Anda di halaman 1dari 19

AGAMA

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ Studi Keislaman “

Dosen :
MUKHAMAD SUKUR, M.Pd.I

Oleh Kelompok 1:
1. Wildan Eka Arvinda

2. Sultan Maulana Akbar

3. Wella Anggia Ferenika

4. Ananda Oktapya

HTN 1C – SMT 1

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
D. Manfaat Makalah
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Definisi Agama dan Ruang Lingkup


B. Agama Sebagai Moral dan Petunjuk Kebenaran
C. Agama Sebagai Ide Dasar Perdamaian
D. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Agama berperan penting dalam kehidupan umat manusia. Agama


menjadi pemandu dalam mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai
dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan
manusia maka internalisasi nila-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi
menjadi sebuah keniscayaan yang ditempuh melalui pendidikan, baik
pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pendidikan
agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah
Subhanahu Wata’ala dan berakhlak mulia. Akhlak mulia menyangkut etika,
budi pekerti, dan moral sebagai manifestasi dari pendidikan agama. Agama
sebagai alat untuk membawa kedamaian dan kepuasan jiwa dengan keyakinan
tertentu. Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan
menjalankan syariat agama, itu hanya dapat terlaksana dengan akhlak yang
baik.
Terutama dalam ajaran Agama Islam, Agama Islam merupakan suatu
agama yang santun karena dalam islam menjunjung tinggi pentingnya etika
moral dan akhlak. Moral yang sempurna itu, jika dapat memahami agama
islam tersebut. Sedangkan akhlak merupakan hal yang terpenting dalam
kehidupan manusia, karena mencakup segala tingkah laku, tabi’at, dan
karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan

3
Sang Khaliq atau sesama makhluk.Tanpa adanya moral dan akhlak mulia
manusia tidak dapat hidup dengan damai. Pada makalah ini, akan dibahas
mengenai agama sebagai sumber moral dan akhlak mulia dalam kehidupan.
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi agama dan tujuan ruang lingkup?


2. Agama sebagai moral dan agama petunjuk kebenaran.
3. Agama sebagai ide dasar perdamaian.
4. Kebutuhan manusia terhadap agama.

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi Agama

Menurutku KBBI, Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan serta


peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan
kehidupan. Banyak agama memiliki mitologi, simbol, dan sejarah suci yang
dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan asal-usul kehidupan atau alam
semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang-orang
memperoleh moralitas, etika, hukum agama, atau gaya hidup yang disukai. Menurut
beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.
Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan,
mendefinisikan tentang apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-
tempat suci, dan kitab suci. Praktik agama juga dapat mencakup ritual, khotbah,
peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance,
inisiasi, cara penguburan, pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, atau aspek lain
dari kebudayaan manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi.
Kata agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman, sistem
kepercayaan, atau kadang-kadang mengatur tugas. Namun, menurut ahli
sosiologi Émile Durkheim, agama berbeda dari keyakinan pribadi karena merupakan
"sesuatu yang nyata sosial". Émile Durkheim juga mengatakan bahwa agama adalah
suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan
dengan hal yang suci. Sebuah jajak pendapat global 2012 melaporkan bahwa 59% dari
populasi dunia mengidentifikasi diri sebagai beragama, dan 36% tidak beragama,

4
termasuk 13% yang ateis, dengan penurunan 9 persen pada keyakinan agama dari tahun
2005. Rata-rata, wanita lebih religius daripada laki-laki. Beberapa orang mengikuti
beberapa agama atau beberapa prinsip-prinsip agama pada saat yang sama, terlepas dari
apakah atau tidak prinsip-prinsip agama mereka mengikuti cara tradisional yang
memungkinkan untuk terjadi unsur sinkretisme.

B. Ruanglingkup agama Islam

Menyangkut tiga hal pokok, yaitu :

a. Aspek keyakinan yang disebut aqidah, yaitu keimanan terhadap Allah dan
semua yang difirmankan-Nya untuk di yakini
b. Aspek norma atau hukum yang disebut syariah, yaitu aturan-aturan Allah yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan dengan alam
semesta
c. Aspek perilaku yang disebut akhlak, yaitu sikap-sikap atau perilaku yang
nampak dari pelaksanaana qidah dan syariah.

C. Macam-Macam Agama

Pada dasarnya agama ada dua jenis, yaitu :

a. Agama Wahyu : ialah ajaran Allah yang disampaikan kepada para Rasul-Nya.
b. Agama Budaya : ialah agama dunia (natural religion) yang tidak bersumber pada
wahyu Illahi melainkan hasil ciptaan akal pikiran dan perilaku manusia

D. Ciri-ciriAgama :

Agama Wahyu

a. Bukan tumbuh dari masyarakat, melainkan diturunkan kepada masyarakat


b. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya
c. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia
d. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirannya dapat berubah sesuai dengan
kecerdasan dan kepekaan manusia

5
Agama Budaya

a. Tumbuh secara kumulatif dalam masyarakat penganutnya


b. Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul Allah)
c. Umum nya tidak memiliki kitab suci, kalau pun ada akan mengalami perubahan
-perubahan.
d. Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiran
masyarakatnya (penganutnya)

D. Agama Sebagai Moral dan Agama PetunjukKebenaran

Salah satu bagian kehidupan adalah moral. Adapun moral adalah sesuatu yang
berkenan baik dan buruk, jika di lihat dari persamaan moral, akhlak dan etika adalah
pada fungsinya. Semua berfungsi pada pengarah atau petunjuk agar seseorang
mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Beberapa
alasan mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :

a) Karena agama sebagai sumber moral


b) Karena agama merupakan petunjuk kebenaran

Semua umat islam harus mendasari keislaman dengan pengetahuan agama (Islam)
yang memadai, minimal untuk menjalankan fungsinya di muka bumi ini, baik sebagai
khalifatullah (Q.S al-Baqarah/2:30) maupun sebagai Abdullah (Q.S al-Dzariyat/51:56).

Moral berfungsi sebagai standar ukuran suatu perbuatan itu baik atau buruk menurut
adat istiadat atau pandangan umum suatu masyarakat, jadi bersifat lokal. Di dalam Al-
Quran sedemikian banyak bahkan tak terhitung apa saja yang di katakana baik dan apa
saja yang di katakan buruk .Perbedaan baik dan buruk, halal dan haram, hak dan batal.

Salah satu hal yang ingin di ketahui manusia adalah apa yang bernama kebenaran,
dan sampai kapanpun masalah kebenaran akan menjadi misteri bagi manusia, kalau saja
manusia hanya mengandalkan alat yang bernama akal.

6
Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rosul di berbagai masa dan tempat, sejak
nabi pertama yaitu nabi Adam dan sampai nabi terakhir yaitu nabi Muhammad SAW.
Para nabi dan rosul ini diberi wahyu atau agama untuk di sampaikan kepada manusia.
Wahyu dan Agama inilah agama islam dan ini pula lah kebenaran yang di cari-cari oleh
manusia sejak dulu kala, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal. Tinggal kewajiban
manusia untuk beriman dan patuh terhadap agama.

Allah SWT berfirman :

‫ِا أَ َراكَ اللهُإِنَّا‬Qََِ‫اس ِِب‬ ِّ Qَ‫َاب بِا َْْْل‬


ِ َّ‫ق لِتَحْ ُك َم ب ْيَنَ الن‬ َ ‫أَن َز ْلنَا إِلَ ْيكَ ْال ِكت‬

‘’Sesungguhnya telah kami turunkan Al-kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,


agar kamu memberikan kepastian hukum di antara manusia dengan napa yang telah di
tunjukkan oleh Allah kepadamu’’(Al-Nisa : 105).

Dan firmannya pula ;

ُّ Qَ‫ك فَالَ تَ ُكون ََّن ِمنَ ْال ُم ْمتَِينَ َْْْل‬


‫ق‬ َ ِّ‫ِمن َّرب‬

‘’ Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, maka janganlah sekali kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu’’ (Al-Baqarah: 147).

Dapat di simpulkan, bahwa agama sangat penting dalam kehidupan karena


kebenaran yang gagal di cari-cari manusia sejak dulu kala dengan ilmu dan filasafatnya,
ternyata apa yang di carinya itu terdapat dalam agama. Agama adalah petunjuk
kebenaran. Bahkan agama itu adalah kebenaran.

E. Agama Sebagai Ide Dasar Perdamaian

Ketika umat beragama yang satu menghormati dan menghargai umat beragama
yang lain. Rasa hormat dan menghargai ini bukan karena kepentingan tertentu, tetapi
tulus jujur dan kondusif. Perdamaian dalam arti luas adalah penyesuaian dan
pengarahan yang baik dari seorang terhadap penciptaannya pada satu pihak dan kepada

7
sesamanya pada pihak yang lain. Hal ini berlaku bagi keseluruhan hubungan kosentris
(bertitik pusat yang sama) antara seorang dengan orang lainnya, seseorang masyarakat,
bnagsa dengan bangsa dan pendek kata antara keseluruhan umat manusia satu sama
lainya, dan antara manusia dan alam semesta.

Hujarat ayat 13 yang artinya:


“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
perempuan, dan kami menjadikan kamu beberapa bangsa dan beberapa suku-bangsa,
supaya kamu saling kenal mengenal satu sama lain”.

Perdamaian dalam Perspektif  Islam

Perdamaian merupakan salah satu ajaran pokok dalam ajaran Islam. Kata Islam
yang terambil dari kata “salama” yang berarti selamat dan juga “silm dan salam” yang
bermakna damai secara jelas menegaskan bahwa karakter dasar dari ajaran Islam adalah
menyebarkan perdamaian. Dalam ungkapan teks agama, perdamaian sering dibahasakan
dengan al-aman, Dalam terminologi al-aman, adalah sebuah kesepakatan untuk
menghentikan peperangan dan pembunuhan dengan pihak musuh. Selain al-aman,
masih ada beberapa istilah lain yang juga merujuk pada perdamaian yakni al-sulh, al-
hudnah, almu’ahadah dan aqd al-zimmah. Hal itu sebagaimana tertuang dalam ayat-ayat
al-Qur’an. Secara jelas dalam QS. 25:19 dinyatakan bahwa Islam datang sebagai agama
yang membawa misi perdamaian dan dengan tegas mengharamkan kepada umat
manusia melakukan kedzaliman, kapan dan di mana saja.

‫ص ًرا ۚ َو َمنْ يَ ْظلِ ْم ِم ْن ُك ْم نُ ِذ ْقهُ َع َذابًا َكبِي ًرا‬


ْ َ‫ص ْرفًا َواَل ن‬ ْ َ‫فَقَ ْد َك َّذبُو ُك ْم بِ َما تَقُولُونَ فَ َما ت‬
َ َ‫ستَ ِطيعُون‬

Maka Sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kamu tentang apa
yang kamu katakan. Maka kamu tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula)
menolong (dirimu), dan barang siapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami

8
rasakan kepadanya azab yang besar. Yang diharapkan Islam adalah adanya persamaan
derajat di antara manusia. Tidak ada perbedaan antara satu gologan dengan golongan
lain, semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. Kaya, miskin, pejabat, pegawai,
perbedaan kulit, etnis dan bahasa bukanlah alasan untuk mengistimewakan kelompok
atas kelompok lainnya. Ini seperti termaktub dalam firman-Nya berikut ini:

َ f‫ارفُوا ۚ إِنَّ أَ ْك‬f


ِ ‫ َد هَّللا‬f‫ر َم ُك ْم ِع ْن‬f ُ ‫ا ُك ْم‬ffَ‫ ٍر َوأُ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلن‬f‫ا ُك ْم ِمنْ َذ َك‬ffَ‫اس إِنَّا َخلَ ْقن‬
َ f‫ َل لِتَ َع‬fِ‫ ُعوبًا َوقَبَائ‬f‫ش‬ ُ َّ‫ا الن‬ff‫يَا أَيُّ َه‬
‫م ۚ إِنَّ هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬fْ ‫أَ ْتقَا ُك‬

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.

Bagi Islam yang membedakan derajat seseorang atas yang lainnya hanyalah
ketakwaan. Yang paling bertakwa dialah yang paling mulia. Dengan adanya persamaan
derajat itu, maka semakin meminimalisir timbulnya benih-benih kebencian dan
permusuhan di antara manusia, sehingga semuanya dapat hidup rukun dan damai.
Aspek lain yang Islam sangat tekankan demi terciptanya perdamaian dalam kehidupan
sosial di tengah masyarakat adalah persoalan keadilan. Keadilan harus diterapkan bagi
siapa saja walau dengan musuh sekalipun. Karena dengan ditegakkannya keadilan,
maka tidak ada seorang pun yang merasa dikecewakan dan didiskriminasikan sehingga
dapat meredam rasa permusuhan, dengan demikian konflik tidak akan terjadi. Allah
berfirman dalam Al- Qur’an:
ۚ ‫ ِدلُوا‬f‫و ٍم َعلَ ٰى أَاَّل تَ ْع‬f
ْ fَ‫نَآنُ ق‬f‫ش‬ َ ‫ ِر َمنَّ ُك ْم‬f‫ ِط ۖ َواَل يَ ْج‬f‫س‬ ُ ِ ‫ َّوا ِمينَ هَّلِل‬fَ‫وا ق‬ffُ‫وا ُكون‬ffُ‫ا الَّ ِذينَ آ َمن‬ff‫يَا أَ ُّي َه‬
ْ ِ‫ َهدَا َء بِا ْلق‬f‫ش‬
ُ ‫ا ْع ِدلُوا ُه َو أَ ْق َر‬
َ‫ب لِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ إِنَّ هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬

9
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

ۚ ‫طُوا إِلَ ْي ِه ْم‬Q ‫م َوتُ ْق ِس‬Qُْ‫رُّ وه‬QQَ‫اَل يَ ْن َها ُك ُم هَّللا ُ َع ِن الَّ ِذينَ لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِي الدِّي ِن َولَ ْم يُ ْخ ِر ُجو ُك ْم ِمنْ ِديَا ِر ُك ْم أَنْ تَب‬

َ‫ْال ُم ْق ِس ِطين‬ ُّ‫إِنَّ هَّللا َ ي ُِحب‬

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangi mu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

Melihat teks-teks yang ada dalam al-Qur’an di atas, terlihat bahwa wajah Islam adalah
agama yang mendambakan rasa damai dan menjadi penebar kedamaian. Dalam ayat-di
atas juga nampak universalitas Islam, semisal mengakui adanya pluralitas dan tidak
memaksakan kehendak dalam beragama. Ayat-ayat ini memang tidak banyak menyebut
kata perdamaian secara eksplisit, toh demikian ayat-ayat ini mengajarkan untuk
senantiasa berbuat baik dan menekankan adanya keseimbangan antara hubungan
vertikal dengan Tuhan dan hubungan horizontal dengan sesama manusia dimana jika
ajaran-ajaran ini dilakukan dengan baik tentu saja akan berimplikasi pada perdamaian di
dunia. Perintah atau anjuran berbuat baik kepada sesama adalah modal awal
membangun perdamaian. Perbuatan baik kepada sesama adalah pintu utama dalam
mewujudkan perdamaian. Perdamaian tidak akan tercipta dengan kezaliman karena
akan selalu muncul perlawanan dari orang yang dizalimi.

10
Misi Islam adalah Perdamaian

Islamapakah agama produk kekerasan atau perdamaian? Untuk menjawabnya


pun tegas dalam Qur’an Suci, Allah menggambarkan peran Nabi Suci itu dengan
kalimat singkat berikut ini: ( َ‫س ْل ٰنكَ اِاَّل َر ْح َمةً لِ ْل ٰعلَ ِميْن‬
َ ‫)و َمااَ ْر‬.
َ Artinya, “Dan tiada kami mengutus
engkau kecuali sebagai rahmat bagi segala bangsa.” [21:107] Perdamaian adalah rahmat
bagi kehidupan alam semesta yang mengajarkan kita untuk menjunjung tinggi
kerukunan, dan toleransi. Oleh karena itu, tidak ada satu agama apapun yang
membenarkan aksi kekerasan. Sehingga kita memiliki tanggung jawab penting untuk
menegakkan misi kenabian, yaitu perdamaian.

Menurut hemat penulis, misi kenabian (on religion and peace) ini dapat
dipraktikkan dalam keberagamaan kita. Pertama, mendorong
prinsip persaudaraann sesama umat Islam (ukhwah Islamiyah). Kedua, persaudaraan
kebangsaan (ukhwah wathaniyah). Ketiga, persaudaraan kemanusiaan (ukhwah
insaniyah). Persaudaraan secara sosio-kultur menguatkan hubungan sosial dan
hubungan keagamaan agar tercipta situasi dan kondisi yang harmonis. Tanpa
mengukuhkan persaudaraan tersebut, maka kebersamaan kita dalam kehidupan
beragama, berbangsa dan bernegara tidak terjalin harmonis, serta memecah belah
relevansi pluralitass agama.
Catatan penting terhadap fenomena kekerasan yang dilakukan oleh kelompok ekstrem,
radikal, dan teroris harus memiliki kesadaraan keagamaan dan kemanusiaan. Untuk itu,
esensinya agama adalah fitrah untuk saling menguatkan hubungan antar persaudaraan
kemanusiaan yang bersumber dari akar perdamaian.

Budaya Damai

Indonesia adalah negara yang memiliki beragama kebudayaan di tengah pluralitas


agama. Pun setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri tentang adat istiadat tersebut,

11
budaya yang berkembang hingga saat ini menunjukkan semua agama kain berkomitmen
menjaga kerukuran umat beragama dan membudayakan budaya damai.
Misi kenabian tidak lain adalah perdamaian yang ditegaskan oleh Imam Abu Hamid al-
Ghazali melalui pernyataannya sebagai berikut “Salam (perdamaian) adalah salah satu
nama Allah SWT yang indah, Dia telah titipkan pada seluruh makhluk-Nya agar mereka
mengimplementasikan kandungan maknanya dalam kehidupan sehari-hari” [Abdul
Muqsith Ghazali, dkk, hal. 23]
Pesan al-Ghazali memberikan catatan penting terkait urgensi perdamaian sebagai
bentuk keindahan kehidupan umat beragama. Di sisi lain, apabila agama menjadi
tiangnya negara setidaknya dapat menjaga kebersamaan. Sedangkan negara memiliki
tanggung jawab untuk menjaga perdamaian tanpa mengulang kembali fenomena
kekerasan.
Agama pada intinya menegakkan perdamaian yang membangun komitmen persatuan
dan merangkul semua golongan. Islam sebagai salah satu agama yang mayoritas di
Indonesia merupakan kunci dan aktor keberhasilan kita untuk hidup damai.

F. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah swt.
Oleh sebab itu manusia selalu membutuhkan panutan untuk menjalankan kehidupannya
masing-masing. Manusia tidak akan pernah merasa puas atas apa yang telah mereka
miliki, oleh karena itu manusia harus memenuhi kebutuhan hidupnya dengan kebutuhan
pokok seperti kebutuhan primer, skunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut harus
diiringi dengan keyakinan, manusia dapat mengatur hidupnya dengan adanya keyakinan
atau Agama yang mereka anut, oleh sebab itu agama merupakan salah satu kebutuhan
manusia yang juga tidak kalah penting dibandingkan dengan kebutuhan pokok tersebut.
Dengan memiliki Agama, manusia dapat mengendalikan segala sesuatu yang dihadapi
dalam kehidupannya, manusia dapat mengendalikan hawa nafsu mereka dengan aturan
keyakinan mereka masing-masing, kebutuhan manusia terhadap agama bukanlah
kebutuhan yang dianggap mudah, karna agama dapat membuat manusia meyakini apa

12
yang mereka lakukan dalam kehidupan mereka masing-masing, dalam Agama Islam
manusia memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan kodratnya, maka dalam agama
islam manusia dapat mengatur kehidupannya dengan baik.

Hayana Liswi. (2018). KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA.


PENCERAHAN, 12(2), 201-223. Retrieved from
http://jurnalpencerahan.org/index.php/jp/article/view/27

a) Fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan


b) merayakan kelahiran,menandaipergantian jenjang masa dewasa, mengesahkan
c) perkawinanserta kehidupan berkeluarga, dan melapangkan jalan dari kehidupan
kini menuju kehidupan yang akan datang.

Agama juga memberikan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan-


pertanyaan yangmembingungkan, seperti bagaimana kehidupan dimulai, mengapa
orangmenderita, apa yangterjadi terhadap manusia jika sudah mati.
Mengingatsemuanya ini kiranya tidak mengherankan jikaagama memberikanbanyak
inspirasi terhadap karya- karya terbesar dunia ini seperti dalamseni, musik dan
literatur.

1. Prinsip- prinsip dalam agama adalah penghilangan Kesempitan dan


menimalisasi taklif yang menyiratkan adanya keterkaitan Ajaran agama dengan
kemaslahatan hamba sepanjang sejarahnya. Tak Hanya itu kenyataan seperti itu
juga mengindikasikan bahwa hukum Tuhan dalam pengertiannya yang
substantif bukanlah postulat- postulat teks yang sangat transenden. Sebaliknya,
hukum Tuhan merupakanRangkaian panjang proses pemaknaan teks itu sendiri
melalui mekanisme Aktualisasinya sesuai kontekskemaslahatan umat. Dengan
kata lain, rumusan hukum Tuhan bukanlah bentuk jadi dari Wahyu verbal yang
masih bersifat umum dan sangat transenden. Sebaliknya, hukum Tuhan
merupakan akumulasi dari rangkaian Pemaknaan teks secara kreatif dan dinamis

13
untuk merespons aneka Persoalan sesuai konteks masalah. Karena itu, dalam
tataran praksisnya Hukum Tuhan mengalami proses evolusi dari yang
transendental dan Global menjadi diktum- diktum hukum operasional yang amat
teknis Mengatur beragam persoalan kemanusiaan sesuai konteks sosio- historis
Masing- masing komunitas hukum.
2. Fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan manusia sebagai Pedoman,
aturan dan undang- undang Tuhan yang harus di taati dan mesti Dijalankan
dalam kehidupan. Agama sebagai way of life, sebagai Pedoman hidup yang
harusdiberlakukan dalam segala segi kehidupan. Orang yang beragama dapat
mendisiplinkan dirinya sendiri, menguasai Nafsunya sesuai dengan ajaran
agama. Orang yang beragama cendrung Berbuat baik sebanyak- banyaknya,
dengan hartanya, tenaganya dan Pikirannya. Dan dia akan berusaha sehabis daya
upayanya untuk Menghindarkan dirinya dari segala perbuatan yang keji dan
munkar. Selain itu agama merupakan unsur mutlak dalam pembinaan karakter
Pribadi dan membangun kehidupan sosial yang rukun dan damai.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa masayarakt adalahKumpulan dari


individu- individu. Masyarakat akan baik, manakala terdiri Dari pribadi- pribadi yang
baik. Pribadi yang baik hanya dapat dibina Melalui ajaran agama. Oleh sebab itu orang
yang beragama, walau tidakAda orang yang tahu, ia tetap berbuat baik dan menjaga diri
dari yang Dilarang Tuhan, karena ia yakin bahwa ia tetap diawasi Tuhan. Maka Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa agama sangat berfungsi dam Memiliki kedudukan
yang strategis dalam menata kehidupan manusia Untuk mendapatkan kesemalatan
dirinya dan kemaslahatan bagi orang Lain.

d) latar belakang perlunya manusia beragama


Sekurang- kurangnya ada tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap
agama. Ketiga alasan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut yaitu:

Pertama, fitrah manusia. Dalam konteks hal ini di antara ayat al-Qur’an dalam surat ar-
Rum ayat 30 bahwa ada potensi fitrah beragama yang terdapat pada manusia. Dalam hal

14
ini dapat ditegaskan bahwa insan adalah manusia yang menerima pelajaran dari Tuhan
tentang apa yang tidak diketahuinya. Manusia insan secara kodrati sebagai ciptaan
Tuhan yang sempurna bentuknya dibanding dengan makhluk lainnya sudah dilengkapi
dengan kemampuan mengenal dan memahami kebenaran dan kebaikan yang terpancar
dari ciptaan-Nya. Lebih jauh Musa Asy’ari dalam buku Manusia Pembentuk
Kebudayaan dalam al-Qur’an yang dikutip oleh Nata bahwa pengertian manusia yang
disebut insan, yang dalam al-Qur’an dipakai untuk menunjukkan lapangan kegiatan
manusia yang amat luas adalah terletak pada kemampuan menggunakan akalnya dan
mewujudkan pengetahuan konseptualnya dalam kehidupan konkret. Hal demikian
berbeda dengan kata basyar yang digunakan dalam al-Qur’an untuk menyebut manusia
dalam pengertian lahiriyahnya yang membutuhkan makan, minum, pakaian, tempat
tinggal, hidup yang kemudian mati. Informasi mengenai potensi beragama yang dimiliki
oleh manusia Itu dapat dijumpai dalam ayat 172 surat al- A’raf bahwa manusia secara
fitri merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama. Hal demikian
sejalan dengan hadits Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa setiap anak yang
dilahirkan memiliki fitrah (potensi beragama). Bukti historis dan atropologis bahwa
pada manusia primitif yang padanya tidak pernah datang ini formasi mengenai Tuhan,
ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan, sungguh pun Tuhan yang mereka percayai
itu terbatas pada daya khayalnya. Mereka misalnya, mempertuhankan pada benda-
benda alam yang menimbulkan kesan misterius dan mengagumkan. Kepercayaan yang
demikian selanjutnya disebut dengan Dinamisme. Beberapa hipotesis yang diajukan
mengenai pertumbuhan agama Pada manusia. Sebagian mengatakan bahwa agama
adalah produk rasa takut dan sebagai akibatnya terlintaslah agama dalam kehidupan
manusia. Hipotesis lainnya mengatakan bahwa agama adalah produk dari Kebodohan.
Hal ini sesuai dengan wataknya selalu cenderung untuk mengetahui sesuatu yang terjadi
di alam ini. Hipotesis lainnya Mengatakan bahwa agama adalah pendambaannya kepada
keadilan dan Keteraturan, ketika manusia menyaksikan banyaknya kezaliman dan
Ketidakadilan dalam masyarakat dan alam. Agama mengambil bagian Pada saat-saat
yang paling penting dan pada pengalaman hidup. Agama mengesahkan perkawinan,
agama berada dalam kehidupan pada saat-saat yang khusus maupun pada saat-saat yang

15
paling mengerikan.“Dengan demikian manusia sepanjang masa senantiasa beragama,
karena manusia adalah makhluk yang memiliki fitrah beragama yang oleh C.G.Jung
disebut naturaliter religiosa (bakat beragama)”. Dari uraian tersebut dapat ditegaskan
bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama karena dalam diri manusia sudah
terdapat potensi untuk beragama. Potensi beragama ini perlu pembinaan, pengarahan,
pengembangan dengan cara mengenalkan agama kepada setiap manusia.

Kedua, kelemahan dan kekurangan manusia. Menrut Quraish Shihab, bahwa dalam
pandangan al-Qur’an, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi
menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu
sisi dalam manusia inilah yang oleh al-Qur’an dianjurkan untuk diberi perhatian lebih
besar. Di Antara ayat yang menjelaskan hal ini terdapat dalam surat al-Syams ayat 7-8,
bahwa “Demi nafs serta penyempurnaan ciptaan, Allah mengilhamkan kepadanya
kafasikan dan ketaqwaan”. Menurut Quraish Shihab bahwa kata mengilhamkan berarti
Potensi agar manusia melalui nafs menangkap makna baik dan buruk. Di Sini berbeda
dengan terminologi kaum Sufi bahwa nafs adalah sesuatu yang melahirkan sifat tercela
dan perilaku buruk dan dalam hal ini sama dengan pengertian yang terdapat dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia. Lebih jauh Qurash Shihab berpendapat bahwa
kendatipun nafs berpotensi positif dan negatif, namun diperoleh pula isyarat bahwa
pada hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat dari potensi negatifnya, hanya saja
dorongan dan daya tarik keburukan lebih kuat dari pada daya tarik kebaikan. Dalam
literatur teologi Islam kita jumpai pandangan kaum Mu’tazilah yang rasionalis, karena
banyak mendahulukan akal dalam memperkuat argumentasinya dari pada wahyu.
Namun demikian, mereka sepakat bahwa manusia dengan akalnya memiliki kelemahan.
Akal memang dapat mengetahui yang baik dan buruk, tetapi tidak semua yang baik dan
buruk dapat diketahui oleh akal. Dalam hubungan ini, kaum Mu’tazilh mewajibkan
kepada Tuhan agar menurunkan wahyu denagan tujuan agar kekurangan akal dapat
dilengkapi oleh wahyu dalam ini Agama. Dengan demikian secara tidak langsung kaum
Mu’tazilah memandang bahwa manusia memerlukan wahyu (agama).

16
Ketiga, tantangan manusia. Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama
karena manusia dalam kehidupannya menghadapi berbagai tantangan baik yang datang
dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu
dan bisikan setan (lihat QS 12:5; 17:53). Sedangkan tantangan dari luar dapat Berupa
rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin
memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga dan
pikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang di dalamnya
mengandung misi menjauhkan manusia dari tuhan. Kita misalkan membaca ayat yang
berbunyi “ Sesungguhnya orang- orang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi orang dari jalan Allah (QS Al-Anfal,36). Berbagai bentuk budaya,
hiburan, obat- obat terlarang dan lain sebagainya dibuat dengan sengaja.” Pada zaman
semakin sekuler ini Agama memainkan peranan penting terhadap kehidupan berjuta-
juta manusia. Untuk itu upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan
mengajarkan mereka agar taat menjalankan Agama. Godaan dan tantangan hidup
demikian itu, sangat meningkat, sehingga upaya mengagamakan masyarakat menjadi
penting.

BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Di dunia ini ada banyak sekali agama atau kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat diseluruh dunia. Yang dimana pada agama agama itu memiliki ciri dan
ruang lingkup yang berbeda. Bahwa pada hakekatnya agama terutama islam merupakan
sumber moral utama dalam kehidupan bermasyarakat karena di dalam agama diajarkan
mana akhlak yang baik dan mana akhlak yang buruk dan apa yang dilarang dan apa
yang diperbolehkan. Setiap agama didunia ini, termasuk islam selalu mengajarkan

17
perdamaian. Dan peperangan yang mengatasnamakan agama, sesungguhnya berasal dari
oknum orang beragama yang beragama hanya berlandaskan nafsu, kebodohan dan
kebencian kepada kelompok lain tanpa menggunakan hati dan akal sehat. Tuhan
menurunkan agama untuk kepentingan manusia. Agama mengandung arti ikatan yang
harus dipegang dan dipatuhi oleh manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar
terhadap kehidupan manusia. Ikatan itu berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari
manusia, sebagai fitrah yang diberikan Tuhan kepada hamba-Nya.
Agama sangat berguna dan mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan
manusia, yaitu agama merupakan unsur mutlak dalam pembinaan karakter pribadi dan
membangun kehidupan sosial yang rukun dan damai, mendidik agar memiliki jiwa
yang tenang, membebaskan dari belenggu perbudakan, berani menegakkan
kebenaran, memiliki moral yang terpuji dan agama dapat mengangkat derajat
manusia lebih tinggi dari makhluk Tuhan yang lain.

Kebutuhan manusia terhadap agama didasari oleh beberapa faktor dominan,


yaitu faktor fitrah, kekurangan dan kelemahan manusia dan faktor tantangan yang
dihadapinya. Oleh karena itu agama adalah paket yang sangat dan amat dibutuhkan
oleh manusia.

B. SARAN

Kami berharap sekiranya makalah kami bisa berguna secara khusus untuk
Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung dan secara umum untuk semua
kalangan masyarakat. Sehingga memperluas pengetahuan dan tidak memberikan
pandagan pada agamahanya pada satu sisi saja, karena pada dasarnya banyak pandangan
yang bisa kita gunakan untuk melihat atau memahami agama.

18
19

Anda mungkin juga menyukai