Anda di halaman 1dari 9

TAHAP FORMULASI KEBIJAKAN

Oleh Kelompok 5 :
• Anisa Putri (07041181722031)
• Annelies E brTarigan (07041281722094)
• Fitri Herminia (07041281722151)
• Maria Milenia C (07041281722123)
• Muhammad Nanda Ma’ruf (07041281722068)
• Putri Melta Sari (07041181722035)
• Septiani Aryunita (07041181722043)
• Siti Maryam Rizka Nasution (07041281722147)
• Syafrina Amelia Putri (07041181722039)
Chief J.O. Udoji (1981) merumuskan secara terperinci pembuatan kebijakan negara dalam hal ini
adalah formulasi kebijakan sebagai :
(Keseluruhan proses yang menyangkut pengartikulasian dan pendefinisian masalah, perumusan kemungkinan-
kemungkinan pemecahan masalah dalam bentuk tuntutan-tuntutan politik, penyaluran tuntutan-tuntutan tersebut
kedalam sistem politik, pengupayaan pemberian sanksi-sanksi atau legitimasi dari arah tindakan yang dipilih,
pengesahan dan pelaksanaan/implementasi monitoring dan peninjauan kembali (umpan balik)

Menurut Anderson yang dikutip oleh Nugroho, policy formulation is, “The development of patinent and
acceptable proposal courses of action for dealing with problem”. Formulasi kebijakan menyangkut upaya
menjawab pertanyaan bagaimana berbagai alternatif disepakati untuk masalah yang dikembangkan
dan siapa yang berpartisipasi.

Menurut Eugene, The complete formulation is “Alternative will very probably lead to Outcome, which we
judge to be the best of the possible outcomes; therefore, we judge a alternative to be the best.” Formulasi
yang lengkap adalah menentukan alternatif yang mungkin untuk dibuat kebijakan, dimana kita menilai
(mencari) yang terbaik dari kemungkinan yang ada; oleh sebab itu, kita mencari satu alternatif yang
terbaik.
Aktor-aktor yang terlibat dalam proses formulasi kebijakan menurut Peters (1985) antara lain sebagai berikut:
• 1. Birokrasi publik merupakan aktor yang menonjol peranannya dalam setiap proses formulasi
kebijakan, bureaucracies are central to the process of policy formulation, karena birokrasi mempunyai
pengalaman yang paling banyak dalam prosedur formulasi kebijakan.
• 2. Tangki-tangki pemikir dan kabinet bayangan yang berada di sekitar birokrasi merupakan alternatif lain
sebagai formulator kebijakan publik diluar birokrasi pemerintah, karena bisa disebabkan oleh kepakarannya.
• 3. Kelompok kepentingan (interest groups) dengan memberikan tekanan kepada pemerintah agar suatu
masalah dapat masuk dalam agenda pemerintah dan berlanjut pada proses formulasi kebijakan.
• 4. Anggota dewan secara individual juga merupakan salah satu aktor yang cukup berperan dalam proses
formulasi kebijakan, kadangkala bertujuan menunjang karir politik mereka sebagai perumus kebijakan.
• Berdasarkan pengertian pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa formulasi kebijakan merupakan cara
untuk memecahkan suatu masalah yang di bentuk oleh para aktor pembuat kebijakan dalam menyelesaikan
masalah yang ada dan dari sekian banyak alternatif pemecahan yang ada maka dipilih alternatif kebijakan
yang terbaik.
Tahapan Formulasi Kebijakan Publik
• Perumusan Masalah
Mengenali dan merumuskan masalah merupakan langkah yang paling fundamental dalam perumusan kebijakan. Untuk dapat
merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah – masalah publik harus dikenali dan didefenisikan dengan baik pula.
Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, seberapa
besar kontribusi yang diberikan oleh kebijakan publik dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam masyarakat menjadi
pertanyaan yang menarik dalam evaluasi kebijakan publik. Namun demikian, apakah pemecahan masalah tersebut
memuaskan atau tidak bergantung pada ketepatan masalah-masalah publik tersebut dirumuskan. Rushefky secara eksplisit
menyatakan bahwa kita sering gagal menemukan pemecahan masalah yang tepat dibandingkan menemukan masalah yang
tepat.
• Agenda Kebijakan
Tidak semua masalah publik akan masuk ke dalam agenda kebijakan. Masalah-masalah tersebut saling berkompetisi antara
satu dengan yang lain. Hanya masalah-masalah tertentu yang pada akhirnya akan masuk ke dalam agenda kebijakan. Suatu
masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti misalnya apakah masalah
tersebut mempunyai dampak yang besar bagi masyarakat dan membutuhkan penanganan yang harus segera dilakukan?.
Pada fase ini pemerintah berupaya menyusun sejumlah agenda penting yang perlu dibahas dan selanjutnya dijadikan materi
pokok perumusan kebijakan publik. Agenda yang disusun pemerintah menyangkut beberapa masalah pokok yaitu masalah
rutinitas pemerintah, masalah dari masyarakat dan masalah baru dari masyarakat.Masalah publik yang telah masuk ke dalam
agenda kebijakan akan dibahas oleh para perumus kebijakan, seperti kalangan legislatif (DPR), kalangan eksekutif (Presiden
dan para pembantunya), agen-agen pemerintah dan mungkin juga kalangan yudikatif. Masalah-masalah tersebut dibahas
berdasarkan tingkat urgensinya untuk segera diselesaikan.
• Pemilihan Alternatif Kebijakan untuk Memecahkan Masalah
Setelah masalah-masalah publik didefenisikan dengan baik dan para perumus kebijakan sepakat untuk
memasukkan masalah tersebut ke dalam agenda kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah membuat
pemecahan masalah. Disini para perumus kebijakan akan berhadapan dengan alternatif-alternatif kebijakan
yang dapat diambil untuk memecahkan masalah tersebut. Pada tahap ini para perumus kebijakan akan
dihadapkan pada pertarungan kepentingan antar berbagai aktoryang terlibat dalam perumusan kebijakan.
Dalam kondisi seperti ini, maka pilihan-pilihan kebijakan akan didasarkan pada kompromi dan negosiasi
yang terjadi antar aktor yang berkepentingan dalam pembuatan kebijakan.
• Tahap Penetapan Kebijakan
Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan diambil sebagai cara untuk memecahkan
masalah kebijakan, maka tahap paling akhir dalam pembentukan kebijakan adalah menetapkan kebijakan
yang dipilih tersebut sehingga mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Alternatif kebijakan yang
diambil pada dasarnya merupakan kompromi dari berbagai kelompok kepentingan yang terlibat dalam
pembentukan kebijakan tersebut. Penetapan kebijakan dapat berbentuk berupa undang-undang,
yurisprudensi, keputusan presiden, keputusan-keputusan menteri dan lain sebagainya
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses formulasi kebijakan (menurut Nigro)
adalah :
• Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar. Formulasi kebijakan itu tidak dapat dipisahkan dari dunia
nyata, sehingga adanya tekanan dari luar ikut berpengaruh terhadap proses formulasi kebijakan.
• Adanya pengaruh kebiasaan lama. Kebiasaan lama organisasi seperti kebiasaan investasi modal, sumber-
sumber dan waktu terhadap kegiatan program tertentu cenderung akan diikuti, meskipun keputusan
tersebut telah dikritik sebagai sesuatu yang salah sehingga perlu dirubah.
• Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi. Berbagai macam keputusan yang dibuat oleh pembuat keputusan
banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadinya, seperti dalam proses pengangkatan pegawai baru.
• Adanya pengaruh dari kelompok luar. Lingkungan sosial dari para pembuat keputusan juga sangat
berpengaruh, bahkan sering pula pembuatan keputusan dilakukan dengan mempertimbangkan
pengalaman dari orang lain yang sebelumnya berada diluar proses formulasi kebijakan.
• Adanya pengaruh keadaan masa lalu. Pengalaman latihan dan pengalaman pekerjaan yang terdahulu
berpengaruh pada pembuatan keputusan atau bahkan orang-orang yang bekerja di kantor pusat sering
membuat keputusan yang tidak sesuai dengan keadaan dilapangan, hal ini disebabkan karena adanya
kekhawatiran bahwa delegasi wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain akan disalahgunakan.
Meskipun birokrasi seringkali merasa sebagai pekerjaan yang bersifat rutin, namun proses formulasi
kebijakan juga menuntut kreativitas dan kepekaan politik (political sensitivity) untuk menghasilkan
formulasi kebijakan yang berkualitas. Problem yang dimiliki pemerintah dalam setiap pemecahan masalah
adalah kurangnya informasi yang dimiliki oleh pemerintah tentang masalah; dan kurangnya informasi
yang dimiliki pemerintah tentang hubungan sebab akibat timbulnya masalah. Alat bantu untuk membantu
menganalisis masalah dan mencari pemecahan masalah dalam proses formulasi adalah:

• Social cost benefit analysis, digunakan untuk menekan biaya yang harus dikeluarkan pemerintah dan
memaksimalkan manfaat yang dapat diperoleh. Dalam analisis ini juga menggunakan perhitungan
social cost dan efek perluasan manfaat (externalities).
• Decision analysis, dengan asumsi bahwa suatu akibat tertentu akan terjadi bila decision maker
mengambil keputusan yang tertentu pula, seperti dalam pohon pembuatan keputusan.
PLEASE, DON’T HAVE
ANY QUESTION?!

Anda mungkin juga menyukai