Oleh:
Eko Budi Sulistio, S.Sos, M.AP
Dosen Administrasi Publik FISIP Unila
2019
HP/WA: 081379687879
Email: ekobudi.sulistio@fisip.unila.ac.id
PROSES KEBIJAKAN PUBLIK
MASALAH PUBLIK MASALAH
ISU KEBIJAKAN KEBIJAKAN
OPINI PUBLIK
AGENDA KEBIJAKAN
PROSES FORMAL
Feedback
FORMULASI KEBIJAKAN
• “Policy Fomulation sama dengan Policy
Making , dan ini berbeda dengan decision
making (pengambilan keputusan)”. Policy
making memiliki konteks pengertian yang
lebih luas dari decision making (Bintoro Tjokro
A, 1976).
• Tidak ada perbedaan mutlak yang dapat
dibuat antara pengambilan keputusan decision
making dengan pembuatan kebijakan (policy
making), Karena itu, setiap pembuatan
kebijakan adalah suatu pembuatan keputusan.
Akan tetapi, pengambilan kebijakan
membentuk rangkaian-rangkaian tindakan
yang mengarah ke banyak macam keputusan
yang dibuat dalam rangka mencapai tujuan-
tujuan yang telah dipilih (Willian R Dill, 1972)
Pengertian
• Perumusan/ Formulasi Kebijakan merupakan
pengembangan alternatif-alternatif kebijakan
dalam menghadapi masalah-masalah di dalam
agenda publik.
• Formulasi kebijakan terjadi di dalam birokrasi
pemerintah, kantor kelompok-kelompok
kepentingan, ruang komite legilatif, pertemuan
komisi khusus, dan organisasi perencana
kebijakan atau dikenal juga sebagai "think tanks".
• Proses perumusan kebijakan tidak mengikuti
aturan-aturan yang definitif, karena masalah
kebijakan itu sendiri sedemikian kompleks.
Karena itu, perumusan kebijakan merupakan
tahapan paling kritis dalam proses
pembuatan kebijakan (Dunn,1999:91-92).
• Dalam keadaan dimana data tidak memadai atau tidak
tersedia, seperti kebanyakan di negara-negara
berkembang, maka para perumus kebijakan terpaksa
menyandarkan diri sepenuhnya pada dugaan-dugaan,
naluri, harapan ideologis, atau prasangka-prasangka;
• Sebaliknya, tersedianya seperangkat data yang akurat
dan dapat diandalkan seperti di negara-negara maju,
terbukti telah meningkatkan kemampuan para
perencana untuk merumuskan sejumlah pilihan
alternatif yang benar-benar jitu”. (Abdul Wahab, 1997).
• Dalam perumusan kebijakan, kemampuan
untuk mengenali perbedaan antara situasi
problematis, masalah kebijakan dan isu
kebijakan sangat penting guna memahami
pelbagai cara bagaimana pengalaman sehari-
hari diterjemahkan ke dalam ketidaksepakatan
mengenai arah tindakan pemerintah baik yang
aktual maupun yang potensial.
• Rumusan masalah sangat dipengaruhi oleh
asumsi-asumsi dari para pelaku kebijakan-
anggota parlemen, administrator, pelaku
bisnis dan kelompok-kelompok konsumen-
sebagai alat dalam memahami situasi
problematis
Jadi……
• Proses Perumusan Kebijakan (Public Policy
Formulation) dapat dipahami sebagai Proses
Pembuatan Suatu Kebijakan Publik.
• Proses yang dimaksudkan adalah proses
transformasi/ pengubahan inputs menjadi
Outputs.
• Formulasi kebijakan mengisyaratkan
Konsekuensi diperlukannya tindakan yang lebih
teknis dengan cara menerapkan
metode penelitian guna
mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk merumuskan
permasalahan kebijakan dan
mencari berbagai alternatif solusi
kebijakan.
Solusi Kebijakan
• Rutin
• Analogi
• Kreatif
Metode Formulasi
• Rasional
• Inkremental/tambal sulam (berdasarkan
kebijakan/keputusan yang sudah ada
kemudian diperbaiki/disempurnakan untuk
memecahkan masalah yang baru tersebut).
• Model sistem
Langkah-langkah dalam model
rasional
• Pengambil kebijakan dihadapkan pada suatu masalah
• Tujuan dan nilai2 yang ingin dicapai dapat dirangking
• Alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah dirumuskan
• Analisa biaya dan manfaat dilakukan untuk masing-masing
alternatif
• Membandingkan masing-masing alternatif
• Memilih alternatif yang terbaik
MODEL-MODEL
FORMULASI KEBIJAKAN
Model Elit-Massa
• Dalam model ini masyarakat dibagi menjadi dua: kelompok
kecil yang berkuasa (kaum elit) dan kelompok besar yang
tidak berkuasa (massa).
• Dalam model ini Pembuat Kebijakan dipersepsi sebagai
segolongan elit masyarakat yang berkuasa.
• Kebijakan Publik mengalir dari atas ke bawah yaitu dari
golongan elit ke golongan massa.
• Kelompok elit memiliki kekuasaan dan nilai-nilai yang
berbeda dengan massa. Karena itu dalam perspektif ini
Kebijakan Publik tak lain adalah kepentingan dan nilai kaum
elit.
• Massa, tak lain adalah pihak yang bersifat apatis dan buta
terhadap informasi tentang Kebijakan Publik.
Model Institusional
• Model ini menekankan bahwa proses
pembuatan/ perumusan kebijakan publik berasal
dari birokrasi struktur organisasi pemerintahan
seperti: lembaga eksekutif, lembaga legislatif dan
lembaga yudikatif.
• Hal ini disebabkan kegiatan-kegiatan politik
bertumpu pada lembaga-lembaga tersebut.
• Dengan demikian maka Kebijakan Publik secara
otoritatif dirumuskan, disahkan dan dilaksanakan
pada lembaga-lembaga pemerintah tersebut.
Model Kelompok
• Dalam perspektif ini Kebijakan Publik dibuat oleh
kelompok-kelompok tertentu yang ada di masyarakat.
• Individu-individu yang memiliki kepentingan yang sama
mengikatkan diri baik secara formal maupun informal ke
dalam kelompok-kelompok kepentingan (interest groups)
yang dapat mengajukan atau memaksakan kepentingan-
kepentingannya pada Pemerintah.
• Kelompok-kelompok kepentingan tadi akhirnya menjadi
kelompok yang mempunyai kekuatan/ daya tekan (pressure
groups) dalam pembuatan Kebijakan Publik.
• Dalam hal ini perumusan Kebijakan Publik merupakan hasil
perimbangan kepentingan antar kelompok-kelompok
kepentingan.
Model Sistem Politik
• Model sistem–politik ini diangkat dari uraian sarjana
politik David Easton dalam bukunya “The Political
System”.
• Model ini didasarkan pada konsep-konsep teori
informasi (inputs, withinputs, outputs dan feedback)
dan memandang kebijakan publik sebagai respons
suatu sistem politik terhadap kekuatan-kekuatan
lingkungan (sosial, politik, ekonomi, kebudayaan,
geografis dan sebagainya) yang ada di sekitarnya.
• Dengan demikian, kebijakan publik dipandang oleh
model ini sebagai hasil (output) dari sistem politik.
Model Sistem Politik
FEEDBACK
Model Rational -Comprehensive
• Unsur-unsur utama dari model ini adalah:
– Pembuat Kebijakan dihadapkan pada suatu masalah
tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain
atau setidak-tidaknya dinilai sebagai masalah-masalah
yang dapat diperbandingkan satu sama lain
– Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran-sasaran yang
memberi pedoman bagi pembuat keputusan amat jelas
dan dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan
kepentingannya
– Pelbagai alternatif untuk memecahkan masalah tersebut
diteliti secara seksama
– Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditimbulkan oleh
setiap alternatif yang dipilih diteliti
Lanjutan…
• Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang
menyertainya, dapat diperbandingkan dengan
alternatif-alternatif lainnya
• Pembuat kebijakan akan memilih alternatif dan
akibat-akibatnya yang dapat memaksimasi
tercapinya tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang
telah digariskan.
• Hasil dari proses di atas adalah keputusan
(kebijakan) Rasional, yaitu suatu kebijakan yang
dapat mencapai suatu tujuan yang paling efektif.
Model Incremental
• Pemilhan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan kebijakan yang
diperlukan unutk mencapainya dipandang sebagai sesuatu hal yang
saling terkait daripada sebagai sesuatu hal yang saling terpisah
• Pembuat Kebijakan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa
alternatif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan
alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara
inkremental atau marjinal bila dibandingkan dengan kebijakan yang
ada sekarang.
• Bagi tiap alternatif hanya sejumlah kecil akibat-akibta yang
mendasar yang akan dievaluasi
• masalah yang dihadapi oleh policy maker akan diredefinisikan
secara teratur. Pandangan inkrementalisme memeberikan
kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan
dan sarana serta tujuan sehingga menjadikan dampak dari masalah
itu dapat ditanggulangi
Model Mixed-Scanning
• Adalah kebijakan yang memperhitungkan baik
keputusan-keputusan yang bersifat
fundamental maupun inkremental dan
memberikan urutan teratas bagi proses
pembuatan kebijakan fundamental yang
memberikan arahan dasar.
• Pandangan ini menyatakan bahwa tidak ada
kebijakan atau cara pemecahan masalah yang
tepat bagi setiap masalah.
• Pembuatan keputusan yang inkremental pada
hakikatnya bersifat perbaikan-perbaikan kecil dan
hal ini lebih diarahkan untuk memperbaiki
ketidaksempurnaan dari upaya-upaya konkrit
dalam mengatasi masalah sosial yang ada
sekarang daripada sebagai upaya untuk
menyodorkan tujuan-tujuan sosial yang sama
sekali baru di masa yang akan datang
LANGKAH-2 PENGAMBILAN KEBIJAKAN
(Rendal R. Ripley, 1985)
Agenda setting
• Perception of problem
• Definition of problem Agenda of government
• Mobilization of support for including problem on
agenda
Program Implementation
•Resources Acquation
•Interpretation
•Planning
•Organizing Policy actions
•Providing benefits, services, and coercion
PUBLIC
KP BURDEN
MENGUNTUNGKAN PUBLIK
PARAMETER
DISUKAI/
TIDAK?
MERUGIKAN PUBLIK
PUBLIC BURDEN (BEBAN PUBLIK)
Eko B. Sulistio_Rekomendasi_KP 39
KRITERIA SELEKSI ALTERNATIF KEBIJAKAN
Eko B. Sulistio_Rekomendasi_KP 40
STANDAR PENILAIAN
• KELAYAKAN TEKNIS EFEKTIFITAS & KECUKUPAN
• KELAYAKAN EKONOMIS EFISIENSI, KEUNTUNGAN
DAN BIAYA
• KELAKAN POLITIK AKSEPTABILITAS, KEPANTASAN,
RESPONSIVITAS, KEADILAN DAN HUKUM
• KELAYAKAN ADMINISTRASI OTORITAS, KOMITMEN
INSTITUSI, KAPABILITAS DAN DUKUNGAN
ORGANISASI
Eko B. Sulistio_Rekomendasi_KP 41
KEBIJAKAN YANG BAIK/ LAYAK
ditentukan oleh:
• ISI ATAU JENIS KEBIJAKAN (PROGRAM)
• PENERIMA MANFAAT (BENEFICIARIS)
• ORGANISASI PELAKSANA PROGRAM (KORTEN,
1988)
Eko B. Sulistio_Rekomendasi_KP 42
Policy Statement
• UU
• PP
• Perda
• Dll
Sekian dan Terimakasih