Anda di halaman 1dari 50

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN

REPUBLIK INDONESIA

Dosen Pengampuh : 1. Drs. Atnuri, S.H., M,Pd.


2. Dr. Reza Rachmatullah, S.Pd., M.Pd

Kelas 2018-A
Nama :
Dini Aliah Maulidiyah (188000089)
Silvi Septiana (188000100)
Amania Nazilah (188000177)
Tasya Novellaberti (188000258)

Makalah ini untuk tugaskelompok dari mata kuliah Pendidikan Pancasila

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan hanya kehadirat Allah SWT, oleh karena
Rahmat dan Karunia-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Pada
penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa bentuk dan penyusunannya
masih jauh dari kesempurnaan. Makalah ini berisi mengenai pembahasan materi
tentang Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah Pendidikan Pancasila.
Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepadaDrs. Atnuri, S.H., M.Pd. dan Dr. Reza Rachmatullah. S.Pd.,
M.Pd, selaku dosen pengampuh mata kuliah Pendidikan Pancasila, serta pihak
lain yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Akhirnya
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi kemajuan ilmu
pengetahuan.

Surabaya, 20 Novemberi 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 7
A.Hubungan antara pancasila, proklamasi, pembukaan UUD 1945,
dan batang tubuh UUD 1945........................................................... 7
B. Sejarah Penyusunan Dasar Falsafah Negara.................................. 15
C. Pelaksanaan Pancasila Pada Masa Awal Kemerdekaan ................ 25
D. Pelaksanaan Pancasila Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde
Baru, Dan Masa Reformasi ........................................................... 28
E. Mengidentifikasi Alasan-Alasan Sebagai Dasar Mengidentifikasi
Alasan-Alasan Sebagai Dasar ....................................................... 31
F. 3 Pendapat Berkaitan Dengan Amandemen UUD 1945 ................ 31
G. Sistem Demokrasi Pancasila ......................................................... 32
H. Pandangan Pancasila Terhadap Hak Asasi Manusia ..................... 35
I. Struktur Lembaga Negara setelah Amandemen ............................ 36
J. Impeachment Terhadap Presiden Menurut UUD 1945 Setelah di
Amandemen .................................................................................. 40
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 47
A. Kesimpulan .............................................................................. 47
B. Saran ........................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 50

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 atau disingkat


dengan UUD 1945 adalah konstitusi Negara republic Indonesia Undang-Undang Dasar
1945 bersama sama dengan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 disahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945. Tahun II No 7 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
dalam ilmu hokum mempunyai kedudukan di atas pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945
konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan hukum yang berlainan, namun keduanya
terjal dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal dan organis. Pembukaan Undang-
Undang Dasa 1945 terdiri atas empat alinea. (kalean, 2004)
Dalam pembahasan ini, akan dibahas mengenai Hubungan antara Pancasila,
Proklamasi, Pembukaan UUD 1945, dan batang tubuh UUD 1945, Sejarah Penyusunan
Dasar Filsafah, Pelaksanaan Pancasila pada Masa Awal Kemerdekaan, Pelaksanaan
Pancasila, Pada Masa Orde Lama, Order Barudan Masa Reformasi, Mengidentifikasi
alasan-alasan sebagai Dasar Mengidentifikasi UUD, 3 pendapat berkaitan dengan
amandemen UUD 1945, Sistem demokrasi pancasila, Pandangan Pancasila Terhadap Hak
Asasi Manusia, Struktur Lembaga Negara setelahA mandemen.
Dengan mempelajari proses di atas maka sebagai mahasiswa akan lebih memahami
kedudukan pancasila sebagai dasar Negara yang realisasinya sebagai sumber dari segala
sumber hokum negara Indonesia. Mahasiswa juga diharapkan untuk memiliki kemampuan
untuk memahami isi pembukaan UUD 1945, memahami hubungan UUD dengan pancasila
dan pasal-pasal UUD, maka mahasiswa di harapkan mempelajari latar belakang pancasila
sebagai konteks ketatanegaraan republic Indonesia (pasaribu, 2013)
Bentuk negara, sistem pemerintahan, dan tujuan Negara seperti apa yang ingin
diwujudkan, serta bagaimana jalan/cara mewujudkan tujuan Negara tersebut, akan
ditentukan oleh dasar negara yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Dengan kata
lain, dasar Negara akan menentukan bentuk negara, bentuk dan system pemerintahan, dan
tujuan negara yang ingin dicapai, serta jalan apa yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan
suatu negara. Pancasila sebagai dasar negara yang autentik termasuk dalam Pembukaan
UUD 1945. Inti esensinilai-nilai Pancasila tersebut, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan sosial. (ristekdikti, 2016)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ketatanegaraan berpatok pada
pancasila , yang mana dalam pancasila terdapat beberapa nilai yang menjelaskan tentang
bagaimana Negara dapat berkembang sesuai dengan pancasila. Dalam konteks
ketatanegaraan ini terdapat beberapa pelaksanaan pancasila yakni dalam orde lama, orde
baru, dan orde formasi. Dalam beberapa orde tersebut menjelaskan tatanegara dari masa

4
sebelum reformasi hingga sekarang. Adapun dalam UUD 1945 terdapat beberapa
amandemen yang digunakan untuk memperbaiki UUD 1945 agar ketatanegaraan dapat
terstruktur dan berjalan dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, pembahasan dalam
penulisan makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa saja hubungan antara Pancasila, proklamasi, pembukaan UUD 1945 dan batang
tubuh UUD 1945?
2. Bagaimana Sejarah Pancasila pada masa awal kemerdekaan ?
3. Bagaimana pelaksanaan pancasila pada masa orde lama, orde baru dan masa
reformasi?
4. Bagaimana proses atau perubahan amandemen UUD 1945?
5. Apakah keterkaitan antar amandemen UUD 1945?
6. Apakah yang dimaksud sistem demokrasi pancasila?
7. Bagaimana pandangan pancasila terhadap HAM?
8. Bagaimana kelembagaan negara menurut UUD 1945 setelah di amandemen?
9. Bagaimana impeachment terhadap presiden?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara Pancasila, proklamasi, pembukaan
UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945.
2. Untuk mengetahui apa saja kelembagaan negara menurut UUD 1945 setelah di
amandemen.
3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Pancasila pada masa awal kemerdekaan.
4. Untuk mengetahui apa saja pelaksanaan Pancasila pada masa orde lama, orde baru dan
masa reformasi.
5. Untuk mengetahui apa sajaalasan-alasan sebagai dasar Mengidentifikasi alasan-alasan
sebagai dasar.
6. Untuk mengetahui apa saja 3 pendapat berkaitan dengan amandemen UUD 1945
7. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Pancasila terhadap HAM.

5
8. Untuk mengetahui kelembagaan negara menurut UUD 1945 setelah di amandemen
9. Untuk mengetahui impeachment terhadap Presiden.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan antara pancasila, proklamasi, pembukaan UUD 1945, dan batang


tubuh UUD 1945
a. Pengertian Pancasila
Secara etimologis atau loghatnya “Pancasila” berasal dari bahasa India yakni
bahasa sanskerta, bahasa kasta Brahmana, sedangkan bahasa rakyat jelata ialah
Prakerta. (Ismaun, 1977)
Ada beberapa pengertian menurut para ahli, yakni sebagai berikut:
a. Menurut Muhammad Yamin, di dalam bahasa sanskerta perkataan pancasila
ada dua macam arti, yaitu:
1) Panca: artinya “lima”
2) Syila: dengan huruf I biasa (huruf I pendek), artinya “batu-sendi”, “alas”,
atau “dasar”.
3) Syiilaa : dengan huruf I panjang, artinya “peraturan tingkah laku yang
penting/baik/senonoh”.

Dari kata syiila ini dalam bahasa Indonesia menjadi “susila”, artinya
“tingkah laku yang baik”. (bakry, 2001)

Dengan uraian diatas maka perkataan “panca-syila” dengan furuh I satu


(biasa) berarti “ berbatu sendi yang lima”, “berdasarkan yang lima”, atau “lima
dasar”. Sedangkan “panca-syiila” dengan huruf Dewanagari, dengan huruf I dua
(panjang) berate “ lima aturan tingkha laku byang penting”. (bakry, 2001)

b. Menurut Notonegoro Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga


dapat diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi
negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar
pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan
negara Indonesia. (Zakky, 2018)
c. Menurut Ir. Soekarno Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-
temurun sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan
demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah
bangsa Indonesia. (Zakky, 2018)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pancasila adalah


dasar dari sebuah Negara yang mana jika tidak ada pancasila, maka Negara ini tidak
akan berjalan dengan baik, tidak adanya rasa toleransi, dan membuat hancurnya
negara.

b. Pengertian Proklamasi

7
Asal kata dari Proklamasi adalah merujuk pada kata “proclamatio” (diambil
dari bahasa Yunani), yang memiliki arti pengumuman kepada seluruh
rakyat.Pengumunan yang dimaksud adalah pengumuman yang berhubungan dengan
ketatanegaraan.Bangsa manapun pasti menginginkan kemerdekaan, karena
kemerdekaan merupakan cita-cita dan tujuan yang ingin dicapai.Begitu juga dengan
Bangsa Indonesia yang pernah mengalami masa penjajahan yang cukup lama dan
begitu membuat rakyatnya menderita. (Pengertian dan Makna Proklamasi Bagi
Bangsa Indonesia, 2017)

Karena alasan itulah kenapa bangsa Indonesia dengan sekuat tenaga berusaha
untuk memproklamsikan kemerdekaannya.Yang mana semua perjuangan itu dapat
terwujud dengan secara resmi meproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945.Dengan memproklamasikan kemerdekaannya, hal inilah yang menjadi
titik puncak perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan dan mengusir penjajah.Dan
ini juga menjadi titik awal dimulainya kehidupan sebagai bangsa yang
merdeka.Proklamasi kemerdekaan juga bermakana sebagai berita kegembiraan bagi
bangsa Indonesia.Maka dari itu dibentukalah sebuah negara untuk yang mana
proklamasi kemeredekaan dijadikan sebagai sumber hukum dalam pembentukan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia adalah:
1) Titik berakhirnya segala bentuk penjajajahan dan titik awal dimulainya
sebagai bangsa ynag merdeka.
2) Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3) Merupakan puncak hasil perjuangan rakyat Indonesia, setelah berjuang
sekian lama.
4) Titik tolak pelaksanaan amanat penderitaan rakyat.

Teks naskah proklamasi kemerdekaan Otentik adalah teks naskah proklamasi


yang sudah mengalami revisi atau perubahan.Teks naskah proklamasi ini diketik oleh
Mohammad Ibnu Sayuti Melik yang merupakan seorang tokoh pemuda yang ikut
berperan dalam persiapan proklamasi. Perubahan-perubahan teks itu antara lain:

1) Kata tempoh diganti menjadi Tempo.


2) Wakil-wakil bangsa Indonesia diganti menjadi Atas Nama Bangsa
Indonesia.
3) Kata Hal-hal diganti menjadi hal-hal.
4) Djakarta, 17-8-05 diganti menjadi Djakarta, 17 boelan 08 tahun 05.
5) Nasakah proklamasi klad tidak ditandatangani, sedangkan Nasakah
proklamasi otentik sudah ditanda tangani Ir. Soekarnao dan Drs. Moh Hatta.
(Pengertian dan Makna Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia, 2017)

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.


Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara
seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

8
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
c. Pembukaan UUD 1945
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal pasal
Undang-Undang Dasar 1945.disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. dan
diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No 7 Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan di atas pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945 Konsekuensinya keduanva memiliki kedudukan hukum
yang berlainan, namun keduanya terjalm dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal
dan organis. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terdiri atas empat alinea, dan
setiap alinea memiliki spesifikasi jikalau ditinjau berdasarkan isinya Alinea pertama
kedua dan ketiga memuat segolongan pernyataan yang tidak memiliki hubungan
kausal organis dengan pasal-pasalnya Bagian tersebut memuat serangkaian pernyataan
yang menjelaskan peristiwa yang mendahului terbentuknya negara Indonesia, adapun
bagian keempat (aline IV) memuat dasar-dasar fundamental negara vaitu tujuan
negara. ketentuan UUD negara, bentuk Negara dan dasar filsafat negara Pancasila
Oleh karena itu alinea IV ini memiliki hubungan 'kausal organis dengan pasal-pasal
UUD 1945. sehingga erat hubungannya dengan isi pasal-pasal UUD 1945 tersebut.

d. Batang tubuh UUD 1945


Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal pasal
Undang-Undang Dasar 1945.disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. dan
diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No 7 Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan di atas pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945 Konsekuensinya keduanva memiliki kedudukan hukum
yang berlainan, namun keduanya terjalm dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal
dan organis. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terdiri atas empat alinea, dan
setiap alinea memiliki spesifikasi jikalau ditinjau berdasarkan isinya Alinea pertama
kedua dan ketiga memuat segolongan pernyataan yang tidak memiliki hubungan
kausal organis dengan pasal-pasalnya Bagian tersebut memuat serangkaian pernyataan
yang menjelaskan peristiwa yang mendahului terbentuknya negara Indonesia, adapun
bagian keempat (aline IV) memuat dasar-dasar fundamental negara vaitu tujuan
negara. ketentuan UUD negara, bentuk Negara dan dasar filsafat negara Pancasila
Oleh karena itu alinea IV ini memiliki hubungan 'kausal organis dengan pasal-pasal
UUD 1945. sehingga erat hubungannya dengan isi pasal-pasal UUD 1945 tersebut.

e. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila

Pembukaan UUD 1945 beersama-sama dengan Undang-Undang Dasar1945


diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun Ii No 7. Ditetapkanoleh PPKI
tanggal 18 Agustus 1945.Inti dari Pembukaan UUD 1945, pada hakikatnya terdapat

9
dalam alinea IV. Sebab segala aspek penyelenggaraan pemerintahan negara yang
berdasarkan Pancasila terdapat dalam Pembukaan alinea IV.

Oleh karena itu justru dalam Pembukaan itulah secara formal yuridis pancasila
ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia. Maka hubungan antara
Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal balik sebagaiberikut:

a. Hubungan Secara Formal

Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam pembukaan


UUD 1945, maka Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hokum
positif. Dengan demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada
asas-asas sosial, ekonomi.politik akan tetapi dalam perpaduannya dengan
keseluruhan asas yang el adani yanu perpaduan asas-asas kultural, religius dan
asas-asas kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.

Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secara formal


dapatdisimpulkan sebagai berikut:

1) Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah


seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945alinea IV.

2) Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah merupakan


Pokok Kaidah Negara yang Fundamental dan terhadap tertib hukum
Indonesia mempunyai dua macam kedudukan yaitu:

a) Sebagai dasarnya. karena Pembukaan UUD 1945 itulah yangmemberikan


faktor-faktor mutlak bagi adanya tertib hokum Indonesia.

b) Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum


tertinggi.

3) Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan


danberfungsi, selain sebagai Mukadimah dari UUD 1945 dalam kesatu-an
yang tidak dapat dipisahkan, juga berkedudukan sebagai suatuyang
bereksistensi sendiri, yang hakikat kedudukan hukumnyaberbeda dengan
pasal-pasalnya Karena Pembukaan UUD 1945yang intinya adalah Pancasila
adalah tidak tergantung pada BatangTubuh UUD 1945, bahkan sebagai
sumbernya.

4) Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyaihakikat,


sifat, kedudukan dan fungsi sebagai Pokok Kaidah Negarayang
fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup
Negara Republik Indonesia yang diproklamirkantanggal 17 Agustus 1945.

10
5) Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945. Dengandemikian
mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapatdiubah dan terlekat
pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.

Dengan demikian Pancasila sebagai substansi esensial dari Pembukaan dan


mendapatkan kedudukan formal yuridis dalam Pembukaan sehingga baikrumusan
maupun yurisdiksinya sebagai dasar negara adalah sebagaimana terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945. Maka rumusan yang menyimpangdari Pembukaan tersebut
adalah sama halnya dengan mengubah secara tidaksah Pembukaan UUD 1945.
bahkan berdasarkan hukum positif sekalipun danhal ini sebagaimana ditentukan
dalam ketetapan MPRS No XX/MPRS/1966Juncto Tap No. V/MPR/1973).

b. Hubungan Secara Material

Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubunngan yang


bersifat formal, sebagaimana dijelaskan di atas juga hubungan secaramaterial
sebagai berikut

Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan Pembukaan


UUD 1945. maka secara kronologis, materi yang dibahas olehBPUPKI yang
pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila baru kemudianPembukaan UUD
1945. Setelah pada sidang pertama Pembukaan UUD 1945BPUPKI membicarakan
dasar filsafat negara Pancasila berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun
oleh Panitia 9.sebagai wujud bentukpertama Pembukaan UUD 1945.

Jadi berdasarkan urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD1945


adalah sebagai tertib hukum vang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia
bersumberkan pada Pancasila, atau dengan lain perkataan Pancasilasebagai sumber
tertib hukum Indonesia. Hal ini berarti secara material tertibhukum Indonesia
dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.Pancasila sebagai
sumber tertib hukum Indonesia meliputi sumber nilai.sumber materi sumber bentuk
dan sifat

Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan Pembukaan


UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah negara yang Fundamental, makasebenarnya
secara material yang merupakan esensi atau inti sarı dari PokokKaidah negara
fundamental tersebut tidak lain adalah Pancasila (Notonagoro,tanpa tahun : 40).

f. Hubungan Antara Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dengan Proklamasi 17


Agustus 1945

Sebagaimana telah disebutkan dalam ketetapan MPRS/MPR.Bahwa


Pembukaan UUD 1945 merupakan satu kesatuan dengan Proklamasi 17 Agustus

11
1945.oleh karena itu antara Pembukaan dan Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak dapat
dipisahkan. Kebersatuan antara Proklamasi dengan Pembukaan UUD 1945 tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Disebutkannya kembali pernyataan Proklamasi Kemerdekaan dalam


alineaketiga Pembukaan menunjukkan bahwa antara Proklamasi dengan
Pembukaan merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisal-pisahkan

b. Ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945bersama-


sama dengan ditetapkannya UUD. Presiden dan Wakil Presidenmerupakan
realisasi tindak lanjut dari Proklamasi

c. Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya adalah merupakan suatu pernyataan


kemerdekaan yang lebih rinci dari adanya cita-cita luhur yangmenjadi
semangat pendorong ditegakkannya kemerdekaan, dalam bentukNegara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat. adil dan makmurdengan
berdasarkan asas kerohanian Pancasila.

Berdasarkan sifat kesatuan antara Pembukaan UUD 1945 dengan


ProklamasiKemerdekaan 17 Agustus 1945, maka sifat hubungan antara
Pembukaandengan Proklamasi adalah sebagai berikut:

Pertama, memberikan penjelasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi


padatanggal 17 Agustus 1945.yaitu menegakkan hak kodrat dan hak moral dansetiap
bangsa akan kemerdekaan. dan demi inilah maka Bangsa Indonesiaberjuang terus
menerus sampai bangsa Indonesia mencapai pintu gerbangkemerdekaan (Bagian
penama dan kedua Pembukaan)

Kedua, memberikan penegasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi


17Agustus 1945.yaitu bahwa perjuangan gigih bangsa Indonesia dalam menegakkan
hak kodrat dan hak moral itu adalah sebagai gugatan di hadapanbangsa-bangsa di
dunia terhadap adanya penjajahan atas bangsa Indonesia.yang tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Bahwa perjuangan bangsa Indonesia itu telah
diridhloi oleh Tuhan Yang Maha Kuasadan kemudian bangsa Indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya (Bagianketiga Pembukaan)

Ketiga, Memberikan pertanggungjawaban terhadap dilaksanakan


Proklamasi17 Agustus 1945, yaitu bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia yang
diperolehmelalui perjuangan luhur, disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar
NegaraIndonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesiayang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan yang Maha Esa.
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruhrakyat Indonesia (Bagian keempat
Pembukaan UUD 1945)

12
Penyusunan UUD ini untuk dasar-dasar pembentukan pemerintahannegara
Indonesia dalam melaksanakan tujuan negara.yaitu melindungisegenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukankesejahteraan umum.
mencerdaskan kehidupan bangsa (tujuan ke dalam)Ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan perdamaian abadi dankeadilan sosial (tujuan ke luar atau tujuan
internasional).

Proklamasi pada hakikatnya bukanlah merupakan tujuan melainkanprasyarat


untuk tercapainya tujuan bangsa dan negara.maka proklamasımemiliki dua macam
makna sebagai berikut:

a. Pemataan bangsa Indonesia baik kepada diri sendiri, maupun kepada dunia luar
bahwa bangsa Indonesia telah merdeka.
b. Tindakan-tindakan yang segera harus dilaksanakan berhubungan dengan
pernyataan kemerdekaan tersebut.

Seluruh makna Proklamasi tersebut dirinci dan mendapat pertanggungjawaban


dalam Pembukaan UUD 1945, sebagai berikut.

a. bagian pertama Proklamasi. mendapatkan penegasan dan penjelasan pada


bagian pertama sampai dengan ketiga Pembukaan UUD 1945.
b. Bagian kedua Proklamasi, vaitu suatu pembentukan negara Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 alinea IV. Adapun prinsip-prinsip negara yang terkandung dalam
Pembukaan tersebut meliputi empat hal, pertama tujuan negara yang akan
dilaksanakan oleh pemerintahan Negara, kedua ketentuan diadakannya UUD
negara, sebagai landasan konstitusional pembentukan pemerintahan negara,
ketiga bentuk negara Republik yang berkedaulatan rakyat, dan keempat asas
kerohanian atau dasar filsafat negara Pancasila.

Berpegang pada sifat hubungan antara proklamasi 17 Agustus


denganPembukaan UUD 1945 yang tidak hanya menjelaskan dan menegaskan akan
tetapi juga mempertanggungjawabkan Proklamasi, maka hubungan itu tidakhanya
bersifat fungsional korelatif, melainkan juga bersifat kausal organis

Hal ini menunjukkan hubungan antara Proklamasi dengan


Pembukaanmerupakan suatu kesatuan yang utuh dan apa yang terkandung dalam
pembukaan adalah merupakan amanat dan seluruh Rakyat Indonesia tatkaladirikan
negara dan untuk mewujudkan tujuan bersama Oleh karena itu merupakan suatu
tanggung jawab moral bagi seluruh bangsa untuk memelihara dan merealisasikannya
(Darmodihardjo, 1979:232,233)

g. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh Undang-Undang


Dasar 1945

13
Dalam sistem tertib hukum Indonesia, penjelasan UUD 1945
menyatakanbahwa Pokok Pikiran itu meliputi suasana kebatinan dari Undang-
UndangDasar Negara Indonesia serta mewujudkan cita-cita hukum, yang menguasai
hukum dasar tertulis (UUD) dan hukum dasar tidak tertulis (konvensi).
SelanjutnyaPokok Pikiran itu dijelmakan dalam pasal-pasal UUD 1945 Maka
dapatlahdisimpulkan bahwa suasana kebatinan Undang-Undang Dasar 1945 tidak
laindijiwai atau bersumber pada dasar filsafat negara Pancasila. Pengertian inilahyang
menunjukkan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Republik
Indonesia.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa PembukaanUUD


1945, mempunyai fungsi hubungan langsung yang bersifat kausal organis dengan
batang tubuh UUD 1945.Karena isi dalam Pembukaan dijabarkan kedalam pasal-pasal
UUD 1945. Maka Pembukaan UUD 1945 yang memuat dasar filsafat Negara, dan
Undang-Undang Dasar merupakan satu kesatuan, walaupun dapat dipisahkan, bahkan
merupakan rangkaian kesatuan nilai dan normayang terpadu. Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 yang di dalamnya terkandung Pokok-pokok Pikiran Persatuan
Indonesia, Keadilan sosial, Kedaulatan Rakyat berdasarkan atas
Permusyawaratan/Perwakilan, serta KetuhananYang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang intisarinya merupakan penjelmaan dari
dasar filsafat Pancasila. Adapun Pancasila itu sendiri memancarkan nilai-nilai luhur
yang telah mampu memberikansemangat kepada UUD 1945.

Semangat dari UUD 1945 serta yang disemangati yakni pasal-pasalUUD 1945
serta penjelasannya pada hakikatnya merupakan satu rangkaiankesatuan yang bersifat
kausal organis.Ketentuan serta semangat yang demikian itulah yang harus diketahui,
dipahami serta dihayati oleh segenap bangsaIndonesia yang mencintai negaranya.

Rangkaian isi, arti makna yang terkandung dalam masing-masing alineadalam


pembukaan UUD 1945, melukiskan adanya rangkaian peristiwa dankeadaan yang
berkaitan dengan berdirinya Negara Indonesia melalui pernyataan Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia. Adapun rangkaian makna yangterkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 adalah sebagai berikut:

a. Rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului terbentuknya negara. yang


merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang menjadi latar belakang
pendorong bagi Kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam wujud
terbentuknya negara Indonesia (alinea 1. II dan III Pembukaan).
b. Yang merupakan ekspresi dari peristiwa dan keadaan setelah Negara Indonesia
terwujud (alinea IV Pembukaan).

Perbedaan pengertian serta pemisahan antara kedua macam peristiwatersebut


ditandai oleh pengertian yang terkandung dalam anak kalimat"Kemudian daripada itu"
pada bagian keempat Pembukaan UUD 1945,sehingga dapatlah ditentukan sifat

14
hubungan antara masing-masing bagianPembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945.
adalah sebagai berikut:

a. Bagian pertama, kedua dan ketiga Pembukaan UUD 1945 merupakan


segolongan pernyataan yang tidak mempunyai hubungan 'kausal organis
dengan Batang Tubuh UUD 1945.
b. Bagian keempat Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan yang bersifat
kausal organis dengan Batang Tubuh UUD 1945. yang mencakup beberapa
segi sebagai berikut:

1) Undang-Undang Dasar ditentukan akan ada

2) Yang diatur dalam UUD, adalah tentang pembentukan pemerintahan negara


yang memenuhi pelbagai persyaratan danmeliputi segala aspek
penyelenggaraan negara

3) Negara Indonesia ialah berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat

4) Ditetapkannya dasar kerohanian negara (dasar filsafat Negara Pancasila)

Atas dasar sifat-sifat tersebut maka dalam hubungannya dengan BatangTubuh


UUD 1945.menempatkan pembukaan UUD 1945 alinea IV padakedudukan yang amat
penting. Bahkan boleh dikatakan bahwa sebanarnyahanya alinea IV Pembukaan UUD
1945 inilah yang menjadi inti sari Pembukaan dalam arti yang sebenarnya.Hal ini
sebagaimana termuat dalam penjelasan resmi Pembukaan dalam Berita Republik
Indonesia Tahun II No. 7. Yanghampir seluruhnya mengenai bagian keempat
Pembukaan UUD 1945(Pidato Prof. Mr. Dr. Soepomo tanggal 15 Juni 1945 di depan
rapat BadanPenyelidik Usaha-usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia).

B. Sejarah Penyusunan Dasar Falsafah Negara

Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa, diambil dari bahasa Sanskerta.


Berasal dari kata Panca dan sila. Dalam bahasa Indonesia, Panca berarti 5. Sedangkan
sila berarti prinsip. (admin-yusron, 2019)

1. Secara etimologis istilah

”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya“philosophi”adalah berasal dari bahasa Yun


ani“philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai “cintakearifan” kata
philosophia tersebut berakar pada kata “philos” (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan)
.Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan
biasanya juga berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat bis juga berarti
cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti
merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bias menjadi
konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli piker
disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos. Pengetahuan bijaksana

15
memberikan kebenaran, orang, yang mencintai pengetahuan bijaksana, karena itu yang
mencarinya adalah orang yang mencintai kebenaran. Tentang mencintai kebenaran
adalah karakteristik dari setiap filosof dari dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari
kebijaksanaan itu, filosof mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya
(merenung). Hasil filsafat (berpikir sedalam-dalamnya) disebut filsafat atau falsafah.
Filsafat sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang
paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan. Beberapa tokoh-tokoh
filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah sebagai berikut:

a. Socrates (469-399 s.M.)


Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa
perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahagia. Berdasarkan
pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan
keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninajauan diri atau refleksi diri
sehingga muncul koreksi terhadap diri secara objek.

b. Plato (472 – 347 s. M.)


Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah pencinta
pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap
pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat
merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan
tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudian digolongkan sebagai filsafat
spekulatif (alimuddin, 2017)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pancasila sebagai


falsafah adalah dasar dari sebuah Negara berupa perenungan terhadap azas dalam
kehidupan yang adil, sehingga dapat mengoreksi diri secara objektif dengan
menangkap pengehuan mengenai ide tetap.

2. Sejarah Perumusan Pancasila

Sejarah perumusan pancasila berawal dari pemberian janji kemerdekaan oleh


Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso untuk Indonesia pada tanggal 7
September 1944. Kemudian pemerintah Jepang pada tanggal 1 Maret 1945 (2605,
tahun Showa 20) mendirikan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) dengan tujuan untuk mempelajari hal-hal yang mengenai tata
pemerintahan Indonesia Merdeka.

BPUPKI beranggotakan 74 orang (67 orang Indonesia, 7 orang Jepang).


Kemduian organisasi tersebut mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei
1945 – 1 Juni 1945 dengan tujuan untuk merumuskan falsafah dasar negara bagi
negara Indonesia.Berlangsung selama tiga hari, ada tiga tokoh penting Indonesia yaitu
Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno yang menyumbangkan gagasan untuk
dasar negara Indonesia.

16
Dalam pidato singkat dihari pertama, Muhammad Yamin menyampaikan 5
asas untuk negara Indonesia Merdeka, isi dari kelima asas tersebut yakni:

1. Kebangsaan
2. Kemanusiaan
3. Ketuhanan
4. Kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat

Di hari kedua, Soepomo juga mengusulkan 5 asas, yakni:

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan
3. Persatuan dan kesatuan
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa

Soekarno pada hari terakhir juga menyampaikan gagasannya mengenai 5 asas


yang merupakan satu kesatuan utuh dan disebut dengan Pancasila, usulan Soekarno
diterima baik oleh semua peserta sidang. Sehingga tepat pada tanggal 1 Juni 1945
diketahui sebagai hari lahirnya pancasila. Setelah upacara proklamasi kemerdekaan
pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada beberapa utusan yang datang dari Indonesia
Bagian Timur. Beberapa utusan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

 Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi


 Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan
 I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
 Latu Harhary, wakil dari Maluku.

Mereka datang karena keberetan dengan bunyi dalam rancangan Pembukaan


UUD yang sekaligus menjadi sila pertama Pancasila, yang berbunyi “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Sehingga,
pada sidang PPKI yang pertama tepatnya di tanggal 18 Agustus 1945, Hatta
mengusulkan kalimat tersebut diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha
Esa”.Pengubahan kalimat tersebut sebelumnya telah dikonsultasikan bersama 4 tokoh
islam, yakni Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku
M. Hasan. Keempat orang tersebut menyetujui perubahan kalimat tersebut. Sehingga,
pada akhirnya penetapan rancangan pembukaan sekaligus batang tubuh UUD 1945
pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar
negara Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara NKRI telah diterima oleh semua pihak dan
sudah bersifat final. Dibalik terciptanya Pancasila, ternyata memiliki cerita sejarah
yang panjang di baliknya. Sejarah tersebut begitu sensitif, sehingga salah-salah dalam
penyampainnya dapat mengancam keutuhan Negara Indonesia. Hal tersebut tak lepas
dari banyaknya polemik dan juga kontroversi yang menyangkut dan berkepanjangan
baik mengenai siapa pengusul pertama hingga pencetus istilah Pancasila. Dari
beberapa sumber terpercaya, setidaknya terdapat beberapa rumusan Pancasila yang

17
pernah atau telah muncul. Dari rumusan-rumusan tersebut, ada yang berbeda ada pula
yang sama.

a. Rumusan I: Mohammad Yamin

Pada sidang pertama BPUPKI yang dilaksanakan pada tanggal 29 Mei – 1


Juni 1945. Beberapa dari anggota BPUPKI dimintai untuk menyempaikan
usulannya mengenai bahan-bahan konstitusi dan rancangan “blue print” NKRI
yang akan segera didirikan. Sehingga tepat di hari pertama pada sidang BPUPKI
tanggal 29 Mei 1945, Mohammad Yamin menyampaikan gagasannya dihadapan
sidang pleno BPUPKI baik dengan cara berpidato ataupun secara tertulis yang
disampaikan kepada BPUPKI. Dalam pidatonya, Mohammad Yamin
mengemukakan lima calon dasar negara yakni:

1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri ke-Tuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat

Sementara secara tertulis, Mohammad Yamin juga mengemukakan lima


calon dasar negara yakni:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa


2) Kebangsaan Persatuan Indonesia
3) Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

b. Rumusan II: Ir. Soekarno

Di hari kedua sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno juga
menyampaikan usul dasar negara yang kemudian karena usulannya dikenal sebagai
hari lahir Pancasila.Berbeda dengan Mohammad Yamin, Ir. Soekarno
menyampaikan tiga buah usulannya mengenai calon dasar negara yakni lima
prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Beliau juga yang mengemukakan dan
menggunakan istilah “Pancasila” yang berarti “lima dasar” pada rumusannya atas
usulan Mohammad Yamin seorang ahli bahasa yang duduk di sebelah Sukarno.

Sehingga, ketiga rumusan Soekarno disebut sebagai Pancasila, Trisila, dan Ekasila.

1) Rumusan Pancasila

a) Kebangsaan Indonesia
b) Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan
c) Mufakat,-atau demokrasi
d) Kesejahteraan sosial

18
e) Ke-Tuhanan yang berkebudayaan

2) Rumusan Trisila

a. Socio-nationalisme
b. Socio-demokratie
c. Ke-Tuhanan

3) Rumusan Ekasila

a) Gotong-Royong

c. Rumusan III: Piagam Jakarta

Usulan Blue print telah dikemukakan oleh tiga tokoh besar Indonesia pada
sidang pertama-akhir BPUPKI. Selama reses antara 2 Juni – 9 Juli 1945, ada 8
orang anggota BPUPKI yang ditunjuk membangung panitia kecil dengan tugas
untuk menampung sekaligus menyelaraskan usul-usul anggota BPUPKI yang telah
masuk dan tanpa sepengetahuan jepang, Soekarno menambahkan satu anggota lagi.

Panitia kecil tersbut dikenal juga sebagai pantia sembilan. Tepat pada
tanggal 22 Juni 1945, organisasi ini mengadakan rapat yang dihadiri 8 anggota
BPUPKI dalam rapat informal. Anggota dari pantia sembilan adalah:

1) Ir. Soekarno, sebagai ketua yang juga merangkap sebagai anggota


2) H. Agus Salim, sebagai anggota
3) Mr. Ahmad Soebardjo, sebagai anggota
4) Mr. Muhammad Yamin, sebagai anggota
5) Drs. Mohammad Hatta, sebagai anggota
6) Mr. AA. Maramis, sebagai anggota
7) Kyai Hadi Wachid Hasyim, sebagai anggota
8) Abdul Kahar Muzakkir, sebagai anggota
9) Abikusno Tjokrosujoso, sebagai anggota

Dalam menentukan hubungan antara agama dan negara, anggota dari


BPUPKI terbagi menjadi dua kubu. Yang satu golongan Islam yang menghendaki
bentuk teokrasi Islam, dan yang satunya golongan Kebangsaan yang menghendaki
bentuk negara sekuler dimana negara sama sekali tidak diperkenankan bergerak di
dalam agama. Kemudian, persetujuan antara dua kubub tersebut termuat dalam
sebuah dokumen yang berjudul “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”. Dokumen
tersebut juga disebut sebagai Piagam Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mohammad
Yamin. Sementara, rumusan dari dasar negara juga termuat dalam akhir paragraf
keempat dari dokumen yang disebut “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”. Dari
paragraf 1 hingga 3 berisi mengenai rancangan pernyataan kemerdekaan atau
proklamasi atau declaration of independence. Rumusan tersebut merupakan
rumusan pertama sebagai hasil dari kesepakatan para “Pendiri Bangsa”. Bunyi dari
rumusan tersebut yakni:

19
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

1) Alternatif pembacaan

Adapun alternatif pembacaan rumusan kalimat rancangan dasar negara pada


Piagam Jakarta dengan tujuan untuk memperjelas persetujuan kedua golongan
dalam BPUPKI. Dengan menjadikan anak kalimat terakhir dalam paragraf keempat
itu menjadi sub-sub anak kalimat yang berdiri sendiri. Alternatif pembacaan seperti
di bawah ini:

“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan


[A] dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
menurut dasar,
[A.1] kemanusiaan yang adil dan beradab,
[A.2] persatuan Indonesia, dan
[A.3] kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan[;] serta

[B] dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

2) Rumusan Utuh Dengan Penomoran

a) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya
b) Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
c) Persatuan Indonesia
d) Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
e) Serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3) Rumusan populer

Versi rumusan populer merupan, rumusan yang beredar di masyarakat, isi


rumusannya:

a) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya
b) Kemanusiaan yang adil dan beradab
c) Persatuan Indonesia
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

d. Rumusan IV: BPUPKI

20
Di dalam sidang yang kedua BPUPKI pada tangal 10-17 Juli
1945, dokumen yang disebu “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” atau Piagam
Jakarta dibahas secara resmi dalam rapat pleno di tanggal 10 dan 14 Juli 1945.

“Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” tersebut kemudian dipecah serta


diperluas menjadi dua buah dokumen yang berbeda yakni Declaration of
Independence (berasal dari paragraf 1-3 yang dipecah dan diperluas menjadi 12
paragraf) dan Pembukaan (berasal dari paragraf 4 tanpa adanya perluasan
sedikitpun) kemudian rumusan tersebut diterima dalam rapat pleno BPUPKI pada
tanggal 14 Juli 1945. Hanya ada sedikit perbedaan dengan yang ada dalam rumusan
Piagam Jakarta yakni dengan menghilangkan kata “serta” dalam sub anak kalimat
terakhir. Rumusan rancangan dasar negara dari hasil sidang BPUPKI adalah
rumusan resmi yang pertama, dan jarang dikenal oleh masyarakat luas.

1) Rumusan kalimat

“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan


syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

2) Rumusan Utuh Dengan Penomoran

a) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya
b) Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
c) Persatuan Indonesia
d) Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
e) Dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

e. Rumusan V: PPKI

Menyerahnya kekaisaran Jepang yang tiba-tiba dengan diikuti Proklamasi


Kemerdekaan Indonesia yang diumumkan secara sendiri oleh Bangsa Indonesia
yang dimana waktunya lebih awal dari kesepakatan antara pihak Indonesia dengan
kesepakatan memunculkan situasi yang darurat dan harus segera dirampungkan.

Tanggal 17 Agustus 1945 disore hari, wakil dari Indonesia daerah Kaigun
(Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan), diantaranya A. A.
Maramis, Mr., menemui Ir. Sukarno yang menyampaikan keberatan dengan
rumusan yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” untuk ikut disahkan menjadi bagian dari dasar negara.
Untuk menjaga integritas bangsa Indonesia yang baru diproklamasikan, Soekarno
dengan sigap langsung menghbungi Hatta, dan mereka menemui wakil dari
gologan islam.

21
Pada awalnya, wakil dari golongan islam yaitu Teuku Moh Hasan, Mr.
Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo keberatan atas usulan
pengubahan tersebut. Namun, setelah diadakan konsultasi dengan pihak lainnya,
akhirnya mereka setuju penggantian rumusan tersebut yang semula berbunyi
“Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” diganti “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai “emergency exit” yang
sifatnya sementara serta demi keutuhan Indonesia. Di pagi hari pada tanggal 18
Agustus 1945, usulan penghilangan kalimat “dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dikemukakan pada rapat pleno PPKI. Tak
hanya itu, dalam rapat pleno PPKI juga diusulkan untuk menghilangkan frasa
“menurut dasar” oleh Ki Bagus Hadikusumo. Rumusan dasar negara yang ada
dalam paragraf keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar ini adalah rumusan
resmi kedua yang nantinya akan digunakan oleh bangsa Indonesia hingga sekarang.
UUD inilah yang nantinya dikenal dengan nama UUD 1945.

1) Rumusan Kalimat

“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

2) Rumusan Utuh Dengan Penomoran

a) ke-Tuhanan Yang Maha Esa


b) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
c) Persatuan Indonesia
d) Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
e) Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

f. Rumusan VI: Konstitusi RIS

Wilayah pendudukan dari RI semakin kecil dan terdesak dikarenakan ulah


dari NICA. Sehingga, pada akhir tahun 1949 Republik Indonesia yang pada saat itu
berpusat di Yogyakarta (RI Yogyakarta) dengan terpaksa menerima berntuk
negaranya sebagai federal yang disodorkan oleh pemerintah kolonial Belanda
dengan nama nama Republik Indonesia Serikat (RIS) serta hanya dijadika sebagai
sebuah negara bagian saja. Meskipun pada tanggal 18 Agustus 1945 UUD telah
disahkan oleh PPKI tetap masih berlaku untuk RI Yogyakarta, tapi RIS memiliki
sebuah Konstitusi Federal atau Konstitusi RIS yang merupakan hasil permufakatan
dari seluruh negara bagian dari RIS. Rumusan dasar negara dalam Konstitusi RIS
terdapat dalam Mukaddimah atau pembukaan diparagraf ketiga. Konstitusi RIS
kemudian disetujui pada tanggal 14 Desember 1949 oleh enam belas negara bagian
dan juga satuan kenegaraan yang tergabung dalam keanggotaan RIS.

22
1) Rumusan kalimat

“…, berdasar pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa, perikemanusiaan,


kebangsaan, kerakyatan dan keadilan sosial.”

2) Rumusan Utuh Dengan Penomoran

a) Ke-Tuhanan Yang Maha Esa,


b) Perikemanusiaan,
c) Kebangsaan,
d) Kerakyatan
e) Dan keadilan sosial

g. Rumusan VII: UUD Sementara

Selepas RIS berdiri, negara tersebut mulai melemah dan hancur. Hanya
dalam hitungan minggu negara bagian dari RIS membubarkan diri lalu bergabung
dengan negara bagian RI Yogyakarta.

Pada bulan Mei 1950 hanya terdapat tiga negara bagian yang nyata yakni
Yogyakarta, NIT, dan NST. Setelah melakukan beberapa pertemuan secara intensif
antara RI Yogyakarta dan RIS, sebagai kuasa dari NIT dan NST, mereka
menyetujui adanya pembentukan negara kesatuan dan juga mau mengadakan
perubahan dari Konstitusi RIS menjadi UUD Sementara.

Perubahan itu dilakukan dengan penerbitan UU RIS No 7 Tahun 1950


mengenai Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi
Undang-Undang Dasar Sementara (LN RIS Tahun 1950 No 56, TLN RIS No 37)
yang kemudian disahkan tanggal 15 Agustus 1950. Rumusan dasar negara kesatuan
tersebut tercantum dalam paragraf keempat dari Mukaddimah atau pembukaan
UUD Sementara Tahun 1950.

1) Rumusan Kalimat

“…, berdasar pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa, perikemanusiaan,


kebangsaan, kerakyatan dan keadilan sosial, …”

2) Rumusan Utuh Dengan Penomoran

a) Ke-Tuhanan Yang Maha Esa,


b) Perikemanusiaan,
c) Kebangsaan,
d) Kerakyatan
e) Dan keadilan sosial

h. Rumusan VIII: UUD 1945

23
Kegagalan Konstituante dalam misi menyusun sebuah UUD yang nantinya
akan menggantikan UUD Sementara yang dimana disahkan pada 15 Agustus 1950
memunculkan bahaya bagi keutuhan negara. Oleh sebab itu, pada tanggal 5 Juli
1959, Ir. Soekarno selaku Presiden Indonesia kala itu mengambil langkah dengan
cara mengeluarkan Dekrit Kepala Negara, dimana salah satu isi dari dekrit tersebut
berisi menetapkan kembali berlakunya UUD yang disahkan oleh PPKI pada 18
Agustus 1945 menjadi UUD Negara Indonesia dengan menggantikan UUD
Sementara.

Dengan adanya pemberlakuan kembali UUD 1945, maka rumusan


Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD kembali menjadi rumusan yang
resmi untuk dipakai. Rumusan tersebut juga diterima oleh MPR, yang sempat
menjadi lembaga tertinggi negara Indonesia sebagai penjelmaan dari kedaulatan
rakyat antara tahun 1960 hingga 2004, dalam berbagai produk ketetapannya,
diantaranya:

a) Tap MPR No XVIII/MPR/1998 mengenai Pencabutan Ketetapan Majelis


Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. II/MPR/1978 mengenai Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan
mengenai Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara,
b) Tap MPR No III/MPR/2000 mengenai Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan.

1) Rumusan Kalimat

“… dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

2) Rumusan Utuh Dengan Penomoran

a) Ketuhanan Yang Maha Esa,


b) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
c) Persatuan Indonesia
d) Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
e) Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

i. Rumusan IX: Versi Berbeda

Tak hanya mengutip ecara utuh rumusan di dalam UUD 1945, MPR juga
sempat membuat rumusan yang sedikit berbeda dengan sebelumnya. Rumusan ini
termuat dalam lampiran Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 mengenai
Memorandum DPR-GR tentang Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia serta
Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia.

24
1) Rumusan

a) Ketuhanan Yang Maha Esa,


b) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
c) Persatuan Indonesia
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
e) Keadilan sosial.

j. Rumusan X: Versi Populer

Rumusan terakhir yang akan yuksinau.id bahas adalah rumusan yang telah
beredar serta diterima secara luas oleh masyarakat. Rumusan Pancasila versi
populer inilah yang dikenal dan diketahui secara umum serta diajarkan secara luas
di dalam dunia pendidikan sebagai rumusan dasar negara hingga sekarang.

Rumusan ini pada umunya sama halnya yang ada dengan rumusan dalam
UUD 1945, namun, dalam versi populer ini menghilangkan kata “dan” serta frasa
“serta dengan mewujudkan suatu” pada sub anak kalimat terakhir. Rumusan ini
juga yang tercantum dalam lampiran Tap MPR No II/MPR/1978 mengenai
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. (Ahmad, 2019)

1) Rumusan

a) Ketuhanan Yang Maha Esa,


b) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
c) Persatuan Indonesia
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

C. Pelaksanaan Pancasila Pada Masa Awal Kemerdekaan

Pancasila merupakan dasar resmi Negara kebangsaan Indonesia sejak 18 Agustus


1945. Hal ini terjadi karena pada waktu itulah Pancasila disahkan oleh PPKI, lembaga atau
badan konstituante yang memiliki kewenangan dalam merumuskan dan mengesahkan
dasar negara Indonesia merdeka. Pada awal era reformasi 1998 muncul anggapan bahwa
Pancasila sudah tidak berlaku lagi karena sebagai produk rezim Orde Baru. Anggapan ini
muncul karena pada zaman Orde Baru sosialisasi Pancasila dilakukan melalui penataran P-
4 yang sarat dengan nuansa doktrin yang memihak kepada rezim yang berkuasa pada
waktu itu.

1. Periode Pengusulan Pancasila

25
Benih nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam gerakan Perhimpoenan
Indonesia yang sangat menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa. Perhimpoenan
Indonesia menghimbau agarsegenap suku bangsa bersatu teguh menghadapi
penjajahan dan keterjajahan. Kemudian, disusullahirnya SoempahPemoeda 28 Oktober
1928 merupakan momen-momen perumusan diri bagibangsa Indonesia.Perumusan
Pancasila itu pada awalnya dilakukan dalam sidang BPUPKI pertamayang
dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh
PemerintahPendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah anggota 60 orang.
Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang
Ketua Muda (Wakil Ketua),yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang).
BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di
Jakarta, pada 28 Mei 1945. Sehari setelahdilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang
yang pertama dengan materi pokok pembicaraan calondasar negara.Ir. Soekarno yang
berpidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan lima butir
gagasan tentang dasar negara sebagai berikut:

a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,


b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,
c. Mufakat atau Demokrasi,
d. Kesejahteraan Sosial,
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.

2. Periode Perumusan Pancasila

Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16


Juli 1945 adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang
kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah
awal pernyataan kemerdekaan Indonesia.

Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai
berikut:

a. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini
di kemudian haridijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di
sana-sini.

26
3. Periode Pengesahan Pancasila

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yakni 18 Agustus 1945,


PPKI bersidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa Indonesia dari
semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI yang semula merupakan
badan buatan pemerintah Jepang, sejak saat itu dianggap mandiri sebagai badan
nasional. Atas prakarsa Soekarno, anggota PPKI ditambah 6 orang lagi, dengan
maksud agar lebih mewakili seluruh komponen bangsa Indonesia. Mereka adalah
Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik,
IwaKoesoema Soemantri, dan Ahmad Subarjo.Indonesia sebagai bangsa yang
merdeka memerlukan perangkat dan kelengkapan kehidupan bernegara, seperti: Dasar
Negara, Undang-Undang Dasar, Pemimpin negara, dan perangkat pendukung lainnya.
Putusan-putusan penting yang dihasilkan mencakup hal-hal berikut:

a. Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD ‘45) yang terdiri atas


Pembukaan dan Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal dari Piagam Jakarta
dengan sejumlah perubahan. Batang Tubuh juga berasal dari rancangan
BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.
b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan Hatta).
c. Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI ditambah
tokoh-tokoh masyarakat dari banyak golongan. Komite ini dilantik 29 Agustus
1945 dengan ketua Mr. Kasman Singodimejo.Rumusan Pancasila dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Persatuan Indonesia.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Bentuk negara, sistem pemerintahan, dan tujuan negara seperti apa yang ingin
diwujudkan, sertabagaimana jalan/cara mewujudkan tujuan Negara tersebut, akan
ditentukan oleh dasar negara yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Dengan kata
lain, dasar negara akan menentukan bentuk negara, bentuk dan sistem pemerintahan,
dan tujuan negara yang ingin dicapai, serta jalan apa yang ditempuh untuk
mewujudkan tujuan suatu negara.Pancasila sebagai dasar negara yang autentik
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Inti esensi nilai-nilai Pancasila tersebut,
yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan sosial.

Konsekuensi Pancasila sebagai dasar negara bagi negara Republik Indonesia,


antara lain: NegaraIndonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk Republik

27
(Pasal 1 UUD Negara Republik Indonesia 1945). Pasal tersebut menjelaskan hubungan
Pancasila tepatnya sila ketiga dengan bentuk negara yang dianut oleh Indonesia, yaitu
sebagai negara kesatuan. Lebih lanjut, pasal tersebut menegaskan bahwa Indonesia
menganut bentuk Negara republik. Konsep negara republik sejalan dengan sila kedua
dan keempat Pancasila, yaitu negara hukum yang demokratis. Demikian pula dalam
Pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia 1945, “kedaulatanberada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Hal tersebut menegaskan
bahwa negaraRepublik Indonesia menganut demokrasi konstitusional.

5. Pancasila Sebagai Ideologi Negara Republik Indonesia

Istilah ideologi berasal dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita; dan logos yang berarti ilmu. Ideologi secara etimologis, artinya ilmu
tentang ide-ide (thescienceofideas), atau ajaran tentang pengertian dasar. Ideologi
dapat diartikan paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik.

Pancasila sebagai ideologi, selain menghadapi tantangan dari ideologi-ideologi


besar dunia juga menghadapi tantangan dari sikap dan perilaku kehidupan yang
menyimpang dari norma-norma masyarakat umum. Tantangan itu meliputi, antara lain
terorisme dan narkoba. Sebagaimana yangtelah diinformasikan oleh berbagai media
masa bahwa terorisme dan narkoba merupakan ancaman terhadap keberlangsungan
hidup bangsa Indonesia dan ideologi negara. Beberapa unsur ancaman yang
ditimbulkan oleh aksi terorisme, antara lain:

a. Rasa takut dan cemas yang ditimbulkan oleh bom bunuh diri mengancam
keamanan negara dan masyarakat pada umumnya.
b. Aksi terorisme dengan ideologinya menebarkan ancaman terhadap kesatuan
bangsa sehingga mengancam disintegrasi bangsa.
c. Aksi terorisme menyebabkan investor asing tidak berani menanamkan modal di
Indonesia dan wisatawan asing enggan berkunjung ke Indonesia sehingga
mengganggu pertumbuhan perekonomian negara.
.
D. Pelaksanaan Pancasila Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Dan Masa
Reformasi

Pelaksanaan UUD 1945 terbagi alas dua kurun waktu, yaitu masa kemerdekaan
(tahun 1945 s/d 27 Desember 1949) dan pada tahun 1959 sampai sekarang.
1. Masa Kemerdekaan (1945-1949)
Kurun waktu ini adalah masa revolusi fisik karena bangsa Indonesia harus
berjuangkembali mempertahankan negara dari rongrongan penjajah yang tidak mau
mengakuikemerdekaan Indonesia.Pada masa ini juga terjadi penyimpangan
sistempemerintahan dari presidensial menjadi parlementer, karena NKRI berubah
menjadinegara RIS sesuai dengan hasil sidang KMB.Namun keadaan ini tidak
bertahan lama,karena pada tanggal 17 Agustus 1950 negara RIS berubah menjadi

28
NKRI denganUUDS’50.Tapi ternyata pelaksanaan UUDS’50 itu tidak memuaskan
rakyat dan stabilitas nasional tidak dapat tercapai.
Pada masa itu terjadi pergantian cabinetsebanyak, 7 kali yaitu:
a. Kabinet Natsir (6-9-1950 s/d 27-4-1951)
b. Kabinet Sukirman (27-4-1951 s/d 3-4-1952)
c. Kabinet Wilopo (3-4-1952 s/d 1-8-1953)
d. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (1-8-1953 s/d 12-8-1955)
e. Kabinet Burhanudin Harahap, (12-8-1955 s/d 24-3-1956)
f. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (24-3-1956 s/d 9-4-1957)
g. Kabinet Juanda (9-4-1957 s/d 10-7-1959)
Karena seringnya pergantian kabinet, konstituante mengadakan siding namun
selalu gagal, sehingga Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden pad tanggal 5 Juli
1959.

2. Masa Orde Lama (1959-1966)


a. Pengertian Orde Lama
Orde lama mulai pada tanggal 5 Juli 1959 hingga 11 Maret 1966 saat
diserahkannya Supersemar oleh Presiden kepada Letjen Soeharto. Di masa ini
banyak terjadi penyelewengan terhadap Pancasila, misalnya Nasakom,
pengangkatan Presiden seumur hidup, dan pembubaran DPR oleh Presiden. Ciri-
ciri Orde Lama adalah sebagai berikut:
1) Mempunyai landasan idil Pancasila dan landasan struktural UUD 1945.
2) Mempunyai tujuan:
a) Membentuk NKRI yang berbentuk kesatuan dan kebangsaan yang
demokratis.
b) Membentuk suatu masyarakat yang adil dan makmur baik materil
maupun spiritual dalam wadah NKRI.
c) Membentuk kerja sama yang baik dengan semua negara di dunia,
terutama dengan negara-negara di kawasan Asia-Afrika.
d) Melaksanakannya dengan meluruskan segala cara.

b. Beberapa Penyimpangan Dalam Pelaksanaan Uud 1945


UUD 1945 pada masa ini tidak dilaksanakan secara murni dan
konsekuen.Lembaga negara seperti MPR, DPR, DPA dan BPK belum terbentuk
sesuai UUD 1945, jadi hanya bersifat sementara. Penyimpangan yang terjadi antara
lain Presiden membuat UU tanpa persetujuan DPR dan Presiden membubarkan
DPR yang tidak menyetujui APBN yang diajukannya. Presiden memegang
kekuasaan sepenuhnya dan kemudian MPR mengangkatnya sebagai Presiden
seumur hidup.Keadaan tersebut membuat stabilitas nasional makin
memburuk.Berbagai ancaman dating silih berganti.Puncak dari semua itu adalah
terjadinya pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965.Dalam situasi ini
Presiden Soekarno memberikan Surat perintah kepada Letjen Soeharto untuk
mengambil tindakan pemulihan keadaan dan mengembalikan stabilitas negara.

3. Masa Orde Baru


a. Pengertian Orde Baru

29
Orde Baru lahir sejak diselenggarakannya seminar TNI/AD yang kedua di
Seskoad Bandung pada tanggal 25 s/d 31 Agustus 1966. Ciri-ciri Orde Baru hampir
sama dengan Orde Lama, kecuali landasannya yang sedikit mengalami perubahan.
Landasan konstitusionalnya tetap UUD 1945, tetapi landasan strukturalnya adalah
kabinet Ampera sedangkan landasan operasionalnya adalah Tap MPR sejak sidang
umum ke IV tahun 1966.Selain itu, tujuannya adalah menegakkan kebenaran dan
keadilan demi Ampera, Tritura, dan Hanura secara konstitusional.Adapun
pelaksanaan Pancasila dilakukan secara murni dan konsekuen.Orde Baru
menghendaki kepentingan nasional tetapi tidak meninggalkan komitmen
antikolonialisme.Orde Baru menginginkan suatu tatanan hidup, perekonomian, dan
politik yang stabil serta melaksanakan cita-cita demokrasi politik. Strategi dan
taktik Orde Baru ini tercermin dalam program kabinet Ampera.

b. Langkah Pengamalan Uud 1945 Oleh Orde Baru


Orde Baru berhasil menyalurkan aspirasi masyarakat dan mengoreksi
kesalahan yang dilakukan di masa Orde Lama. Produk hukum yang dihasilkan
antara lain pengesahan Supersemar ke dalam Tap. MPR No.IX/MPR/1966,
Tap.MPR No.XXV/MPR/1966 tentang pembubaran PKI dan ormasnya, dan Tap
MPR No.XII/MPR/1966 tentang perubahan landasan di bidang ekonomi dan
pembangunan. Sidang istimewa MPRS tahun 1967 menarik mandat MPRS dari
Presiden Soekarno dan pada sidang istimewa pada tahun 1968 MPRS mengangkat
Soeharto menjadi presiden sampai terselenggaranya Pemilu. Kemudian
terbentuklah lembaga Negara seperti MPR, DPR, DPA dan BPK yang sesuai
dengan UUD 1945. Mekanisme kegiatan kenegaraan lima tahunan secara garis
besar adalah sebagai berikut:
1) MPR mengadakan sidang umum, dan Pemilu.
2) Dalam sidang umum MPR bertugas;
a) Menetapkan GBHN.
b) Memilih presiden dan wakilnya untuk melaksanakan GBHN.
3) Presiden, wakilnya, dan para menteri negara menjalankan tugas berdasarkan
UUD1945.
4) Tugas Presiden:
a) Membentuk lembaga tinggi negara, yaitu DPA dan BPK.
b) Melaksanakan Pemilu tepat waktu.
c) Mengajukan APBN setiap tahun tepat waktu dan harus menyusun
Repelita.
d) Membuat UU dengan persetujuan DPR dalam rangka pelaksanaan UUD
1945 dan GBHN.
5) DPR bertugas mengawasi pelaksanaan tugas Presiden.
6) Lembaga negara lainnya melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan UUD
1945dan undang-undang.

4. Masa Reformasi
Dalam proses reformasi dewasa ini, terdapat berbagai pendapat dan kajian
untuk mengamandemen UUD 1945, karena UUD 1945 harus bersifat fleksibel, yaitu
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan bangsa dan negara Indonesia.
Keinginan untuk mengamandemen itu juga muncul karena adanya sifat “muitiinter-

30
pretable” pada pasal-pasal UUD 1945, sehingga mengakibatkan adanya sentralisasi
kekuasaan terutama Presiden di masa Orde Lama maupun Orde Baru.Melalui Sidang
Umum MPR tahun 1999, SidangTahunan MPR tahun 2000, Sidang Tahunan MPR
2001, dan Sidang Tahunan MPR 2002, UUD 1945 telah mengalami perubahan
(amandemen). Perubahan ini dimaksudkan untuk menyempurnakan Batang Tubuh
UUD 1945 dan tidak mengubah Pembukaan UUD 1945. Karena Pembukaan UUD
1945 merupakan ikrar berdirinya Negara Kesatuan RepublikIndonesia dan ia memuat
Pancasila sebagai Dasar Negara, MPR berketetapan hati untuk tidak mengubahnya.
Pembukaan UUD 1945 serta amandemen UUD 1945 berdasarkan Sidang Umum
MPR 1999, Sidang Tahunan MPR 2000, Sidang Tahunan MPR 2001, dan Sidang
Tahunan MPR 2002.

E. Mengidentifikasi Alasan-Alasan Sebagai Dasar proses perubahan/Amandemen


UUD 1945
1. Proses Perubahan/Amandemen Uud’45
Pasal terakhir Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen juga memuat
tentang perubahan Undang-Undang Dasar, terutama mengingat agar Undang- Undang
Dasar itu senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman dan aspirasi rakyat. Pasal 37,
memuat 5 ayat berkaitan dengan ketentuan tentang perubahan Undang-Undang Dasar,
sebagai berikut:
i. Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakandalam
sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat, apabila diajukan oleh
sekurangkurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
ii. Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara
tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah
beserta alasannya.
iii. Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
iv. Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu dan seluruh
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
v. Khusus tentang bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan.
Pasal yang mengatur tentang perubahan Undang-Undang dasar ini ditentukan
berkaitan dengan pasal-pasal Undang-Undang Dasar, jadi bukan terhadap Pembukaan
UUD 1945. Logikanya kalau hak itu menyangkut Perubahan Pembukaan UUD 1945,
hak itu sama halnya mengubah seluruh sistem Negara yang meliputi bentuk negara,
sifat negara. Berketuhanan, tujuan negara dan dasar negara Pancasila. Mengingat
Pembukaan sebagai deklarasi bangsa Indonesia dan dalam ilmu hukun disebut sebagai
‘Stoatsfun damentainomy’, yang merupakan sumber norma hukum positif Indonesia.

F. 3 Pendapat Berkaitan Dengan Amandemen UUD 1945

Pengertian Amandemen adalah suatu proses penyempurnaan terhadap suatu


Undang- undang tanpa melakukan perubahan terhadap UUD atau bisa dikatakan hanya
melengkapi dan juga memperbaiki beberapa rincian dari UUD yang asli Invalid source
specified. . Berdasarkan Hukum Tata Negara pengertian amandemen ini merupakan hak

31
yang dimiliki oleh legislatif untuk melakukan dan memberikan suatu usulan terhadap
perubahan dalam rancangan Undang- Undang yang telah diajukan oleh pemerintah, dalam
hal ini yang dikatakan pemerintah adalah pihak eksekutif.
sistem pemerintahan Indonesia dalam UUD 1945 adalah sistem presidentil ini
dapat dibuktikan bahwa menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Tetapi dengan
adanya ketentuan bahwa Presiden bertanggung jawab kepada MPR membuktikan bahwa
model sistem parlementer juga dianut oleh UUD 1945. Majelis Permusyawaratan Rakyat
dapat menjatuhkan Presiden dengan cara mengadakan Sidang Istimewa MPR. Apabila
MPR menolak pertanggungjawaban, maka Presiden akan diberhentikan oleh MPR.
Pemberhentian ini akan berakibat pada pembubaran kabinet.Invalid source specified.
Mencermati seluruh hasil perubahan yang telah dilakukan oleh MPR, ada beberapa
catatan penting yang dapat dikemukakan. Pertama, kesemua pasal telah dilakukan
perubahan kecuali Pasal 4, 10 dan Pasal 12. Kedua, terjadi (1) penambahan 4 bab baru
(dari 16 bab menjadi 20 bab), (2) penambahan 25 pasal baru (dari 37 pasal menjadi 72
pasal), dan (3) penambahan 120 ayat baru (dari 49 ayat menjadi 169 ayat). Ketiga,
dihapusnya penjelasan sebagai bagian dari UUD 1945. Perubahan yang begitu besar
menimbulkan implikasi terhadap struktur ketetanegaraan, yaitu terjadinya perubahan
kelembagaan secara mendasar (lihat bagan). Implikasi perubahan tidak hanya terjadi
terhadap struktur lembaga-lembaga negara tetapi juga perubahan terhadap sistem
ketatanegaraan secara keseluruhan.Invalid source specified.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan amandemen
terjadi karena adanya keadaan bangsa yang belum berdiri dengan sempurna, maka dari itu
perlu adanya perubahan atau amandemen dari UUD 1945 agar seluruh rakyat dapat
menjadikan sebuah tolok ukur dalam menjalankan kewajiban dalam bernegara. Dengan
begitu hidup dalam menjalankan kewajiban tersebut akan berjalan sesuai dengan yang
telah di tentukan dalam UUD 1945 dan dapat di implikasikan dalam kehidupan
bermasyarakat.

G. Sistem Demokrasi Pancasila

1. Hakikat Demokrasi Pancasila

Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno
pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari
sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern.Namun, arti dari
istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi
sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem "demokrasi" di banyak
negara.

Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri

32
dalam bidang ilmu politik.Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-
sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara. (Sejarah dan
Perkembangan Demokrasi, http://www.wikipedia.org)

Demokrasi sendiri Menurut Wikipedia Indonesia adalah bentuk atau


mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan
rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara
tersebut, Invalid source specified.maka setiap Negara yang menggunakan sistem
demokrasi yang berlaku dalam Negara tersebut akan berjalan dengan baik dan sistem
pemerintahannya akan sesuai dengan pancasila.

Apa yang dimaksud dengan Demokrasi Pancasila merupakan suatu paham


demokrasi yang berlandaskan kepada nilai-nilai yang terkandung di dalam
ideologi.Demokrasi Pancasila merupakan sistem ketatanegaraan yang kita anut hingga
dewasa ini.Sistem demokrasi Pancasila merupakan pengembangan dari bentuk asli
sistem demokrasi yang telah disesuaikan dengan jati diri dan kebutuhan bangsa serta
negara Indonesia.Demokrasi sendiri dapat diartikan sebagai sistem ketatanegaraan
yang pemerintahnya berupaya untuk mewujudkan suatu kedaulatan rakyat sebagai
kedaulatan tertinggi dalam negara. Hal ini erat dengan makna harafiah dari demokrasi
itu sendiri yaitu demos yang artinya rakyat dan kratos yang artinya kekuasaan.Invalid
source specified.

Dalam demokrasi Pancasila, setidaknya terdapat 2 asas utama:

a. asas kerakyatan
Asas ini berdasarkan pada rasa cinta kita kepada masyarakat, menyatu
dengan nasib dan cita-cita seluruh bangsa, serta menanamkan dalam diri jiwa
kerakyatan sebagai satu bangsa dengan satu hati, senasib, sepenanggungan, dan
satu cita-cita bersama seluruh rakyat.
b. asas musyawarah untuk mufakat
Asas ini memberikan kebebasan bagi rakyat untuk menyampaikan
aspirasinya melalui wadah forum permusyawaratan.Dengan adanya forum ini,
diharapkan segala aspirasi dapat ditampung dan menghasilkan kesepakatan bersama
untuk mencapai cita-cita yang kita harapkan sebagai bangsa dan negara.
Secara umum, pengertian demokrasi Pancasila adalah suatu paham
demokrasi yang berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung di dalam ideologi
Pancasila.Ada juga yang menyebutkan bahwa demokrasi Pancasila adalah suatu
paham demokrasi yang sumbernya berasal dari falsafah hidup bangsa Indonesia
yang digali berdasarkan kepribadian rakyat Indonesia itu sendiri. Falsafah hidup

33
bangsa Indonesia tersebut kemudian melahirkan dasar falsafah negara Indonesia,
yaitu Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.Jadi secara ringkas
penjelasan poin-poin penting mengenai sistem demokrasi ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:

1) Demokrasi dilaksanakan berdasarkan kekeluargaan dan musyawarah untuk


mufakat untuk kesejahteraan rakyat.
2) Sistem organisasi negara dilaksanakan sesuai dengan persetujuan rakyat.
3) Kebebasan individu dijamin namun tidak bersifat mutlak dan harus
disesuaikan dengan tanggung jawab sosial.
4) Dalam pelaksanaan demokrasi ini tidak ada dominasi mayoritas atau
minoritas, namun harus dijiwai oleh semangat kekeluargaan untuk
mewujudkan cita-cita hidup bangsa Indonesia.

Adapun Pengertian Demokrasi Pancasila Menurut Para Ahli adalah sebagai berikut:

a. Drs. C.S.T. Kansil, SH.


Menurut Drs. C.S.T. Kansil, SH., pengertian demokrasi Pancasila adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan, yang merupakan sila keempat dari dasar Negara Pancasila seperti yang
tercantum dalam alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945.

b. Prof. R.M. Sukamto Notonagoro


Menurut Prof. R.M. Sukamto Notonagoro, pengertian demokrasi Pancasila
adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang ber-Ketuhanan YME, yang berkemanusiaan
yang adil dan beradab, yang mempersatukan Indonesia, dan yang berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

c. Prof. Dardji Darmo Diharjo


Menurut Prof. Dardji Darmo Diharjo, pengertian demokrasi Pancasila
adalah paham demokrasi yang bersumber dari kepribadian dan falsafah hidup
bangsa Indonesia, yang perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan
Pembukaan UUD 1945.

34
d. Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
Berdasarkan GBHN tahun 1978 dan tahun 1983, demokrasi Pancasila
adalah tujuan dari pembangunan politik di Indonesia dimana dalam
pelaksanaannya diperlukan pemantapan kehidupan konstitusional kehidupan
demokrasi dan tegaknya hukum. Invalid source specified.
Dari berbagai sumber penjelasan tentang demokrasi pancasila dapat di simpulkan
bahwa demokrasi pancasila sebagai sumber filsafah hidup bangsa Indonesia yang di gali
berdasarkan kepribadian rakyat itu sendiri.Sisten demokrasi pancasila merupakan bentuk
ketatanegaraan hingga kita dilahirkan sampai kita dewasa saat ini.pengembangan dari
bentuk asli sistem demokrasi itu sendiri yang sudah disesuaikan dengan jati diri dan
kebutuhan bangsa serta negara Indonesia.

H. Pandangan Pancasila Terhadap Hak Asasi Manusia

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dipersepsikan sangat menghargai hak asasi
manusia (HAM).Pancasila secara umum dipahami mengandung arti lima dasar. Kelima
dasar ini adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada
bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin
baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Pengakuan atas eksistensi
Pancasila ini bersifat imperatif atau memaksa.Artinya, siapa saja yang berada di wilayah
NKRI, harus menghormati Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.Di
sisi lain ada HAM, yaitu hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan
yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun.

HAM dalam Pancasila sesunguhnya telah dirumuskan dalam Pembukaan UUD


1945 yang kemudian diperinci di dalam batang tubuhnya yang merupakan hukum dasar,
hukum yang konstitusional dan fundamental bagi negara Republik Indonesia.Perumusan
alinea pertama Pembukaan UUD membuktikan adanya pengakuan HAM ini secara
universal.Ditegaskan di awal Pembukaan UUD itu tentang hak kemerdekaan yang dimiliki
oleh segala bangsa di dunia.Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dasar-dasar HAM tertuang dalam UUD 1945 Republik Indonesia selanjutnya


dapat ditemukan dalam sejumlah pasal Batang Tubuh UUD:

1. Pasal 27 ayat (1): “Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam


hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya”.
2. Pasal 28: “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.

35
3. Pasal 29 ayat (2): “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu”
4. Pasal 30 ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pembelaan negara”.
5. Pasal 31 ayat (1): “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran”.Invalid source specified.

Hubungan antara hak asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan secara
singkat sebagai berikut (Syarbaini,2003:32).
a. Ketuhanan Yang Maha Esa Menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk
agama, melaksanakan ibadah, dan menghormati perbedaan agama.
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Menempatkan setiap warga negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak
yang sama untuk mendapatkan jaminan dan perlindungan hukum.
c. Persatuan Indonesia Mengamanatkan adanya unsur pemersatu di antara warga
negara dengan semangat rela bekorban dan menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan Dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan,
bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis.
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Mengakui hak milik dan
jaminan sosial secara perorangan yang dilindungi oleh negara serta berhak
mendapatkan pekerjaan dan perlindungan (Astuti,2015:196)

Dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan


dasar negara Republik Indonesia sudah memberikan jaminan bahwa nilai-nilai yang
ada dalam Pancasila itu sejalan dengan HAM.Oleh sebab itu, penghormatan kita
terhadap HAM harus bersifat juga berskala universal.Kita menerapkan HAM dengan
tidak mengenyampingkan nilai-nilai keluhuran sebagai manusia Indonesia.

I. Struktur Lembaga Negara setelah Amandemen


1. MPR
Setelah amandemen, MPR adalah lembaga tinggi negara yang memiliki
kedudukan sejajar dengan lembaga tinggi lainnya.Invalid source specified.MPR juga
kehilangan wewenang untuk memilih presiden dan wakilnya. Selain itu diatur juga
mengenai sistem keanggotaan MPR yaitu:
a. MPR terdiri atas Anggota DPR dan DPD .
b. Anggota MPR memiliki masa jabat selama 5 tahun.
c. Mengucapkan sumpah atau janji sebelum menjalankan amanat sebagai anggota
MPR
Tugas dan Wewenang MPR setelah amandemen:

36
a. Amandemen dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
b. Melantik Presiden dan wakil Presiden yang dipilih lewat Pemilu.
c. Memutuskan usulan yang diajukan DPR berdasarkan keputusan MK dalam hal
pemberhentian presiden atau wakilnya.

MPR diharuskan untuk bersidang paling tidak sekali dalam 5 tahun. Sidang MPR
dinyatakan sah apabila:
a. Untuk memberhentikan Presiden, harus didapat suara setidak dua pertiga
dengan minimum kehadiran anggota dalam sidang sebanyak tiga perempat dari
total jumlah anggota MPR.
b. Dalam mengamandemen dan menetapkan UUD, suara yang dicapai harus dua
pertiga dari total suara MPR.
c. Selain sidang-sidang diatas, sekurang-kurangnya mendapatkan suara 50%+1
dari jumlah anggota MPR.

2. DPR
Pasca dilakukannya perubahan terhadap UUD, DPR semakin diperkuat
keberadaannya.Kini DPR memiliki wewenang untuk membuat Undang-
undang.Wewenang ini sebelum amandemen dimiliki oleh Presiden.
Tugas, wewenang dan fungsi DPR setelah Amandemen:
a. Membentuk undang-undang bersama dengan presiden agar dicapai persetujuan
bersama.
b. Membahas dan memberikan persetujuan atas peraturan pemerintan pengganti
undang-undang.
c. Menerima dan membahas usulan RUU dari DPD mengenai bidang tertentu.
d. Menetapkan APBN bersama dengan Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD.
e. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN serta kebijakan
pemerintah.

Hak-hak DPR

a. Hak Interpelasi, yaitu hak untuk meminta keterangan kepada pemerintah.

37
b. Hak angket, merupakan hak untuk menyelidiki pelaksanaan UU dan kebijakan
yang dibuat pemerintah.
c. Hak imunitas, yaitu hak kekebalan hukum. Anggota DPR tidak bisa dituntut
karena pernyataan atau pertanyaan yang dikemukakan dalam rapat DPR selama
hal tersebut tidak melanggar kode etik
Hak menyatakan pendapat, DPR berhak untuk berpendapat mengenai:
a. Pelaksanaan hak angket dan hak interpelasi.
b. Dugaan bahwa Presiden atau wakil persiden melakukan pelanggaran hukum.
c. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah tentang kejadian luar biasa baik di
dalam maupun luar negeri.

3. Presiden
Setelah amandemen, kini rakyat dapat secara langsung memilih presidennya
lewat pemilihan umum. Presiden juga tidak perlu lagi bertanggung jawab kepada
MPR karena posisi antara MPR dan Presiden kini sama tinggi.

Wewenang Presiden yang berubah setelah amandemen antara lain:

a. Hakim agung dipilih oleh presiden berdasarkan pengajuan KY dan disetujui


oleh DPR.
b. Anggota BPK tidak lagi diangkat oleh Presiden, kini presiden hanya
meresmikan anggota BPK, yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD
Wewenang yang dimiliki oleh presiden setelah Amandemen diantaranya:

a. Memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD.


b. Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL dan AU.
c. Melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan RUU bersama DPR.
d. Mengesahkan RUU menjadi UU.
e. Menetapkan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang dalam sutuasi
yang memaksa.
f. Menetapkan peraturan pemerintah
g. Mengangkat dan memberhentikan meteri-menteri.

38
h. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan persetujuan
DPR.
i. Mengangkat duta dan konsul
j. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
DPR
k. Memberi grasi dan rehabilitasi berdasarkan pertimbangan MA.
l. Memberi amnesti dan abolisi berdasar pertimbangan DPR
m. Menetapkan hakim agung yang dicalonkan KY dan disetujui DPR
n. Menetapkan hakim konstitusi yang calonnya diajukan oleh DPR dan MA.
o. Mengangkat dan memberhentikan KY dengan persetujuan DPR.

4. DPD
DPD (Dewan Perwakilan Daerah) merupakan lembaga yang dibentuk setelah
amandemen. DPD merupakan langkah untuk mengakomodir kepentingan daerah di
tingkat nasional. Tugas dan wewenang DPD diantaranya:

a. Mengajukan RUU (Rancangan Undang-Undang) pada DPR yang berkaitan


dengan otonomi daerah.
b. Memberi pertimbangan tentang RUU perpajakan, pendidikan dan keagamaan.

5. BPK
BPK merupakan lembaga tinggi Negara yang memiliki wewenang untuk
mengawas serta memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara,
temuan BPK dilaporkan kepada DPR dan DPD, kemudian ditindak oleh penegak
hukum.BPK berkantor di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi.DPR memilih anggota BPK dengan pertimbangan DPD.Barulah setelah itu
Anggota baru diresmikan oleh Presiden.

6. MA (Mahkamah Agung)
membawahi badan peradilan dalam wilayah Peradilan Umum, Peradilan
militer, Peradilan Agama, dan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Kewajiban dan
wewenang MA yaitu

39
a. Memiliki fungsi yang berhubungan dengan kuasa kehakiman. Fugsi ini diatur
dalam UU.
b. Berwenang mengadili di tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah Undang-Undang.
c. Mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang.
d. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi.
e. Mengajukan anggota Hakim Konstitusi sebanyak 3 orang
MA (Mahkamah Agung) merupakan lembaga negara yang memiliki kuasa
untuk menyelenggarakan peradilan bersama-sama dengan MK.

7. Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama
calon Hakim Agung. KY merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri.Anggota
Komisi Yudisial terdiri atas 7 orang yaitu, dua orang mantan hakim, dua orang
akademisi hukum, dua orang praktisi hukum, dan satu dari anggota masyarakat.
Anggota Komisi Yudisial memegang jabatan selama masa 5 (lima) tahun.Wewenang
dan tanggung jawa KY:

a. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc MA.


b. Menjaga dan menegakkan kehormatan, martabat, serta perilaku hakim.
c. Dengan MA, bersama menetapkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
(KEPPH). (Hajati, Poespasari, & Moechtar, 2017)

J. Impeachment Terhadap Presiden Menurut UUD 1945 Setelah di Amandemen

1. Mekanisme Impeachment Dalam Ketentuan UUD NRI Tahun 1945

Menurut UUD setelah perubahan pejabat negara yang dapat di-impeach


di Indonesia hanyalah Presiden dan/atau Wakil Presiden. Berbeda dengan
aturan di negara lain dimana mekanisme impeachment bisa saja dilakukan
terhadap pejabat-pejabat tinggi negara. Misalkan di Amerika Serikat, Presiden
dan Wakil Presiden serta Pejabat Tinggi Negara adalah objek yang dapat
dikenakan tuntutan impeachment sehingga dapat diberhentikan.

Pengaturan bahwa hanya Presiden dan/atau Wakil Presiden yang dapat


dikenakan tuntutan impeachment terdapat pada pasal 7A UUD 1945 yang

40
menyebutkan “Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam
masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan
Perwakilan Rakyat,...” Mekanisme impeachment di Indonesia harus melalui 3
(tiga) tahap pada 3 (tiga) lembaga tinggi negara yang berbeda.

Tahapan pertama proses impeachment adalah pada DPR. DPR dalam


menjalankan fungsi pengawasannya memiliki tugas dan kewenangan untuk
mengawasi jalannya pemerintahan. Bilamana dalam pelaksanaan tugas dan
kewenangan tersebut DPR menemukan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
telah melakukan pelanggaran-pelanggaran yang termasuk dalam alasan
impeachment sebagaimana disebutkan dalam pasal 7A UUD 1945 maka DPR
setelah sesuai dengan ketentuan prosedur internalnya (tata tertib DPR) mengajukan
tuntutan impeachment tersebut kepada MK. Tahapan kedua proses impeachment
berada di tangan MK. Sesuai dengan ketentuan pasal 7B ayat (4) maka MK wajib
memeriksa, mengadili dan memutus pendapat DPR tersebut.

Kedudukan DPR dalam persidangan MK adalah sebagai pihak pemohon


karena DPR-lah yang memiliki inisiatif dan berpendapat bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran yang disebutkan dalam
pasal 7A UUD 1945. Setelah MK memberi putusan atas pendapat DPR dan isi
putusan MK adalah membenarkan pendapat DPR tersebut maka tahapan ketiga
proses impeachment berada di MPR. UUD 1945 memberikan batasan bahwa
hanya bilamana MK membenarkan pendapat DPR tersebut maka DPR dapat
meneruskan proses impeachment atau usulan pemberhentian ini kepada MPR.
Keputusan DPR untuk melanjutkan proses impeachment dari MK ke MPR juga
harus melalui keputusan yang diambil dalam sidang paripurna DPR.

Proses pengambilan keputusan MPR atas usul pemberhentian Presiden


dan/atau Wakil Presiden ini dilakukan dengan mengambil suara terbanyak dalam
rapat paripurna. Komposisi dan tata cara pengambilan suara terbanyak itu juga
diatur secara rinci oleh UUD 1945 yaitu rapat paripurna MPR harus dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari seluruh anggota MPR. Dan persetujuan atas usul
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus disepakati oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir dalam rapat parpurna.

2. Alasan-alasan Impeachment Menurut UUD NRI Tahun 1945

Alasan-alasan impeachment kepada Presiden dan/atau Wakil Presiden


diatur secara rinci oleh UUD 1945. Hanya saja contoh-contoh perbuatan atau
penafsiran atas bentuk-bentuk perbuatan yang diatur dalam UUD tersebut
masih merupakan subyek perdebatan. Perdebatan ini tidak hanya terjadi di
Indonesia yang baru mengadopsi ketentuan tentang proses impeachment,

41
namun perdebatan ini juga terjadi pada negara-negara yang telah mengadopsi
mekanisme impeachment sejak lama.

Misalkan saja di Amerika Serikat, perdebatan atas penafsiran kata high


crimes dan misdemeanor masih merupakan perdebatan yang panjang dan tidak
ada suatu bentuk batasan atas perbuatan konkrit yang menunjukkan pada
pelaksanaan perbuatan tersebut sehingga seorang Presiden, Wakil Presiden dan
Pejabat Tinggi Negara Amerika Serikat dapat dituntut atas perbuatan tersebut.
Penafsiran kata atas perbuatan tersebut diserahkan kepada DPR (House of
Representatives) sebagai landasannya untuk menuntut presiden,wakil presiden
dan pejabat tinggi negara dan kata akhir atas penafsiran high crimes dan
misdemeanor menjadi kewenangan hakim dalam pengadilan impeachment
untuk mengambil putusan apakah benar presiden, wakil presiden dan/atau
pejabat tinggi negara tersebut telah melakukan high crimes dan misdemeanor.

Pasal 7A UUD 1945 menyebutkan bahwa alasan-alasan impeachment


adalah pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Penjabaran atas bentuk-bentuk perbuatan sebagai alasan impeachment tersebut
diatur dalam UU yang mengatur mengenai masalah-masalah itu sebagaimana
disebutkan dalam pasal 10 ayat (3) UU nomor 24 tahun 2003 tentang MK. Berikut
ini adalah alasan-alasan impeachment dengan bentuk-bentuk perbuatan yang
diatur dalam UU-nya :

a. Pengkhianatan Terhadap Negara


UU nomor 24 tahun 2003, Pasal 10 ayat (3) huruf a menyebutkan
bahwa yang dimaksud pengkhianatan terhadap negara adalah tindak pidana
terhadap keamanan negara sebagaimana diatur dalam UU.
Mengenai kejahatan terhadap keamanan negara, hal ini diatur dalam
KUHP buku II tentang Kejahatan pada Bab I Kejahatan terhadap Keamanan
Negara, disebutkan dalam pasal 104 sampai dengan pasal 129.

Selain itu, ada juga UU yang mengatur tindak pidana terhadap


keamanan negara selain yang terdapat dalam KUHP yaitu tindak pidana
terorisme sebagaimana diatur dalam (UU nomor 15 Tahun 2003 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme).

Menurut Wirjono Prodjodikoro, ada 2 (dua) macam pengkhianatan, yaitu:

1. pengkhianatan intern (hoogveraad) yang ditujukan untuk mengubah struktur


kenegaraan atau struktur pemerintahan yang ada, termasuk juga tindak

42
pidana.terhadap kepala negara. Jadi, mengenai keamanan intern (inwendige
veiligheid) dari negara;
2. pengkhianatan ekstern (landverraad) yang ditujukan untuk membahayakan
keamanan negara terhadap serangan dari luar negeri. Jadi, mengenai keamanan
ekstra (uitwendige veiligheid) dari negara. Misalnya, memberikan pertolongan
kepada negara asing yang bermusuhan dengan negara kita. Berdasarkan
ketentuan dalam pasal-pasal mengenai kejahatan terhadap keamanan negara
yang ada pada KUHP maka dapat diadakan pengelompokan atas jenis-jenis
tindak pidana terhadap keamanaan negara, yaitu :
a. makar terhadap Presiden atau Wakil Presiden (pasal 104 KUHP) atas
tindak pidana ini dipisahkan dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1) Makar yang dilakukan dengan tujuan membunuh Presiden
atau Wakil Presiden
2) makar yang dilakukan dengen tujuan untuk
menghilangkan kemerdekaan Presiden atau Wakil Presiden
3) makar yang dilakukan dengan tujuan untuk meniadakan
kemampuan Presiden atau Wakil Presiden untuk memerintah
b. makar untuk memasukkan Indonesia dibawah penguasaan asing (pasal
106 KUHP) atas tindak pidana ini dipisahkan dalam 2 (dua) kelompok,
yaitu:
1) berusaha menyebabkan seluruh atau sebagian wilayah
Indonesia menjadi tanah jajahan atau jatuh ketangan musuh.
2) berusaha menyebabkan sebagian dari wilayah Indonesia menjadi negara
atau memisahkan diri dari wilayah kedaulatan negara Indonesia.
c. makar untuk menggulingkan pemerintahan (pasal 107 KUHP) berkaitan
dengan pejabat yang dapat di-impeach di Indonesia hanyalah Presiden
dan/atau Wakil Presiden maka atas tuduhan melakukan makar untuk
menggulingkan pemerintahan hanya dapat ditujukan kepada Wakil
Presiden. Karena Presiden adalah pemegang sah, legitimate dan
konstitusional dari kekuasaan pemerintahan. Bilamana Wakil Presiden
berupaya untuk menggulingkan pemerintahan yang dipimpin oleh
Presiden maka Wakil Presiden dapat dituduh telah melakukan makar
dan dapat di-impeach. Namun, menurut Wirjono Projodikoro ada 2
(dua) macam tindak pidana menggulingkan pemerintahan, yaitu:

1) menghancurkan bentuk pemerintahan menurut UUD. Contohnya adalah


menghapuskan bentuk pemerintahan menurut UUD dan
menggantikannya dengan bentuk yang sama sekali baru;
2) mengubah secara tidak sah bentuk pemerintahan menurut UUD.

d. Pemberontakan atau opstand (pasal 108 KUHP);


e. Permufakatan atau samenspanning serta penyertaan istimewa atau
bijzondere deelneming (pasal 110 KUHP) Permufakatan jahat atau
penyertaan istimewa ini mengacu pada kejahatan yang disebutkan pada
pasal 104, 106, 107 dan 108 KUHP;

43
f. mengadakan hubungan dengan negara asing yang mungkin akan
bermusuhan dengan Indonesia (pasal 111 KUHP) bentuk-bentuk dari
tindak pidana ini adalah mengadakan hubungan dengan negara asing
dengan maksud :

1. menggerakkannya untuk melakukan perbuatan


permusuhan atau perang terhadap negara.
2. memperkuat niat negara asing tersebut.
3. menjanjikan bantuan kepada negara asing tersebut
4. membantu mempersiapkan negara asing tersebut untuk
melakukan perbuatan permusuhan atau perang terhadap
negara

g. mengadakan hubungan dengan negara asing dengan tujuan agar negara


asing memebantu suatu penggulingan pemerintah di Indonesia (pasal
111 bis KUHP)
h. menyiarkan surat-surat rahasia (pasal 112-116 KUHP)
i. kejahatan mengenai bangunan-bangunan pertahanan negara (pasal
117-120 KUHP)
j. merugikan negara dalam perundingan diplomatik (pasal 121 KUHP)

k. kejahatan yang biasanya dilakukan oleh mata-mata musuh (pasal 122-


125 KUHP)
l. menyembunyikan mata-mata musuh (pasal 126 KUHP)
m. menipu dalam hal menjual barang-barang keperluan untuk tentara
(pasal 127 KUHP)

b. Korupsi dan Penyuapan


UU nomor 24 tahun 2003, Pasal 10 ayat (3) huruf b menyebutkan bahwa
yang dimaksud korupsi dan penyuapan adalah tindak pidana korupsi atau
penyuapan sebagaimana diatur dalam UU. Batasan mengenai perbuatan korupsi
diatur oleh UU nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang
nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Tindak pidana korupsi sebagaimana disebutkan dalam UU diatas


dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu :

1. tindak pidana korupsi umum yang terdiri dari :


a) perbuatan yang secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan atau
perekonomian negara
b) perbuatan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau saran yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat
merugikan keuangan dan perekonomian negara.

44
2. tindak pidana korupsi yang sebelumnya merupakan tindak pidana suap
yang terkait dengan jabatan pegawai negeri, hakim, advokat sebagaimana
yang diatur dalam KUHP; jabatan penyelenggara negara serta pemborong,
ahli bangunan serta pengawas pembangunan yang terkait dengan
kepentingan umum dan kepentingan Tentara Nasional Indonesia.114
Tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Yaitu
perbuatan yang dilakukan dengan sengaja mencegah, merintangi atau
menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di pengadilan terhadap tersangka, terdakwa ataupun para saksi
dalam perkara korupsi, termasuk juga memberikan keterangan116 yang tidak
benar dan tidak mau memberikan keterangan oleh tersangka, saksi, saksi ahli
dan petugas bank terkait dengan proses pemeriksaan tindak pidana korupsi.

c. Tindak Pidana Berat Lainnya

UU nomor 24 tahun 2003, Pasal 10 ayat (3) huruf c menyebutkan


bahwa yang dimaksud tindak pidana berat lainnya adalah tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. Definisi yang
diberikan UU MK mengenai tindak pidana berat lainnya ini tidak jelas mengacu
pada alasan atau landasan hukum apa. Sebab istilah Tindak Pidana Berat itu
sendiri tidak dikenal dalam doktrin hukum pidana.
Hukum Pidana mengenal pembedaan antara Pelanggaran dan Kejahatan
sebagaimana disebut dalam KUHP. Doktrin pidana juga mengenal pembedaan
antara ordinary crime dengan extraordinary crime. Namun istilah Tindak
Pidana Berat merupakan istilah baru yang diperkenalkan dalam konstitusi
(UUD 1945) yang berkaitan dengan hukum pidana. Sepertinya penyusun UUD
mengadopsi konsep “Tindak Pidana Berat” dari konsep “High Crime” yang
ada di Amerika Serikat padahal konsep high crime itu sendiri merupakan
konsep yang multitafsir di amerika serikat.

Namun demikian, definisi yang diberikan UU MK setidaknya


memberikan parameter yang jelas atas konsep “Tindak Pidana Berat” yang
berarti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan perbuatan
pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
Sehingga bilamana DPR menemukan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
melakukan suatu perbuatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun
atau lebih maka DPR dapat mengajukan tuntutan impeachment ke MK.

d. Perbuatan Tercela

UU nomor 24 tahun 2003 Pasal 10 ayat (3) huruf d menyebutkan


bahwa yang dimaksud perbuatan tercela adalah perbuatan yang dapat
merendahkan martabat Presiden dan/atau Wakil Presiden. Definisi dari konsep
perbuatan tercela yang dijabarkan oleh UU MK ini masih mengandung

45
multitafsir. Hal ini disebabkan definisi tersebut mengacu bahwa perbuatan
tercela adalah perbuatan yang dilakukan oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
yang justru malahan akan merendahkan martabatnya sendiri.

Secara logika konsep ini tentu sangat ambigu, terkecuali bagi orang
yang memahami bahwa ada perbedaan antara orang yang memegang jabatan
dengan jabatan itu sendiri. Yang diinginkan oleh definisi tersebut adalah bahwa
mungkin saja orang yang memegang jabatan Presiden dan/atau Wakil Presiden
melakukan perbuatan tercela yang merendahkan martabat jabatan Presiden
dan/atau Wakil Presiden tersebut sehingga dia harus diberhentikan.

Akan tetapi bagaimanapun juga orang yang memegang jabatan dengan jabatan
itu sangat bertalian sehingga sulit dipahami bahwa ada orang yang juga ingin
merendahkan martabatnya sendiri.117 Bentuk-bentuk perbuatan dari konsep
perbuatan tercela ini juga sangat beragam dan mengundang perdebatan
penjang. sebagaimana konsep misdemeanor dalam alasan impeachment di
Amerika Serikat.

e. Tidak Lagi memenuhi Syarat Sebagai Presiden dan/atau Wakil


Presiden UU nomor 24 tahun 2003 Pasal 10 ayat (3) huruf e
menyebutkan bahwa yang dimaksud tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah syarat sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 6 UUD 1945. Pasal 6 ayat (1) UUD 1945
menyebutkan syarat-syarat Presiden dan Wakil Presiden adalah:

1. seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak


pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya
sendiri
2. tidak pernah mengkhianati Negara
3. mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas
dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden Mengacu
pada Pasal 6 ayat (2) UUD 1945, bahwa syarat-syarat untuk
menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut
dengan UU maka syarat-syarat Calon Presiden dan Wakil
Presiden disebutkan dalam pasal 5 UU nomor 42 tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden yaitu :

a) bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;


b) warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah
menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri;
c) tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan
tindak pidana korupsi dan tindak pidana berat, lainnya;
d) mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas
dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden;
e) bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;

46
f) telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang
memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara;
g) tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan
dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya
yang merugikan keuangan negara;
h) tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan;
i) tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
j) terdaftar sebagai Pemilih;
k) memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan telah
melaksanakan kewajiban pajak selama 5 (lima) tahun terakhir
yang dibuktikan dengan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi;
l) belum pernah menjabat sebagai Presiden atau Wakil Presiden
selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama;
m) setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita
Proklamasi 17 Agustus 1945;
n) tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih;
o) berusia sekurang-kurangnya 35 (tiga puluh lima) tahun;
p) berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain
yang sederajat;
q) bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis
Indonesia, termasuk organisasi massanya, atau bukan orang
yang terlibat langsung dalam G.30.S/PKI; dan
r) memiliki visi, misi, dan program dalam melaksanakan
pemerintahan negara Republik Indonesia.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila adalah dasar dari sebuah Negara yang mana jika tidak ada pancasila,
maka Negara ini tidak akan berjalan dengan baik, tidak adanya rasa toleransi, dan
membuat hancurnya negara. Pancasila sebagai substansi esensial dari Pembukaan
dan mendapatkan kedudukan formal yuridis dalam Pembukaan sehingga baik
rumusan maupun yurisdiksinya sebagai dasar negara adalah sebagaimana terdapat
dalam Pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945, mempunyai fungsi
hubungan langsung yang bersifat kausal organis dengan batang tubuh UUD 1945,
karena isi dalam Pembukaan dijabarkan kedalam pasal-pasal UUD 1945.

47
Sebagaimana telah disebutkan dalam ketetapan MPRS/MPR, Pembukaan UUD
1945 merupakan satu kesatuan dengan Proklamasi 17 Agustus 1945. Oleh karena
itu antara Pembukaan dan Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak dapat dipisahkan.

Pancasila sebagai falsafah adalah dasar dari sebuah Negara berupa


perenungan terhadap azas dalam kehidupan yang adil, sehingga dapat mengoreksi
diri secara objektif dengan menangkap pengehuan mengenai ide tetap. Pancasila
merupakan dasar resmi Negara kebangsaan Indonesia sejak 18 Agustus 1945. Hal
ini terjadi karena pada waktu itulah Pancasila disahkan oleh PPKI. Pada awal era
reformasi 1998 muncul anggapan bahwa Pancasila sudah tidak berlaku lagi karena
sebagai produk rezim Orde Baru. Anggapan ini muncul karena pada zaman Orde
Baru sosialisasi Pancasila dilakukan melalui penataran P-4 yang sarat dengan
nuansa doktrin yang memihak kepada rezim yang berkuasa pada waktu itu.

Pengertian Amandemen adalah suatu proses penyempurnaan terhadap


suatu Undang- undang tanpa melakukan perubahan terhadap UUD atau bisa
dikatakan hanya melengkapi dan juga memperbaiki beberapa rincian dari UUD
yang asli Invalid source specified. amandemen ini merupakan hak yang dimiliki
oleh legislatif untuk melakukan dan memberikan suatu usulan terhadap perubahan
dalam rancangan Undang- Undang yang telah diajukan oleh pemerintah.
perubahan amandemen terjadi karena adanya keadaan bangsa yang belum berdiri
dengan sempurna, maka dari itu perlu adanya perubahan atau amandemen dari
UUD 1945 agar seluruh rakyat dapat menjadikan sebuah tolok ukur dalam
menjalankan kewajiban dalam bernegara.

B. Saran

Sebagai manusia yang beradab seharusnya seluruh kegiatan ketatanegaraan


yang berjalan, maka seluruh kegiatan yang ada harus berazaskan pancasila. Yang
mana pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia, sehingga Negara Indonesia
bisa berjalan sesuai yang diharapkan. Juga, kita sebagai mahasiswa seharusnya
juga bias mengamalkan pancasila dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat,
agar kehidupan sekarang dan masa depan bisa berjalan sesuai dengan peraturan
ideologi yang ada.

48
49
DAFTAR PUSTAKA

admin-yusron. (2019, mei 28). Retrieved from https://belajargiat.id/pancasila/

Ahmad. (2019, Oktober 25). Sejarah Perumusan Pancasila. Retrieved from


www.yuksinau.id: https://www.yuksinau.id

alimuddin, i. (2017, september 09). Retrieved from


https://www.academia.edu/34543064/dasar_dan_falsafah_negara

bakry, N. M. (2001). Pancasiala Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Liberty.

Hajati, S., Poespasari, E. D., & Moechtar, O. (2017). Pengantar Hukum Indonesia .
Surabaya: Airlangga University Press.

Ismaun. (1977). Tinjauan Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia Edisi ke 4.
Bandung: Carya remadja.

kalean, M. (2004). pendidikan pancasila (Vol. 8). Yogyakarta: paradigma offset.

pasaribu, r. b. (2013). pancasila dalam konteks ketatanegaraan. VI.

Pengertian dan Makna Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia. (2017, mei 24). Retrieved
from Parararam: https://parararam.com

ristekdikti. (2016). Buku Ajar Mata Kuliah Umum Pendidikan Pancasila (Vol. 1). dikrjen
pembelajaran dan kemahasiswaan .

Zakky. (2018, Juni 4). Pengertian Pancasila Secara Umum, Etimologis dan Menurut Para
Ahli Lengkap. Retrieved from Zona Referensi: https://www.zonareferensi.com

50

Anda mungkin juga menyukai