Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ANALISIS KEBIJAKAN

“Model-model Analisis Kebijakan Publik”

Disusun Oleh:

MURTADHO (17042119)

Dosen Pengampu :

Artha Dini Akmal, S.Ap., MP.A

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan segala karunianya
kepada kita semua. Sehingga dalam kesempatan ini saya dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang “Model-model Analisis Kebijakan Publik”. Sholawat serta salam tidak lupa pula saya
sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita semua ke pada alam
yang penuh dengan pengetahuan, sehingga pada saat ini saya dapat mengerti dan memahami
dalam penyusunan makalah ini.

Sebagai penyusun saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya atas


penyusunan makalah ini, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata maupun penyampaian
materi yang kurang pas atau kurang tepat.Karena kami juga manusia biasa yang tidak luput dari
kesalahan.

Dharmasraya, 27 Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Model-model Kebijakan Publik

A. Pengertian Model

B. Model-model Kebijakan Publik

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hal utama dalam kebijakan publik negara modern adalah pelayanan public, kebijakan
tersebut adalah bersumber pada masalah-masalah yang tumbuh dalam masyarakat luas, yang
merupakan segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara untuk mempertahankan atau
meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak. Menyeimbangkan peran negara yang
mempunyai kewajiban menyediakan pelayan publik dengan hak untuk menarik pajak dan
retribusi; dan pada sisi lain menyeimbangkan berbagai kelompok dalam masyarakat dengan
berbagai kepentingan serta mencapai amanat konstitusi. Sebenarnya dengan adanya definisi yang
sama dikalangan pembuat kebijakan, ahli kebijakan, dan masyarakat yang mengetahui tentang
hal tersebut tidak akan menjadi sebuah masalah yang kaku.

Namun, diharapkan adanya titik temu dalam persepsi kebijakan itu sendiri. Memang
dalam kenyataan bahwa kebijakan yang lahir belum tentu menyenangkan dan dapat diterima oleh
semua yang terkena sekaligus pelaksana kebijakan tersebut, mamun jika kebijakan tersebut tidak
diambil, bisa jadi pula dapat merugikan semuanya. Sehingga dengan demikian kebijakan
merupakan suatu keharusan sebagai suatu dinamisasi dalam penomena dan permaslahan yang
ada. Dalam hal ini, penulis ingin menyampaikan makalah yang berkenaan dengan “model-model
kebijakan” dalam kaitannya dengan kebijakan publik. Sehingga dengan demikian diharapkan
adanya persepsi dan pemahaman tentang model kebijakan dan kebijakan publik itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana model dalam analisis kebijakan publik?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui model dalam analisis kebijakan publik.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Model-model Analisis Kebijakan Publik

A. Pengertian Model

Mustopadidjaja (2002) menuturkan bahwa model adalah suatu kesimpelan dari fakta akan
persoalan yang dihadapi, diwujudkan dalam hubungan kausal atau fungsional. Model dapat
digambarkan dalam bentuk skematik model, fisikal model, game model, simbolik model seperti
ekonometrika dan program komputer. Model kebijakan adalah representasi sederhana mengenai
aspek-aspek yang dipilih darisuatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan-tujuan tertentu.
Model kebijakan merupakan penyederhanaan sistem masalah dengan membantu mengurangi
kompleksitas dan menjadikannya dapat dikelola oleh para analis kebijakan.

Mempelajari sesuatu akan lebih mudah dengan menggunakan model. Seperti seorang
anak hendak membeli sebuah sepeda motor yang meminta persetujuan kepada orang tuanya,
maka anak tersebut harus membuat gambaran tentang kondisi sepeda motor tersebut seperti
kondisi fisik, merk, keunggulan, dan lain-lain .Penggambaran secara abstrak dari realita tentang
sepeda motor itu merupakan sebuah model.

Kebijakan publik juga akan lebih mudah dipelajari dengan bantuan penggunaan model.
Manfaat penggunaan model adalah mempermudah deskripsi persoalan secara struktural,
membantu dalam melakukan prediksi akibat-akibat yang timbul dari ada atau tidak adanya
perubahan-perubahan karena faktor penyebab.

B. Model-model Analisis Kebijakan Publik

Dye dalam Wahab (2008:77), membagi model analisis kebijakan publik ke dalam 6 buah
model, yaitu : model kelembagaan, model kelompok, model elit, model rasional, model
inkremental dan model sistem.
1. Model kelembagaan

Menurut model ini terdapat hubungan yang erat antara kebijakan publik dan lembaga-lembaga
pemerintah. Kebijakan apapun tidak akan menjadi kebijakan publik kalau ia tidak diterima,
diimplementasikan dan dipaksakan pemberlakuannya oleh lembaga-lembaga pemerintah.

2. Model kelompok

Menurut model kelompok, perilaku individu akan mempunyai makna politik kalau mereka
bertindak sebagai bagian dari kelompok atau atas nama kepentingan kelompok. Kelompok dapat
diibaratkan sebagai sebuah jembatan politik penting yang menghubungkan antara individu
dengan pemerintah, karena politik tidak lain adalah perjuangan yang dilakukan oleh kelompok-
kelompok untuk mempengaruhi kebijakan publik. Sebagai alat bantu analisis, model kelompok
ini selain dapat dipergunakan untuk meganalisis proses pembuatan kebijakan publik juga dapat
dipergunakan untuk menganalisis proses implementasinya.

3. Model rasional

Menurut model rasional dalam pembuatan/perumusan kebijakan publik para pembuat kebijakan
dituntut untuk mengetahui seluruh niali-nilai masyarakat dan tidak cukup kalau hanya
mengetahui nilai-nilai dari kalangan tertentu atau segolongan kecil warga masyarakat. oleh
karena itu mudah dipahami jika pembuatan kebijakan yang rasional ini memerlukan pemahaman
holistik dan mendasarkan diri pada “sejumlah besar skala nilai-nilai dan kepentingan-
kepentingan yang relevan”, Hoogwood dan Gunn dalam Wahab (2008:101).

4. Model incremental

Model inkremental memandang kebijakan publik sebagai kelanjutan dari kegiatan-kegiatan yang
telah dilakukan oleh pemerintah di masa lampau, dengan hanya melakukan perubahan-perubahan
seperlunya.Pendekatan ini diambil ketika pengambil kebijakan berhadapan dengan keterbatasan
waktu, ketersediaan informasi dan kecukupan dana untuk melakukan evaluasi kebijakan secara
komprehensif.

5. Model system
Model system mampu untuk mengkonsepkan  secara sederhana gejala-gejala politik yang dalam
kenyataan sebenarnya kerap kali jauh dari kata kompleks. Dengan lebih memfokuskan pada
proses-proses dan bukannya pada lembaga-lembaga atau struktur-struktur. Model sistem juga
bermanfaat dalam mengelompokkan proses kebijakan ke dalam tahapan-tahapan yang berbeda-
beda yang masing-masing tahapan itu dapat pula dianalisis secara lebih terperinci.

6. Model Elit

Model ini memandang kebijakan publik dari sudut teori elit, selalu dianggap sebagai cerminan
dari preferensi kehendak dan nilai-nilai yang dianut oleh elit berkuasa. Miliband berpendapat
bahwa negara bukanlah sebuah badan yang netral, melainkan sebuah instrumen untuk dominasi
klas. Dalam masyarakat kapitalis negara pada hakekatnya merupakan instrumen bagi golongan
borjuis untuk mengokohkan dominasinya secara sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat,
(Wahab (2008:88).

Sedangkan menurut Dunn (2010), menjelaskan ada tiga model kebijakan publik, yaitu :

1. Model prospektif Berupa produksi dan transformasi informasi sebelum aksi kebijakan
dimulai dan diimplementasikan cenderung menciri cara beroperasinya para ekonom,
analis sistem, dan peneliti operasi. Analis prospektif acapkali menimbulkan jurang
pemisah yang besar antara pemecahan masalah yang diunggulkan dan upayaupaya
pemerintah untuk memecahkannya.

2. Model retrospektif Penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan


dilakukan mencakup berbagai tipe kegiatan yang dikembangkan oleh tiga kelompok
analis:

1) Analis yang berorientasi pada disiplin Pada analis ini jarang menghasilkan
informasi yang secara langsung bermanfaat untuk merumuskan pemecahan atas
masalah-masalah kebijakan, terutama karena variabel-variabel yang paling
relevan bagi penguji-penguji teori ilmiah umum juga jarang dapat digunakan oleh
pembuat kebijakan untuk melakukan manipulasi kebijakan.

2) Analis yang berorientasi pada masalah Para analis yang berorientasi pada
masalah kurang menaruh perhatian pada pengembangan dan pengujian teori-teori
yang dianggap penting di dalam disiplin ilmu sosial, tetapi lebih menaruh
perhatian pada identifikasi variabel-variabel yang dapat dimanipulasi oleh para
pembuat kebijakan untuk mengatasi masalah. Analis yang berorientasikan pada
masalah jarang menyajikan informasi mengenai tujuan dan sasaran kebijakan
yang spesifik dari para pembuat kebijakan.

3) Analis yang berorientasi pada aplikasi Menerangkan sebab dan konsekuensi


kebijakan-kebijakan dan program publik, tetapi tidak menaruh perhatian terhadap
pengembangan dan pengujian teori-teori dasar. Melakukan identifikasi tujuan dan
sasaran kebijakan dari para pembuat kebijakan dan pelaku kebijakan. Informasi
mengenai tujuantujuan dan sasaran kebijakan memberi landasan bagi pemantauan
dan evaluasi hasil kebijakan yang spesifik, yang dapat digunakan oleh praktisi
untuk merumuskan masalahmasalah kebijakan, mengembangkan alternatif
kebijakan baru, dan merekomendasikan arah tindakan untuk memecahkan
masalah.

3. Model integratif Model perpaduan antara kedua model di atas. Model ini kerap disebut
sebagai model komprehensif atau model holistik, karena analisis dilakukan terhadap
konsekuensi-konsekuensi kebijakan yang mungkin timbul baik sebelum maupun sesudah
suatu kebijakan dioperasikan. Model analisis kebijakan ini biasanya melibatkan teknik-
teknik peramalan dan evaluasi secara terintegrasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebijakan publik akan lebih mudah dipelajari dengan bantuan penggunaan model. Model
merupakan alat bantu dalam perumusan dan pembuatan kebijakan publik. Manfaat penggunaan
model adalah mempermudah deskripsi persoalan secara struktural, membantu dalam melakukan
prediksi akibat-akibat yang timbul dari ada atau tidak adanya perubahan-perubahan karena faktor
penyebab. Jadi perumusan kebijakan publik akan lebih mudah dipelajari apabila menggunakan
suatu pendekatan atau model tertentu. Dengan berbekalkan model-model dan tipologi-tipologi
itulah maka analis kebijakan publik akan lebih dipermudah tugasnya dalam upayanya memahami
bagaimana proses perumusan atau proses implementasi kebijakan publik.
DAFTAR PUSTAKA

Mustopadidjaya (2002), Manajemen Proses Kebijakan Publik,. Formulasi, Implementasi dan


Evaluasi Kinerja, Jakarta: LAN.

Wahab SA. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadyah Malang.

Dunn, W. N. (2000). Pengantar Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.

Anda mungkin juga menyukai