal 29 ayat 2).
f. Hak untuk mendapatkan pengajaran (pasal 31).
g. Hak yang berlaku dalam sengketa yang bersenjata (pasal 11 ayat 12,30).
h. Hak pembelaan diri (pasal 30).
i. Hak perutusan (pasal 13).

36
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap warga berhak mendapatkan hak-hak asasinya yang meliputi
hak asasi pribadi, hak asasi ekonomi, hak asasi politik, hak asasi sosial dan
kebudayaan, hak asasi mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan serta hak asasi terhadap perlakuan data cara
peradilan dan perlindungan hukum. Keseluruhan Hak Asasi Manusia
tercantum didalam UUD 1945. UUD 1945 mengatur dengan jelas dan terang
tentang kelembagaan negara: tugas, wewenang, dan hubungan antar lembaga
negara. Lembaga-lembaga negara menurut UUD 1945 adalah: MPR,
presiden, DPR, DPRD, BPK, MA dan MK. Lembaga-lembaga ini juga
disebut Lembaga tinggi negara, dengan demikian tidak ada lagi Lembaga
tertinggi negara seperti yang terdapat dalam UUD 1945 sebelum
diamandemen. Lembaga-lembaga negara dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya mempunyai hubungan antara satu dengan lainnya. Hubungan
antar Lembaga negara ini juga diatur dengan jelas dalam UUD 1945. Dengan
demikian dengan adanya pengaturan UUD 1945 ini diharapkan Lembaga-
lembaga negara dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan tugas dan
wewenangnya, sehingga roda pemerintahan dapat berjalan lancer dan stabil.
Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah kita ketahui adalah aturan
tertinggi atau landasan tata negara Indonesia. Undang-undang negara bersifat
terbuka dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman. Setidaknya
telah empat kali Undang-Undang Dasar 1945 mengalami perubahan atau
amandemen pada periode tahun 1999-2002. Amandemen Undang-Undang
Dasar berpengaruh terhadap sistem ketatanegaraan di Indonesia, dengan
perubahan tersebut, berubah juga struktur kelembagaan negaranya.

B. Saran
Majelis permusyawaratan rakyat perlu melakukan amandemen UUD
Negara RI 1945 untuk mempertegas kembali lembaga mana yang berwenang

37
menguji perppu agar dikursus mengenai lembaga mana yang berwenang
menguji perppu dapat segera terselesaikan demi menjamin kepastian hukum.

38
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghaffar. 2009. Perbandingan kekuasaan Presiden Indonesia Setelah


Perubahan UUD 1945. Jakarta: Kencana.
Arafat Lubis, Maulana. 2019. Pembelajaran PPKN MI/SD. Bandung: Manggu
Makmur Tanjung.
Lestari. Amsari Feri. 2013. Perubahan UUD 1945. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Daryono, M. 2008. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta.: Rineka
Cipta.
Indrayana, Denny, 2007. Amandemen UUD 1945. Bandung: Mirzan Pustaka.
Joeniarto,1983. Demokrasi dan Sistem Pemerintahan. Jakarta: Bina Aksara.
Kansil. CST. 1983. Pancasila dan UUD 1945, Bagian Kesatu Memahami dan
Mendalami Pancasila 1945. Jakarta: Pradya Paramita Kansil.
Lubis, M. Solly. 1985. Pembahasan UUD 1945. Bandung: Alumni.
Mahfud. Moh. MD. 2012. Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Muhtaj, El Madja. 2009. Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta:
Kencana.
Pandonyo, Toto. 1985. Ulasan Tentang Ketentuan UUD 1945. Jogyakarta:
Liberty.
Balai Pustaka. Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ofset.
Soemantri. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Yasin Tasrif. 1999. Hak Asasi Manusia dalam Kerangka Hukum Nasional
Indonesia. Makalah dalam Lokakarya Integrasi Materi HAM ke dalam
Mata Kuliah Umum, Universitas Diponegoro, Semarang.

39

Anda mungkin juga menyukai