Peraturan Daerah adalah aturan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dengan persetujuan kepala daerah guna penyelenggaraan otonomi daerah.
Peneliti melihat adanya kesenjangan antara Raperda dan Perda. Kesenjangan ini
terlihat dari jumlah Raperda yang telah dibuat yaitu 21 (dua puluh satu) Raperda
dan hasilnya yang terealisasikan ke dalam Perda yaitu 14 (empat belas) Perda.
Adapun Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian sosiolegal, dimana
peneliti melakukan studi tekstual, yakni menganalisis secara kritikal terhadap
pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan, dan melakukan studi empirik
dalam hal melihat kinerja Badan Pembentukan Peraturan Daerah Dewan
Perwakilan Rakyat Pronsinsi Bali dan faktor yang mempegaruhi. Selanjutnya
dikaji dan dianalisis dari data dan bahan hukum yang telah terkumpul dan
memberikan kesimpulan.
Hasil Penelitian menunjukan, indikator yang dipakai Peneliti sebagai ukuran
dalam mengukur kinerja, yaitu pertama, indikator kuantitas menunjukan kerugian
di mana terdapat suatu pola kesenjangan jumlah antara Rancangan Peraturan
Daerah dan Peraturan Daerah dari tahun 2015-2017. Kedua, indikator kualitas
menujukan keuntungan di mana suatu pola karakter produk hukum Peraturan
Daerah Provinsi Bali Nomor 11 Tahun 2017 tentang Bendega telah bersifat
responsif. Ketiga, indikator ketepatan waktu menunjukan keuntungan di mana
dapat dilihat suatu pola karakter kesesuaian waktu dan langkah atau tahapan
dalam penyusunan Peraturan Daerah. Selanjutnya faktor–faktor yang
mempengaruhi kinerja, yaitu faktor pendukung adalah adanya peraturan dan
urgensi berdasarkan Program Pembentukan Peraturan Daerah. Faktor penghambat
adalah Urgensi diluar Program Pembentukan Peraturan Daerah, ketidaksiapan
naskah akademik yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
ketidaksiapan naskah akademik dari pihak pemrakarsa, ketidakcukupan waktu,
dan pihak yang terlibat dalam pembentukan Peraturan Daerah.
viii
ABSTRACT
ix
RINGKASAN
x
BAB III, bagian ini berisi penjabaran umum mengenai Gambaran Umum
Badan Pembentukan Peraturan Daerah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Bali, dan juga menjabarkan Tugas Badan Pembentukan Peraturan Daerah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali, serta pada akhirnya dapat
mengukur Kinerja Badan Pembentukan Peraturan Daerah Dewan dengan
menggunakan metode dan teori efektivitas sebagaimana yang telah di jabarkan
pada bab sebelumnya sehingga sekaligus menjawab rumusan masalah II
BAB IV, memuat pada prinsipnya mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja badan pembentuk peraturan daerah dewan peraturan rakyat daerah
provinsi bali, sehingga dapat menjawab rumusan masalah kedua dimana bertujuan
untuk mengetahui Faktor Penghambat yang Mempengaruhi Kinerja Badan
Pembentuk Peraturan Daerah Dewan Peraturan Rakyat Daerah Provinsi Bali,
sehingga kedepanya Lembaga ini dapat berkembang menjadi lembaga yang lebih
baik.
BAB V, bagian penutup yang berisi simpulan dari keseluruah hasil penelitian,
dengan saran kedepan terkait Kinerja Badan Pembentuk Peraturan Daerah Dewan
Peraturan Rakyat Daerah Provinsi Bali, sehingga kedepanya Lembaga ini dapat
berkembang menjadi lembaga yang lebih baik.
xi
DAFTAR ISI
xii
1.8.3 Sifat Penelitian ............................................................................ 26
1.8.4 Sumber Data dan Sumber Bahan Hukum ................................... 27
1.8.5 Teknik Pengumpulan Sumber Data dan Sumber Bahan Hukum 28
1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian.......................................... 29
1.8.7 Teknik Pengolahan, Analisis Data dan Analisis Bahan Hukum . 30
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 Kinerja................................................................................................... 35
2.1.1 Pengertian Kinerja ...................................................................... 35
2.1.2 Indikator dan Pengukuran Kinerja .............................................. 36
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ............................... 41
2.2 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah........................................................ 43
2.2.1 Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ........................... 43
2.2.2 Fungsi, Tugas, Wewenang, Hak dan Kewajiban Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi.......................................... 45
2.3. Badan Pembentukan Peraturan Daerah ................................................ 67
2.3.1 Pengertian dan Sejarah Badan Pembentukan Peraturan Daerah . 67
2.3.2 Tugas dan Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah..................... 69
2.3.3 Peran Badan Pembentukan Peraturan Daerah............................. 70
BAB III KINERJA BADAN PEMBENTUKAN PERATURAN
DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI BALI
3.1 Deskripsi Objek Penelitian.................................................................... 82
3.1.1 Gambaran Umum Badan Pembentukan Peraturan
DaerahDewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali 82
......................
3.1.2 Tugas Badan Pembentukan Peraturan Daerah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali .................................. 83
3.2. Pengukuran Kinerja Badan Pembentukan Peraturan Daerah
Dewan 90
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali.............................................
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KINERJA BADAN PEMBENTUK PERATURAN
DAERAH DEWAN PERATURAN RAKYAT DAERAH
4.1 Faktor Pendukung yang Mempengaruhi Kinerja Badan
Pembentuk 125
Peraturan Daerah Dewan Peraturan Rakyat Daerah Provinsi Bali
xiii
4.2 Faktor Penghambat yang Mempengaruhi Kinerja Badan Pembentuk
Peraturan Daerah Dewan Peraturan Rakyat Daerah Provinsi Bali ...... 130
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
1.1 Perbandingan Raperda dan Perda Provinsi Bali Tahun 2017 ........... 4
1.2 Daftar Penelitian Paling Mendekati Dengan Objek Kajian .............. 6
1.3 Skala Penilaian Kinerja Ordinal ....................................................... 30
2.1 Perbedaan Atribusi Kewenangan Perundang-undangan dan
Delegasi Kewenangan Perundang-undangan.................................... 53
2.2 Hubungan Fungsi dengan Hak-hak DPRD....................................... 56
2.3 Landasan Keabsahan Peraturan Perundang-undangan menurut
para Sarjana Indonesia ......................................................................
75
3.1 Susunan Pimpinan dan Keanggotaan Bapemperda DPRD Provinsi
Bali Periode Keanggotaan 2014-2019 .............................................. 83
3.2 Daftar Sumber Pengajuan Raperda DPRDProvinsi Bali Tahun
2015-2017 ......................................................................................... 97
3.3 Daftar Sumber Perda yang Berasal dari DPRD Provinsi Bali
Tahun 2015-2017.............................................................................. 99
3.4 Skala Penilaian Raperda dan Perda Provinsi Bali Tahun 2015-
2017 .................................................................................................. 101
3.5 Karakter Bentuk terhadap Perda 11/2017......................................... 103
3.6 Karakter Isi terhadap Perda 11/2017 ................................................ 105
3.7 Asas Formal dan Materiil ................................................................. 109
xv
DAFTAR GRAFIK
xvi
DAFTAR DIAGRAM
3.3 Persebaran Raperda dan Perda Provinsi Bali Tahun 2015-2017.......... 100
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
2 Pedoman Wawancara
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
akronim Perda.
Perda adalah aturan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan Kepala
Pasal 236 ayat (1) menyatakan bahwa untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan
bersama Kepala Daerah. DPRD Provinsi Bali membentuk Perda guna menjawab
1
2
alat kelengkapan yang bersifat tetap untuk membantu DPRD Provinsi Bali dalam
Bapemperda DPRD Provinsi. Sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 110 ayat (1)
sebelumnya memiliki arti kiasan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
“alat” memiliki beberapa makna yang salah satunya; nomina (kata benda) yang
bersifat kiasan yaitu: “yang dipakai untuk mencapai maksud”. Dapat dimaknai
bahwa Bapemperda DPRD Provinsi adalah alat yang bersifat kiasan yang
bersifat tetap, dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD.
Adapun salah satu tugas dari Bapemperda DPRD Provinsi Bali adalah membuat
kepada ketua DPRD dengan melihat urgensi. Sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 38 ayat (5) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014
disebut Pepres 87/2014), dan dalam Pasal 15 ayat (5) Peraturan Menteri Dalam
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala prioritas. Raperda Provinsi
dapat berasal dari DPRD Provinsi atau Gubernur. Raperda Provinsi sebagaimana
dimaksud disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/ atau Naskah Akademik.
Selanjutnya Raperda di DPRD dibahas oleh DPRD bersama Kepala Daerah dan
Provinsi dan Perda Provinsi Bali Tahun 2017 dapat dilihat dalam tabel 1.1.
Tabel 1.1
Perbandingan Raperda dan Perda Provinsi Bali Tahun 2017
Perd
No. Judul Raperda a Judul Perda
No. No. Perda/
Rekomendasi
1. Perda Provinsi Bali tentang
1. No. 1 Tahun Perlindungan dan
Pertanggungjawaban APBD Tahun
2017 Pengelolahan
Anggran 2016 Lingkungan Hidup
(PPLH)
2. Penambahan Penyertaan Modal Daerah
2. No. 2 Tahun RPJMD Provinsi Bai
Berupa Aset Tanah dan Bangunan
2017 Than 2013-2018
3. Revisi atas Perda Nomor 2 Tahun 2011
3. No. 3 Tahun Lembaga Perkreditan
tentang Retribusi Jasa Umum
2017 Desa
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
4. No. 4 Tahun Pengeloaan
2017 Pertambangan
Mineral Bukan
Logam dan Bantuan
5. Penanggulangan Rabies
5. No. 5 Tahun Revisi Perda No. 2
2017 Tahun 2011 tentang
Retribusi Jasa Umum
6. Perlindungan dan Pengelolahan
6. No. 6 Tahun Hak Keuangan dan
Lingkungan Hidup (PPLH) 2017 Administrasi Dewan
4
Dari tabel yang telah tertera di atas, Peneliti melihat adanya kesenjangan
antara Raperda dan Perda. Kesenjangan ini terlihat dari jumlah Raperda yang
telah dibuat yaitu 21 (dua puluh satu) Raperda dan hasilnya yang terealisasikan ke
dalam Perda yaitu 14 (empat belas) Perda. Kedudukan DPRD sebagai lembaga
oleh masyarakat luas. Oleh karena itu DPRD sebagai unsur penyelenggara
Kesenjangan yang terlihat dari jumlah Raperda yang telah dibuat yaitu 21 (dua
puluh satu) Raperda dan hasilnya yang terealisasikan ke dalam Perda yaitu 14
penelitian pada Bapemperda DPRD Provinsi Bali yaitu untuk menilai kinerja
Bapemperda DPRD Provinsi Bali dalam menjalankan tugas sebagai sebagai unsur
Governance secara efektif dan efisien dari kinerja mereka dalam 3 (tiga) tahun
dari bahasa Inggris yaitu performance yang bila diartikan sebagai, “unjuk kerja”,
ditarik suatu kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja
dalam kegiatan atau aktivitas atau program yang telah direncanakan sebelumnya
guna mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi
melakukan penelitian pada Bapemperda DPRD Provinsi Bali yaitu untuk menilai
1
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, h. 470.
6
Provinsi Bali?
Agar tidak terjadi pembahasan yang berlebihan dan terdapat kesesuaian antara
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui secara umum
Provinsi Bali.
Bapemperda DPRD Provinsi Bali, di samping itu penelitian ini juga diharapkan
pemerintahan.
masyarakat berupa informasi tentang Raperda dan Perda Provinsi Bali periode
tahun 2015-2017.
tidak ada unsur plagiat dalam proses menulis. Dan berdasarkan penelusuran
terhadap topik penelitian ditemukan hasil penelitian lainnya yang tampak paling
mendekati dengan objek kajian yang dilakukan oleh Peneliti, lebih lanjut
Tabel 1.2
Daftar Penelitian Paling Mendekati Dengan Objek Kajian
No. Nama Peneliti Judul Rumusan Masalah
1. Setyoko Werdy Eksistensi Badan 1. Bagaimana peran DPRD Kabupaten
Utomo, NIM. Legislasi Daerah DPRD Grobogan tentang pembentukan Perda.
8150408011 Kabupaten Grobogan 2. Bagaimana eksistensi Badan Legislasi
dari Universitas dalam Pembentukan Daerah DPRD Kabupaten Grobogan
Negeri Perda dalam pembentukan Perda.
Semarang 2015 3. Bagaimana peran Kepala
8
yang ditulis oleh Peneliti, tentunya penelitian memiliki perbedaan yang cukup
signifikan dari segi substansi atau hal yang menjadi pokok pembahasan. Apabila
ditinjau dari segi fokus penelitian, adapun titik fokus penelitian dari penelitian
Pada bagian ini yang menjadi landasan teoritis dalam penelitian ini meliputi
teori-teori, konsep-konsep dan asas-asas hukum dan pendapat para ahli hukum.
meliputi;
pemerintahan dalam hal ini berkaitan dengan tugas Bapemperda DPRD Bali
sebagai alat kelengkapan DPRD Provinsi Bali dalam konteks Raperda dan hasil
berjudul The Legal System, A Social Science Perspective, 1975 dinyatakan bahwa
2
substance and culture interact yang berarti bahwa sistem hukum dalam
Teori sistem hukum menegaskan bahwa agar suatu hukum itu dapat berperan
secara optimal maka diperlukan kesatuan ketiga unsur dari sistem hukum yaitu
3
struktur hukum, substansi hukum dan kultur hukum .
system (struktur adalah suatu dasar dan merupakan unsur nyata dari sistem
2
Lawrence M Friedman, 1975, The Legal System, A Social science perspective, Rusell Sage
Foundation, New York, h. 16.
3
Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan teori Peradilan
(Judicialprudence) termaasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), Kencana, Jakarta, h.
225.
1
hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis termasuk petugas
pengadilan.
opinion, wais of doing, that bend social forces toward or away from the law
melanggar hukum.
1
2. Teori Perundang-undangan
Daerah Provinsi Bali Nomor 11 Tahun 2017 tentang Bendega (selanjutnya disebut
ruang lingkup materi muatan pengaturan, Kesesuaian materi pasal dan/ atau ayat
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan sifat materi muatan.
4
berorientasi pada melakukan perbuatan pelaksanaan dan bersifat normatif .
4
H. Rosjidi Ranggawidjaja, 1998, Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia, Penerbit
CV Mandar Maju, Bandung, h. 14-15.
5
Ibid, h. 15.
1
Dalam hal ini Peneliti akan mengfokuskan pada pemahaman peraturan perundang-
undangan.
digunakan oleh A. Hamid S. Attamimi, Sri Soemantri, dan Bagir Manan. Menurut
A. Hamid S. Attamimi, istilah tersebut berasal dari istilah wettelijke regels atau
pemerintah, seperti menteri, dan sebagainya. Secara formal, wet sama dengan
6
A. Hamid S. Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara; Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden yang
Berfungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I–Pelita IV, Disertasi Ilmu Hukum Fakultas
Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, h. 199.
1
perundang-undangan.
dalam arti materiil adalah setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang yang daya mengikatnya kepada setiap orang, inilah yang dimaksud
8
pengertian Perundang-undangan sebagai berikut :
7
Yohanes Usfunan, 2004, Perancangan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik
Menciptakan Pemerintahan Yang Bersih dan Demokratis, Orasi Ilmiah Universitas Udayana,
Denpasar, h. 11.
8
Bagir Manan, 1994, Ketentuan-Ketentuan tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan dalam Pembangunan Hukum Nasional, (makalah disampaikan pada Pertemuan Ilmiah
tentang Kedudukan Biro-Biro Hukum/Unit Kerja Departemen/ LPND dalam Pembangunan
Hukum, Jakarta, Tanggal 19-20 Oktober 1994, h. 13.
1
arti materiil) adalah setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan Pejabat yang
9
berwenang yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat mengikat umum .
10
merupakan hukum tertinggi dan adalah satu-satunya sumber hukum . Dari
ada sumber hukum yang lain. A. Hamid S. Attamimi juga memberikan batasan
dibentuk oleh semua tingkat lembaga dalam bentuk tertentu, dengan prosedur
11
tertentu, biasanya disertai sanksi dan berlaku umum serta mengikat rakyat .
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau
Perundang-undangan.
Dari beberapa definisi di atas dapat diidentifikasikan ciri, unsur dan batasan
bentuk atau format tertentu. Pemaknaan dari “peraturan tertulis” ini bukan
9
Bagir Manan, 1992, Dasar-Dasar Perundang-undangan Indonesia, Ind. Hill, co, Jakarta,
(selanjutnya disingkat Bagir Manan I), h. 8.
10
Bagir Manan dan Kuntana Magnar, 1997, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara
Indonesia, PT. Alumni, Bandung, h. 248.
11
A. Hamid S. Attamimi, op.cit, hal. 61.
1
ditetapkan
sebab itu, ada organ yang secara langsung memperoleh wewenang dari
yang dilimpahkan oleh organ negara yang satu kepada organ negara
lainnya;
meningkatkan mutu peraturan yang sudah ada, dalam hal ini mengkaji Perda Bali
Analysis.
Dalam teori ini terdapat metode pemecahan masalah yang memuat 7 (tujuh)
Pertama, faktor-faktor subyektif, terdiri dari apa yang ada dalam benak para
dan sikap)” mereka. Hal-hal ini merupakan apa yang semula diidentifikasikan
12
kebanyakan orang berdasarkan naluri sebagai “alasan” dari perilaku masyarakat .
13
Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
12
Robert B. Seidman., Aan Seidman dan Nain Abeyeskere, 2002, Penyusunan RUU dalam
Perubahan Masyarakat yang Demokrasi Sebuah Panduan untuk Pembuat RUU, Business
Advisory Indonesia University of San Francisci School of Law Indonesia Program (diterjemahkan
oleh Johanes Usfunan, dkk), Jakarta. h. 117.
13
Gede Marhaendra Wija Atmaja, dkk, 2016, Perancangan Peraturan Perundang-Undangan
(Teknik Penyusunan Naskah Akademik dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan),
Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, (selanjutnya disingkat Gede Marhaendra Wija
Atmaja I), h. 42.
1
tersebut.
14
Ibid., h. 43-44.
1
Ketujuh agenda ROCCIPI bukan suatu urutan prioritas, namun hanya alat
bantu agar mudah mengingat. Tidak seluruh kategori harus terpenuhi. Bisa jadi
penyebab perilakunya hanya kategori ROCCIPI, karena tidak ada penyebab dalam
kategori IPI. Kategori-kategori dalam ROCCIPI bisa jadi belum lengkap, karena
itu terbuka untuk ditambahkan dengan kategori baru. Berdasarkan paparan yang
2
telah disebutkan sebelumnya Peneliti ingin melihat dan menilai kesesuaian antara
peraturan yang mengatur tugas Bapemperda DPRD Provinsi Bali dengan kategori-
kategori yang terkandung dalam teori ROCCIPI dan peraturan yang mengatur
DPRD Provinsi Bali. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kesesuiannya maka
akan semakin tinggi pula tingkat kinerja Bapemperda DPRD Provinsi Bali.
untuk meningkatkan mutu peraturan yang sudah ada dan peraturan baru.
apakah peraturan sudah sesuai dengan kriteria mutu yang dijabarkan dalam
Impact Analysis akan ditinjau peraturan yang ada dan mengubah prosedur yang
2
birokratif menjadi prosedur yang smart dengan merumuskan peraturan yang lebih
15
baik sehingga dapat menjadi daya tarik dalam hal investasi bagi sebuah daerah .
16
Prinsip-prinsip Regulatory Impact Analysis adalah :
17
checklist sebagai berikut :
15
KPPOD, 2013, Panduan Pembuatan Kebijakan (Peraturan Daerah Ramah Investasi), Ford
Foundation dan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah, Jakarta, h. 5.
16
Ida Nurseppy, Paryadi, dan David Ray, 2002, Buku Pedoman Kaji Ulang Peraturan
Indonesia, Balitbang Deperindag, USAID, Dinas Perindag Bali, PEG, Bali, h. 4-7.
17
Emmy Suparmiatun, 2011, Kajian Ringkas Pengembangan Dan Implementasi Metode
Regulatory Impact Analysis Untuk Menilai Kebijakan (Peraturan dan Non Peraturan) Di
Kementerian PPN/BAPPENAS, Biro Hukum Kementerian PPN/BAPPENAS, Jakarta, h. 5-6.
2
18
melakukan review atas kebijakan yang ada, yaitu :
1. Perumusan Masalah.
2. Identifikasi tujuan (sasaran) Kebijakan.
3. Analisis manfaat dan biaya.
4. Komunikasi (konsultasi) dengan stakeholders.
5. Penentuan opsi (alternatif kebijakan) terbaik.
6. Perumusan strategi implementasi kebijakan.
diposisikan sebagai alat. Dalam hal ini, metode Regulatory Impact Assessement
merupakan alat untuk menghasilkan kebijakan, tata kelola dan pembangunan yang
lebih baik. Ada dua kunci dalam penerapan metode Regulatory Impact
opsi/pilihan yang paling efektif dan efesien sehingga dapat mengurangi biaya
juga dapat diposisikan sebagai sebuah logika berfikir. Metode Regulatory Impact
18
Asian Development Bank, 2002, Regulatory Impact Assessment, Guide Book, Jakarta, h.
23-40.
2
19
serta memilih satu kebijakan berdasarkan analisis terhadap semua pilihan .
berfikir terbuka dengan menerima masukan dari berbagai komponen yang terkait
Assessement untuk mengkaji Perda Bali 11/2017, dikarenakan ini dapat menjadi
perkawinan antara metode penelitian hukum dengan ilmu sosial, seperti penelitian
20
kualitatif feminis, dan studi kasus untuk meneliti budaya . Dapat dipahami oleh
Penelitian terhadap norma pada kedua wilayah itu, keharusan dan terapan, baik
19
Nasokah, 2008, Implementasi Regulatory Impact Assessment Sebagai Upaya Menjamin
Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Peraturan Daerah. Jurnal Hukum: V. 3. N. 15, h, 454-
457, tersedia di http://journal.uii.ac.id/IUSTUM/article/download/28/1835, diakses 23 Juni 2018.
20
Sulistyowati Irianto dan Shidarta, 2017, Metode Penelitian Hukum Konstelasi Dan Refleksi,
Cet. 4, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, h. 178.
2
secara tersendiri dan terpisah atupun secara korelasi dan sebagai kesatuan,
bahwa penelitian sosiolegal lebih memetingkan latar belakang atau motif, obyek,
dan tujuan dari penelitian itu, yaitu bekerjanya hukum dan perwujudan tujuan
hukum secara lebih baik. Penelitian sosiolegal meletakan bekerjanya dan dan
Penelitian hukum ini tidak dapat dibatasi hanya pada satu sisi dari wilayah
norma itu merupakan kenyataan norma hukum. Melakukan studi tekstual, yakni
21
Ibid,.
2
undangan, yakni Perda Bali 11/2017 dan melakukan studi empirik dalam hal
22
ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian . Dapat dipahami bahwa
DPRD Provinsi Bali. Pada penelitian ini Peneliti menggunakan 3 (tiga) jenis
23
pendekatan, yaitu :
mencari ratio legis dan dasar ontologis dalam hal menangkap kandungan
22
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 112.
23
Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana,
2013, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Tesis dan Penulisan Tesis Program Studi Magister
(S2) Ilmu Hukum, Universitas Udayana, Denpasar, h. 30.
2
24
pandangan dan doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum . Peneliti
aka dibahas. Lokasi Penelitian ini berada di DPRD Provinsi Bali. Alasan
Provinsi Bali memiliki cakupan yang luas dan produk hukum berupa Perda
mendalam dan kritis berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang
24
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Interpratama Offset, Jakarta, h. 19.
2
25
timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian ini . Dalam penelitian ini
akan digambarkan secara rinci fakta yang ditemukan dalam penelitian lapangan
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitan sosiolegal ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer adalah merupakan data yang diperoleh langsung
dilapangan penelitian.
Sumber data sekunder adalah suatu data yang bersumber dari penelitian
keputakaan yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber
hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer adalah
bahan hukum yang bersumber dari asas dan norma hukum. Perwujudan
25
Sunggono Bambang, 2003, Metodelogi Penelitian Hukum, Rajawali Pres, Jakarta, h. 41.
2
Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang
Tata Tertib DPRD Provinsi Bali (selanjutnya disebut Tata Tertib DPRD
terkait lainnya.
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang bersumber dari buku
(text books), jurnal, karya tulis yang termuat di media massa, kamus dan
mengumpulkan data primer. Teknik dengan cara mencatat dari hasil wawancara
digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Teknik dengan cara mencatat dari
26
bola salju (snowball method) . Yang dimaksud dengan metode bola salju adalah
pustaka yang berkaitan dengan Bapemperda DPRD. Bahan hukum yang diperoleh
dianalisis, sehingga pokok permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini dapat
terjawab.
Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik non probability sampling yaitu tidak semua subyek populasi
27
sampel . Penentuan sampelnya menggunakan model purposive sampling.
terbatas pada pihak-pihak yang terkait dengan Bapemperda DPRD Provinsi Bali.
dikarenakan DPRD Provinsi Bali memiliki cakupan yang luas dalam tingkat
perda, yaitu perda Provinsi. Perda Provinsi terletak pada tingkat ke 6 (enam)
mendukunng dan sesuai dengan peneitian ini berkaitan dengan perda Provinsi.
26
Djam’an Satori, 2010, Metodelogi Penelitan Kualitatif, Alfabeta, Bandung, h. 18.
27
Hilman Hadikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum,
Mandar Maju, Bandung, h. 74.
3
Jadi dapat dipahami bahwa pentingnya menggunakan teknik sampling ini yaitu
a) Mengedit data, yaitu semua data yang diperoleh dari hasil pengumpulan
28
berikut :
28
Riduan, 2004, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
Alfabeta, Bandung, h. 71-95.
3
Tabel 1.3
Skala Penilaian Kinerja Ordinal
No. Nilai Angka (%) Interpretasi
1. > 80 Sangat Baik
2. 60 - 79,9 Baik
3. 50 - 59,9 Sedang
4. 0 - 49,9 Kurang
Sumber: Ridwan, 2004
29
Nyoman Kutha Ratna, 2010, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial
Humaniora Pada Umumnya, Yogyakarta, h. 310-31.
3
3. Teknik Analisis
argumentasi:
penelitian.
30
Gede Marhaendra Wija Atmaja, Memahami Interpretasi Secara Hermeneutikal: Menalar
Pertimbangan Hukum Pumk Nomor 50/PUUXII/2014, Bahan dipersiapkan Dalam Rangka
Penerbitan Buku 50th Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, (selanjutnya disingkat
Gede Marhaendra Wija Atmaja II), 19 Agustus 2014, h. 5-7.
3
c) Teknik evalusi adalah berupa tepat atau tidak tepat, setuju atau
tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak sah oleh Peneliti