Anda di halaman 1dari 8

Rekonstruksi Konstitusi Dewan Perwakilan Daerah Untuk Perkuat Peran Daerah di Dalam

Sistem Legislatif
Oleh :

Wildan Eka Arvinda

Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah


Tulungagung
2023
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menganut konsep trias politica, sebagaimana telah diatur
dalam UUD NRI 1945 membagi kekuasaan negara menjadi 3 wilayah yakni: legislatif,
eksekutif, dan yudisial. Dari 3 lembaga tersebut lembaga legislative memiliki fungsi utama
sebagai lembaga pengaturan atau regelende functie. Dalam regelende functie tersebut
terdapat mekanisme dimana peraturan peraturan dalam sebuah negara dibuat oleh wakil
rakyat sebagai perwakilan dari rakyat yang telah dipilih melalui pemilihan umum. Dimana
didalamnya terdapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah
(DPD).
Dari 2 lembaga legislatif tersebut Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga
legislatif termuda. DPD lahir tahun 1998 untuk memenuhi tuntutan reformasi yang bertujuan
untuk meningkatkan martabat kedaulatan rakyat daerah agar tidak selalu didominasi DPR
melalui proses politis. Jika mengacu pada pasal 22D UUD NRI 1945 dalam hal ini
dibentuknya DPD adalah untuk merespon sifat DPR yang political representative dengan
menyeimbangkannya dengan hadirnya DPD yang bersifat regional representative. Namun
yang menjadi masalah dalam hal ini adalah DPD dalam kedudukannya hanya bersifat sebagai
co-legislator bagi DPR, hasilnya DPD dalam hal penyusunan Rancangan Undang undang
(RUU) menjadi Undang undang (UU) dandalam penyaluran aspirasi rakyat belum bisa
optimal. Hal ini karena DPD tidak diberika kewenangan seluas DPR, DPD hanya bisa
membahas dan mengajukan Rancangan Undang-Undang atau peraturan yang ada sangkut
pautnya dengan kepentingan daerah, sedangkan DPR yang bisa memutuskan. Inilah yang
membuat DPR lebih superior dari DPD.
B. Identifikasi Topik Pembahasan
Sebenarnya posisi antara DPR dan DPD adalah sederajat, dan hanya berbeda dalam
fungsinya saja. Sesuai dengan pasal 22D UUD NRI 1945 dan teori fungsi organ yag
menyatakan kedudukan DPD adalah sebagai state main organ yang memiliki fungsi untuk
mewakili aspirasi masyarakat daerah serta ikut membahas RUU yang berkaitan dengan
kepentingan daerah seperti pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, serta
kepentingan daerah lainnya.
Sebagai lembaga yang lahir dari Rahim reformasi dan amandemen UUD 1945. DPD
memiliki tujuan sebagai lembaga yang memperkuat konsep bicameralism sebagai double
checker dari sistem pemerintahan presidensial. Berangkat dari sini, berdirinya DPD memang
dikonsepsikan untuk memperkuat otonomi daerah dan mengidealkan fungsi legislasi. lahirnya
DPD selain sebagai upaya untuk meningkatkan kepentingan daerah di tingkat parlemen DPD
juga menjelma sebagai lembaga khusus yang lebih sebagai “utusan daerah” di MPR sebelum
amandemen UUD NRI 1945 dengan menyerahkan bagian yang lebih tepat terkait fungsi
legislasi.

Isi
A. Pemaparan Masalah
Namun, hal ini justru berbeda dengan pengaturan DPD yang terdapat dalam UUD NRI 1945
ternyata masih sangat kecil. DPD tidak lantas mempunyai kekuasaan. Karena DPD hanya
diberikan wewenang memberikan masukan pertimbangan, usul ataupun saran, sedangkan
yang berhak memutuskannya adalah DPR. Sebab itu, keberadaan DPD di samping DPR tidak
menampilkan kedudukan kedua porsi di legislatif sama kuat atau dengan kata lain, DPD
hanya memberi masukan, sedangkan yang memutuskan adalah DPR sehingga DPD ini tidak
lebih disebut sebagai Dewan Pertimbangan DPR karena kedudukannya hanya memberikan
pertimbangan kepada DPR.
B. Tinjauan Pustaka
Jenis penelitian yang digunakan penelitian hukum normatif atau dreskriptif Penelitian hukum
dengan beberapa pendekatan penelitian meliputi pendekatan hukum, pendekatan, pendekatan
pendekatan historis dan komparatif. Penelitian hukum normatif mempengaruhi penelitian
hukum yurisprudensi murni dan positivisme. Ramah penelitian hukum umum dan preskriptif
sering dilakukan disebut penelitian perpustakaan (penelitian kepustakaan), jadi
Kecenderungan penelitian hukum normative menggunakan dokumentasi sebagai bahan
penelitian (Sonata, 2008). Kajian hukum normatif juga dimaknai sebagai penelitian
hukumsistem hukum, derajat sinkronisasi hukum, Sejarah hukum untuk perbandinganHukum
(Bambang Sunggono, 2011). tipe data digunakan dalam penelitian hukum Standar ini
merupakan format untuk data primer sekunder dan tersier. Dokumen hukum utama digunakan
dalam penelitian ini termasuk: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TAHUN
1945, KEPUTUSAN
Mahkamah Konstitusi, Putusan Agung, Konstitusi dan Konstitusi AS, Belanda, dan Peraturan
Hukum sesuatu yang berhubungan. Bahan hukum sekunder berkaitan dengan bahan hukum
primer membantu dalam menganalisis bahan hukum ditulis oleh para profesional hukum, dan
makalah penelitian serupa lainnya. di samping ituSumber daya hukum tersier yang berguna
menjelaskan dokumen dan bahan hukum yang paling penting hukum sekunder seperti
ensiklopedia hukum (hitam) kamus hukum), dll.Ensiklopedi. Tentang metode pengumpulan
data yang digunakan untuk penelitianliteratur. dari data yang terkumpul kami kemudian
menganalisis secara kualitatif dan normative jalan sederhana dan mengkonfigurasi
pernyataan yang ada dalam dokumen dan peraturan Menggunakan pendekatan perundang-
undangan, yaitu pendekatananalitis (pendekatan analitik, dan pendekatanPerbandingan
(comparative approach).
Oleh karena itu, diberikan dalam penelitian ini Perbandingan gulungan dan gulungan
DPDLembaga negara negara lain yang memiliki kedudukan dan fungsi sebagai
DPDIndonesia dengan dua negara pembanding Yaitu, Amerika Serikat dan Belanda
(JimlyAssidikey, 2006a). Alasan penggunaan Perbandingan dua negara yaitu Amerika
SerikatAS dan Belanda mengandalkan dua alasanPoin terpenting adalah:Pertama,
berdasarkan bentuknyadan sistem pemerintahan IndonesiaAmerika memiliki kesamaan
bentuk yang sama Indonesia Pemerintah Republik, dll.memiliki sistem pemerintahan
presidensial Satu-satunya perbedaan adalah bentuk negaraHanya jika Indonesia membentuk
sebuah negaraAmerika bersatu Negara. lagi,Amerika SerikatIbu dari sistem presidensial
sekaligusmewakili keadaan dalam sistem hukum adat. karena itu,Mengutip apa yang diajukan
Douglas V. Verney, lebih disukai duluPerhatikan sistem politik Amerika Serikat.Saya ingin
mulai meneliti sistemKantor Kepresidenan (Andy Wiyanto, 2015).
Kedua,terkait dengan Belanda ini didasarkan pada itu Belanda memiliki hubungan sejarah
dengan Indonesia karena Indonesiakoloni Pemerintah Hindia Belanda (Belanda Hindia
Timur). Dampak kolonialisme Belanda atas Indonesia dalam sastra hukum menghasilkan asas
konkordansi (Domiri, 2016). Dampak dari adanya prinsipkonkordansi ini membuat beberapa
peraturan yang diberlakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda juga diterapkan oleh
Indonesia setelah kemerdekaan,ini bisa dibuktikan dengan adany kodifikasi beberapa undang-
undang termasuk: KUHP, KUHP, dan KUHP.Terlebih lagi, dampak dari prinsip tersebut
konkordansi adalah hukum nasional Indonesia lebih bercorak hukum kontinental yang
mengutamakan bentuk sistem hukum tertulis (hukum tertulis geschvenrecht) (Zainal Arifin
Hoesein, 2012). Ini terlalu semakin menekankan bahwa sistem hukum hukum umum dan
mayoritas hukum sipildianut oleh negara-negara di dunia, jadi perbandingan fungsi DPD di
Indonesia dengan fungsi lembaga perwakilan daerah dalam Negara yang lain juga merupakan
representasi dari dua sistem hukum terbesar di dunia. Amerika Serikat mempertahankan
fungsi legislative bukannya dua rumahnya di Senat dan Senat DPR yang terstruktur parlemen
bicameral kedua kekuatan memiliki kekuatan iniseimbang satu sama lain (kuat bikameral).
Karena setiap hukum harus mengisi kedua ruang tersebut (Sophian Hadi, 2013).
C. Gagasan
Senat AS Serikat pekerja awalnya dipilih oleh dewan hukum setempat atau hukum Indonesia
dikenal dengan Dewan Perwakilan Rakyat Setelah Amandemen Senat ke-17 dipilih langsung
oleh rakyat melalui pemilihan umum Diterbitkan (R. Guntur Prakoso Dewandaru, 2016). Di
bawah Amandemen Konstitusi AS XXVII 1992 Struktur dan Susunan Senat diambil dari § 1
para. 3."Senat Amerika Serikat Negara bagian terdiri dari dua senator setiap negara bagian
(dipilih oleh legislatif).
Fokus di sini adalah di sana posisi Senat begitu kuat sehingga memiliki kekuatan yang
setaraDPR baik-baik saja Jika tagihan diajukan atau ditolak dari presiden. jadi di
AmerikaPerundang-undangan meliputi tiga hal berikut ini. Pada saat yang sama, lembaga
yaitu DPR (House of Perwakilan), Senat, Presiden. hasil yang bagus Di AS, itu juga
menunjukkan RUU itu akan diajukan oleh pemerintah umumnya siap untuk rapat dikelola
oleh departemen oleh Presiden (Aminuddin Kasim, 2011).
Halo kontras yang jelas dibandingkan Hanya mungkin dengan hak istimewa DPD
Mengajukan dan menggabungkan RUU ke DPR Mendiskusikan dan memantau implementasi
Peraturan perundang-undangan terkaitmanfaat daerah. Jadi bukan DPD Hanya sebagai
pemberi ide dan saran Bahkan istilah hukum yang akrab bagi DPR Sebagai “Co-Anggota”
DPR. Negeri Kincir Angin Belanda melembagakan parlemen yang disebut “the negara
umum” terdiri atas dua kamar yaitu Eeerste Kamer (Majelis Tinggi) serta dan The Tweede
Kamer (Majelis Rendah) di mana peran Eeerste Kamer sebagai daerah representatif memiliki
kesamaan dengan DPD di Indonesia seperti masing-masing dipilih melalui daerah/provinsi
dan para anggota juga mewakili daerah/provinsi mereka masing-masing(Putri Noor Ilham
dan Deny Prihatmadja, 2008).
Di Belanda kapasitas kedua parlemen relatif sebanding dengan yang terdiri dari kamar
pertama (Eerste kamer) dan kamar kedua (Tweede kamer). Namun jika menilik berwenang
DPD sebagaimana yang tercantum dalam pasal 22D UUD NRI 1945, maka DPD tidak
memiliki kewenangan yang berarti di MPR. Hal tersebut sangat kontras jika dibandingkan
dengan kewenangan dariEeerste Kamer yang memang sama-sama memiliki kewenangan
yang sederajat denganTweede Kamer. Diantara kewenangannya yaitu: mengesahkan dan
memutuskan suatu RUU menjadi UU, menerima atau menolak RUU yang diajukan oleh
Perdana Menteri atau Menteri Dewan Kabinet, mengangkat dan memberhentikan Perdana
Menteri, dan mengangkat dan memberhentikan Ketua Negeri Kincir Angin Belanda
melembagakan parlemen yang disebut “the negara umum” terdiri atas dua kamar yaitu
Eeerste Kamer (Majelis Tinggi) serta dan The Tweede Kamer (Majelis Rendah) di
manaperan Eeerste Kamer sebagai daerah representatif memiliki kesamaan dengan DPD di
Indonesia seperti masing-masing dipilih melalui daerah/provinsi dan para anggota juga
mewakili daerah/provinsi mereka masing-masing(Putri Noor Ilham dan Deny Prihatmadja,
2008). kapasitas Belanda Terdiri dari dua parlemen yang relatif sama Dari kamar pertama
(Eerste kamer) dan kamar Kedua (kamera tweed). Anggota dari kedua Dewan pemilihan
perwakilan proporsional Terbatas untuk 4 tahun. Wewenang Kamera pertama selama sesi
bersama Dan dalam proses legislasi, Kamar Dagang ini melakukan itu Tagihan Tweede
diselesaikan Kamera (Fajlurrahman Jurdi, 2016). Oleh karena itu, dalam bidang hukum status
Eeerste Kamer dan Tweede Kamer Adalah sama. Anggota dari kedua Dewan Dia mungkin
mengusulkan tagihan dan hukum (Tim CEPPUI, 2015).
Selain itu, para anggota EersteSaya juga punya Kamer dan Tweede Kamer penyelidikan
tertulispemerintah. Perbandingan fitur dan Kewenangan DPD RI Struktur organisasi Eeerste
Kamer Serupa dalam konten hanya dalam hal keterwakilan anggotanya, menjadi anggota
Bersama dalam dua badan parlementer Perwakilan Negara Bagian atau Wilayah yang
memilih tetapi jika Anda melihat dari dekat Badan DPD yang terdaftar Pasal 22D Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, DPD tidak memiliki hak istimewa
yang signifikan MPR.
Ini sangat kontras dengan hari-hari itu dibandingkan dengan otoritas Eeerste kamera yang
mereka berdua miliki otoritas sama dengan tweed kamera. Kekuatannya adalah: Persetujuan
dan keputusan faktur menjadi undang-undang, menerima atau menolak suatu RUU
Disampaikan oleh Perdana Menteri Dewan Kabinet, Pengangkatan dan memberhentikan
perdana menteri Pengangkatan dan Pemberhentian Ketua Mahkamah Agung dan Ketua
Mahkamah Agung. Apa yang dapat disimpulkan dari perbandingan tersebut Mahkamah
Agung dan Ketua Mahkamah Agung. Apa yang dapat disimpulkan dari perbandingan
tersebut

Penutup
Kesimpulan dan Saran
Fungsionalitas DPD masih belum optimal Legislasi adalah suatu bentuk daya tarik yang
masih membuat saya terkesan hingga saat ini sumir menyerahkan jabatan itu kepada DPD-
nya.DPD masih dianggap co-legislator. Saat membandingkan negara lain, dalam hal ini
Amerika Serikat AS dan Belanda disebut sebagai fitur DPD belum maksimal, fitur DPD perlu
diperbarui melakukan tugasnya secara optimal. Hal ini menunjukkan perlunya pemerataan
Lokasi antara DPR dan DPD Pembagian tugas yang jelas dalam proses Penyusunan undang-
undang. Berdasarkan Amandemen konstitusi diperlukan diumumkan dalam beberapa tahap
termasuk perubahan Pasal 20 Piagam NRI 1945 Pasal 22D dan beberapa amandemennya UU
seperti UU MD3, UU hukum, Tata Tertib DPD Penegasan pemilihan anggota DPD adalah
oleh pilihan pribadi (tidak ada partisipasi partai politik).
Daftar Pustaka

Jimly Asshidiqie. (2006a). Model-Model Pengujian Konstitusional di Berbagai


Negara. Jakarta: Sinar Grafika.
Jimly Asshidiqie. (2006b). Pengantar Hukum
Tata Negara Jilid I. Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi RI.
Jimly Asshidiqie. (2006c). Pengantar Hukum
Tata Negara Jilid II. Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi RI.
Kementerian Sekretariat Negara Republik
Indonesia. (2011). , Profil Lembaga
Negara Rumpun Legislatif. Jakarta:
Asisten Deputi Hubungan Lembaga
Negara dan Lembaga Non StrukturalDeputi Bidang Hubungan Kelembagaan
dan Kemasyarakatan Kementerian
Sekretariat Negara.
Mariana Llanos dan Detlef Nolte. (2003).
Bicameralism in The Americas: Around
The Extremes of Symmetry and
Incongruence. The Journal of Legislative
Sudies, 9(3), 71.
Miki Pirmansyah. (2014). Eksistensi Dewan
Perwakilan Daerah Dalam Sistem
Bikameral Di Indonesia. Jurnal Cita
Hukum, 1(1), 2.
Moh. Mahfud MD. (2014). Politik Hukum di
Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Ni’matul Huda. (2008). Gagasan Amandemen
(Ulang) UUD 1945 (Usulan untuk
Penguatan DPD dan Kekuasaan
Kehakiman). Jurnal Hukum Ius Quia
Iustum, 15(3), 382.
Ni’matul Huda. (2016). Hukum Tata Negara
Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Prayudi. (2006). DPD dan Sistem Bikameral.
Jurnal Ketahanan Nasional, 11(3), 42.
Putri Noor Ilham dan Deny Prihatmadja.
(2008). Kedudukan Dewan Perwakilan
Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia. Jurnal Lex Jurnalica, 5(2), 73.
R. Guntur Prakoso Dewandaru. (2016).
Perbandingan Badan Perwakilan Rakyat
Pada Sistem Ketatanegaraan Indonesia
dan Amerika Serikat. Diponegoro Law
Journal, 5(3), 10.

Anda mungkin juga menyukai