Anda di halaman 1dari 6

FORMULASI KEBIJAKAN

Outline
 Definisi
 Model-model formulasi kebijakan
 Tahapan formulasi kebijakan
 Penerapan

DEFINISI
 Keseluruhan proses yang menyangkut pengartikulasian dan pendefinisian masalah, perumusan
kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dalam bentuk tuntutan-tuntutan politik,
pengaturan tuntutan-tuntutan tersebut kedalam sistem politik, pengupayaan pemberian sanksi-
sanksi atau legimitasi dari arah tindakan yang dipilih, pengesahan dan pelaksanaan atau
implementasi, monitoring dan peninjauan kembali/umpan balik. (Udoji; dalam Solichin Abdul
Wahab, 1997:17)
 Langkah yang paling awal dalam proses kebijakan publik secara keseluruhan → sangat
menentukan berhasil tidaknya kebijakan publik yang dibuat itu pada masa yang akan datang.
 Formulasi kebijakan menyangkut upaya menjawab pertanyaan bagaimana berbagai alternatif
disepakati untuk masalah-masalah yang dikembangkan dan siapa yang berpartisipasi. (Menurut
Anderson, dalam Winarno, 2007:93).

Tujuan dari mempelajari model formulasi kebijakan :


 Menyederhanakan dan memperjelas pemahaman tentang politik dan kebijakan publik.
 Mengidentifikasikan aspek-aspek penting dalam masalah kebijakan.
 Membantu kita untuk berkomunikasi dengan pihak lain mengenai hal-hal penting dalam
kehidupan politik.
 Mengarahkan upaya kita untuk lebih memahami kebijakan publik dengan mengenali apa yang
penting dan yang tidak penting.
 Memberikan penjelasan mengenai kebijakan publik dan memprediksi konsekuensi-konsekuensi
yang ditimbulkan.

Model-model formulasi Kebijakan:


 Model Elit
 Model Kelompok
 Model Rasionalisme
 Model Inkremental
 Model Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning)
 Model Kelembagaan
 Model Teori Permainan
 Model Pilihan Publik
 Model Demokratis
 Model Strategis

MENCAKUP 2 KLASIFIKASI (Nicholas Henry)


1. PROSES
Menggambarkan bagaimana suatu kebijakan /policy dibuat (ber-proses).
Bersifat DESKRIPTIF
Mis : Model INSTITUSIONAL/KELEMBAGAAN
Model ELITE-MASSA
Model KELOMPOK
Model SISTEM POLITIK
2. HASIL / AKIBAT (OUTPUT)
Menunjukkan bagaimana cara-cara meningkatkan mutu / kualitas isi, hasil & akibat dari
suatu kebijakan.
Bersifat PRESKRIPTIF
Mis : Model RASIONAL DAN KOMPREHENSIF
Model INCREMENTAL
Model PENGAMATAN TERPADU (Mixed Scanning)

MODEL ELIT-MASSA
 Kebijakan sebagai preferensi elit.
 Rakyat dibuat apatis dan miskin informasi sehingga elitlah yang membentuk pendapat umum
serta kebijakan mengalir dari elit ke massa melalui administrator-administrator (pejabat
pemerintah, birokrat).
 Masyarakat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kecil (elit) yang mempunyai kekuasaan
dan kelompok besar (massa) yang tidak mempunyai kekuasaan. Hanya elit yang menentukan
kebijakan sedangkan massa tidak menentukan kebijakan.
 Kelompok kecil yang memerintah pada umumnya mempunyai kedudukan social ekonomi yang
tinggi.

MODEL KELOMPOK
 Kebijakan akan bergerak kearah yang diinginkan kelompok yang memenangkan pengaruh, dan
menjauh dari kelompok yang kehilangan pengaruh.
 Peran individu akan menjadi penting dalam kancah politik, hanya jika individu tersebut
merupakan bagian dari, atau bertindak atas nama kelompok.
 Kebijakan = keseimbangan (equilibrium) kelompok.
Kelompok → jembatan antara individu dan pemerintah.
 Peran sistem politik = mengatasi konflik dalam kelompok melalui:
1) Membuat aturan main di kelompok;
2) Menyusun upaya kompromi dan penyeimbangan kepentingan;
3) Menerapkan kompromi dalam kebijakan publik, dan;
4) Melaksanakan upaya kompromi dalam kebijakan publik.

MODEL RASIONAL
Model ini mengedepankan gagasan bahwa kebijakan publik sebagai maximum social gain yang
berarti pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus memilih kebijakan yang memberikan manfaat
optimum bagi masyarakat.
Model ini mengatakan bahwa proses formulasi kebijakan haruslah didasarkan pada keputusan yang
sudah diperhitungkan rasionalitasnya. Rasionalitas yang diambil adalah perbandingan antara
pengorbanan dan hasil yang dicapai. Dengan kata lain model ini lebih menekankan pada aspek
efisiensi atau aspek ekonomis.
Bagaimana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah harus memperhitungkan rasional costs yang
benefitnya bagi masyarakat melalui cara-cara:
1) Mengetahui pilihan-pilihan dan kecenderungan-kecenderungan yang diinginkan oleh masyarakat.
2) Menemukan pilihan-pilihan kebijakan yang mungkin untuk diimplementasikan.
3) Menilai perbandingan perhitungan untung-rugi yang akan diperoleh apabila kebijakan itu
diimplementasikan.
4) Memilih alternatif kebijakan yang paling efisien dan ekonomis.

MODEL INCREMENTAL
Model ini melihat bahwa kebijakan publik merupakan variasi ataupun kelanjutan dari kebijakan
dimasa lalu.
melanjutkan kebijakan dimasa lalu dengan beberapa modifikasi seperlunya, artinya kebijakan publik
ditambal sulam menyesuaikan dinamikan lingkungan kebijakan.
Asumsi dasar dari model ini adalah bahwa perubahan incremental (penambahan) adalah proses
perubahan kebijakan yang paling aman dan tidak menimbulkan resiko.
Merevisi formulasi model rasional
“melanjutkan” atau “memodifikasi” kebijakan-kebijakan yang tengah berlangsung ataupun
kebijakan-kebijakan yang telah lalu
Biasa disebut dengan model praktis karena pendekatannya yang terlalu sederhana dan praktis
Banyak digunakan oleh negara-negara berkembang
Membatasi pertimbangan-pertimbangan kebijakan alternatif
Kebijakan selalu bersifat serial, fragmentary, dan sebagian besar remedial

Mereka melakukan ini karena:


 Mereka tidak punya cukup waktu, informasi dan dana untuk meneliti semua alternatif
kebijakan yang ada
 Pembuat kebijakan menerima legimitasi kebijakan sebelumnya dikarenakan ketidakpastian
konsekuensi dari kebijakan yang benar-benar baru atau berbeda
 Mungkin investasi pada program yang ada sangat besar, sehingga perubahan radikal tidak
dianggap perlu dilakukan
 Inkrementalisme berguna secara politis, kesepakatan akan mudah dicapai dalam
pengambilan keputusan jika hal yang dipertentangkan hanyalah menambah atau
mengurangi anggaran, atau memodifikasi program yang ada. Konflik akan muncul pada saat
memutuskan kebijakan-kebijakan besar. Inkrementalisme disini berguna untuk menurunkan
tingkat konflik, mempertahankan stabilitas, dan memelihara sistem politik itu sendiri.
 Dengan tidak adanya tujuan atau nilai-nilai social yang disepakati, maka akan lebih mudah
bagi pemerintah di masyarakat yang majemuk untuk melanjutkan program yang sudah ada,
daripada merancang program-program tertentu

MODEL MIXED SCANNING


Amitai Etzioni
Model formulasi kebijakan hibrida (gabungan unsur-unsur kebaikan yang ada pada model rasional
dan incremental)
Perbaikan dari model inkremental dan rasionalisme sekaligus
Memberikan jalan bagi pengambilan keputusan yang memperhitungkan baik keputusan yang
bersifat fundamental maupun keputusan yang bersifat inkremental
Mixed-Scanning Theory memperhitungkan tingkat kemampuan para pembuat keputusan yang
berbeda-beda. Secara umum dapat dikatakan, bahwa semakin besar kemampuan para pembuat
keputusan dalam memberikan kekuasaannya untuk melaksanakan keputusannya, maka semakin
besar scanning yang secara realistis diikutsertakan dan semakin banyak cakupan yang di scanning,
maka keputusan akan semakin efektif.

MODEL KELEMBAGAAN
Formulasi kebijakan model kelembagaan secara sederhana bermakna bahwa tugas membuat
kebijakan publik adalah tugas pemerintah
Model ini mendasarkan kepada fungsi-fungsi kelembagaan dari pemerintah, disetiap sector dan
tingkat didalam formulasi kebijakan
Ada tiga hal yang membenarkan pendekatan ini yaitu:
1) pemerintah memang sah membuat kebijakan publik,
2) fungsi pembuatan kebijakan public itubersifat universal,
3) pemerintah memonopoli fungsi pemaksaan (koersi) dalam kehidupan bersama.
Kebijakan → hasil dari Lembaga-lembaga pemerintah (parlemen, kepresidenan, kehakiman,
pemerintah daerah dan sebagainya) yang meliputi proses-proses perumusan, pelaksanaan dan
pemaksaan secara otoritatif oleh Lembaga-lembaga pemerint tersebut.
Pemerintah memberikan legimitasi terhadap kebijakan yang akan ditempuhnya, sedangkan rakyat
sebagai penerima kebijakan tersebut.
Pemerintah melaksanakan kebijakannya secara universal dan tidak ada seorangpun yang bisa
menghindar. Hanya pemerintah yang berhak memaksakan pelaksanaan kebijakan kepada
masyarakat.

MODEL TEORI PERMAINAN


Menurut model ini, strategi yang mengacu pada pembuatan keputusan yang rasional dimana
serangkaian tindakan dirancang untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan mempertimbangkan
pilihan-pilihan kebijakan ditengah situasi yang rumit.
Dilakukan pengaturan strategi agar kebijakan yang ditawarkan pada pengambil keputusan lain dapat
diterima, khususnya oleh para penentang.
Pengaturan/pemilihan strategi menjadi hal yang paling utama karena jika tidak, maka tidak banyak
didukung oleh para pengambil keputusan.

MODEL PILIHAN PUBLIK


Kebijakan yang dibuat pemerintah haruslah kebijakan yang memang berbasis pada public choices
(pilihan publik mayoritas)
Asumsi dalam negara yang demokratis yang mengedepankan one-man-one-vote, maka siapa yang
dapat menghimpun suara terbanyak dialah yang akan menjadi pemegang kekuasaan/keputusan.
Kebijakan yang mayoritas merupakan konstruksi teori kontrak social, sehingga ketika kebijakan akan
diputuskan sangat bergantung pada preferensi publik atas pilihan-pilihan yang ada.
Ketika ada satu pilihan dari banyak pilihan yang ditawarkan oleh pemerintah dipilih oleh mayoritas
publik/warga negara, maka serta merta pilihan publik itulah yang menjadi kebijakan.
MODEL DEMOKRATIS
Model ini biasanya dikaitkan dengan implementasi good  governance bagi pemerintahan yang
mengamanatkan agar dalam membuat kebijakan para konstituen dan pemanfaat diakomodasi
keberadaannya.

B. Tahap Pembuatan Kebijakan Publik (Policy making) 

1. Sub alokasi sumber daya; 

2. Penetapan tujuan operasional, dengan beberapa prioritas; 

3. Penetapan nilai-bilai yang signifikan, dengan beberapa prioritas; 

4. Penyiapan alternatif-alternatif kebijakan secara umum; 

5. Penyiapan prediksi yang realistis atas berbagai alternatif tersebut diatas, berikut keuntungan
dan kerugiannya; 

6. Membandingkan masing-masing alternatif yang ada itu sekaligus menentukan alternatif mana
yang terbaik; 

7. Melakukan ex-ante evaluation atas alternatif terbaik yang telah dipilih tersebut diatas. 

Kebijakan juga memiliki tingkatan atau level dari yang paling rendah sampai


yang paling tinggi hukumnya.

1. Kebijakan Umum

Kebijakan umum adalah kebijakan dasar dan menjadi pedoman bagi para
pelaksananya baik di tingkat instansi, masyarakat, hingga bernegara. Petunjuk
pelaksanaannya juga perlu dipatuhi meskipun ada yang positif maupun
negatif menurut kita. Contohnya UUD 1945 dan UU RI.

2. Kebijakan Pelaksanaan

Kebijakan pelaksanaan adalah kelanjutan dari kebijakan umum. Ia


menjabarkan poin-poin bagaimana cara atau petunjuk pelaksanaan kebijakan
umum. Seperti contoh peraturan pemerintah yang bernaung di bawah payung
UU dan UUD 1945 sebagai contoh pelaksanaannya.

3. Kebijakan Teknis
Kebijakan lain-lain yang bersifat operasional disebut dengan kebijakan teknis.
Ia berada di bawah tingkatan kebijakan pelaksanaan. Contohnya seperti surat
pernyataan, surat kuasa, pengumuman pemerintah, himbauan, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai