Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN KEBIJAKAN DAN PENGELOLAAN


PENDIDIKAN DASAR

TENTANG
“TEORI PROSES PEMBUATAN KEBIJAKAN”

Oleh :
Wiwit Sanjaya ( 22124064 )

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Nurhizrah Gistituati, M.Ed
Prof. Dr. Hadiyanto, M.Ed.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sedalam dalamnya kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahNya kepada kita
semua sehingga kita masih bisa melaksanakan tugas dengan baik, untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Shalawat dan beriring salam juga penulis
mohonkan kepada Allah SWT semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah
Muhammad SAW yang telah berjasa membawa kita ke dunia yang terang
menerang dan membawa perubahan kepada umat maanusia di bumi ini.
Makalah ini disusun oleh penulis dengan tujuan agar dapat memahami
tentang Teori Proses Pembuatan Kebijakan Dalam Perkuliahan Manajemen
Kebijakan Dan Pengelolaan Pendidikan. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca, walaupun makalah ini banyak
memiliki kekurangan penulis sangat mengharapkan sekali kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya. Atas kritikan dan saran
yang diberikan, penulis mengucapkan terimakasih.

Padang, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ............................................................... i


DAFTAR ISI. ............................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN. ....................................................... 1


A. Latar Belakang. .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah. ............................................................... 2
C. Tujuan. ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN. .......................................................... 3
A. System Theory. .................................................................... 3
B. Neopluralist Advocacy Coalition and
Interest Group Theory. ......................................................... 5
C. Group Teory. ....................................................................... 7
D. Elite Theory. ........................................................................ 7
E. Plural Theory. ...................................................................... 8
F. System politic theory. ......................................................... 9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN. ................................ 11
A. Kesimpulan. ....................................................................... 11
B. Saran. ................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA. ............................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan public atau public police merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan ataupun tidak dilakukan pemerintah, baik yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
berorientasi pada kepentingan masyarakat (Muadi, 2016) (Andhika, 2019).
Didalam pengembangan kebijakan ini tentu diperlukan beberapa proses yang
sering kali menjadi tatangan tersendiri didalam kebijakan public ini.
Kebijakan sering dipergunakan dalam konteks tindakan-tindakan atau
kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh para aktor dan institusi-institusi
pemerintah serta perilaku pada umumnya. Makna kebijakan juga sering
dikonotasikan dengan sebagai politik karena membawa konsekwensi politis
dan perilaku politik. Dengan makna lain kebijakan adalah a means to an end,
alat untuk mencapai sebuah tujuan. Kebijakan publik pada akhirnya
menyangkut pencapaian tujuan publik.(Aziz et al., 2020)
Suatu kebijakan dibuat secara sengaja dan ada tujuan yanghendak
diwujudkan. Kebijakan memiliki unsur-unsur yang dengannya dapat
dimengerti mengapa kebijakan tersebut perlu ada. Abidin dalam Handoyo,
2012 mencatat ada empat unsur penting dari kebijakan, yaitu (1) tujuan
kebijakan, (2) masalah, (3) tuntutan (demand), dan (4) dampak atau outcomes
(Handoyo et al., 2012). Pada dasarnya aspek kebijakan publik sangat
kompleks. Pertama, dalam pelaksanaannya yang menyangkut pada
strukturnya. Struktur yang ada dalam sistem pemerintahan seringkali
menimbulkan konflik dalam implementasi kebijakan karena adanya
perbedaan kepentingan pada masing-masing jenjang pemerintahan. Kedua,
bahwa tidak semua kebijakan pemerintah dilaksanakan oleh badan-badan
pemerintah sendiri, seringkali kebijakan pemerintah dilaksanakan oleh
organisasi swasta dan individu. Ketiga, bahwa kebijakan yang diambil
pemerintah akan selalu menimbulkan akibat terhadap kehidupan warga
negara (Sutapa, 2005). Untuk dapat melaksanakan berbagai kebijakan yang
telah dibuat pemerintah, maka sangat diperlukan memahami teori-teori yang
terkait dengan kebijakan public untuk mempengaruhi tingkat keberhasilan
pelaksanaan berbagai kebijakan baik dalam pembuatan kebijakan dan
pengelolaan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah terkait pembahasan ini
adalah sebagai berikut ;
1) Bagaimanakah system Theory itu?
2) Bagaimanakah Neopluralist Advocacy Coalition And Interest
Group Theory ?
3) Bagaimanakah Group Theory ?
4) Bagaimanakah Elite Theory ?
5) Bagaimanakah Plural Theory ?
6) Bagaimanakah System Politic Theory ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut ;
1) Untuk memahami bagaimana system Theory
2) Untuk memahami bagaimana Neopluralist Advocacy Coalition
And Interest Group Theory
3) Untuk memahami bagaimana Group Theory
4) Untuk memahami bagaimana Elite Theory
5) Untuk memahami bagaimana Plural Theory
6) Untuk memahami bagaimana System Politic Theory
BAB II

PEMBAHASAN

A. System Teory
Teori Sistem (Systems Theory) adalah suatu pandangan holistik tentang
dunia dan memandangbahwa segala sesuatu terkait dan saling
berpengaruh satu sama lain. Teori ini berfokus pada komponen-
komponen dalam suatu sistem saling berinteraksi dan membentuk
suatu kesatuan yang lebih besar. Dalam teori ini, sistem dipandang sebagai
suatu unit yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berinteraksi dan
membentuk suatu kesatuan. Setiap komponen memiliki fungsi dan peran
tertentu dalam menjaga kestabilan dan keseimbangan dalam sistem. Teori ini
juga menekankanbahwa sistem memiliki batasan dan masukan dan output
yang mempengaruhi sistem tersebut.
Teori Sistem memiliki aplikasi yang luas dalam berbagai bidang, seperti
organisasi, manajemen,teknologi, dan lingkungan. Dalam bidang organisasi,
teori sistem membantu memahami bagaimana komponen dalam organisasi
saling berinteraksi dan membentuk kinerja organisasi secarakeseluruhan.
Dalam bidang manajemen, teori sistem membantu memahami bagaimana
manajerdapat mengatasi masalah dan memperbaiki kinerja organisasi
dengan memahami interaksi daninterdepensi komponen dalam sistem.
Dalam bidang teknologi, teori sistem membantu memahamibagaimana
teknologi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan
lingkungan bisnis
Secara umum, Teori Sistem memberikan pandangan yang holistik
tentang dunia dan membantu memahami bagaimana segala sesuatu
saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Inimembantu
memahami bagaimana perubahan dalam satu bagian sistem akan
mempengaruhikeseluruhan sistem dan membantu memecahkan masalah dan
memperbaiki kinerja sistem. Teori ini juga membantu memahami
bagaimana sistem dapat berevolusi dan menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan.
Suatu sistem harus mampu mengatur penyelesaian-penyelesaian
pertentangan atau konflik dan memberlakukan penyelesaian-penyelesaian
ini pada pihak yang bersangkutan, oleh karena suatu sistem dibangun
berdasarkan elemen-elemen yang mendukung sistem tersebut dan hal ini
bergantung pada interaksi antara berbagai subsistem, maka suatu sistem
akan melindungi dirinya melalui tiga hal, yakni: 1) menghasilkan
outputyang secara layak memuaskan, 2) menyandarkan diri pada ikatan-
ikatan yang berakar dalam sistem itu sendiri, dan 3) menggunakan atau
mengancam untuk menggunakan kekuatan (penggunaan otoritas).Dengan
demikian, model sistem ini jika di aplikasikan dalam dunia
pendidikan, perlu adanya keterlibatan masyarakat secara luas, untuk
memetakan permasalahan yang timbul sehingga analisis kebijakan yang
dikeluarkan dalam menjadi problem solving yang tepat dan bijak (Aziz et al.,
2020)
Namun, Teori Sistem juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, teori
ini memiliki pandangan yang terlalu holistik dan mengabaikan peran individu
dalam mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem. Kedua, teori ini memiliki
pandangan yang terlalu abstrak dan sulit untuk diterapkan secara praktis
dalam situasi nyata. Terakhir, teori ini juga memiliki batasan dalam
memahami dinamikasosial dan perubahan sosial, karena teori ini lebih
memfokuskan pada bagaimana sistem bekerja secara keseluruhan dan tidak
mempertimbangkan perubahan sosial dan pergeseran dalam system.
Kelebihan teori sistem yaitu memiliki input dan proses yang jelas dan sesuai
prosedur sehingga menghasilkan output yang jelas. Sedangkan efisiensi
waktu menjadi kelemahan dari model ini dikarenakan membutuhkan waktu
yang banyak dalam menampun input dan melaksanakan proses sebelum
dilahirkannya kebijakan (Marsari et al., 2021)
B. Neopluralist Advocacy Coalition and Interest Group Theory
a. Neopluralist Advocacy Coalition Theory
Pengertian“Neopluralisme” menggambarkan bentuk representasi
politik berdasarkan advokasi oleh kelompok kepentingan. Teori
politik kelompok ini awalnya diusulkan oleh Arthur Bentley pada
tahun 1908, David Truman (1951) dan Robert Dahl (1956). Mereka
berargumen bahwa persaingan antara kelompok-kelompok
kepentingan yang termobilisasi mendorong proses politik, dengan
kebijakan yang sebagian besar mencerminkan perimbangan kekuatan
di antara mereka.
Neopluralisme adalah salah satu kelas temuan penelitian atau ilmu
sosial model seperti elitisme, pluralisme, dan korporatisme yang
mengacu pada struktur kekuasaan dan pembuatan kebijakan dalam
beberapa domain kebijakan public dan Neopluralisme lebih tepatnya
dapat merujuk pada pengamatan, perumusan teoretis dan elemen
metodologis, yang dikenal sebagai teori pluralis, telah digunakan
dalam modifikasi bentuk oleh peneliti di bidang pembuatan kebijakan
publik, politik perkotaan, dan kelompok kepentingan (Andrew S.
McFarland,2007).
Jadi neopluralisme advocacy coalition teory menekankan kepada
kelompok kepentingan memiliki akses yang sama terhadap proses
kebijakan dalam membentuk pandangan publik tentang suatu isu.
Kelompok kepentingan dapat memobilisasi dukungan publik dan
memengaruhi agenda kebijakan, serta dapat mempengaruhi institusi
dan pejabat yang membuat keputusan. Juga menekankan pentingnya
adanya keterbukaan dan akuntabilitas dalam proses pembuatan
kebijakan publik, yang dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif
kelompok kepentingan dan transparansi informasi (Marsari et al.,
2021).
b. Interest Group Theory
Kelompok kepentingan (interest group) di defenisikan sebagai, a
group of persons who share a common cause, which puts them into
political competition with other groups of interests.atau dapat
dikatakan sebagai sekelompok orang yang memiliki tujuan yang sama,
yang menempatkan mereka dalam persaingan politik dengan
kelompok kepentingan lainnya. Cara kerja kelompok kepentingan
tidak menggunakan tekanan-tekanan ataupun paksaan, tetapi melalui
hubungan ke dalam (lobbying) serta jaringan kerja (networking) yang
intensif tetapi persuasif. Gabriel A. Almound membedakan kelompok
kepentingan menjadi empat bentuk, antara lain (Maiwan, 2016) ;
1) Kelompok Anomik
terbentuk di antara unsur-unsur dalam masyarakat secara
spontan dan hanya bersifat sementara dan tidak memiliki
norma dan sistem yang jelas
2) Kelompok Non-Asosional
Secara teoritis, kegiatan kelompok non-asosional
merupakan ciri masyarakat yang belum maju, di mana
kesetiaan kesukuan atau keluarga- keluarga aristokrat
mendominasi kehidupan politis
3) Kelompok Institusional
Kelompok ini bersifat formal dan memiliki fungsi-fungsi
politik dan sosial. Kelompok ini juga mempunyai pengaruh
kuat dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah, hal ini
karena basis dari kelompok ini kuat
4) Kelompok Assosional
kelompok assosional menyatakan kepentingan dari suatu
kelompok khusus, menggunakan pekerja yang profesional,
dan memiliki prosedur yang teratur guna merumuskan
kepentingan dan tuntutan.
C. Group Teory
Adalah teori yang menganggap kebijakan publik sebagai produk dari
perjuangan kelompok. Kebijakan publik merupakan titik equilibrium dalam
suatu perjuangan antar kelompok. Penekanan pada bagaimana
peranan political interests group dalam proses formulasi dan implementasi
kebijakan. Kelompok kepetingan adalah kelompok dengan sikap bersama
yang membuat klaim tertentu atas kelompok lain di masyarakat yang
kemudian akan menjadi politis dan pada akhirnya menjadi penghubung antara
individu dan pemerintah.
Sebuah kelompok merupakan kumpulan dari para individu yang
berdasarkan sikap atau kepentingan bersama melakukan klaim atau tuntutan
terhadap “kelompoik lain” dalam masyarakat. (“kelompok lain” sering
dimaksudkan sebagai institusi pemerintah). Konsep utama dalam teori
kelompok adalah “akses” Agar mempunyai pengaruh dalam membentuk
keputusan-keputusan pemerintah, sebuah kelompok harus mempunyai akses
atau kesempatan untuk mengungkapkan pandanganpandangannya terhadap
pembuat kebijakan.(Rusfiana, 2016)
D. Elite Theory
Teori elite berkembang dari teori politik elit-massa yang melandaskan diri
pada asumsi bahwa di dalam setiap masyarakat pasti terdapat dua kelompok,
yaitu pemegang kekuasaan (elit) dan yang tidak memegang kekuasaan
(massa). Teori ini beranggapan bahwa sedemokratis apapun selalu ada bias di
dalam formulasi kebijakan, karena pada akhirnya kebijakan-kebijakan yang
dilahirkan merupakan preferensi politik dari para elit. Dalam model elite lebih
banyak mencerminkan kepentingan dan nilai-nilai elit dibandingkan dengan
memperhatikan tuntutan- tuntutan rakyat banyak (Masyitoh dkk., 2020),
sehingga perubahan kebijakan publik hanyalah dimungkinkan sebagai suatu
hasil dari merumuskan kembali nilai-nilai elite tersebut yang dilakukan oleh
elite itu sendiri.
Dalam model ini ada 3 lapisan kelompok sosial yaitu ;
a. Lapisan atas, dengan jumlah yang sangat kecil (elit) yang selalu
mengatur.
b. Lapisan tengah adalah pejabat dan administrator.
c. Lapisan bawah (massa) dengan jumlah yang sangat besar sebagai
yang diatur.

Dengan demikian penulis berpendapat bahwa isu kebijakan yang


akan masuk agenda perumusan kebijakan dalam dunia pendidikan
merupakan kesepakatan dan juga hasil konflik yang terjadi di antara elit
politik sendiri. Sementara masyarakat tidak memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi dan menciptakan opini tentang isu kebijakan yang
seharusnya menjadi agenda politik di tingkat atas, sementara
birokrat/administrator hanya menjadi mediator bagi jalannya informasi
yang mengalir dari atas ke bawah. Untuk itu perlu adanya sikap bijak
dalam menentukan kebijakan agar dirasakan manfaatnya untuk
kepentingan umum (Aziz et al., 2020). Berdasarkan kajian yang peneliti
lakukan ditemukan bahwa model elit memiliki kelebihan bahwa kebijakan
yang dihasilkan lebih cepat yang dilandasi dengan konsep dan teori pakar
ahli namun kebijakan tersebut tidak di tampung dari bawah sehingga
masyarakat hanya mengetahui bahwa kebijakan telah ada dan wajib untuk
dilaksanakan (Marsari et al., 2021)

E. Plural Theory
Secara luas, pluralisme merupakan paham yang menghargai adanya
perbedaan dalam suatu masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang
berbeda tersebut untuk tetap menjaga keunikan budayanya masing-masing.
Contohnya adalah orang-orang saling menghargai dan menghormati
perbedaan suku, ras, tradisi dan agama. Orang-orang saling menghargai
adat istiadat dalam kehidupan masyarakat. Orang-orang saling bergotong-
royong dan tolong-menolong ketika ada yang membutuhkan meskipun
berbeda.
Pluralisme adalah penyebab perubahan sosial sampai ketidakpuasan
masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi mempengaruhi diri.
Menurut Masykuri Abdillah dengan mengutip The Oxford English
Dictionary, mengelaborasi faham pluralisme sebagai;
1) Suatu teori yang menentang kekuasaan negara monolitis dan
sebaliknya, mendukung desentralisasi dan otonomi untuk
organisasi-organisasi utama yang mewakili keterlibatan individu
dalam masyarakat. Selain itu, suatu keyakinan bahwa kekuasaan
itu harus dibagi bersama-sama di antara sejumlah partai politik.
2) Keberadaan atau toleransi keragaman etnik atau kelompok-
kelompok kultural dalam suatu masyarakat atau negara, serta
keragaman kepercayaan atau sikap dalam suatu badan,
kelembagaan, dan sebagainya.
Esensi makna pluralisme tidak hanya diartikan sebagai sebuah
pengakuan terhadap keberagaman suatu bangsa, akan tetapi disamping itu
pluralisme juga mempunyai implikasi-implikasi politis, sosial, dan
ekonomi.Oleh karena itu secara praktis pluralisme selalu dikaitkan dengan
prinsip-prisip demokrasi, hal ini dapat diartikulasikan bahwa pluralisme
berkenaan dengan hak hidup kelompok-kelompok yang hidup dalam suatu
komunitas (Rusfiana, 2016)
F. System politic theory
Theory ini didasarkan pada konsep-konsep teori informasi (inputs,
withinputs, outputs dan feedback) dan memandang kebijakan sebagai respon
suatu sistem politik terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan (dalam hal ini
yaitu sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, geografis dan sebagainya) yang
ada di sekitarnya. Konsep “sistem” itu sendiri menunjuk pada seperangkat
lembaga dan aktivitas–aktivitas politik dalam masyarakat sehingga model
ini memandang kebijakan sebagai hasil (output) dari sistem politik yang
berfungsi mengubah tuntutan- tuntutan (demands), dukungan-dukungan
(supports), dan sumber-sumber (resources), menjadikan ini semua adalah
masukan–masukan (inputs), dimana masukan atau inputs ini menjadi
keputusan-keputusan atau kebijakan-kebijakan yang otoritatif bagi seluruh
anggota masyarakat (outputs). pembuatan kebijakan terdiri dari interaksi yang
terbuka dan dinamis antar para pembuat kebijakan dengan lingkungannya.
Interaksi yang terjadi dalam bentuk keluaran dan masukan (inputs dan
outputs). Keluaran yang dihasilkan oleh organisasi pada akhir- nya akan
menjadi bagian lingkungan dan seterusnya akan berinteraksi dengan
organisasi.
Jika sistem politik telah berhasil membuat keputusan ataupun kebijakan
yang sesuai dengan tuntutan tadi maka implementasi keputusannya akan
semakin mudah dilakukan. Menerima dan mematuhi hasil keputusan
kebijakan, mematuhi undang-undang, membayar pajak dan sebagainya adalah
merupakan perwujudan dari pemberian dukungan dan sumber-sumber Suatu
sistem menyerap bermacam-macam tuntutan yang kadangkala bertentangan
antara satu dengan yang lain. Untuk mengubah tuntutan-tuntutan menjadi
hasil-hasil kebijakan (kebijakan-kebijakan publik), suatu sistem harus mampu
mengatur penyelesaian-penyelesaian pertentangan atau konflik dan
memberlakukan penyelesaian-penyelesaian ini pada pihak yang bersangkutan.
(Muadi, 2016).
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kebijakan public atau public police merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan ataupun tidak dilakukan pemerintah, baik yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
berorientasi pada kepentingan masyarakat. Suatu kebijakan dibuat secara
sengaja dan ada tujuan yanghendak diwujudkan. Kebijakan memiliki unsur-
unsur yang dengannya dapat dimengerti mengapa kebijakan tersebut perlu ada.
Theory yang terkait dengan kebijakan public baik dalam pembuatan kebijakan
dan pengelolaan pendidikan seperti system Theory, Neopluralist Advocacy
Coalition And Interest Group Theory, Group Theory, Elite Theory, Plural
Theory dan System Politic Theory yang mana memiliki pengertian dan
penjelasan yang berbeda.
B. Saran
Dalam pengembangan materi terkait teory-teory yang berkaitang
kebijakan yang mengacu kepada pembuatan kebijakan dan pengelolaan
pendidikan masih belum semuanya dibahas pada makalah ini, oleh sebab itu
maka untuk pembaca harus memperkaya lagi bacaan dari sumber yang
terpecaya agar konsep tentang kerangka dasar dalam memahami prose
pembuatan kebijakan dan pengelolaan pendidikan dapat lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Andhika, L. R. (2019). Pemodelan Kebijakan Publik : Tinjauan Dan Analisis Untuk


Risalah Kebijakan Pemerintah ( Public Policy Modeling : Overview and Analysis
for Government Policy Brief ). Jurnal Riset Pembangunan, 2, 22–35.

Andrew S. McFarland. (2007). NEOPLURALISM. Annu. Rev. Polit. Sci. 2007. 10:45–
66 doi: 10.1146/annurev.polisci.10.072005.152119 Copyright c 2007 by Annual
Reviews. All rights reserved First published online as a Review in Advance on
November 16, 2006

Aziz, A. A., Nurfarida, R., Budiyanti, N., & Zakiah, Q. Y. (2020). Model Analisis
Kebijakan Pendidikan. Tapis : Jurnal Penelitian Ilmiah, 4(2), 192.
https://doi.org/10.32332/tapis.v4i2.2575

Handoyo, E., Ilmu, F., Universitas, S., Semarang, N., Handoyo, E., & Karya, W. (2012).
Kebijakan Publik.

Maiwan, M. (2016). Kelompok Kepentingan (Interest Group), Kekuasaan Dan


Kedudukannya Dalam Sistem Politik. Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, 15(2), 75–
91. https://doi.org/10.21009/jimd.v15i2.8815

Marsari, H., Hairani, S., & Gistituati, N. (2021). Model perumusan kebijakan pendidikan.
JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 6(1), 89.
https://doi.org/10.29210/3003908000

Muadi, S. S. A. M. I. (2016). Konsep dan Kajian Teori Perumusan Kebijakan Publik.


Review Politik, 06, 195–224.

Rusfiana, A. y. A. dan Y. (2016). BUKU - TEORI DAN ANALISIS KEBIJAKAN


PUBLIK.pdf. Penertbit Alfabeta.

Sutapa, M. (2005). Buku Pegangan Kuliah. 1–61.

Anda mungkin juga menyukai