Anda di halaman 1dari 36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Jayawijaya

Kabupaten Jayawijaya dibentuk berdasarkan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1969, tentang pembentukan Provinsi Otonom Irian

Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat.

Berdasarkan pada Undang-undang tersebut, Kabupaten Jayawijaya

terletak pada garis meridian 138o30’ – 139o40’ Bujur Timur dan 3o45’ –

4o20’ Lintang Selatan yang memiliki daratan seluas 13.925,31 km2.

Kabupaten Jayawijaya adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua,

Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Wamena (Lembah Baliem).

Kabupaten ini berbatasan dengan kabupaten Membramo Tengah,

Kabupaten Yalimo, dan Kabupaten Tolikara disebelah Utara. Sebelah

selatan berbatasan dengan Kabupaten Nduga dan Kabupaten yahukimo,

sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Yahukimo dan

Yalimo, sebelah barat adalah Kabupaten Nduga dan Kabupaten Lanny

Jaya.

Sejak tahun 2011, kabupaten dengan wilayah seluas 13.925, 31

km2 ini terbagi menjadi 40 Distrik/Kecamatan. Kabupaten Jayawijaya

merupakan satu-satunya Kabupaten di Provinsi Irian Barat (pada saat itu)

yang wilayahnya tidak bersentuhan dengan bibir pantai.

Kabupaten Jayawijaya terletak pada garis meridian 138.30º -

139.40º BT dan 3.45º - 4.20º LS dengan ketinggian 1.650 di atas

83
84

permukaan laut yang memiliki daratan seluas 13.925,31 km2, dengan

batas wilayah sebagai berikut :

- Utara : Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Yalimo dan

Kabupaten Tolikara

- Selatan : Kabupaten Nduga dan Kabupaten Yahukimo

- Barat : Kabupaten Lanny Jaya dan Kabupaten Nduga

- Timur : Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Yalimo

Kabupaten dengan wilayah seluas 13.925, 31 km2 (Jayawijaya

dalam angka, 2014) Terdiri dari 11 distrik pada tahun 2010 Selanjutnya

pada tahun 2011 di wilayah Kabupaten Jayawijaya terjadi pemekaran

Daerah Otonomi Khusus yang menghasilkan 40 Distrik yang terdiri dari

4 Kelurahan dan 328 Kampung.

Gambar 4.1
Peta Kabupaten Jayawijaya

Sumber : Kabupaten Jayawijaya Dalam Angka, 2014

Berdasarkan data statistik (BPS) jumlah penduduk Kabupaten

Jayawijaya dari hasil registrasi penduduk pada tahun 2014 sebesar


85

203.085 jiwa. Jumlah tersebut tersebar di seluruh wilayah Kecamatan

yang ada di Kabupaten Jayawijaya. Persebaran penduduk terbanyak

terdapat di Distrik Wamena yaitu sebanyak 44.209 jiwa (22,77 %). Salah

satu penyebab besarnya jumlah penduduk di distrik ini adalah karena

Wamena merupakan Ibu kota Kabupaten Jayawijaya, sedangkan jumlah

penduduk terkecil terdapat di Distrik Koragi sebanyak 780 Jiwa (0,38

%). Pada Distrik Musatfak, Distrik Wame, Distrik Popugoba dan Distrik

Wesaput jumlah penduduk yang diperoleh terbagi atas empat distrik

didalamnya dikarenakan keempat distrik ini merupakan hasil distrik

pemekaran dari distrik induk musatfak sehingga data jumlah penduduk

masih berada pada Distrik Induk dari keseluruhan jumlah penduduk.

Kabupaten Jayawijaya berada di hamparan Lembah Baliem,

sebuah lembah aluvial yang terbentang pada areal ketinggian 1.650 m di

atas permukaan laut. Temperatur udara bervariasi antara 14,5 derajat

Celcius sampai dengan 24,5 derajat Celcius. Dalam setahun rata-rata

curah hujan adalah 1.900 mm dan dalam sebulan terdapat kurang lebih

16 hari hujan. Musim kemarau dan musim penghujan sulit dibedakan.

Berdasarkan data, bulan Maret adalah bulan dengan curah hujan terbesar,

sedangkan curah hujan terendah ditemukan pada bulan Juli.

Berdasarkan hasil pencatatan Balai Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika Kabupaten Jayawijaya selama 4 tahun terakhir dapat dilihat

pada tabel 4.1 di bawah ini.


86

Tabel 4.1
Keadaan Iklim Kabupaten Jayawijaya

Uraian Tahun
2011 2012 2013 2014
1 2 3 4 5
Kelembaban Udara Rata-rata 78,25 % 79,33% 79% 78,2%
Rata-rata tekanan udara 834 mb 834,61mb 834,2mb 834,2mb
Suhu udara rata-rata 14,85 ° C 19,46° C 19,4 °C 18,82 C
Suhu minimun 14,85 ° C 12,55 ° C 14,8°C 14,5 C
Suhu maksimum 31,9 ° C 28,75 ° C 26°C 28,65 C
Sumber : Kabupaten Jayawijaya Dalam Angka, 2014

Rata-rata jumlah hari hujan di Kabupaten Jayawijaya selama 1

bulan ada sekitar 22 hari. Pada bulan April, hujan hampir terjadi dalam

satu bulan (26 hari). Diperkirakan bahwa di Jayawijaya kerap terjadi

hujan. Hal ini bisa saja terjadi karena kondisi topografi yang bergunung –

gunung dan masih banyak perbukitan sehingga sulit membedakan musim

secara jelas.

Bentang alam Kabupaten Jayawijaya merupakan areal pedataran,

perbukitan dan pegunungan dengan kelerengan beragam, mulai 0%

sampai lebih dari 40%. Kelerangan wilayah ini diklasifikasikan menjadi

5 (lima) kelas, seperti tampak pada gambar di bawah.


87

Grafik 4.1
Kondisi Kemiringan Wilayah Kabupaten Jayawijaya

0-8%

˃8-15%

˃40%

Datar
˃15-
25% Landai
Agak Curam

˃25-40% Curam
Sangat Curam

Sumber : RTRW Kab. Jayawijaya, 2014

Wilayah Kabupaten Jayawijaya selain berupa daerah kemiringan

klasifikasi sangat curam lebih dari 40 persen, juga merupakan daerah

rawan terhadap bencana sedangkan sisanya merupakan daerah datar dan

landai (lembah) yang cukup potensial sebagai lahan usaha pertanian dan

pemukiman. Wilayah yang relatif datar yaitu sebesar (0-8%) dan

merupakan pusat kegiatan pertanian penduduk adalah wilayah DAS

Baliem. Sungai–sungai di Kabupaten Jayawijaya termasuk jenis sungai

gletsier, dengan pola sungai yang deras airnya dimana pola sungai seperti

ini dapat mengakibatkan pengikisan tanah sepanjang alur sungai, proses

sedimentasi dan banjir sepanjang cakupan sungai. Pola aliran air

permukaan trellis dan sub dendritik dan alirannya ada yang interminfent

dan permanen mengalir sepanjang tahun dan pada umumnya bermuara ke

wilayah selatan Papua.


88

2. Gambaran Umum Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


Kabupaten Jayawijaya

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan unsur

pelayanan administrasi dan pemberian dukungan terhadap tugas dan fungsi

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jayawijaya. Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dipimpin oleh seorang Sekretaris yang dalam

melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Pimpinan DPRD Kabupaten Jayawijaya dan secara

administratif bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mempunyai tugas

menyelenggarakan administrasi kesekretariatan dan keuangan, mendukung

pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, serta menyediakan dan mengoordinasikan

tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan hak dan fungsinya

sesuai dengan kebutuhan.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimanan tersebut pada Pasal 3

Peraturan Bupati ini, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mempunyai

fungsi:

a. Penyelenggaraan administrasi kesekretariatn DPRD Kabupaten;

b. Penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD Kabupaten;

c. Fasilitasi penyelenggaraan rapat DPRD Kabupaten;

d. Penyediaan dan pengoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD

Kabupaten.

Susunan Organisasi Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terdiri

dari :

a. Sekretaris DPRD
89

b. Bagian Umum, membawahi :

1) Sub Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian

2) Sub Bagian Keprotokolan dan Humas

3) Sub Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga

c. Bagian Persidangan, Fasilitasi Produk Hukum dan Dokumentasi,

membawahi :

1) Sub Bagian Persidangan

2) Sub Bagian Fasilitasi Produk Hukum

3) Sub Bagian Dokumentasi

d. Bagian Perencanaan dan Keuangan, membawahi :

1) Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi

2) Sub Bagian Verifikasi dan Perbendaharaan

3) Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan

e. Kelompok Jabatan Fungsional

Berdasarkan susunan organisasi yang ditetapkan melalui peraturan bupati

Nomor 41 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jayawijaya yang dibagi ke dalam 5 Bagian,

maka tugas pokok dan fungsi dijelaskan sebagai berikut :

a. Sekretaris DPRD

Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mempunyai tugas

pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan

menyelenggarakan administrasi kesekretariatan dan keuangan, mendukung

pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, serta menyediakan dan


90

mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD dalam

melaksanakan hak dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyelenggarakan

fungsi :

1) Penetapan kebijakan, koordinasi pelaksanaan kebijakan serta

pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan dibidang adminitrasi

kesekretariatan DPRD;

2) Penetapan kebijakan, koordinasi pelaksanaan kebijakan serta

pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan dibidang administrasi

keuangan

3) Penetapan kebijakan, koordinasi pelaksanaan kebijakan serta

pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan dibidang fasilitasi

penyelenggaraan rapat DPRD;

4) Penetapan kebijakan, koordinasi pelaksanaan kebijakan serta

pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan dibidang penyediaan dan

pengoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD.

b. Bagian Umum

Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di bidang administrasi

umum, kepegawaian, keprotokolan, humas, perlengkapan dan rumah

tangga.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Bagian

Umum menyelenggarakan fungsi :


91

1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan

kebijakan, serta pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang

administrasi umum dan Kepegawaian Sekretariat DPRD;

2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan

kebijakan, serta pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang

keprotokolan dan Humas Sekretariat DPRD;

3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan

kebijakan, serta pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang

perlengkapan dan rumah tangga;

4) Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

pokok dan fungsinya dan sesuai dengan peraturan perundangundangan

yang berlaku.

c. Bagian Persidangan, Fasilitas Produk Hukum dan Dokumentasi

Bagian Persidangan, Fasilitasi Produk Hukum dan Dokumentasi

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah di bidang fasilitasi penyelenggaraan

persidangan, produk hokum dan dokumentasi risalah-risalah rapat.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Bagian

Persidangan, Fasilitasi Produk Hukum dan Dokumentasi

menyelenggarakan fungsi :

1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan

kebijakan, serta pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang

penyelengaraan persidangan;
92

2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan

kebijakan, serta pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang

fasilitasi produk hukum;

3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan

kebijakan, serta pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang

dokumentasi risalah-risalah rapat;

4) Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

pokok dan fungsinya dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

d. Bagian Perencanaan dan Keuangan

Bagian Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah di bidang perencanaan, evaluasi dan pengelolaan keuangan.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Bagian

Perencanaan dan Keuangan menyelenggarakan fungsi :

1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan

kebijakan, serta pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang

perencanaan dan evaluasi;

2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan

kebijakan, serta pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang

pengelolaan keuangan;

3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan

kebijakan, serta pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang

akuntansi dan pelaporan;


93

4) Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

pokok dan fungsinya dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

e. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas Badan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Kelompok

Jabatan Fungsional sebagaimana ayat (1) pasal ini, dipimpin oleh seorang

tenaga fungsional senior yang ditunjuk yang berada dibawah dan

bertangggung jawab kepada Kepala Badan. Jumlah Tenaga Fungsional

sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini ditentukan berdasarkan

kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan Jenjang Jabatan Fungsional

sebagaimana tersebut pada ayat (1), diatur berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Uraian tugas kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud

ayat (1), adalah sebagai berikut :

1) menjabarkan program kerja yang diberikan oleh Sekretaris Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

2) melaksanakan tugas dan pekerjaan sesuai dengan jabatan/bidang tugas

dan keahlian yang dimiliki.

3) memberikan saran dan pertimbangan kepada Sekretaris baik diminta

ataupun tidak diminta sesuai lingkup tugas dan keahliannya.

4) mengadakan koordinasi dan sinkronisasi dengan unit kerja lainnya di

lingkungan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam rangka

mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.


94

5) menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang berhubungan

dengan bidang tugasnya dan menyusun saran tindak lanjut.

6) membuat laporan baik lisan maupun tertulis kepada Sekretaris sebagai

pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya.

7) melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

ketentuan yang berlaku.

B. Hasil Penelitian

1. Implementasi Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak


Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD
Kabupaten Jayawijaya

Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas

merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan undang-

undang. Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan

undang-undang dimana sebagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja

sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya meraih tujuan-tujuan

kebijkan atau program-program. Implementasi pada sisi lain merupakan

fenomena yang komplek yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses

keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome) (Winarno,

2007:144).

a. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Suatu tolak ukur dari suksesnya sebuah kebijakan di

implementasikan adalah dari tujuan dan bagaimana kebijakan itu

dilahirkan, dengan itu kinerja dari implementasi kebijakan dapat diukur

melalui tujuan dari kebijakan yang telah ada, sebuah kebijakan dapat
95

dikatakan berjalan dengan baik ialah apabila tujuan dan implementasi

kebijakan telah sesuai.

Dari dimensi ukuran dan tujuan kebijakan peneliti menilai

beberapa aspek yang terkandung di dalamnya, yaitu : Apa tujuan dari

Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan

Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD di Kabupaten Jayawijaya

dan apa standar dari keberhasilan Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017

tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD

di Kabupaten Jayawijaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Thony

M. Mayor, S.Pd, MM, selaku Sekretaris DPRD Kabupaten Jayawijaya

yang dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2019, menyatakan bahwa :

“Tujuan dari Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak


Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD
Kabupaten Jayawijaya untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
DPRD”.

Kemudian informan melanjutkan bahwa standar keberhasilan

dari implementasi Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak

Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten

Jayawijaya, berdasarkan hasil wawancara dengan Thony M. Mayor,

S.Pd, MM, selaku Sekretaris DPRD Kabupaten Jayawijaya yang

dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2019, menyatakan bahwa :

“Standarisasi dan ukuran dari berhasilnya Peraturan Daerah No.1


Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan
dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya adalah meningkatnya
kesejahteraan angota DPRD serta”

Senada dengan yang disampaikan oleh Thony M. Mayor, S.Pd,

MM, Kepala Bagian Umum Sekretariat DPRD Kabupaten Jayawijaya


96

Edison Wetipo SH, berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada

tanggal 17 Juni 2019, mengatakan bahwa :

“Tujuan dari Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak


Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD
Kabupaten Jayawijaya ialah agar pimpinan dan anggota DPRD
meningkat kesejahteraannya, sehingga akan berbanding lurus
dengan kinerja yang maksimal”

Kemudian, Kepala Bagian Umum Sekretariat DPRD Kabupaten

Jayawijaya Edison Wetipo SH, berdasarkan hasil wawancara yang

dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2019, mengatakan bahwa :

“Standarisasi atau tolak ukur dari keberhasilan Peraturan Daerah


No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif
Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya ialah
meningkatnya kesejahteraan anggota DPRD dan kinerja anggota
DPRD menjadi maksimal”.

Sementara itu, Yuspari Ponto, SE selaku Kasubbag Perencanaan

dan Evaluasi Sekretariat DPRD Kabupaten Jayawijaya, berdasarkan hasil

wawancara tanggal 18 Mei 2019, mengatakan bahwa :

“Sekretariat DPRD Kabupaten Jayawijaya dalam melaksanakan


fungsi pelayanan terhadap anggota DPRD harus mempunyai
dasar atau pedoman di dalam bekerja, begitu juga dengan hak
keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPRD,
Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan
Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten
Jayawijaya, ini merupakan dasar Sekretariat DPRD Kabupaten
Jayawijaya di dalam melakukan tindakan.

Kemudian, Yuspari Ponto, SE selaku Kasubbag Perencanaan dan

Evaluasi Sekretariat DPRD Kabupaten Jayawijaya, berdasarkan hasil

wawancara tanggal 18 Mei 2019, mengatakan bahwa :

“Kalau standar keberhasilan dari Peraturan Daerah No.1 Tahun


2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan
Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya, ialah terpenuhinya semua
Hak-hak keuangan dan administratif pimpinan dan angggota
DPRD sesuai dengan Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang
97

Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD


Kabupaten Jayawijaya”.

Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan hasil wawancara, hasil

peneliti atas dimensi ukuran dan tujuan kebijakan oleh narasumber

sebagai berikut :

Pertama, tujuan dari Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang

Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD

Kabupaten Jayawijaya ialah agar meningkat kesejahteraan pimpinan dan

anggota DPRD dan hal ini dijadikan pedoman oleh Sekretariat DPRD

Kabupaten Jayawijaya dalam melaksanakan hak keuangan dan

administratif pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya.

Kedua standar keberhasilan dari Peraturan Daerah No.1 Tahun

2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota

DPRD Kabupaten Jayawijaya adalah meningkatnya kesejahteraan

pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya, serta Sekretariat

DPRD dapat memenuhi hak-hak keuangan dan administratif pimpinan

dan anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya.

b. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana dalam Peraturan Daerah

No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan

dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya meliputi Satuan Kerja

Perangkat Daerah yang dalam hal ini adalah Sekretariat DPRD

Kabupaten Jayawijaya dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kabupaten Jayawijaya yang akan terlibat dalam implementasi

kebijakan.
98

Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan

akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok

dengan para agen pelaksananya. Misalnya, implementasi kebijakan

publik yang berusaha merubah perilaku atau tindakan manusia secara

radikal, maka agen pelaksana proyrk haruslah berkarateristik keras dan

ketat pada aturan serta sanksi hukum.

Sedangkan bila kebijakan publik itu tidak terlalu merubah

perilaku dasar manusia, maka dapat-dapat saja agen pelaksana yang

diturunkan tidak sekeras dan tidak setegas pada gambaran yang pertama,

selain itu cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga

diperhatikan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin

luas cakupan implementasi kebijakan, maka semakin besar pula agen

yang dilibatkan. Dalam dimensi karakteristik peneliti menilai beberapa

aspek yang terkandung di dalamnya, karakteristik agen pelaksana,

standar operasional sistem dan sanksi.

Pertama, karakateritik agen pelaksana Peraturan Daerah No.1

Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan

Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya dalam hal ini pihak-pihak yang

terlibat yaitu antara lain pegawai Sekretariat DPRD Kabupaten

Jayawijaya dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Jayawijaya.

Peran atau karakateristik dari agen pelaksana impelemtasi

Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan

Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya di

Sekretariat DPRD Kabupaten Jayawijaya yaitu melibatkan berbagai

pihak baik itu dari dinas terkait. Berikut pernyataan dari Thony M.
99

Mayor, S.Pd, MM, selaku Sekretaris DPRD Kabupaten Jayawijaya,

berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 17 Juni

2019, menyatakan bahwa :

“Dalam penyusunan anggaran hak keuangan dan administratif


pimpinan dan anggota DPRD kita sudah susun berdasarkan
Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan
Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten
Jayawijaya, namun pada kenyataannya sering disesuaikan
kembali oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Jayawijaya dengan memperhatikan kesediaan
anggaran”.

Sumarni, selaku staf pada Subbag Perbendaharaan, beradasarkan

hasil wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2019,

menyatakan bahwa :

“Pelaksanaan Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak


Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD
Kabupaten Jayawijaya sudah sesuai sebagaimana peraturan yang
berlaku”.

Dari kutipan wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

pelaksanaan Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan

dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya

sudah sesuai dengan sebagaimana peraturan yang berlaku penyusunan

anggaran hak keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPRD

dilakukan sesuai dengan Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak

Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten

Jayawijaya dan disesuaikan dengan keadaan keuangan pemerintah

daerah.

c. Lingkungan Eksternal (Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik)

Kinerja dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks

sosial, ekonomi serta politik dari tempat kebijakan dilaksanakan.


100

Beradasarkan hasil penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat

diketahui bahwa lingkungan eksternal menjadi faktor determinan dalam

keberhasilan Peraturan Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan

dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya.

Untuk mengetahui bagaimana kondisi ekonomi, sosial dan politik

dari pegawai di Sekretariat DPRD Kabupaten Jayawiajaya dan

pengeruhnya terhadap pelaksanaan hak keuangan dan administratif

pimpinan dan anggota DPRD sebagaimana tertuang dalam Peraturan

Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif

Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Peraturan Daerah


No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif
Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya

Secara umum pengimplementasian Peraturan Daerah No.1 Tahun

2017 tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD

Kabupaten Jayawijaya, dapat dikatakan belum optimal bahkan belum

menyentuh sasaran penerapan kebijakan tersebut, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi implementasi kebijakan ini di lapangan yang dibagi ke dalam

2 (dua) faktor yaitu faktor penghambat dan faktor pendukung yang dapat

digaris bawahi sebagai berikut :

a. Faktor Penghambat

1) Komunikasi

Menurut salah satu infoman kunci kurangnya

komunikasi antara Dinas dengan para implementor di bawahnya

merupakan penyebab belum disosialisasikannya Peraturan

Daerah No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan


101

Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten

Jayawijaya tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumiyanti

selaku staf pada Subbag Perbendahaaran, wawancara

dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2019 mengatakan bahwa :

“Disini proses penentuan anggaran Peraturan Daerah


No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan
Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten
Jayawijaya sudah jelas uraiannya pada Peraturan Daerah
No.1 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan
Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten
Jayawijaya, sehingga memudahkan kami sdalam proses
penganggaran”.

Dengan komunikasi yang efektif, diantara para

implementor kebijakan diyakini mampu menghilangkan

kesenjangan yang terjadi antara kebijakan dan implementasinya

di lapangan sehingga tujuan dari kebijakan dapat tercapai dan

terdapat perubahan yang signifikan sebagai akibat dari

pengimplementasian kebijakan yang baik dan sistematis.

2) Struktur Birokrasi

Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap implementasi kebijakan. Aspek struktur organisasi ini

melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu

sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi

kebijakan biasanya yang sudah dibuat Standart Operation

Procedur (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap

implementor dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan

tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua

adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang


102

dan terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan

dan menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks

yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi

menjadi tidak fleksibel.

Sekretariat DPRD Kabupaten Jayawijaya, peranan

sekretaris yang relevan dengan batasan permasalahan

diantaranya merumuskan sasaran yang hendak dicapai

berdasarkan skala prioritas dan dana yang tersedia sebagai dasar

dalam pelaksanaan tugas serta merumuskan sasaran yang

hendak dicapai berdasarkan skala prioritas dan dana yang

tersedia sebagai dasar dalam pelaksanaan anggaran hak

keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPRD

dilaporkan kepada Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah Kabupaten Jayawijaya, sehingga dapat disimpulkan

bahwa anggaran yang ditetapkan dalam renstra Sekretariat

DPRD Kabupaten Jayawijaya sudah melalui SOP yang sudah

baku.

b. Faktor Pendukung

1) Disposisi/Sikap Pelaku Implementor

Faktor selanjutnya, merupakan hal yang tak kalah

penting dari faktor sebelumnya. Sikap atau perilaku

implementor sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi

kebijakan publik. Dalam hal ini kebijakan Hak Keuangan dan

Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten


103

Jayawijaya melalui pengamatan, dapat disimpulkan bahwa

sebenarnya para implementor sangat antusias dalam

menjalankan kebijakan tersebut.

2) Sumberdaya

Selanjutnya, dalam permasalahan ini faktor sumber daya

manusiapun (SDM) nampaknya memegang peranan penting.

Terbukti beberapa kali wawancara dengan informan baik

informan kunci maupun informan umum, khususnya para

implementor, mereka mengetahui isi kebijakan ini secara umum,

sehingga untuk memperjuangkan bagaimana kebijakan ini bisa

diimplementasikan bagitu serius.

3) Sarana dan Prasarana

Faktor sarana dan prasarana dapat dilihat cukup memadai

dalam mendukung impelemntasi kebijakan. Sebagai contoh

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Jayawijaya memiliki ruangan pertemuan yang luas, alat-alat

komputer dan multi media, sehingga dapat dikatakan bahwa

faktor sarana dan prasarana bukanlah menjadi faktor penghambat

berjalanya impelementasi Hak Keuangan dan Administratif

Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya.

Berdasarkan pengamatan peneliti dan didukung oleh data

wawancara dengan Sekretaris DPRDKabupaten Jayawijaya

memiliki sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam

mendukung keberhasilan implementasi Hak Keuangan dan


104

Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten

Jayawijaya. Sarana dan prasarana merupakan kebutuhan

mendasara dalam keberhasilan implementasi kebijakan publik,

oleh karena itu kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki

oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Jayawijaya dan Sekretariat DPRD Kabupaten Jayawijaya

merupakan faktor pendukung di dalam keberhasilan

implementasi Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan

Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya di Kabupaten

Jayawijaya.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, maka dapat

diketahui bahwa implementasi Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan

dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya ini hampir terpenuhi, walaupun

masih ada lapisan masyarakat yang belum mengetahui program ini. Namun

apabila dikaitkan dengan pernyataan Van Metter dan Van Horn (Winarno,

2002:102) yang membatasi implementasi publik sebagai tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah

maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya, maka apakah

implementasi kebijakan Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan

Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya telah mencapai tujuan ? dapat

dikatakan bahwa tujuan Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan

Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya belum tercapai sepenuhnya. Hal ini


105

dapat dilihat dari pencapaian tujuan Hak Keuangan dan Administratif

Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya.

Keberhasilan implementasi sebuah kebijakan salah satu faktor yang

menentukannya adalah komunikasi. Menurut George Edwar III (1980) dalam

faktor komunikasi terdapat 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan, yaitu

transmisi, clearity, consistency. Dari hasil penelitian dalam hubungan

komunikasi dengan pelaksanaan kebijakan Hak Keuangan dan Administratif

Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya, terdapat beberapa

faktor pendorong dan penghambat.

Beberapa faktor pendorong tersebut adalah :

a. Adanya sosialisasi yang dilakukan oleh Tim Kabupaten.

b. Pencapaian informasi dari pembuat kebijakan ke pelaksanan

kebijakan berjalan lancar.

c. Terdapat konsistensi dalam pencapaian pesan/perintah kebijakan

artinya tidak terdapat perintah yang bertentangan.

Sedangkan faktor penghambat dalam komunikasi ini adalah sosialisasi

mengenai kebijakan Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota

DPRD Kabupaten Jayawijaya belum optimal, sehingga pemahaman

masyarakat mengenai kebijakan Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan

dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya masih kurang memahami.

Peran penting sumber daya dalam implementasi suatu kebijakan

disampaikan oleh Hessel (2003:55) sebagai berikut : “Komando implementasi

mungkin ditransmisikan secara akurat, jelas dan konsisten, namun jika para
106

implementor kekurangan sumber daya yang perlu untuk menjalankan

kebijakan, implementasi adalah mungkin tidak efektif”.

Sesuai dengan pernyataan di atas Islami (1998:34) juga mengatakan

bahwa pentingnya kesiapan agen pelaksana atau sumber daya dalam

melaksanakan suatu kebijakan tidak lepas dari sumber daya yang memadai

bahwa para pelaksana harus disuplai dengan resources yang cukup, seperti

human resources (staf dalam jumlah dan kualifikasi yang memadai dengan

hak dan kewajiban sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawabnya),

financial, technological resources, maupun psychological resources.

Dari hasil penelitian dalam hubungan sumber daya manusia dengan

pelaksanaan kebijakan Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan

Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya terdapat beberapa faktor pendorong

dan penghambat. Beberapa faktor pendorong adalah :

a. Adanya kemampuan pelaksana kebijakan Hak Keuangan dan

Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya

dalam melakukan identifikasi dan menyelesaikan masalah dalam

pelaksanaan kebijakan Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan

Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya.

b. Kelengkapan sarana/prasarana dalam mendukung kebijakan Hak

Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten

Jayawijaya.

Sedangkan faktor penghambat dalam sumber daya manusia adalah

rendahnya pendidikan, sehingga pemahaman pelaksana mengenai Hak


107

Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten

Jayawijaya kurang.

Peran penting sikap pelaksana dalam implementasi suatu kebijakan

disamping juga oleh Hassel (2003:90) sebagai berikut : “Jika para

implementor memperhatikan terhadap suatu kebijakan khusus, maka

dimungkinkan bagi implementor untuk melakukan sebagaimana yang

dimaksudkan para pembuat keputusan. Namun ketika sikap atau perspektif

implementor ini berbeda dari para pembuat keputusan, proses

mengimplementasikan sebuah kebijakan menjadi secara pasti lebih sulit”.

Pendapat Hessel di atas menunjukkan bahwa meskipun para pelaksana

kebijakan memiliki kemampuan untuk melaksanakan sebuah kebijakan,

namun ketika para implementor tidak setuju terhadap kebijakan, akan

mengarah untuk tidak melakukan. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan

kebijakan Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD

Kabupaten Jayawijaya. Hasil penelitian terhadap sikap pelaksana terdapat

beberapa faktor pendorong dan penghambat. Beberapa faktor pendorong

tersebut adalah :

a. Adanya persepsi pelaksana yang mendukung kebijakan Hak Keuangan

dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya.

b. Adanya tindakan dan langkah-langkah nyata dari pelaksana kebijakan

Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD

Kabupaten Jayawijaya, berupa penyusunan rencana kerja dan

penyusunan anggaran.
108

Sedangkan faktor penghambat dalam sikap pelaksana adalah kurang

responnya para pelaksana kebijakan Hak Keuangan dan Administratif

Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya yang menganggap

kebijakan program Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota

DPRD Kabupaten Jayawijaya adalah sebuah kebijakan rutin belaka.

Pengertian birokrasi menunjuk pada suatu organisasi yang

dimaksudkan untuk mengerahkan tenaga dengan teratur dan terus menerus,

untuk mencapai sustu tujuan tertentu. Dengan lain perkataan, birokrasi adalah

organisasi yang bersifat heirarkis, yang ditetapkan secara rasional untuk

mengkoordinir pekerjaan orang-orang untuk kepentingan pelaksanaan tugas

administratif. Dalam mengimpelementasikan sebuah kebijakan seharusnya

struktur birokrasi yang ada turut mendukung dan berusaha semaksimal

mungkin dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan di dalam

kebijakan yang ada, karena kebijakan yang baik dan bagus dalam tataran

konsep belum tentu berhasil dan bermanfaat sesuai dengan tujuan apabila

diimplementasikan tanpa dukungan semua aktor dan dapat mengakibatkan

kegagalan bila tidak memperhatikan semua faktor yang berpengaruh terhadap

implementasi sebuah kebijakan.

Dari hasil penelitian dalam hubungan struktur organisasi dengan

pelaksanaan kebijakan Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan

Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya, terdapat beberapa faktor pendorong

dan penghambat. Faktor pendorong tersebut adalah sudah terbentuknya

struktur organisasi berupa tim yang mengelola dana Hak Keuangan dan

Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya.


109

Sedangkan faktor penghambat dalam sumber daya ini adalah belum adanya

pembagian tugas, serta kurangnya koordinasi tim pelaksana.

Lingkungan diartikan sebagai semua faktor yang berada di luar

organisasi, atau semua yang berada di luar batas organisasi. Lingkungan ini

mencakup lingkungan umum (general environment) yang mempengaruhi

organisasi secara tidak langsung, atau kurang begitu dirasakan secara

langsung seperti kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hukum serta

lingkungan khusus (spesific environment) yang memiliki pengaruh yang

terasa langsung seperti pelanggan, pemasok, pesaing, pemerintah, serikat

pekerja, asosiasi perdagangan dan kelompok penekan. (Robin, dalam Keban,

2004:163)

Pengaruh lingkungan lebih lanjut disampaikan oleh Ian Mitroff

(Keban, 2004:170) yang menyatakan bahwa suatu organisasi adalah suatu

sistem sosial yang antara lain merupakan (1) kumpulan stakeholders internal

dan eksternal; (2) setiap stakeholders bersifat khas, berbeda satu dengan lain;

(3) yang memiliki network antara satu dengan yang lain; (4) perubahan

strategi akan menggeser hubungan antar stakeholders; (5) hubungan antara

setiap stakeholders dapat bersifat komando, persuasif, tawar menawar,

negoisasi, sharing atau debat, dan sebagainya; (6) kondisi suatu organisasi

terakhir merupakan gambaran dari hubungan terakhir dengan stakeholders.

George Edward III (1980) dalam bukunya “Implementing Public

Policy”membagi 4 (empat) faktor penting yang mempengaruhi implementasi

kebijakan publik. Keempat faktor itu adalah : komunikasi, sumber daya,

disposisi atai sikap birokrat dan struktur birokrasi.

a. Komunikasi
110

Dalam penelitian ini ditemukan kekurangan komunikasi diantara

implementor, sehingga ditemukan bahwa implementasi kebijakan Hak

Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten

Jayawijaya pada umumnya belum terlaksana dengan dengan baik.

Menurut George Edward III (1980:17) :

“The first requirement for effective policy implementations is that


those who are to implement a decision must know what they are
supposed to do. Policy decision and implementation orders must
be transmitted to appropriate personnel before they can be
followed. Naturally, this communication need to be accurate, and
they must be accurately percived by implementors”.

Edward mengatakan bahwa syarat pertama untuk implementasi

kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang menerapkan keputusan

harus tahu apa yang seharusya mereka lakukan. Keputusan kebijakan dan

perintah pelaksanaan harus diteruskan ke personil yang tepat sebelum

mereka dapat diikuti. Tentu, komunikasi ini harus akurat, dan mereka

harus akurat dipersepsikan oleh pelaksana. Sehingga, komunikasi ini

seharusnya dapat dilaksanakan dengan baik, mengingat komunikasi

merupakan syarat utama dalam keberhasilan implementasi kebijakan

publik. Komunikasi ini dibagi lagi oleh Edward III dalam 3 (tiga)

dimensi yaitu :

1) Dimensi Transmission (transmisi/pemindahan/penyebaran informasi)

menghendaki agar kebijakan publik disampikan tidak hanya

disampaikan kepada pelaksana (implementors) kebijakan, tetapi juga

disampaikan kepada kelompok sasaran kebijakan dan pihak lain

yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsng.


111

2) Dimensi Clarity (kejelasan) menghendaki agar kebijakan yang

ditransmisikan kepada pelaksana, target grup dan pihak lain yang

berkepentingan secara jelas, sehingga diantara mereka mengetahui

apa yang menjadi maksud, tujuan, sasaran, serta substansi dari

kebijakan publik tersebut sehingga masing-masing akan mengetahui

apa yang harus dipersiapkan serta dilaksanakan untuk mensukseskan

kebijakan tersebut secara efektif dan efisien.

3) Dimensi Consistency (konsistensi) diperlukan agar kebijakan yang

diambil tidak simpang siur sehingga membingungkan pelaksana

kebijakan, target grup dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahw dalam proses

implementasi kebijakan Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan

Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya, implementor harus

memperhatikan ketiga dimensi di atas agar proses komunikasi bisa

berjalan dengan baik sehingga implementasi bisa diterapkan secara

akurat dan tepat sasaran.

b. Sumberdaya

Edward III (1980:10) menyatakan bahwa “No matter clear and

consistant implementation orders are and no matter how accurately they

are trasmitted, if the personnel responsible for carrying out policies lack

the resources to do an effective job, implementation will not effective.

Pernyataan di atas tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut : “Tidak

peduli seberapa jelas dan konsisten perintah pelaksanaan berada dan

tidak peduli seberapa akurat mereka ditrasmisikan, jika personil yang


112

bertangungjawab untuk melaksanakan kebijakan kekurangan sumber

daya untuk melakukan pekerjaan yang efektif, implementasi tidak akan

efektif”.

Dari hasil penelitian, dapat ditabulasi jenis-jenis sumber daya

yang dibutuhkan demi kelancaran implementasi kebijakan :

1) Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan salah satu variabel yang

mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kebijakan. Edward III

(1980:54) menyatakan bahwa “probably the most essential recources

in implementing policy is staff”. Edward III (1980:62) menambahkan

“lack of management skills an even greater problem at the state and

local level”. Ditambahkan pula oleh Edward III (1980:79) “Skills as

well as numbers is an important charcteristic of staff for

implementatition. All too often public officials are lacking the

expertise both substantive and managerial, needed to implement

policies effectively”.

Pernyataan Edward III di atas tentang sumber daya yang

paling penting dalam melaksanakan kebijakan adalah staf,

menunjukkan bahwa sumber dya manusia memegang peranan

penting dalam implementasi kebijakan.

Berdasarkan hasil penelitian, implementor tidak begitu

memahami permasalahan kebijakan. Namun demikian semangat

implementor yang bertekad akan terus memperbaiki implementasi

kebijakan Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota


113

DPRD Kabupaten Jayawijaya patut didukung dan diapresiasi oleh

stakeholder. Kendala selanjutnya adalah pada sumber daya manusia

adalah kurangnya keterampilan manajemen. Menurut Edward III, ini

merupakan masalah yang lebih besar di tingkat negar bagian dan

lokal. Stakeholder harus mampu menyiapkan staf yang mumpuni

dalam melaksanakan tugas implementasi kebijakan. Kepiawaian staf

dalam melaksanakan tugasnya menjadi salah satu faktor penting

dalam keberhasil implementasi kebijakan Hak Keuangan dan

Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya.

2) Sumberdaya Anggaran

Edward III (1980:82) menyatakan dalam kesimpulan

studinya “Budgetary limitation, and citizen opposition limit the

adequate facilities. This is turn limit the quality of service that

implementor can be provide to public”. Menurut Edward III,

terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan

yang seharusnya diberikan kepada masyarakat juga terbatas.

Berdasarkan hasil penelitian dalam wawancara dengan

beberapa stakeholder, kebanyakan menyebutkan lancarnya anggaran

sehingga sosialisasi tentang kebijakan Hak Keuangan dan

Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya

sering dilakukan. Hal ini sesuai dengan keimpulan Goerge Edward

III di atas.

3) Sumberdaya peralatan
114

Edward III (1980:77) menyatakan : “Physical facilities may

also be critical resources in implementation. An implementor may

have sufficient staff, may understand what he supposed to do, may

have authority to exercise his task, but without the necessary

building, equipment, and even green space implementation wil not

succeed”. Pernyataan Edward III ini, jika dialih bahasakan sebagai

berikut : “Fasilitas fisik juga mungkin sumber daya kritis dalam

implementasi. Seorang implementor mungkin memiliki staf yang

cukup, dapat memahami apa yang seharusnya ia lakukan, mungkin

memiliki kewenangan untuk melaksanakan tugasnya, tapi tanpa

bangunan yang diperlukan, peralatan, perlengkapan dan bahkan

pelaksanaan ruang hijau tidak akan berhasil”. Sehingga jelas bahwa

tersedianya fasilitas menjadi faktor yang sangat penting dalam

keberhasilan implementasi kebijakan.

Berdasarkan pengamatan penulis, Kabupaten Jaywaijaya

memiliki sarana dan prasarana yang sangat memadai dalam

mendukung implementasi kebijakan Hak Keuangan dan

Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya.

Edward III(1980:82) mengatakan bahwa “A lack of essential

building, eqipment, supplies, or land, can hinder policy

implementation as much as can inadequaacies in the other resources

have examined”.

Pentingnya masalah sarana dan prasarana ini dalam

mensukseskan implementasi kebijakan publik, sehingaa kekurangan


115

sarana dan prasarana itu bisa menjadi setara dengan faktor utama

lainnya.

c. Disposisi

Edward III (1980:11) menjelaskan di dalam bukunya

“Implementing Public Policy” yaitu “The dispositions or attitudes of

implementor is the third critical factor in our approach to the study of

public policy implementation. If implementation is to proceed efectively,

not only must implementors know what todo and have the capability to

do it, but they must also desire to carry out a policy”.

Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa disposisi atau sikap

pelaksana merupakan faktor penting untuk mempelajari implementasi

kebijakan publik. Jika implementasi ingin dilaksanakan secara efektif,

tidak hanya harus pelaksana tahun apa yang harus dilakukan dan

memiliki kemampuan untuk melakukannya, tetapi mereka juga harus

memiliki keinginan untuk melaksanakan kebijakan.

Menurut hasil penelitian, tingkat keseriusan penangan kebijakan

Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD

Kabupaten Jayawijaya mungkin perlu ditingkatkan lagi mengingat

kebijakan Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota

DPRD Kabupaten Jayawijaya ini memiliki tujuan dan latar belakang

yang sangat serius demi kemajuan dan kesejahteraan pimpinan dan

anggota DPRD.

Edward III (1980:90) melanjutkan penjelesannya, “Many policies

fall within a zone of indifference. These policies probably be


116

implemented faithfully because implementor do not strong feeling about

them. Other policies, how ever, will be ini direct conflict with the policy

views or personal or organozational interest of implementors. When

people are execute orders with which they do not agree, inevitable accur

between policy decisions and performance. In such ceses implementor

will exercise their discretion, sometimes in subtle ways, to hinder

implementations”.

Dalam studi kasus kebijakan Hak Keuangan dan Administratif

Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya, menurut

pengamatan penulis sikap implementor bakannya ingin menghalangi

implementasi kebijakan ini, hanya saja komitmen yang kuat yang

diperlukan para implementor. Kata “desire” yang digunakan oleh Edward

III dapat dikatakan merujuk pada “gairah” atau kemungkinan yang untuk

melaksanakan kebijakan tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab.

d. Struktur Birokrasi

Edward III (1980:11) bahwa : “Even in sufficient resources ti

implement a policy exist and implementor know what to do and want to

do it, implementation may still thwarted because of defiencies in

bureacratic structure”.

Bahkan dalam sumber daya yang cukup untuk melaksanakan

kebijakan eksis dan pelaksana tahu apa yang harus dilakukan dan ingin

melakukannya, implementasi mungkin masih bisa gagal karena

kekurangan dalam struktur birokrasi. Edward III (1980:125)


117

mendefinisikan karakteritisk yang paling menonjol adalah Standard

Operating Procedure (SOP) dan Fragmentasi.

1) Standard Operating Procedure (SOP)

SOP merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh

pegawai publik untuk mempermudah dalam pembuatan keutusan

yang banyak setiap hari. Kelebihan dari penerapan SOP diantaranya

adalah penghematan waktu, lebih mudah untuk mengantisipasi

kejadian yang berlangsung di luar dugaan dan untuk kepentingan

keseragaman.

Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya SOP dalam

implementasi kebijakan Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan

dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya. Dalam

mengimplementasikan suatu kebijakan maka hal pertama dan utama

yang harus dilakukan adalah penyampaian informasi atau sosialisasi,

kemudian diikuti oleh pelatihan, implementasi program kebijakan

dan yang terakhir adalah evaluasi.

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Jayawijaya dan Sekretariat DPRD Kabupaten Jayawijaya dalam hal

ini sebagai implementor kebijakan Hak Keuangan dan Administratif

Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya harus

membuat SOP sehingga kegiatan implementasi program dapat

berjalan lancar, kesalahan dapat diminimalisir dan melalui evaluasi

program dapat dilakukan perbaikan secara terus menerus.

2) Fragmentasi
118

Definisi fragmentasi menurut Edward III (1980:134) :

“Fragmentations is dispersion of responsibility for a policy area

among several organization units”. Bila dialih bahasakan pengertian

fragmentasi adalah penyebaran/pembagian tanggung jawab untuk

area kebijakan antara beberapa unit organisasi.

Edward III (1980:137) selanjutnya menuliskan bahwa

“Fragmentation implies diffusion of responsibility, and this makes

coordinations of policies difficult. The resources and authority

necessary to attack a problem comprehensively are often distributed

among many bureaucratic units”.

Fargmentasi menyiratkan difusi tanggung jawab, dan ini

membuat koordinasi kebijakan yang sulit. Sumber daya dan

wewenang yang diperlukan untuk menyerang masalah komprehensif

sering didistribusikan di antara banyak unit birokrasi, sehingga

menjadi tidak fokus dan mengambang.

Dalam penelitian ini, tidak terlihat implementor memiliki

struktur organisasi yang lengkap, sehingga dapat dikatakan

implementasi kebijakan Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan

dan Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya berjalan lancar.

Anda mungkin juga menyukai