TUTOR:
HERMAN
1.2. TUJUAN
Berdasarkan fokus permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini yaitu:
a. Untuk Mengetahui BagaimanaTransparansi Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat
b. Untuk Mengetahui faktor Pendukung dan Penghambat Transparansi Pengelolaan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat
1.3. PERMASALAHAN
Permasalah berisi tentang beberapa hal atau masalah yang nantinya akan dibahas pada
karya tulis tersebut secara lebih mendalam.
a. BagaimanaTransparansi Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara di
Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat
b. Apa saja faktor Pendukung dan Penghambat Transparansi Pengelolaan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. GOOD GOVERNANCE
Tata kelola adalah serangkaian proses terstruktur yang digunakan untuk mengelola dan
membimbing atau memimpin masyarakat dan pemerintah, yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai tata kelola. Mengenai konsep multipartai governance, masyarakat
memiliki beberapa pemahaman, baik dari perspektif sempit (pemegang saham) maupun
perspektif luas (stakeholders), namun pada umumnya memiliki tujuan dan pemahaman yang
sama. Good Governance merupakan pencapaian yang harus direncanakan oleh pembuat
kebijakan pemerintah untuk mencapai tata pemerintahan yang baik dan pemberantasan
korupsi.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Pemerintah harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.
Untuk itu pemerintah harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
pemerintah dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang berkesinambungan. Pedoman pokok dalam pelaksanaan prinsip Akuntabilitas
ini adalah sebagai berikut:
a) Pemerintah harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ
pemerintah dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, sasaran
usaha dan strategi perusahaan.
b) Pemerintah harus meyakini bahwa semua organ pemerintah dan semua karyawan
mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam
pelaksanaan Good Governance.
c) Pemerintah harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam
pengelolaan perusahaan.
d) Pemerintah harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran pemerintah yang
konsisten dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran utama dan strategi perusahaan, serta
memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system).
e) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ pemerintah dan
semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of
conduct) yang telah disepakati.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Pemerintah harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung
jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan
usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
Pedoman pokok dalam pelaksanaan prinsip Responsibilitas ini adalah sebagai berikut:
a) Organ pemerintah harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan
pemerintah (by-laws).
b) Pemerintah harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar pemerintah dengan
membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
4. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas Good Governance, pemerintah harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ pemerintah tidak saling mendominasi dan tidak
dapat diintervensi oleh pihak lain. Pedoman pokok dalam pelaksanaan prinsip Independensi
ini adalah sebagai berikut:
(1) Masing-masing organ pemerintah harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak
manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan
kepentingan dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara obyektif.
(2) Masing-masing organ pemerintah harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai
dengan anggaran dasar dan peraturan perundangundangan, tidak saling mendominasi
dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud
sistem pengendalian internal yang efektif.
B. TRANSPARANSI
Transparansi merupakan keterbukaan dalam sistem pemerintah yang memberikan
informasi yang terkait dengan aktifitas pengelolaan sumberdaya publik kepada pihak yang
membutuhkan yaitu masyarakat. Menurut SK Menteri BUMN Nomor: Kep.117/M-
MBU/2002 tentang penerapn praktek Good Corporate Governance meliputi: Tranparasi, yaitu
keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan ketebukaan dalam
mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
Dengan adanya transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk
memperoleh informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-
hasil yang dicapai. Transparansi menjadi sangat penting bagi pelaksanaan fungsi-fungsi
pemerintah dalam menjalankan mandate dari rakyat. Mengigat pemerintah memiliki
kewenagan mengambil berbagai keputusan penting yang berdampak bagi orang banyak,
pemerintah harus menyediakan informasi yang lengkap mengenai apa yang dikerjakannya
dengan transparansi kebohongan sulit untuk disembunyikan.
Prinsip-prinsip Transparansi
Prinsip terbuka tidak hanya berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut keuangan,
transparansi pemerintah dalam perencanaan. Prinsip transparansi mencitakan kepercayaan
timbale balik antara masyarakat dan pemerintah melalui penyediaan informasi yang akurat dan
memadai. Prinsisip Transparansi
a. Betambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerntah.
c. Meningkatkan jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan daerah, dan
d. Berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan pewrundang-undangan
Transparansi akan mengurangi tingkat ketidak pastian dalam proses pengambilan keputusan
mengenai pengelolaan dana desa, karena penyebarluasan berbagai informasi yang selama ini
aksesnya hanya dimiliki pemerintah dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
turut mengambil keputusan
Indikator Transparansi
Menurut Mukhlis Hamdi, tahapan–tahapan dalam melakukan transparansi agar kebijakan
publik berjalan dengan baik terdiri atas beberapa tahapan berikut:
a. Tahap penyusunan agenda setting
Pada tahap ini, para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Sebelumnya masalah-masalah publik berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat
masuk ke dalam agenda kegiatan. Kemudian, barulah pada akhirnya beberapa masalah
masuk ke dalam agenda kegiatan.
b. Tahap formulasi kegiatan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat
kegiatan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah
terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan
kebijakan yang ada. Pada tahap ini masing–masing aktor akan mengusulkan pemecahan
masalah yang terbaik.
c. Kesediaan dan aksesibilitas dokumen
Kesediaan dan aksestabilitas dokumen merupakan tersediannya website yang
diperuntukkan kepada nasabah untuk mengakses informasi, misalnya dalam bentuk
dokumen-dokumen atau proses pelaksanaan kegiatan perencanaan penganggaran.
Sementara pemerintah berkewajiban untuk membuka dan mempublikasikan dokumen dan
kegiatan perencanaan penganggaran kepada masyarakat.
d. Kejelasan dan kelengkapan informasi
Kejelasan dan kelengkapan informasi merupakan penjelasan dalam hal informasi yang
diinginkan, karena transparansi anggaran dapat difahami sebagai sebuah proses melalui
mana pemerintah menyediakan, membuka akses, dan atau menyebarkan informasi terkait
anggaran baik pada saat penyusunan, pelaksanaan maupun pada saat pertanggungja-
wabannya.
e. Keterbukaan proses
Keterbukaan proses merupakan adanya peluang bagi Masyarakat menggunakan haknya
untuk mengadiri (right to attend), memantau (right to observe) atau bahkan memberikan
masukan (right to express) dalam proses perencanaan, pembahasan atau pengambilan
keputusan, monitoring dan evaluasi, atau proses pertanggungjawaban dan cara untuk
memperbaiki basis data wajib pajak.
f. Kerangka regulasi yang menjamin transparansi
Kerangka regulasi yang menjamin transparansi merupakan informasi terkait perencanaan
penganggaran merupakan hak setiap warga negara. Informasi yang dimaksud adalah
informasi yang terkait dengan dokumen-dokumen dan kegiatan perencanaan
pengaanggaran.
g. Tahap evaluasi
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat
sejauh mana kegiatan yang telah dibuat mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik
pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan.
Belanja Negara menurut UU RI No. 12 Tahun 2014 menyatakan bahwa belanja negara
merupakan kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih yang terdiri atas belanja pemerintah pusat dan transfer daerah. Yang termasuk dalam
bagian dari belanja negara adalah transfer daerah, belanja barang, belanja sosial, belanja
pegawai, dan belanja modal. Belanja Negara juga merupakan salah satu struktur dari
APBN selain Belanja Daerah.
BAB III
PEMBAHASAAN
Dari penjelasan di atas maka dapat kami simpulkan bahwa transparansi pengolaan
anggaran dan Pendapatan negara di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat sudah berjalan
dengan baik sesuai dengan Peraturan yang berlaku dan pinsip transparansi/keterbukaan telah
diterapkan dengan baik, sehingga memudahkan stakeholder dan masyarakat luas untuk
mendapatkan akses informasi yang seluas-luasnya tentang Pengelolaan keuangan di
Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat.
Prinsip transparasi dalam pengelolaan keuangan di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat
yaitu:
1. Terbuka dan Kemudahan akses
Kemudahan akses informasi adalah kemudahan mendapatkan informasi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Akses informasi secara langsung yaitu informasi yang
didapatkan dengan langsung berhadapan dengan pihak terkait mengenai informasi yang
dibutuhkan. Informasi tidak langsung adalah informasi yang didapatkan melaui media
perantara seperti penggunaan IT, pengumuman lewat brosur, pamplet dan lain-lain.
Laporan pengelolan keuangan di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat mudah
diakses oleh pihak yang berkepentingan baik itu secara langsung ke Perwakilan BPKP
Sulbar maupun melalui website yang telah disediakan. Pada website BPKP telah dimuat
laporan keuangan BPKP Sulbar setiap tahunnya mulai dari tahun 2013-2021. Kemudian di
website BPKP juga menyediakan Informasi Publik yang memuat informasi sebagai berikut:
a. Informasi Yang Wajib Disediakan Dan Diumumkan Secara Berkala
b. Informasi Publik Yang Wajib Diumumkan Secara Serta Merta
c. Informasi Yang Wajib Tersedia Setiap Saat
d. Informasi Terkait Covid-19
2. Dapat diakses
Suatu keadaan dimana sistem pengembangan informasi tersebar dan tersedia bebas
atau prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh
informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakni informasi tentang kebijakan, proses
pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.
BPKP telah menyediakan website yang bisa diakses oleh siapa saja pada waktu kapan
saja dan dimana saja bagi membutuhkan informasu tentang BPKP baik itu tentang
kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai oleh
BPKP. Tentu dengan hal tersebut bahwa BPKP telah menunjukkan transparansi dalam
pengelolaan keuangan baik itu dalam bidang anggaran dan pendapatan belanja negara yang
ada pada BPKP.
3. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah perwujudan kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumberdaya dan pelaksanaan
kebijakan yang di percayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah di
tetapkan. Pada perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi barat pengelolaan anggaran dan
pendapatan negara telah dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab karena setiap triwulan,
semesteran dan tahunan Perwakilan BPKP Sulbar selalu menyampaikan laporan
pengelolaan keuangan yang termasuk realisasi pengeluaran dan pendapatan yang diterima
oleh BPKP Sulbar kepada BPKP Pusat maupun kepada kakanwil keuangan.
Laporan Keuangan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2021 ini telah
disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan
yang sehat dalam pemerintahan. Laporan Keuangan ini meliputi:
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan
realisasinya, yang mencakup unsur-unsur Pendapatan-LRA dan Belanja selama periode 1
Januari 2021 sampai dengan 31 Desember 2021. Realisasi Pendapatan Negara pada TA
2021 adalah berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp2.886.440,00 yang terdiri
dari Pendapatan Pemanfaatan BMN, Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Tahun
Anggaran Yang Lalu, dan Pendapatan Lain-lain. Dalam TA 2021 Perwakilan BPKP
Provinsi Sulawesi Barat tidak membuat estimasi pendapatan. Realisasi Belanja Negara
sampai dengan 31 Desember 2021 adalah sebesar Rp16.618.992.783,00 atau mencapai
99,38 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp16.722.731.000,00.
2. Pendapatan
Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan Tahun Anggaran 2021 sebesar
Rp1.408.914,00 merupakan Pendapatan Sewa Kafe dan Kantin pada Perwakilan BPKP
Provinsi Sulawesi Barat.
3. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
dana per 31 Desember 2021 dan 31 Desember 2020. Nilai Aset per 31 Desember 2021
dicatat dan disajikan sebesar Rp51.897.145.356,00 yang terdiri atas Aset Lancar sebesar
Rp234.307.896,00. Aset Tetap (netto setelah akumulasi penyusutan) sebesar
Rp51.657.450.960,00. Aset Lainnya (netto setelah akumulasi penyusutan/amortisasi aset
lainnya) sebesar Rp5.386.500,00. Nilai Kewajiban dan Ekuitas masing-masing
Rp83.498.200,00 dan Rp51.813.647.156,00.
4. Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban, surplus/defisit
dari kegiatan operasional, surplus/defisit dari kegiatan non-operasional, dan
surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar.
Defisit sampai dengan 31 Desember 2021 sebesar Rp17.750.742.123,00.
Jumlah tersebut terdiri atas:
a) Defisit dari Kegiatan Operasional sampai dengan 31 Desember 2021 sebesar
Rp17.751.769.963,00 yang merupakan selisih antara Pendapatan Operasional sebesar
Rp1.408.914,00 dikurangi dengan Beban Operasional sebesar Rp17.753.178.877,00.
b) Surplus dari Kegiatan Non Operasional sebesar Rp1.027.840,00 yang merupakan
selisih antara Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
sebesarRp1.027.840,00 dikurangi dengan Beban dari Kegiatan Non Operasioal
Lainnya sebesar Rp0,00.
5. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas pada tanggal 1 Januari 2021
adalah sebesar Rp52.838.406.150,00 dikurangi Defisit LO sebesar Rp17.750.742.123,00,
ditambah Transaksi Antar Entitas sebesar Rp16.725.983.129,00 sehingga Ekuitas
Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat pada tanggal 31 Desember 2021 adalah sebesar
Rp51.813.647.156,00.
6. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau
daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula
dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar
Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan
untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan. Dalam penyajian Laporan Realisasi
Anggaran untuk periode yang berakhir sampai dengan tanggal 31 Desember 2021 disusun
dan disajikan berdasarkan basis kas. Sedangkan Neraca, Laporan Operasional, dan
Laporan Perubahan Ekuitas untuk periode sampai dengan 31 Desember 2021 disusun dan
disajikan dengan basis akrual.
2) Faktor Penghambat
Diperwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat tidak ditemukan faktor penghambat
transparansi pengelolaan anggaran pendapatan belanja negara, karena kerjasama dari
semua pihak yang ada di perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat dalam pengelolaan
keuangan sehingga kendala-kedala yang ada sebelumnya bisa teratasi dengan baik.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transparansi pengolaan anggaran dan Pendapatan negara di Perwakilan BPKP Provinsi
Sulawesi Barat sudah berjalan dengan baik sesuai dengan Peraturan yang berlaku dan pinsip
transparansi/keterbukaan telah diterapkan dengan baik, sehingga memudahkan stakeholder
dan masyarakat luas untuk mendapatkan akses informasi yang seluas-luasnya tentang
Pengelolaan keuangan di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat.
Dalam transparansi pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara perwakilan
BPKP Provinsi Sulawesi Barat secara rutin menerbitkan yaitu:
c) Laporan berkala, artinya laporan mengenai pelaksanaan Pengelolaan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat dibuat secara
rutin setiap triwulan, semesteran dan tahunan
d) Laporan akhir penggunaan anggaran yang mencangkup perkembangan pelaksanaan dan
penyerapan dana, masalah yang dihadapi dan direkomendasi penyelesaian hasil akhir
penggunaan anggaran.
Prinsip transparasi dalam pengelolaan keuangan di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat
yaitu:
1. Terbuka dan Kemudahan akses
2. Dapat diakses
3. Bertanggung jawab
Laporan Keuangan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2021 ini telah
disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan
yang sehat dalam pemerintahan. Laporan Keuangan ini meliputi:
B. Saran
Laporan pengelolaan keuangan diperwakilan provinsi sulawesi barat sebaiknya dimuat secara
berkala diwebsite BPKP Provinsi Sulawesi Barat yaitu triwulan dan semesteran, karena saat
ini hanya memuat laporan keuangan periode tahunan
DAFTAR PUSTAKA