NOLVINARIS SIRI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya, dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
C. Tujuan ………………………………………………………………… 5
Politik ……………………………………………………………….. 9
Kesimpulan ………………………………………………………….. 11
BAB 1
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model kebijakan dapat dinyatakan sebagai konsep, diagram, grafik atau persamaan
matematika. Mereka dapat digunakan tidak hanya untuk menerangkan, menjelaskan dan
memprediksikan elemen-elemen suatu kondisi masalah melainkan juga untuk
memperbaikinya dengan merekomendasikan serangkain tindakan untuk memecahkan
masalah-masalah tertentu.
4
Model adalah wakil ideal dari situasi-situasi dunia nyata. Model adalah
menyederhanakan dari realitas yang diwakili. Model dapat dibedakan atas model fisik
dan model abstrak. Model fisik adalah reproduksi ukuran kecil dari benda atau
objek fisik.Model pesawat terbang, model pakaian, model rumah dibuat untuk
menggambarkan bentuk asli dari benda yang ingin digambarkannya. Model abstrak
adalah penyederhanaan fenonema sosial atau konsep-konsep tertentu yang dinyatakan
dalam bentuk pernyataan-pernyataan teoritis, simbol-simbol, gambar atau rumusan-
rumusan matematis mengenai fenomena yang dideskripsikannya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
5
A. Fungsi Model Kebijakan
Fungsi utama model adalah untuk mempermudah kita menerangkan suatu benda atau
konsep. Dalam beberapa kasus, model dapat didasarkan suatu teori, tetapi model juga
dapat dipakai untuk menguji atau menjelaskan hipotesis sebagai bagian dari proses
perumusan teori. Untuk mempermudah dalam menjelaskan gedung, pasar, pemerintah,
partisipasi, atau kesejahteraan tentunya diperlukan model, benda dan konsep di atas tidak
mungkin kita bawa kemana-mana.Kita hanya dapat membawa benda dan konsep tersebut
dalam bentuk model. Oleh karena itu, model memiliki fungsi :
Ada beberapa model studi kebijakan menurut James Anderson, James P.Lester dan
Joseph Stewart, masing-masing model memiliki keunggulan dan kelemahan. Model-
model tersebut adalah :
a) Model Pluralis
b) Model Elitis
Dalam hal ini kebijakan publik dapat di pandang sebagai preferensi dan
nilai dari elite penguasa.Teori elite menyatakan bahwa masyarakat bersifat apatis
dan kekurangan informasi mengenai kebijakan publik. Karena itu kelompok elite
yang akan mempertajam pendapat umum. Pejabat administrator hanyalah
pelaksana kebijakan yang telah ditentukan oleh kelompok elite tersebut.
c) Model Sistem
Model ini menganggap bahwa kebijakan sebagai keluaran dari suatu sistem
(policy as system output).Menurut model ini kebijaksanaan publik merupakan
respons suatu sistem politik terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan (sosial,
politik, ekonomi, kebudayaan, geografis dan sebagainya) yang ada disekitarnya.
Model ini mencoba menggambarkan bahwa kebijakan publik sebagai suatu
keluaran (output) dari sistem politik.
d) Model Inskrementalis
e) Model Institusional
7
organisasi, tetapi sayangnya kurang membuat analisa tentang hubungan antara
lembaga-lembagan pemerintahan itu dengan kebijaksanaan negara.
Uraian mengenai model ini, dicetuskan oleh Charles E. Lindblom dalam bukunya
yang berjudul “The Science of Muddling Through” dikutip dari (Islamy,1988:4.17)
menjelaskan mengenai proses pembuatan keputusan dengan model yang disebut
“disjointed incrementalism” atau disebut dengan model inkremental. Inkremental sendiri
berarti kebijakan yang mengalami perubahan sedikit-sedikit.Model ini memandang
kebijakan publik sebagai suatu kelanjutan kegiatan-kegiatan pemerintah dimasa lalu
dengan hanya menambah atau merubahnya (modifikasi) sedikit-sedikit.
8
Menurut pandangan kaum inkrementalis, para pembuat keputusan dalam
menunaikan tugasnya berada di bawah keadaan yang tidak pasti yang berhubungan
dengan konsekuensi-konsekuensi dari tindakan mereka di masa depan, maka keputusan-
keputusan inkremental dapat mengurangi risiko atau biaya ketidakpastian itu.
Inkrementalisme juga mempunyai sifat realistis karena didasari kenyataan bahwa para
pembuat keputusan kurang waktu, kecakapan, dan sumber-sumber lain yang dibutuhkan
untuk melakukan analisis yang menyeluruh terhadap semua penyelesaian alternatif
masalah-masalah yang ada. Disamping itu, pada hakikatnya orang ingin bertindak secara
pragmatis, tidak selalu mencari cara hingga yang paling baik dalam menanggulangi suatu
masalah. Singkatnya, inkrementalisme menghasilkan keputusan-keputusan yang terbatas,
dapat dilakukan dan diterima.
Menurut Lindblom, di satu sisi, model inkremental bisa dianggap sebagai sebuah
model deskriptif dalam pengeritan bahwa kebijakan yang dibuat melalui apa yang
disebut sebuah proses “pemecahan” (a “muddling through”). Di lain sisi, model ini juga
dipandang sebagai sebuah pendekatan yang secara mendasar konservatif terhadap policy
innovation. Sekalipun model ini merupakan pembenaran yang canggih terhadap
kebijakan dan proses pembuatan kebijakan yang mendasarkan pada “muddling through”,
yakni perubahan inkremental namun sulit untuk membenarkan menurut asumsi bahwa
keputusan-keputusan kebijakan masa lalu adalah selalu benar, khususnya pada saat
terjadi perubahan-perubahan yang sangat cepat, dan masalah atau persoalan yang sedang
didiskusikan tidak mempunyai preseden.
Analisis dengan model inkremental ini memberikan jalan berbeda dari rasional-
komprehensif (sinoptis), selain menawarkan kemudahan dalam analisis karena tidak
perlu melakukan analisis secara cermat dan teliti, cukup melihat kebijakan yang telah ada
kemudian disesuaikan dengan permasalahan yang terus berubah, cukup melakukan utak-
atik penyesuaian, hal tersebut sudah merupakan analisis. Kebijakan dibuat oleh perumus
kebijakan tanpa harus melihat atau meneliti dengan komperehensif, sehingga dari
alternatif yang ada secara singkat diputuskan untuk dijadikan kebijakan dan kegiatannya
menjadi terus menerus, karena kebijakan yang dibuat tidak ada yang benar-benar untuk
9
dijadikan pemecahan masalah secara keberlanjutan, hanya untuk masalah yang hadir
sekarang.
Kelemahan model incremental adalah hanya dapat diambil ketika masalah yang
dihadapi pembuat kebijakan public merupakan masalah rutin dan tidak dapat
dilaksanakan untuk mengatasi masalah krisis (suwirtini,2009).
BAB III
PENUTUP
10
Kesimpulan
Dalam kebijakan politik, ada beberapa model studi kebijakan menurut James Anderson,
James P.Lester dan Joseph Stewart, masing-masing model memiliki keunggulan dan
kelemahan. Model-model tersebut adalah:
a) Model Pluralis
b) Model Elitis
c) Model Sistem
d) Model Inskrementalis
e) Model Institusional
Analisis dengan model inkremental ini memberikan jalan berbeda dari rasional-
komprehensif (sinoptis), selain menawarkan kemudahan dalam analisis karena tidak perlu
melakukan analisis secara cermat dan teliti, cukup melihat kebijakan yang telah ada
kemudian disesuaikan dengan permasalahan yang terus berubah, cukup melakukan utak-atik
penyesuaian. Kelemahan model incremental adalah hanya dapat diambil ketika masalah yang
dihadapi pembuat kebijakan public merupakan masalah rutin dan tidak dapat dilaksanakan
untuk mengatasi masalah krisis.
DAFTAR PUSTAKA
11
Suwirtini, 2009. http://modelinkramentalkebijakanpolitik. (Diakses pada tanggal 1 Mei
2018).
http://kertyawitaradya.wordpress.com/2010/01/26/tinjauan-teoritis-implementasi-kebijakan-
publik/ (Diakses pada tanggal 1 Mei 2018).
Lindblom, Charles E. Ardian Syamsudin (terj). 1986. Proses Penetapan Kebijakan Edisi
Kedua. Jakarta : Erlangga
12