Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dwinan Manurun Palebangan

NIM : 043136085
Tugas 2 Kebijakan Publik

Soal:
Pengalaman praktis banyak menunjukkan bahwa tidak semua masalah bisa masuk
ke agenda pemerintah. Kegagalan dalam memperjuangkan masalah agar bisa
masuk ke agenda pemerintah akan berakibat pada matinya masalah itu dan tidak
terpecahkannya masalah tersebut. Lakukan Analisis mengapa hal tersebut dapat
terjadi, Pelajari Modul 5 untuk dapat menganalisis masalah ini!
Jawaban:
Kebijakan publik merupakan hal yang penting dalam demokrasi karena
pertama, kebijakan publik itu menyangkut outcomes yang penting dan strategis,
seperti penurunan tingkat kemiskinan, lingkungan yang lebih baik, turunnya tingkat
pengangguran, proses ekonomi yang lebih produktif, dan lainnya.
Kedua, kebijakan publik menyangkut strategi-strategi dan alokasi sumber daya
yang diperlukan untuk mencapai outcomes tertentu. Dan Ketiga, kebijakan public
menentukan efektivitas penggunaan sumbersumber daya. Keempat, kebijakan public
menentukan kemana investasi harus ditanamkan. Kelima, kebijakan public
menentukan siapa yang diuntungkan (winners) dan siapa yang dirugikan (losers) dari
proses pembangunan. Keenam, kebijakan publik mempengaruhi kesuksesan Negara
atau pemerintah dalam mencapai tujuan pembangunan (Stewart 1999).
Merumuskan masalah kebijakan adalah tugas yang sangat sulit dan kompleks,
demikian pula halnya dengan tugas perumus kebijakan dalam menyusun agenda
kebijakan. Tugas ini adalah memperjuangkan hasil rumusan masalah kebijakan agar
bisa masuk ke dalam agenda pemerintah.
Menurut pendapat Puentes-Markides (2007) ada beberapa alasan mengapa
beberapa isu atau masalah bisa masuk ke agenda kebijakan, yaitu adanya:
1. Peristiwa yang minimbulkan dan mencapai tingkat krisis tertentu;
2. Informasi atau bukti dari hasil evaluasi terhadap program yang ada memunculkan
suatu situasi yang membutuhkan perhatian (karena kejelekannya, luas atau
besarnya dampak, jumlah orang yang tekena dampak);
3. Nilai, kepercayaan, dan dorongan yang dapat mengubah situasi menjadi masalah;
4. Tindakan bersama dari kelompok kepentingan, protes, lobi, dan gerakan sosial
tentang suatu masalah tertentu;
5. Peran media yang memperluas sebaran masalah; dan
6. Perubahan politik.
Sebaliknya, Puentes-Markides juga menyebut beberapa alasan mengapa
beberapa isu atau masalah tidak dapat masuk ke agenda kebijakan, yaitu:
1. Pertama, adanya konflik dan kesalahan dalam mendefenisikan masalah;
2. Kedua, penjejalan atau pendesakan oleh masalah-masalah lain;
3. Ketiga, masalah tidak dinilai atau tidak diakui sebagai masalah yang relevan;
4. Keempat, masalah tidak dilihat sebagai sesuatu yang menjadi urusan negara
yang resmi; dan
5. Pemerintah tidak ingin membuat keputusan terhadap masalah tersebut.

Menurut analisis saya mengenai Kegagalan dalam memperjuangkan masalah


agar bisa masuk ke agenda pemerintah akan berakibat pada matinya masalah itu dan
tidak terpecahkannya masalah tersebut, hal tersebut dapat terjadi karena adanya
peristiwa yang kritis, evaluasi dampak kebijakan yang negatif, demo protes dan
gerakan sosial, sebaran masalah oleh media dan perubahan politik. Sedangkan
alasan masalah tidak dapat dimasukkan ke agenda kebijakan yaitu adanya konflik
dalam mendefinisikan masalah, terdesak oleh masalah lain, masalah tidak relevan,
bukan urusan negara dan pemerintah tidak ingin membuat keputusan terhadap
masalah tertentu.
Misalnya karena pemerintah tidak hanya menyelesaikan dan mengkaji satu
masalah. Banyak masalah yang mereka kaji dan dicari akar penyelesaiannya. Dan
jika kita tidak dapat memberikan kepastian dalam masalah yang akan kita selesaikan,
maka masalah kita tidak akan dapat masuk ke agenda pemerintah. Karena
pemerintah akan memasukan masalah yang sudah jelas terjadi, memiliki alasan yang
jelas, keterangan yang jelas, dan memang harus segera diselesaikan. Barulah
masalah itu dapat masuk ke dalam agenda pemerintah.Kebanyakan saat ini banyak
yang mengajukan sebuah masalah untuk masuk ke agenda pemerintah tanpa ada
kejelasan yang pasti mengenai masalah tersebut. Sehingga masalahtersebut tidak
akan masuk ke dalam agenda pemerintah . yang nantinya membuat masalahtersebut
tidak terpecahkan . karena memasukkan masalah dalam agenda pemerintah juga
memiliki prosedur untuk dikaji terlebih dahulu.
Contohnya runtuhnya jembatan yang menghubungkan dua desa dengan pihak
inisiator dan pemicu artinya penghubung harus diciptakan antara pemicu timbulnya
masalah misalnya runtuhnya jembatan yang menghubungkan dua desa dengan pihak
inisiator yang akan membawa dan mengubah masalah tersebut masuk ke agenda
sistemik menuju keagenan institusional dan terus menjadi agenda kebijakan. Untuk
itu perlu diidentifikasi karakteristik masalah secara cermat dan jelas, kemudian
perumus kebijakan membuat dan menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai label
yang akan dipasang pada masalah tersebut supaya lebih banyak publik dan aktor
kebijakan menaruh minat dan tertarik terhadap masalah itu misalnya dengan
menyebut jembatan yang rusak dengan gangguan terhadap kelancaran
perkembangan ekonomi desa.
Memperhambat akses jalan masyarakat desa dll. Selanjutnya agar masalah
tersebut dapat disebarluaskan dan lebih banyak lagi anggota komunitas politik yang
tertarik dan mempersepsikannya sebagai masalah yang perlu mendapat perhatian
utama para pemegang otoritas publik atau pemerintah maka masalah itu perlu
disebarkan luaskan lewat media massa baik cetak maupun elektronik. Diharapkan
dengan adanya tindakan seperti ini masalah tersebut dapat ditanggapi oleh
pemerintah.
Selain itu Kendala dalam partisipasi politik dalam perumusan kebijakan bisa
berasal dari para pembuat kebijakan atau ada juga yang berasal dari masyarakatnya
sendiri Kendala yang berasal dari pemerintah berdasarkan beberapa pengalaman
dalam perumusan kebijakan antara lain:
a. Kurang terbukanya ruang publik untuk terjadinya perdebatan masyarakat dalam
membahas masalah-masalah kebijakan, padalah dengan terbukanya ruang publik
akan terjadi diskusi publik, dan akan muncul opini publik, yang akan membantu
para perumus kebijakan untuk menentukan alternatif kebijakan mana yang harus
diprioritaskan.
b. Keterbatasan waktu dalam proses perumusan kebijakan yang menyebabkan
terbatasnya waktu untuk mengumpulkan aspirasi masyarakat secara akurat.
Sehingga bisa menimbulkan proses agregasi kepentingan menjadi kekurangan
data.
c. Persoalan dana, persoalan yang sering dijadikan alasan ketika proses perumusan
kebijakan tidak melibatkan masyarakat secara intensif.
d. kegagalan dalam mengidentifikasi masalah menyebabkan kegagalan dalam
menentukan solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah public
e. tidak jarang proses perumusan kebijakan publik melibatkan ahli kebijakan publik
yang bukan bukan ahli kebijakan akan tetapi merupaka ahli hukum dan ahli politik,
sehingga seringkali pelatihan yang dilakukan pun terkait dengan hukum yaitu legal
drafting sedangkan pelatihan yang meningkatkan kemampuan kebijakan
publiknya itu sendiri hanya kurang lebih 20%;
f. tidak jarang kebijakan yang salah dalam penggunaan bahasa karena dalam
penyusunannya tidak melibatkan ahli bahasa, akibatnya
g. adanya sponsor dalam perumusan kebijakan yang bukan merupakan sasaran dari
kebijakan tersebut, seperti sponsor dari LSM Luar Negeri dan lainnya
h. partispasi politik akan tumbuh pada ruang publik yang bebas dan terbuka, Ketika
pemerintah tidak membaerikan ruang tersebut maka partisipasi politik tidak akan
berkembang, karena civil society tidak bisa hidup dalam sistem yang otoriter.
Kurangnya akses dari masyarakat kepada pemerintah untuk berpartisipasi.
i. Kurang pemberdayaan partisipasi politik dari pemerintah ataupun dari partai
politik kepada masyarakat seperti jarang dilakukannya kegiatan pendidikan politik
dan sosialisasi politik untuk mengingkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak
politiknya.
j. Proses perumusan yang tidak terbuka, sehingga seringkali masyarakat yang
menjadi sasaran kebijakan tersebut harus menerima dampak dari kebijakan yang
kadang kala tidak sesuai dengan kebutuhannya.
Sedangkan kendala yang berasal dari masyarakat antara lain:
a. Kurangnya pemahaman masyarakat akan proses perumusan kebijakan public
b. Kurangnya pemahaman masyarakt tentang partisipasi politik dan cara-cara
partisipasi politik dilakukan, serta media partisipasi
c. Kurang kesadaran masyarakat akan hak politik mereka, sehingga mereka merasa
tidak mampu untuk memperjuangkan hak mereka sendiri
d. Lembaga perwakilan politik dan partai politik yang lebih memperjuangkan partai
dan golongannya, sehingga masyarakat merasa sia-sia ketika terlibat dalam
kegiatan-kegiatan politik. Sedangkan, seseorang berpartisiasi biasanya dengan
harapan bahwa partisipasi yang sudah mereka lakukan akan memberikan
dampak yang positif atau dapat memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka.
Beberapa Upaya Pemberdayaan Partisipasi Politik Masyarakat Permasalahan
yang timbul dalam partisipasi politik dalam kebijakan publik tidak seharusnya
dibiarkan, demi terciptanya kebijakan publik yang baik harus mencari solusi terhadap
berbagai kendala yang menghambat penanaman nilai nilai demokrasi seperti
partisipasi politik. Sehingga masyarakat bisa dengan bebas dan bertanggungjawab
atas pelibatan dirinya dalam perumusan kebijakan publik. Semakin meningkatnya
partisipasi politik masyarakat dalam perumusan kebijakan publik, dapat dikatakan
semakin besar perhatian masyarakat terhadap penyelesaian maslahmasalah
kebijakan yang hadir disekitarnya.
Disamping itu, semakin meningkatnya partispasi politik masyarakat dalam
perumusan kebijakan publik dapat diartikan semakin besarnya legitimasi kekuasaan
pemerintah yang sedang berkuasa pada saat ini. Banyaknya protes masyarakat
dalam merespon kebijakan yang dikeluarkan pemerintah akan semakin mengurangi
legitimasi pemerintah dan dukungan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah akan
semakin berkurang. Dengan demikian, pemerintah dan partai politik tidak bisa
berdiam diri dalam menghadapi krisis partisipasi politik masyarakat, karena
rendahnya. Lembaga perwakilan politik dan partai politik yang lebih memperjuangkan
partai dan golongannya, sehingga masyarakat merasa sia-sia ketika terlibat dalam
kegiatan-kegiatan politik.
Sedangkan, seseorang berpartisiasi biasanya dengan harapan bahwa
partisipasi yang sudah mereka lakukan akan memberikan dampak yang positif atau
dapat memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka.
Demikianlah Kesimpulannya yaitu Perumusan kebijakan partisipatif menjadi
tuntutan di dalam sistem politik demokratis, dimana didalam proses perumusan
tersebut harus melibatkan peran serta masyarakat dan menempatkan masyarkat
sebagai subjek dalam kebijakan selain sebagai objek atau sasaran dari kebijakan
tersebut. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak semudah yang dibayangkan,
banyaknya kepentingan di dalam proses perumusan kebijakan menyebabkan
partisipasi politik menjadi tidak terarah. Selain itu banyak kendala yang berasal dari
official dan unofficial actors dalam merumuskan kebijakan publik sehingga
menghambat proses permusan kebijakan yang partisipatif. Kadang kala proses
tersebut hanya dilakukan secara formalitas tetapi hasil akhir dari perumusan kebijakan
merupakan tekanan dari kepentingan-kepentingan segelintir elit. Hal inilah yang pada
akhirnya menuntut masyarakat meningkatkan kemampuannya untuk dapat
berpartisipasi dalam kebijakan publik. Sehingga kebijakan banyak yang menaruh
perhatian pada masalah lama karena selain mereka sudah mengenali masalah itu
dengan baik dan mempertimbangkan nya juga telah tersaji alternatif pemecahannya.
Selain itu agar masalah bisa diterima dan mendapat dukungan dari banyak pihak atau
khalayak yang lebih luas maka masalah disebarluaskan lewat "blow-up" di media
massa. Bila masyarakat dan pemerintah telah memahami dan menaruh perhatian
yang aktif dan serius terhadap masalah yang telah ada di agenda sistemik tersebut
akan memperoleh akses untuk masuk ke agenda institusional.

Sumber/referensi:
Budiardjo, Miriam, 2013. Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT
Referensi Bersumber Dari Modul 4,5 ,6 BMP Kebijakan Publik ADPU4410 serta
pengayaan materi sesi 4,5 dan 6.
Islamy, M.Irfan . 2016. Kebijakan Publik ADPU4410. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka

Terima kasih,

Anda mungkin juga menyukai