Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ARYANTO

NIM : P07134121004A
TUGAS : PARASITOLOGI
DOSEN : ERSHANDI RESNHALEKSMANA, S.Si.,M.Sc.

1. RT-PCR TEST FOR DETECTION OF DENGUE VIRUS-3 IN


INTRATHORACALLY INFECTED Aedes aegypti

Background: Dengue viruses, globally the most prevalent arboviruses, are


transmitted to humans by persistently infected Aedes aegypty. Detection of
Dengue viral RNA in mosquito thorax using Reverse Transcription Polymerase
Chain Reaction (RT-PCR) assay is an alternatives method for Dengue vector
surveillance.The study aimed to test RT-PCR technique to detection Dengue-3 in
intrathoracally infected Ae. aegypti.
Metode: The study design was experimental with descriptive analytic using
mosquitoes of Dengue Virus-3 were used as infectious samples and non-infected
adult Ae. aegypti mosquitoes were used as normal ones.
Result: The results shows the RT-PCR technique can detect Dengue-3 viral RNA
in intrathoracally Ae. aegypti at 5th ,6th and 7th days incubation.

2. DETEKSI VEKTOR DAN HOST RESERVOIR PARASIT PENYEBAB


FILARIASIS DAN MALARIA DI SUMBA BARAT DAN PAPUA BARAT

Latar belakang: Upaya untuk memberantas penyakit filariasis dan malaria telah
banyak dilakukan mulai dari deteksi dini, pengobatan dan pemberantasan vektor
nyamuk, namun kedua penyakit tersebut hingga saat ini belum dapat dieliminasi.
Hal ini menjadi alasan peneliti untuk menemukan keberadaan host reservoir dari
parasit filaria dan Plasmodium pada hewan-hewan non primata yang ada di
daerah endemis filariasis limfatik dan malaria yang mungkin berpotensi sebagai
sumber penularan bagi manusia.
Tujuan: Tujuan penelitian ini yaitu untuk menemukan hewan selain primata yang
dapat menjadi host reservoir, menemukan spesies nyamuk, dan menemukan
koinfeksi parasit penyebab filariasis limfatik dan malaria pada satu hewan dan
vektor
Metode: Pemeriksaan sampel darah hewan non primata menggunakan metode
PCR (Polymerase Chain Reaction), mikroskopis dan sequencing sedangkan
pemeriksaan parasit dalam tubuh (head-thorax) nyamuk menggunakan metode
PCR.
Hasil: Hasil penelitian menemukan 32 hewan non primata positif Plasmodium, 9
hewan positif mikrofilaria dan 2 nyamuk positif Plasmodium. Hasil pemeriksaan
menemukan bahwa:
a. Hewan selain primata yang berperan sebagai host reservoir malaria adalah
kerbau, kuda, kambing dan anjing sedangkan host reservoir filariasis adalah
kerbau dan anjing.
b. Spesies nyamuk yang berperan sebagai vektor malaria adalah Anopheles
sundaicus.
c. Parasit penyebab filariasis dan malaria ditemukan koinfeksi di hewan kerbau.
d. Parasit penyebab filariasis limfatik dan malaria tidak ditemukan koinfeksi dalam
satu vektor nyamuk.

3. IDENTIFIKASI SPESIES NYAMUK GENUS MANSONIA DAN DETEKSI


MOLEKULER TERHADAP MIKROFILARIA/LARVA CACING BRUGIA MALAYI
PADA NYAMUK GENUS MANSONIA

Latar belakang: Filariasis merupakan penyakit menular menahun dengan


kecacatan seumur hidup yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria. Sebanyak
70% kasus ini disebabkan oleh Brugia malayi. Kabupaten Banyuasin Sumatera
Selatan termasuk salah satu wilayah endemis filariasis malayi. Pemutusan
transmisi vektor merupakan unsur utama program eliminasi filariasis limfatik
sehingga metode deteksi untuk mengetahui ada tidaknya infeksi larva pada
nyamuk adalah sangat diperlukan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis spesies
nyamuk Mansonia sebagai vektor filaria di Banyuasin dan mendeteksi DNA
mikrofilaria/larvafilaria Brugia malayi pada tubuh vektor.
Metode: Penelitian ini dilaksanakan pada tiga RT di Desa Sungai Rengit Murni
yang lokasinya berdekatan dengan sungai/rawa dan pemukiman. Sampel adalah
semua nyamuk genus Mansonia betina. Penangkapan dengan umpan hewan/sapi
yang dimasukkan di dalam kelambu. Identifikasi nyamuk di Lokalitbang P2B2
Baturaja dan molekuler di Laboratorium Mikrobiologi RSMH Palembang.
Hasil: Populasi nyamuk yang berhasil ditangkap dengan umpan sapi sebanyak
3085 ekor dengan populasi nyamuk dominan berasal dari
genus Culex dan Mansonia. Sebanyak tujuh spesies nyamuk genus Mansonia
ditemukan yakni : Ma. uniformis, Ma. africana, Ma. indiana, Ma. dives, Ma.
annulifera, Ma. annulata dan Ma. Bonneae. Total jumlah nyamuk Mansonia yang
didapat berjumlah 906 ekor yang dibagi dalam 50 pool.
4. PERBANDINGAN METODE PENYIMPANAN DARAH VEKTOR SURRA (LALAT
HAEMATOPHAGUS) UNTUK ANALISIS MULTIPLEX POLIMERASI CHAIN
REACTION

Latar Belakang: Surra pada ternak disebabkan oleh Trypanosoma evansi (T.
evansi) dapat dikendalikan dengan dua pendekatan, yaitu tindakan pengobatan
dan pemberantasan vektor. Lalat penghisap darah (haematophagous) seperti
Stomoxys calcitrans, Hippobosca sp dan Haematobia irritans exiqua adalah vektor
mekanis surra yang berpotensi menyebarkan penyakit ini semakin meluas.
Deteksi keberadaan T. evansi dalam suatu daerah dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan darah pada ternak dan pada vektor.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara metode
penyimpanan sampel darah lalat dengan etanol 80% dan kertas saring guna
mendeteksi T. evansi dalam tubuh lalat (vektor surra)
Metode: Metode ini menggunakan Multiplex PCR. Sebanyak 33 ekor lalat
penghisap darah (Stomoxys calcitrans, Hippobosca sp dan Haematobia irritans
exiqua) dikoleksi dari Kabupaten Sumba Timur (5 ekor) dan Pandeglang (28 ekor).
Lalat disimpan dalam dua metode, yaitu dengan menggunakan etanol 80% (darah
berada di dalam abdomen lalat, 17 ekor) dan kertas saring (16 ekor). Genomic
DNA Mini Kit (Geneaid) digunakan untuk ekstraksi DNA genom dari sampel yang
diuji.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua lalat yang diuji (100%)
mengandung T. evansi yang ditandai dengan adanya pita DNA pada gel. Hal ini
mengindikasikan bahwa kedua metode penyimpanan tersebut tidak berpengaruh
terhadap DNA T. evansi sehingga dapat digunakan untuk analisis multiplex PCR.
Metode penyimpanan dengan kertas saring lebih praktis karena dapat
diaplikasikan langsung di lapang pada saat bersamaan dengan koleksi darah
ternak.

Anda mungkin juga menyukai