Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH INKRAMENTAL

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

NOLVINARIS SIRI

NIM : 4111 6053

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya, dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, Mei 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ………………………………………………………………. 2

Daftar Isi ……………………………………………………………………… 3

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang ………………………………………………………. 4

B. Rumusan masalah …………………………………………………… 5

C. Tujuan ………………………………………………………………… 5

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian fungsi model kebijakan ……………………………….. 6

B. Pengertian model Inkramental …………………………………….. 8

C. Kelebihan dan kekurangan model Inkramental dalam kebijakan

Politik ……………………………………………………………….. 9

BAB III. PENUTUP

Kesimpulan ………………………………………………………….. 11

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 12

BAB 1
3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun belakangan ini, dimana persoalan-persoalan yang dihadapi


pemerintah sedemikian kompleks akibat krisis multidimensional, maka bagaimanapun
keadaan ini sudah barang tentu membutuhkan perhatian yang besar dan penanganan
pemerintah yang cepat namun juga akurat agar persoalan-persoalan yang begitu
kompleks dan berat yang dihadapi oleh pemerintah segera dapat diatasi. Kondisi seperti
ini pada akhirnya menempatkan pemerintah dan lembaga tinggi Negara lainnya berada
pada pilihan-pilihan kebijakan yang sulit.Kebijakan yang diambil tersebut terkadang
membantu pemerintah dan rakyat Indonesia keluar dari krisis, tetapi dapat juga terjadi
sebaliknya, yakni malah mendelegitimasi pemerintah itu sendiri.

Dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul diperlukan pengambilan


kebijakan yang tepat, sehingga kebijakan tersebut tidak menimbulkan permasalahan
baru. Pengambilan suatu kebijakan tentunya memerlukan analisis yang cukup jeli,
dengan menggunakan berbagai model serta pendekatan yang sesuai dengan
permasalahan yang akan dipecahkan. Untuk bisa mengambil kebijakan yang sesuai
dengan permasalahan yang ada, dipandang sangat perlu bagi pengambil kebijakan untuk
mengerti serta memahami berbagai model dan pendekatan yang dapat digunakan sebagai
dasar dalam pengambilan suatu kebijakan.

Model kebijakan adalah representasi sederhana mengenai aspek-aspek yang


terpilih dari suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan-tujuan tertentu.Seperti
halnya masalah-masalah kebijakan yang merupakan bangunan mental yang berdasarkan
pada konseptualisasi dan spesifikasi elemen-elemen kondisi masalah, model-model
kebijakan merupakan rekonstruksi artificial dari realitas dalam wilayah yang merentang
dari energi dan lingkungan sampai ke kemiskinan, kesejahteraan dan kejahatan.

Model kebijakan dapat dinyatakan sebagai konsep, diagram, grafik atau persamaan
matematika. Mereka dapat digunakan tidak hanya untuk menerangkan, menjelaskan dan
memprediksikan elemen-elemen suatu kondisi masalah melainkan juga untuk
memperbaikinya dengan merekomendasikan serangkain tindakan untuk memecahkan
masalah-masalah tertentu.

4
Model adalah wakil ideal dari situasi-situasi dunia nyata. Model adalah
menyederhanakan dari realitas yang diwakili. Model dapat dibedakan atas model fisik
dan model abstrak. Model fisik adalah reproduksi ukuran kecil dari benda atau
objek fisik.Model pesawat terbang, model pakaian, model rumah dibuat untuk
menggambarkan bentuk asli dari benda yang ingin digambarkannya. Model abstrak
adalah penyederhanaan fenonema sosial atau konsep-konsep tertentu yang dinyatakan
dalam bentuk pernyataan-pernyataan teoritis, simbol-simbol, gambar atau rumusan-
rumusan matematis mengenai fenomena yang dideskripsikannya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu Jelaskan pengertian


Inkramental dan kelebihan serta kekurangannya ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah:

1. Mengetahui fungsi model kebijakan

2. Mengetahui pengertian model Inkramental

3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan model Inkramental dalam kebijakan politik

BAB II

PEMBAHASAN

5
A. Fungsi Model Kebijakan

Fungsi utama model adalah untuk mempermudah kita menerangkan suatu benda atau
konsep. Dalam beberapa kasus, model dapat didasarkan suatu teori, tetapi model juga
dapat dipakai untuk menguji atau menjelaskan hipotesis sebagai bagian dari proses
perumusan teori. Untuk mempermudah dalam menjelaskan gedung, pasar, pemerintah,
partisipasi, atau kesejahteraan tentunya diperlukan model, benda dan konsep di atas tidak
mungkin kita bawa kemana-mana.Kita hanya dapat membawa benda dan konsep tersebut
dalam bentuk model. Oleh karena itu, model memiliki fungsi :

1) Membantu kita untuk memperoleh pemahaman tentang peroperasinya sistem


alamiah atau system buatan manusia. Model membantu kita menjelaskan
sistem apa, dan bagaimana sistem tersebut beroperasi.

2) Membantu kita dalam menjelaskan permasalahan dan memilah-milah elemen-


elemen tertentu yang relevan dengan permasalahan.

3) Membantu kita memperjelas hubungan antara elemen-elemen tersebut.

4) Membantu kita dalam merumuskan kesimpulan dan hipotesis mengenai


hakekat hubungan antar elemen.

Model-Model Studi Kebijakan

Ada beberapa model studi kebijakan menurut James Anderson, James P.Lester dan
Joseph Stewart, masing-masing model memiliki keunggulan dan kelemahan. Model-
model tersebut adalah :

a) Model Pluralis

Model ini berangkat dari dalil bahwa interaksi antara kelompok-kelompok


merupakan titik pusat kenyataan politik. Kelompok dipandang sebagai jembatan
antara individu dan pemerintah.Politik adalah arena perjuangan kelompok untuk
memenangkan kebijakan publik.Tugas sistem politik adalah untuk mengelola
konflik kelompok.

Model pluralis memiliki keunggulan bahwa kebijakan yang diambil


didasarkan pada kepentingan kelompok dan tidak atas dasar kepentingan pribadi.
6
Kelemahan pada model ini adalah apabila kelompok tersebut tidak memikirkan
kepentingan kelompok lain, sehingga kebijakan yang diambil hanya akan
menguntungkan kelompok tertentu.

b) Model Elitis

Dalam hal ini kebijakan publik dapat di pandang sebagai preferensi dan
nilai dari elite penguasa.Teori elite menyatakan bahwa masyarakat bersifat apatis
dan kekurangan informasi mengenai kebijakan publik. Karena itu kelompok elite
yang akan mempertajam pendapat umum. Pejabat administrator hanyalah
pelaksana kebijakan yang telah ditentukan oleh kelompok elite tersebut.

c) Model Sistem

Model ini menganggap bahwa kebijakan sebagai keluaran dari suatu sistem
(policy as system output).Menurut model ini kebijaksanaan publik merupakan
respons suatu sistem politik terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan (sosial,
politik, ekonomi, kebudayaan, geografis dan sebagainya) yang ada disekitarnya.
Model ini mencoba menggambarkan bahwa kebijakan publik sebagai suatu
keluaran (output) dari sistem politik.

d) Model Inskrementalis

Memandang kebijakan publik sebagai kelanjutan aktivitas pemerintah yang


lalu dengan modifikasi-modifikasi yang sepotong demi sepotong (bersifat
inkremental). Penyaji model : Charles E. Lobdblom sebagai kritik pembuatan
keputusan tradisional – rasional.

e) Model Institusional

Menurut Islami (1997) model ini biasanya menggambarkan tentang struktur


organisasi, tugas-tugas dan fungsi-fungsi pejabat organisasi, serta mekanisme

7
organisasi, tetapi sayangnya kurang membuat analisa tentang hubungan antara
lembaga-lembagan pemerintahan itu dengan kebijaksanaan negara.

B. Pengertian Model Inkramental

Model inkremental pada hakikatnya memandang kebijakan publik sebagai


kelanjutan dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah di masa lampau,
dengan hanya melakukan perubahan-perubahan seperlunya. Model inkremental ini untuk
pertama kalinya dikembangkan oleh ekonom, Charles E. Lindblom, sebagai kritik
terhadap model rasional komprehensif dalam pembuatan kebijakan publik.Pendukung
model ini menyatakan bahwa perubahan tambahan lebih cepat dari perubahan
komprehensif bahwa potensi konflik jauh lebih rendah dibandingkan dengan perubahan
radikal dan inkremental adaptasi kontribusi pada redefinisi kebijakan secara terus
menerus.Model ini pada hakikatnya memandang kebijakan publik sebagai kelanjutan
dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah dimasa lampau, dengan
melakukan perubahan-perubahan seperlunya.

Uraian mengenai model ini, dicetuskan oleh Charles E. Lindblom dalam bukunya
yang berjudul “The Science of Muddling Through” dikutip dari (Islamy,1988:4.17)
menjelaskan mengenai proses pembuatan keputusan dengan model yang disebut
“disjointed incrementalism” atau disebut dengan model inkremental. Inkremental sendiri
berarti kebijakan yang mengalami perubahan sedikit-sedikit.Model ini memandang
kebijakan publik sebagai suatu kelanjutan kegiatan-kegiatan pemerintah dimasa lalu
dengan hanya menambah atau merubahnya (modifikasi) sedikit-sedikit.

Menurut penulis model inkremental merupakan analisis sederhana ketika melihat


masalah yang hadir cukup diteliti dipermukaan masalah, lihat kebijakan yang telah ada
berikan sedikit perubahan untuk penyesuaian, maka jadilah sebuah kebijakan. Hal yang
paling mendasar dari model inkramental adalah dari adanya keterbatasan-keterbatasan
yang ada dalam pembuat keputusan, maka model inkremental hanya memusatkan
perhatiannya pada modifikasi atas kebijakan yang ada sebelumnya.Model pembuatan
kebijakan inkremental adalah yang paling cocok untuk masyarakat yang majemuk
(pluralistic society) seperti Amerika Serikat.

8
Menurut pandangan kaum inkrementalis, para pembuat keputusan dalam
menunaikan tugasnya berada di bawah keadaan yang tidak pasti yang berhubungan
dengan konsekuensi-konsekuensi dari tindakan mereka di masa depan, maka keputusan-
keputusan inkremental dapat mengurangi risiko atau biaya ketidakpastian itu.
Inkrementalisme juga mempunyai sifat realistis karena didasari kenyataan bahwa para
pembuat keputusan kurang waktu, kecakapan, dan sumber-sumber lain yang dibutuhkan
untuk melakukan analisis yang menyeluruh terhadap semua penyelesaian alternatif
masalah-masalah yang ada. Disamping itu, pada hakikatnya orang ingin bertindak secara
pragmatis, tidak selalu mencari cara hingga yang paling baik dalam menanggulangi suatu
masalah. Singkatnya, inkrementalisme menghasilkan keputusan-keputusan yang terbatas,
dapat dilakukan dan diterima.

Menurut Lindblom, di satu sisi, model inkremental bisa dianggap sebagai sebuah
model deskriptif dalam pengeritan bahwa kebijakan yang dibuat melalui apa yang
disebut sebuah proses “pemecahan” (a “muddling through”). Di lain sisi, model ini juga
dipandang sebagai sebuah pendekatan yang secara mendasar konservatif terhadap policy
innovation. Sekalipun model ini merupakan pembenaran yang canggih terhadap
kebijakan dan proses pembuatan kebijakan yang mendasarkan pada “muddling through”,
yakni perubahan inkremental namun sulit untuk membenarkan menurut asumsi bahwa
keputusan-keputusan kebijakan masa lalu adalah selalu benar, khususnya pada saat
terjadi perubahan-perubahan yang sangat cepat, dan masalah atau persoalan yang sedang
didiskusikan tidak mempunyai preseden.

C. Kelebihan dan Kekurangan Model Inkramental dalam Kebijakan Politik

Analisis dengan model inkremental ini memberikan jalan berbeda dari rasional-
komprehensif (sinoptis), selain menawarkan kemudahan dalam analisis karena tidak
perlu melakukan analisis secara cermat dan teliti, cukup melihat kebijakan yang telah ada
kemudian disesuaikan dengan permasalahan yang terus berubah, cukup melakukan utak-
atik penyesuaian, hal tersebut sudah merupakan analisis. Kebijakan dibuat oleh perumus
kebijakan tanpa harus melihat atau meneliti dengan komperehensif, sehingga dari
alternatif yang ada secara singkat diputuskan untuk dijadikan kebijakan dan kegiatannya
menjadi terus menerus, karena kebijakan yang dibuat tidak ada yang benar-benar untuk

9
dijadikan pemecahan masalah secara keberlanjutan, hanya untuk masalah yang hadir
sekarang.

Kelemahan model incremental adalah hanya dapat diambil ketika masalah yang
dihadapi pembuat kebijakan public merupakan masalah rutin dan tidak dapat
dilaksanakan untuk mengatasi masalah krisis (suwirtini,2009).

Contoh kasusdari model incremental : kebijakan penyakit sifilis turunan Bali,


pengambilan keputusan incremental akan menjauhkan gagasan kebijakan keras yang
mencoba menghapus keadaan.Sebaliknya, para pengambil keputusan mungkin pertama‐
tama melanjutkan dengan memberi dukungan pemeriksaan sifilis sebelum melahirkan
pada pemeriksaan HIV/AIDS rutin yang diberikan sebelum melahirkan. Jika intervensi
ini diterima secara luas oleh aktivis HIV/AIDS, tenaga kesehatan dan wanita‐wanita
yang mendatangi klinik‐klinik sebelum melahirkan; para pengambil keputusan kemudian
mungkin mengambil langkah tambahan laindengan melanjutkan kebijakan yang
mengalokasikan beberapa sumber daya tambahan untuk meningkatkan angka ibu‐ibu
hamil yang mendatangi klinik‐klinik sebelum melahirkan. Jika aktivis HIV/AIDS
mencegah usaha untuk membajak pelayanan ‘mereka’, atau tenaga‐tenaga kesehatan
tidak akan menerima tambahan beban kerja,para pengambil keputusan akan memeriksa
kembalikemungkinan untuk mengambil langkah tambahan lain, seperti
memperpanjangprogram khusus pemeriksaan sifilis.

BAB III

PENUTUP

10
Kesimpulan

Dalam kebijakan politik, ada beberapa model studi kebijakan menurut James Anderson,
James P.Lester dan Joseph Stewart, masing-masing model memiliki keunggulan dan
kelemahan. Model-model tersebut adalah:

a) Model Pluralis

b) Model Elitis

c) Model Sistem

d) Model Inskrementalis

e) Model Institusional

Model inkremental pada hakikatnya memandang kebijakan publik sebagai kelanjutan


dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah di masa lampau, dengan hanya
melakukan perubahan-perubahan seperlunya.

Analisis dengan model inkremental ini memberikan jalan berbeda dari rasional-
komprehensif (sinoptis), selain menawarkan kemudahan dalam analisis karena tidak perlu
melakukan analisis secara cermat dan teliti, cukup melihat kebijakan yang telah ada
kemudian disesuaikan dengan permasalahan yang terus berubah, cukup melakukan utak-atik
penyesuaian. Kelemahan model incremental adalah hanya dapat diambil ketika masalah yang
dihadapi pembuat kebijakan public merupakan masalah rutin dan tidak dapat dilaksanakan
untuk mengatasi masalah krisis.

DAFTAR PUSTAKA

AG.Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

11
Suwirtini, 2009. http://modelinkramentalkebijakanpolitik. (Diakses pada tanggal 1 Mei
2018).

http://kertyawitaradya.wordpress.com/2010/01/26/tinjauan-teoritis-implementasi-kebijakan-
publik/ (Diakses pada tanggal 1 Mei 2018).

Lindblom, Charles E. Ardian Syamsudin (terj). 1986. Proses Penetapan Kebijakan Edisi
Kedua. Jakarta : Erlangga

Suwirtini Sri.2009.Konsep Dasar Kebijakan Publik.Semarang:Badan Penerbit Universitas


Diponegoro Semarang

Winarno,Budi, 2002, Kebijakan Publik: teori dan proses, Medpress: Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai