Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fajar Ramadhan

NPM : CA191121431
Kelas : E25
Mata Kuliah : Kebijakan Publik

Quiz !
1) Tahap kebijakan publik
1. Perumusan masalah (defining problem)
suatu kebijakan yang diimplementasikan berawal dari perumusan atau
pengidentifikasian masalah-masalah (isue-isue) publik. Ini merupakan proses
yang cukup fundamental, dimana kesalahan dalam perumusan masalah akan
mengakibatkan kebijakan yang dikeluarkan pun akan salah.
2. Agenda kebijakan
Setelah dilakukan perumusan atau pengidentifikasian masalah-masalah yang
ada di masyarakat, langkah selanjutnya adalah menyusun agenda kebijakan.
Dalam proses ini akan dilakukan analisis apakah masalah yang ada
merupakan masalah publik dan pantas dimasukan ke dalam agenda kebijakan
atau tidak. Tidak semua masalah yang ada masuk dalam agenda kebijakan.
Masalah-masalah apa saja yang masuk dalam agenda kebijakan, tentunya
adalah masalah-masalah yang memiliki syarat-syarat tertentu sehingga
dikatakan masalah publik, yang perlu dibuat kebijakan. Salah satunya adalah
apakah masalah tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak (rakyat) dan
memiliki dampak yang luas atau tidak.
Masalah yang memenuhi syarat sebagai masalah publik yang masuk dalam
agenda kebijakan akan dibawah ke lembaga ekskutif,legislatif, bahkan
mungkin saja yudikatif untuk dilakukan pembahasan.
3. Pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah
Alternatif merupakan pilihan-pilihan pendamping pilihan utama. Alternatif yang
tersedia merupakan pilihan-pilihan yang dapat dinilai dan dianalisis untuk dicari
kebaikan dan keburukannya. Dalam proses perumusan kebijakan publik, maka
proses pemilihan alternatif merupakan proses analisis terhadap beberapa
alternatif yang terseda untuk mencari pemecahan masalah yang terbaik. Pada
tahap ini akan terjadi pertarungan kepentingan antar kelompok yang relatif
berbeda dasar pemikiran dan tujuannya.
4. Penetapan kebijakan
Pada tahap pemilihan alternatif kebijakan untuk pemecahan masalah berakhir,
maka outputnya adalah diambilnya salah satu alternatif sebagai upaya terbaik
untuk memecahkan masalah. Langkah selanjutnya (sebagai proses terakhir)
adalah menetapkan kebijakan. Pada tahap ini dilakukan pengesahan kebijakan
sebagai produk hukum yang memiliki kekuatan hukum dan mengikat.
Penetapan yang dilakukan dapat berupa : Undang-Undang, Yurisprudensi,
keputusan-keputusan organisasi, dan lain-lain.

2) Pendekatan kelompok ini memiliki asumsi bahwa individu-individu yang memiliki


kepentingan yang sama akan bergabung dan membentuk sebuah kelompok
sehingga mampu mempengaruhi pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan.
Kelompok-kelompok yang mewakili aspirasi individu lainnya akan bersaing dan
saling mencari pengaruh untuk mencapai kebijakan yang diinginkan. Contohnya
adalah pembentukan koalisi diantara partai politik sehingga koalisi besar akan
memiliki pengaruh kuat dalam suatu pemerintahan. Dampak positif dari model ini
adalah adanya sebuah wadah misalkan partai politik untuk menyalurkan aspirasi
individu yang tergabung didalamnya, sedangkan dampak negatifnya adalah
adanya overlapping atau tumpang tindih dalam sebuah kelompk yang bersatu,
selain itu persaingan tidak sehat acap kali terjadi dalam pendekatan kelompok ini.

3) Model elite adalah pendekatan dalam sebuah kebijakan publik dimana dalam
model ini sebuah kebijakan publik diambil oleh kelompok elite dalam masyarakat,
dalam artian penguasa. Model elite memiliki dampak positif dan dampak negati,
dampak positifnya adalah bahwa model ini dibuat oleh orang-orang yang
terpercaya untuk membuat sebuah kebijakan yang berguna bagi negara,
sedangkan dampak negatif model ini adalah seringkali dalam pengambilan
kebijakan, para elite tidak membuat sebuah kebijakan berdasarkan kebutuhan
masyarakat, sehingga model ini menjadi tidak ideal karena tidak mampu untuk
mewadahi aspirasi masyarakat. Pada umumnya model ini menjadikan
pemerintahan yang konservati dan mempertahankan status quo. Contoh yang
sering terjadi di Indonesia peranan elit dalam kehidupan politik cukup menonjol.
Model ini dapat menjadi salah satu alat analisis untuk mengupas proses
perumusan PP

4) Konteks kebijakan sangat menentukan arah kebijakan. Mengapa demikian?


Karena pengambilan kebijakan sangat dipengaruhi oleh bukan hanya tatanan
kelembagaan yang mungkin berubah sesuai konteksnya, tetapi juga oleh berbagai
nilai, dan nilai-nilai ini dapat berubah pula tergantung pada konteksnya. Nilai-nilai
yang dimaksud adalah(Anderson, J.E., Public Policy Making: An Introduction,
Boston: Houghton Mifflin Company, 2006):
I. Nilai-nilai politis (political Values).Keputusan-keputusan seringkali dibuat atas
dasar kepentingan politik dari partai politik atau kelompok kepentingan tertentu.
II. Nilai-nilai organisasi (organization values). Keputusan-keputusan dibuat atas
dasar nilai-nilai yang dianut organisasi, seperti balas jasa (rewards) dan sanksi
(sanctions), menjaga status quo, dan sebagainya. Nilai dan budaya organisasi
khususnya organisasi birokrasi seringkali sulit berubah, atau mengalami
perubahan yang sangat lambat.
III. Nilai-nilai pribadi (personal values). Seringkali pula keputusan dibuat atas
dasar nilai-nilai pribadi yang dianut oleh pribadi pengambil kebijakan.
IV. Nilai-nilai kebijakan (policy values). Kebijakan juga bisa dibuat atas dasar
persepsi pembuat kebijaksanaan tentang apa itu "kepentingan publik",atau
kebijakan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan
V. Nilai-nilai ideologi (ideological values). Nilai ideologi dapat menjadi landasan
pembuatan kebijaksanaan seperti misalnya kebijakan yang berpihak pada
kelompok marjinal atau sebaliknya berpihak pada kelompok kapitalis.
5) Sistem Kebijakan Publik (Public Policy) adalah suatu aturan yang mengatur
kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya,
setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang
dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang
mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.

Anda mungkin juga menyukai