Anda di halaman 1dari 2

NAMA : TRY MULIA MEGA PUSPITA

NPM : 121056320121021

IAN 1

Formulasi kebijakan publik, realitas politik yang melingkupi proses perumusan


kebijakan publik tidak boleh lepas dari fokus kajiannya. Karena Formulasi kebijakan
publik merupakan langkah yang paling awal dalam proses kebijakan publik secara
keseluruhan. Oleh karenanya, apa yang terjadi pada fase ini akan sangat menentukan
berhasil tidaknya kebijakan publik yang dibuat pada masa yang akan datang.

Formulasi kebijakan merupakan pengembangan alternatif-alternatif kebijakan


dalam menghadapi masalahmasalah yang telah masuk dalam agenda publik. Untuk bisa
memahami proses formulasi kebijakan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
perlunya memahami aktor-aktor yang terlibat atau pemeran dalam proses perumusan
kebijakan, baik aktor-aktor yang resmi maupun yang tidak resmi. Untuk memahami
siapa sebenarnya yang merumuskan kebijakan, lebih dahulu harus dipahami sifat-sifat
semua pemeran serta partisipan, bagian atau peran apa yang mereka lakukan, wewenang
atau bentuk kekuasaan yang mereka miliki, dan bagaimana mereka saling berhubungan
serta saling mengawasi.

Menyangkut aktor-aktor yang terlibat perlu dilakukan untuk mengetahui siapa yang
berperan utama mendefinisikan masalah dan bagaimana masalah itu didefinisikan
adalah merupakan hal yang penting. Formulasi kebijakan terjadi di dalam birokrasi
pemerintah, kantorkantor swasta, kelompok-kelompok kepentingan, ruang komite
legislatif, pertemuan komisi khusus, dan organisasi perencana kebijakan. Aktor
kebijakan yaitu seorang maupun sekelompok orang yang terlibat dalam penentu
kebijakan, baik pada proses perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan publik.

Aktor kebijakan ini dapat berasal dari pejabat pemerintah, masyarakat, kaum buruh,
maupun kelompok kepentingan. Konsep dan konteks aktor adalah sangat terkait dengan
macam dan tipologi kebijakan yang akan dianalisis. Dalam perspektif formulasi
masalah kebijakan publik, maka aktor yang terlibat secara garis besarnya dapat dipilah
menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok dalam organisasi birokrasi dan yang lain
adalah keelompok di luar birokrasi. Kelompok yang terlibat dalam proses kebijakan
publik adalah kelompok formal dan kelompok non formal. Kelompok formal seperti
badan–badan administrasi pemerintah yang meliputi: eksekutif, legislatif maupun
yudikatif. Sementara itu, kelompok non formal terdiri dari, Kelompok kepentingan
(interest groups), seperti kelompok buruh, dan kelompok perusahaan, Kelompok partai
politik, Warga negara individual.
Proses formulasi kebijakan dapat dilakukan melalui cara pengkajian Persoalan yang
dimana tujuannya adalah untuk menemukan dan memahami hakekat persoalan dari
suatu permasalahan dan kemudian merumuskannya dalam hubungan sebab akibat.
Selanjutnya penentuan tujuan yang dimana tahapan ini untuk menentukan tujuan yang
hendak dicapai melalui kebijakan publik yang segera akan diformulasikan. Setelah itu
adalah Perumusan Alternatif. Alternatif adalah sejumlah solusi pemecahan masalah
yang mungkin diaplikasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Setelah itu
adalah penyusunan model, Model adalah penyederhanaan dan kenyataan persoalan yang
dihadapi yang diwujudkan dalam hubungan kausal. Model dapat dibangun dalam
berbagai bentuk, misalnya model skematik, model matematika, model fisik, model
simbolik, dan lain-lain. Penentuan kriteria, pada analisis kebijakan memerlukan kriteria
yang jelas dan konsisten untuk menilai alternatif kebijakan yang ditawarkan. Kriteria
yang dapat dipergunakan antara lain kriteria ekonomi, hukum, politik, teknis,
administrasi, peranserta masyarakat, dan lain-lain. Yang terakhir adalah penilaian
Alternatif. Penilaian alternatif dilakukan dengan menggunakan kriteria.

Nilai pada formulasi kebijakan ini mengacu pada nilai yang diciptakan oleh
pemerintah melalui peraturan layanan, hukum dan tindakan lainnya. nilai ini pada
akhirnya ditentukan oleh masyarakat sendiri. Nilai ditentukan oleh preferensi warga,
diungkapkan melalui berbagai sarana dan dibiaskan melalui keputusan politisi yang
terpilih. Nilai Publik tidak hanya kepuasan konsumen, tetapi juga menegakkan
peraturan-peraturan yg mengikat keluar dan kedalam, Kadang kadang orang tidak
senang dengan apa yang dilakukan pemerintah. Nilai harus menjadi Indikator dari setiap
kebijakan, seperti Hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak dapat
dijadikan indikator-indikator atas kebijakan dalam program Pengentasan Kemiskinan
dan pengurangan angka pengangguran. Konsep nilai memberikan cara yang berguna
untuk berpikir tentang tujuan dan kinerja kebijakan publik. Ini memberikan tolok ukur
untuk menilai kegiatan yang dihasilkan atau didukung oleh pemerintah.

Dengan adanya nilai ini maka perlu adanya kepentingan yang diamana segala
sesuatu yang diperuntukkan bagi upaya pemenuhan kebutuhan orang banyak atau
masyarakat secara umum. Contoh kasus, misalnya kegiatan pembangunan rumah sakit
akan mengalami kesulitan, ketika di suatu wilayah hanya tersedia satu-satunya lahan
yang bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah sakit. Dari segi yuridis, rumah sakit
tidak lagi termasuk kategori kepentingan umum, sementara keberadaan rumah sakit
sangat diharapkan oleh sebagian besar warga masyarakat. Hal semacam ini dapat
menimbulkan konflik kepentingan, kalau dalam perumusan arti kepentingan umum
sendiri hanya menyebutkan jenis dari kepentingan umum sendiri dan tidak menciptakan
arti kepentingan umum dengan definisi atau batasan yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai