DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Model Perumusan
Kebijakan Kesehatan Model Kelompok”. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................6
BAB II.......................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................7
2.1 Pengertian Kebijakan Kesehatan.................................................................................7
2.2 Tahapan Pengembangan Kebijakan Kesehatan..........................................................7
2.3 Implementasi Kebijakan Kesehatan...........................................................................13
2.4 Pengertian Model Kelompok.......................................................................................14
2.5 Bentuk-Bentuk Model Kelompok...............................................................................16
2.6 Karakteristik Model Kelompok..................................................................................17
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Kelompok..........................................................17
2.8 Manfaat Model Kelompok...........................................................................................18
BAB III....................................................................................................................................19
PENUTUP...............................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................19
3.2 Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun belakangan ini, di mana masalah persoalan yang dihadapi
pemerintah sedemikian kompleks akibat krisis multidimensi, maka hal ini tentu
membutuhkan perhatian yang besar dan penanganan pemerintah yang cepat namun juga
akurat agar masalah persoalan yang begitu kompleks dan berat yang dihadapi oleh
pemerintah segera dapat diatasi. Kondisi seperti ini pada akhirnya menempatkan pemerintah
dan lembaga tinggi negara lainnya berada pada pilihan-pilihan kebijakan yang sulit.
Kebijakan yang diambil tersebut terkadang membantu pemerintah dan rakyat Indonesia
keluar dari krisis, tetapi juga dapat terjadi sebaliknya, yakni malah mendelegitimasi
pemerintah itu sendiri. Dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul diperlukan
pengambilan kebijakan yang tepat, sehingga kebijakan tersebut tidak menimbulkan
permasalahan baru. Pengambilan suatu kebijakan tentunya memerlukan analisis yang cukup
jeli, dengan menggunakan berbagai model serta pendekatan yang sesuai dengan
permasalahan yang akan diselesaikan. Untuk dapat mengambil kebijakan yang sesuai dengan
permasalahan yang ada, pengambil kebijakan perlu memahami berbagai model dan
pendekatan yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan suatu kebijakan.
Model adalah abstraksi dari realita. Penggambaran abstraksi dapat berupa indikator-
indikator sari realita. Mustopadidjaja (1992: 34) merumuskan model sebagai penyederhanaan
dari kenyataan persoalan yang dihadapi, diwujudkan dalam hubungan-hubungan kausal atau
fungsional. Model dapat digambarkan dalam bentuk skematik model (seperti flow chart atau
arrow diagram), fisikal model (seperti miniatur), game model (seperti adegan latihan
kepemimpinan, latihan manajemen), simbolik model (seperti ekonometrika dan program
komputer). Kebijakan publik juga akan lebih mudah dipelajari dengan bantuan penggunaan
model. Model merupakan alat bantu yang baik dalam perumusan dan penentuan solusi atau
alternatif yang dipilih dalam pembuatan kebijakan publik. Manfaat penggunaan model adalah
mempermudah deskripsi persoalan secara struktural, membantu dalam melakukan prediksi
akibat-akibat yang timbul daripada ada atau tiadanya perubahan-perubahan dalam faktor
penyebab (Mustopadidjaja, 1992: 34).
Tekanan kelompok-kelompok kepentingan diharapkan dapat mempengarhi pembuatan
atau perubahan kebijakan publik. Besar kecil tingkat pengaruh dari suatu anggota kelompok
kepentingan ditentukan oleh jumlah anggotanya, harta kekayaan, kekuatan, dan kebaikan
organisasi, kepemiminan, hubungannya yang erat dengan para pembuat keputusan, serta
kohesi intern para anggotanya. Perumusan kebijakan publik merupakan hasil perjuangan
kelompok secara terus menerus agar pemerintah sebagai aktor pembuat kebikajan
memberikan respons terhadap tekanan-tekanan yang diberikan oleh kelompok tersebut (group
pressures) yaitu dengan melakukan tawar menawar (bargaining), perjanjian (negotiating) dan
kompromi (compromising) terhadap kepentingan persaingan tuntutan-tuntutan dari
kelompok-kelompok kepentingan lain yang berpengaruh.
Contoh kasus dari model kelompok adalah pada saat pemilihan Presiden Republik
Indonesia hingga terpilihnya Gus Dur sebagai Presiden RI, terdapat berbagai kelompok-
kelompok kepentingan yang saling bersaing untuk memenangkan suara mengalahkan suara
mayoritas pemenang Pemilu yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Pada tahap
perumusan kebijakan publik telah terjadi kompromi, negosiasi dan bargaining politik diantara
kelompok-kelompok kepentingan, sehingga terbentuk Poros Tengah. Poros Tengah inilah
yang berhasil memenangkan Gus Dur dan mengalahkan Megawati yang dicalonkan dari
pemenang Pemilu yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Dalam model kelompok
nampak bahwa suara mayoritas dapat bergabung untuk membentuk mayoritas baru.
Contoh kasus lainnya adalah Pemerintah Kabupaten Kebumen, melalui bupati KH. M.
Nashirudin Al Mansyur menyatakan status “quo”, yakni kembali pada keadaan semula atas
permasalahan tanah dinas penelitian pengembangan (Dislitbang) TNI AD dengan Masyarakat
wilayah Urut Sewu Kebumen. Artinya penggunaan lahan untuk kegiatan dilaksanakan seperti
sebelum ada permasalahan. “TNI dapat melaksanakan latihan seperti sedia kala. Sedangkan
para petani dapat melaksanakan kegiatan bercocok tanam,” selanjutnya penyelesaian
permasalahan tanah selanjutnya akan diadakan peninjauan di lapangan oleh TNI, Pemerintah
daerah, serta masyarakat. Hal itu dalam rangka penentuan batas kepemilikan tanah. (suara
merdeka).
Model kebijakan adalah representasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih dari
suatu kondisi masalah yang disusun untuk tujuan-tujuan tertentu. Model kebijakan kesehatan
adalah suatu cara atau metode yang dilakukan untuk bisa mengambil keputusan dari suatu
masalah dibidang kesehatan. Fungsi dari model kebijakan kesehatan adalah membantu kita
menjelaskan apa. mengapa dan bagaimana sistem kesehatan beroperasi, membantu dalam
menangani permasalahan dibidang kesehatan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dalam pelayanan dibidang kesehatan.
Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang rumit. Oleh karena itu, beberapa
ahli mengembangkan model-model perumusan kebijakan publik untuk mengkaji proses
perumusan kebijakan agar lebih mudah dipahami. Dengan demikian, pembuatan model-
model perumusan kebijakan digunakan untuk lebih menyederhanakan proses perumusan
kebijakan yang berlangsung secara rumit tersebut.
Pada dasarnya ada empat belas macam model perumusan kebijakan, dan keempat belas
model tersebut dikelompokkan kedalam dua model yaitu model elite dan model pluralis.
Model elite merupakan model yang dipengaruhi kontinentalis yang terdiri dari model
kelembagaan (institutional), model proses (process), model kelompok (group), model elit
(elite), model rasional (rational), model inkremental (incremental) dan model pengamatan
terpadu (mixed scanning). Sementara model pluralis yaitu model yang dipengaruhi oleh
anglo-saxonis yaitu model teori permainan (game theory), model pilihan publik (public
choice), model sistem (system), model demokratis (democratic), model deliberatif
(deliberative), model strategis (strategic), dan model tong sampah (garbage can).
Kebijakan diartikan sebagai sejumlah keputusan yang dibuat oleh pihak yang
bertanggungjawab dalam bidang kebijakan kesehatan untuk membuat keputusan atau
bertindak atas suatu permasalahan. Kebijakan dapat disusun dalam semua tingkatan
dari paling bawah sampai pusat dari swasta maupun negara (Buse et al.,2005).
Kebijakan atau “policy” secara umum digunakan untuk menunjukkan perilaku
seorang aktor dari munculnya kebijakan misalnya seorang pejabat, organisasi maupun
lembaga atau sejumlah aktor dalam bidang tertentu (Winarno B, 2012). Dalam
menyusun kebijakan dikenal kerangka segitiga kebijakan
kesehatan yang digunakan untuk memahami pentingnya mempertimbangkan isi
kebijakan, proses penyusunan kebijakan dan bagaimana kekuatan yang digunakan
dalam kebijakan kesehatan.
3. Keadaan politik (politic circumstances), masalah publik tidak pernah akan lepas
dari pengaruh politik dalam penyusunan pembuatan agenda, pembuatan kebijakan
sampai dengan implementasi kebijakan.
2. Penggambaran permasalahan
4. Penetapan prioritas
5. Perancangan kebijakan
6. Penggambaran pilihan-pilihan
7. Penilaian pilihan-pilihan
Untuk mengubah tuntutan tersebut menjadi sebuah kebijakan, suatu sistem harus
mampu mengatur dan memberlakukan penyelesaian-penyelesaian pertentangan atau
konflik. Oleh karena itu, suatu sistem dibangun berdasarkan elemen-elemen yang
mendukung sistem tersebut dan hal ini bergantung pada interaksi antar berbagai
subsistem, maka suatu sistem akan melindungi dirinya melalui tiga hal, yakni :
Pada bagian input dalam pendekatan formulasi kebijakan sebagai semua sistem
terdapat :
- Permintaan (demand)
- Dukungan (support).
Adopsi kebijakan adalah sebuah proses untuk secara formal mengambil atau
mengadopsi alternatif solusi kebijakan yang ditetapkan sebagai sebuah regulasi atau
produk kebijakan yang selanjutnya akan dilaksanakan. Pengadopsian kebijakan sangat
ditentukan oleh rekomendasi yang antara lain berisikan informasi mengenai manfaat
dan berbagai dampak yang mungkin terjadi dari berbagai alternatif kebijakan yang
telah disusun dan akan diimplementasikan. Penerapan kebijakan baru, perubahan,
perbaikan atau penarikan kebijakan yang sudah ada merupakan tanggung jawab dari
pimpinan pembuat kebijakan. Pengajuan kebijakan baru, amandemen atau
penarikan/penghentian kebijakan yang sudah ada harus mendapat persetujuan dengan
suara alternatif dari mayoritas anggota keseluruhan pimpinan.
e. Evaluasi Kebijakan
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran