Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN

“ASPEK TEORI KONTINJENSI DALAM AKUNTANSI KEPERILAKUAN”

Dosen Pengampuh : Dr. E. Yusnaini, SE., MSi., Ak.

Disusun Oleh :

Monica Wanda (01031282025076)

Rom Asia Asma Dara (01031282025077)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya kami

dapat menyelesaikan tugas makalah manajemen biaya yang berjudul “Aspek Teori Kontinjensi

Dalam Akuntansi Keperilakuan”. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas

mata kuliah manajemen biaya. Penulisan makalah ini dapat diselesaikan tidak lepas dari

dukungan, bimbingan, dan bantuan dari banyak pihak yang sangat berarti. Pada kesempatan ini

kami ingin mengucapkan terima kasih kepada para dosen pengampu mata kuliah Akuntansi

Keperilakuan Indralaya yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami dapat

melatih diri kami untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Kami menyadari makalah ini

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk menyempurnakan makalah ini agar lebih baik dimasa yang akan datang.

Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak untuk memberikan

pengetahuan mengenai pembahasan pada makalah tersebut

Indralaya, 29 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3

2.1. Pengertian Teori Kontingensi ............................................................................................. 3


2.2. Munculnya Perumusan Kontinjensi .................................................................................... 8
2.3. Variable Dasar Kontingensi Dan Hubunganya ................................................................. 11
2.4. Isi Teori Kontinjensi ......................................................................................................... 13
2.5. Kerangka Evaluasi Teori Kontijensi ................................................................................. 15
2.6. Implikasi Untuk Riset ....................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 19

3.1. Kesimpulan ....................................................................................................................... 19


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teori Contingency dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh

pendekatan sistem. Teori Contingency melihat teori organisasi sudah seharusnya berlandaskan

pada konsep system yang terbuka (open system concept). Ini merupakan pandangan yang

berbeda dari pandangan para ahli teori klasik yang melihat organisasi merupakan suatu system

yang tertutup.

Inti dari Teori Contingency ini pada dasarnya terletak pada pandangannya dalam melihat

hubungan antar organisasi dan hubungan antara organisasi dengan lingkungannya. Menurut teori

ini, hubungan antara satu organisasi dengan lainnya maupun dengan lingkungannya secara

keseluruhan, sangat tergantung pada situasi (depens on the situations). Teori Contingency ini

menolak prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh para ahli teori klasik dan menggantinya

dengan pandangan yang lebih adaptif dalam memahami organisasi.

Pendekatan kontingensi dipengaruhi oleh dua program penelitian sebelumnya yang

berusaha menunjukkan perilaku kepemimpinan yang efektif. Selama tahun 1950-an, para peneliti

di Ohio State University memberikan kuesioner untuk mengukur berbagai kemungkinan perilaku

pemimpin dalam berbagai konteks organisasi. Hasilnya adalah dua jenis perilaku pemimpin yang

terbukti efektif adalah:

1. Perilaku pemimpin pertimbangan (consideration leader behaviors) dimana pemimpin

membangun hubungan baik dan hubungan interpersonal dan menunjukkan dukungan

dan kepedulian terhadap bawahan dan

1
2. Perilaku pemimpin struktural (initiating structure leader behaviors) dimana seorang

pemimpin mengembangkan struktur organisasi (misalnya, tugas peran, perencanaan,

penjadwalan) untuk memastikan penyelesaian tugas dan pencapaian tujuan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan pokok masalah yang sesuai

dengan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa Pengertian Teori Kontingensi?

2. Bagaimanakah Munculnya Perumusan Kontinjensi?

3. Apa saja Variable Dasar Kontingensi dan bagaimana Hubunganya?

4. Apa saja Isi Teori Kontinjensi?

5. Bagaimana Kerangka Evaluasi Teori Kontijensi?

6. Bagaimanakah Implikasi Teori Kontinjensi Untuk Riset?

1.3. Tujuan

Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan pada

makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Pengertian Teori Kontingensi.

2. Untuk mengetahui Bagaimanakah Munculnya Perumusan Kontinjensi.

3. Untuk mengetahui Apa saja Variable Dasar Kontingensi dan bagaimana Hubunganya.

4. Untuk mengetahui Apa saja Isi Teori Kontinjensi.

5. Untuk mengetahui Bagaimana Kerangka Teori Kontijensi.

6. Untuk mengetahui Bagaimanakah Implikasi Teori Kontinjensi Untuk Riset.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Teori Kontingensi

Teori kontinjensi merupakan alat pertama dan yang paling terkenal untuk menjelaskan

berbagai variasi dalam struktur organisasi. Manfaat dari teori ini yang dapat dirasakan adalah

dalam mendesain suatu organisasi berdasarkan ketidak pastian lingkungan dan ukuran

organisasi.

Menurut teori kontingensi, ciri-ciri lingkungan mempengaruhi kemampuan satu organisasi

untuk mencapai sumber-sumber daya dan untuk memperbesar kemungkinan mendapatkan

sumber-sumber daya maka para manager harus mengijinkan departemen-departemennya untuk

mengorganisasi dan mengendalikan kegiatan-kegiatan mereka dengan cara sedemikian rupa

hingga memungkinkan mereka mencapai sumber daya dalam batas-batas kendala-kendala yang

ada pada lingkungan dimana mereka berada.

Tokoh utama yang memberikan dorongan besar bagi perkembangan teori organisasi pada

pendekatan atau teori kontinjensi adalah Joan Woodward, terutama melalui studinya mengenal

efek atau dampak dari teknologi terhadap organisasi. Hasil studi yang dilakukan Woodward

menunjukkan bahwa berbagai organisasi perusahaan atau firma yang dibangun atas dasar

prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh para ahli teori organisasi kalsik, tidak selalu mengalami

keberhasilan dari sudut pandang komersial. Woodward menyatakan bahwa variasi dalam hal

struktur organisasi berkaitan erat dengan perbedaanperbedaan teknis dalam proses produksi.

Menurut Woodward, penggunaan teknologi menuntut adanya kesesuaian baik pada tingkat

individu maupun organisasi, dimana kesesuaian ini hanya dapat dilakukan melalui penyusunan

3
struktur organisasi. Menurut Woodward, suatu organisasi perusahaan atau firma secara komersial

berhasil jika antara fungsi dan bentuk dari organisasi itu bersifat saling melengkapi.

Dalam studi yang dilakukannya, Woodward melihat bahwa dalam prakteknya, prinsip-

prinsip yang dikemukakan oleh para ahli teori organisasi klasik tidak selalu bisa dilaksanakan.

Struktur organisasi merupakan hasil dari berbagai variabel, tidak sesederhana seperti yang

dipikirkan para ahli teori organisasi klasik. Menurut Woodward, pengetahuan sudah seharusnya

menggantikan kepercayaan dan hal itu hanya bisa dilakukan melalui penelitian dan penelaahan

secara ilmiah. Gagasan Woodward merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi

perkembangan teori organisasi sejak masa itu sampai sekarang, terutama pengetahuan mengenai

bagaimana suatu organisasi bekerja. Penjelasan mengenai hubungan secara langsung antara

teknologi dengan struktur sosial dari organisasi merupakan temuan utama dari studi yang

dilakukan oleh Woodward. Organisasi yang menerapkan teknologi yang makin canggih,

cenderung untuk secara langsung mengembangkan sesuai dengan kecanggihan teknologi itu

suatu struktur organisasi yang sesuai pula, misalnya dalam bentuk panjangnya rantai perintah,

lingkup pengawasan dari pemimpin tertinggi suatu organisasi. rasio perbandingan antara para

manajer dengan pekerja dan sebagainya.

Selain Woodward, Jay Galbraith juga dapat dipandang sebagai ahli yang memberikan

sumbangan besar dan penting bagi perkembangan teori organisasi yang ada dewasa ini. Jay

Galbraith memberikan perhatiannya pada masalah kepastian dari kegiatan atau aktifitas

organisasi dalam hubungannya dengan aspek perencanaan dan kebutuhan akan informasi dalam

organisasi. Dalam pandangan Jay Galbraith, organisasi dilihat sebagai tempat dimana proses

pemilihan atau seleksi informasi berlangsung. kordinasi diantara berbagai komponen organisasi

yang dilakukan jika lingkungan aktifitas organisasi memerlukan. Perubahan pada tingkat

4
lingkungan mengharuskan penambahan lebih banyak aktifitas koordinasi yang dilakukan untuk

memproses informasi dalam organisasi sebagai suatu usaha untuk melakukan penyesuaian

terhadap perubahan lingkungan. Struktur organisasi dipandang sebagai alat untuk memproses

informasi yang disusun untuk mencapai koordinasi dan integrasi diantara bagian- bagian atau

komponen-komponen suatu organisasi. Gagasan dari Jay Galbraith yang demikian ini merupakan

sesuatu yang dewasa ini telah sangat dapat diterima dikalangan pemikiran dan teori organisasi

kontemporer.

Terdapat ahli-ahli teori organisasi yang lain yang juga memberikan sumbangan bagi

perkembangan teori kontinjensi. Salah satu diantaranya adalah James D. Thomson, yang

memberikan perhatian utamanya pada dampak atau efek dari teknologi terhadap organisasi, yang

tidak hanya terbatas pada organisasi bisnis saja, tetapi juga berbagai organisasi lainnya. Thomson

melihat bahwa pada organisasi-organisasi yang memiliki masalah-masalah teknologis dan

lingkungan yang kurang lebih sama, akan memiliki perilaku yang kurang lebih sama pula.

Menurut Thomson, dalam situasi yang demikian akan ditemukan pola-pola pengorganisasian

yang sama diantara organisasioeganisasi yang ada. Ini merupakan sumbangan yang cukup

penting bagi studi organisasi, karena ketika organisasi berhadapan dengan dorongan kekuatan

teknologi dan lingkungannya, organisasi tersebut akan melakukan adaptasi, terutama dalam

bentuk perubahan strukturnya guna mengakomodasi dorongan kekuatan tersebut.

Sumbangan penting lain dari James D. Thomson adalah rintisannya untuk memberikan

penekanan akan perlunya melakukan analisis terhadap organisasi sebagai suatu system yang

terbuka (open system). Meskipun gagasan Thomson untuk melihat organisasi sebagai suatu

system yang terbuka itu saat ini sudah menjadi hal yang biasa. tetapi dalam perkembangan teori

organisasi pada masa itu merupakan sumbangan yang sangat berarti. Jadi sumbangan terpenting

5
dari Thomson terhadap perkembangan teori organisasi terutama dalam memahami bagaimana

kekuatan teknologi dan lingkungan sebagai sistem yang melingkupi organisasi, berpengaruh

terhadap organisasi.

Ahli lain yang juga memberikan sumbangan bagi perkembangan teori Contingency adalah

Jay W. Lorsch dan Paul L. Lawrence. Pusat perhatian dari Lorsch dan Lawrence adalah pada

hubungan kontigensi antara suatu organisasi dengan lingkungannya. Hasil studi Lorsch dan

Lawrence secara jelas menunjukkan bahwa organisasi-organisasi yang sukses selalu disusun

strukturnya dalam pola yang konsistem dengan tuntutan lingkungannya. Pola hubungan yang

demikian dibuktikan oleh Lorsch dan Lawrence melalui pengujian terhadap empat komponen

atau variabel dasar:

 Tingkat formalitas dari struktur.

 Orientasi tujuan organisasi.

 Orientasi waktu.

 Orientasi hubungan interpersonal.

Dengan empat komponen dasar atau variabel utama itu, studi dari Lorsch dan menunjukkan

bahwa organisasi-organisasi yang secara teknologis dapat berjalan den pada umumnya memiliki:

 Struktur organisasi yang tingkat formalitasnya minimal

 Lebih berorientasi pada tujuan yang bersifat ilmiah dari pada berorientasi pada pasar

 Keberadaan para manajer yang berorientasi pada pemikiran jangka panjang

 Lebih mengutamakan pelaksanaan tugas pekerjaan dari pada mengutamakan hubungan-

hubungan sosial yang bersifat interpersonal.

6
Kondisi-kondisi yang demikian menurut Lorsch dan Lawrence merupakan kondisi yang

terbaik bagi suatu organisasi untuk bergerak dalam lingkungan kerja teknologis yang amat

tinggi. Sebaliknya, menurut Lorsch dan Lawrence, suatu organisasi adalah:

 Lebih menyerupai sebuah perkumpulan sosial, yang karenanya mengutamakan

formalitas dalam berbagai bentuk ritualnya

 Tujuannya lebih berorientasi pada pasar dari pada orientasi tujuan-tujuan yang ilmiah,

memiliki perspektif jangka pendek

 Lebih mementingkan hubungan interpersonal dari pada pengutamaan pada orinetasi

pelaksanaan tugas pekerjaan, merupakan kondisi yang tidak mendukung bagi suatu

organisasi untuk bergerak dalam lingkungan teknologis yang amat tinggi.

Organisasi yang dapat berjalan dengan baik dan sukses menurut Lorsch dan Lawrence

merumuskan tujuannya dengan mempertimbangkan fasilitas lingkungan secara konsisten.

Dengan kata lain, dalam pandangan Lorsch dan Lawrence, terdapat hubungan ketergantungan

antarasuatu organisasi dengan bagaimana struktur organisasi tersebut disusun untuk beraktivitas

dalam suatu kondisi lingkungan yang dihadapinya. Sebagai hasil dari hubungan ketergantungan

tersebut adalah terjadinya diferensiasi dari berbagai bagian dari organisasi. Jadi, kondisi

lingkungan menjadi faktor yang menentukan dalam pengambilan keputusan mengenal

bagaimana struktur suatu organisasi akan disusun.

Pada waktu berbagai komponen dari suatu organisasi mengalami diferensiasi, maka pada

saat itu pula diperlukan adanya suatu ikatan dari berbagai komponen yang mengalami

diferensiasi itu, kedalam suatu kesatuan dan keseluruhan yang efektif. Ini berkaitan dengan

fungsi integrasi, yang diperlukan untuk mempersatukan atau mengintegrasikan berbagai

komponen yang terdiferensiasi itu. Tingkat diferensiasi yang tinggi dari struktur suatu organisasi,

7
mengharuskan organisasi itu untuk mengembangkan secara serius suatu bentuk kerangka kerja

koordinatif diantara bagian-bagian atau sub unit-sub unit dalam struktur tersebut. Disini nampak

jelas adanya upaya perubahan pada tingkat manajemen, yang ditujukan untuk mencapai suatu

kondisi yang seimbang dan suatu pola integrasi diantara bagian-bagian yang mengalami

diferensiasi.

2.2. Munculnya Perumusan Kontinjensi

Alasan untuk mempertimbangkan adopsi terhadap teori kontinjensi akuntansi manajemen

adalah untuk digunakan sebagai alat yang dibutuhkan dalam menginterpretasikan hasil riset

empiris. Hal ini disebabkan keterbatasan dalam meninjau dan memahami jenis hipotesis yang

telah dikemukakan untuk menjelaskan penemuan yang berlawanan. Hal ini juga menyatakan

bahwa pekerjaan jenis ini tidak dengan sendirinya mencakup perumusan kontinjensi yang

semakin cepat, dan bahwa diperlukan pengembangan paralel dalam teori organisasi guna

mengembangkan suatu penjelasan penting.

 Pengaruh Hasil Empiris

Apabila diperoleh hasil yang tidak memuaskan maka masalah tersebut harus

dipecahkan dalam kerangka universal yang telah menjadi sumber stimulus bagi

pengembangan perumusan kontinjensi. Konsep, seperti teknologi, struktur organisasi, dan

lingkungan telah dilibatkan untuk menjelaskan mengapa sistem akuntansi membedakan

antara satu situasi dengan situasi yang lain.

 Efek Teknologi

Variabel kontinjensi terpanjang dan yang paling sederhana digunakan dalam

akuntansi manajemen adalah teknologi produksi. Jenis teknik dan proses produksi yang

berbeda telah memengaruhi desain sistem akuntansi internal walaupun harus dicatat hal

8
tersebut muncul sebagai alat untuk menjelaskan perbedaan dengan apa yang dianggap

sebagai konfirmasi empiris dari teori organisasi klasik. Sifat alami dari proses produksilah

yang menentukan jumlah alokasi biaya dan biaya tidak didistribusikan langsung secara

merata. Teknologi produksi memiliki pengaruh yang penting terhadap jenis informasi

akuntansi yang disajikan. Hal ini memunculkan aspek selain teknologi yang berpengaruh

atas informasi yang harus disediakan untuk mencapai efektivitas. Sebagai contoh,

kompleksitas dari tugas yang dihadapi oleh suatu organisasi berkaitan dengan struktur

pengendalian biaya yang sesuai.

 Efek dari Struktur Organisasi

Ada bukti menyatakan bahwa struktur organisasi memengaruhi cara dengan mana

informasi penganggaran digunakan paling baik. Hopwood membedakan antara

batasan anggaran yang unik tentunya yang disesuaikan dengan minat dan selera masyarakat

saat ini. (budgeti-condtrained), yaitu situasi dimana penggunaan informasi akuntansi dalam

anggaran menjadi satu-satunya faktor yang paling penting dalam evaluasi atasan terhadap

para bawahan, dan kesadaran laba (profit-conscius), yaitu gaya yang juga

mempertimbangkan efektivitas dan jangka waktu yang lebih panjang. Studi Hopwood

menunjukan bahwa gaya batasan anggaran bersifat kaku.

Studi Hopwood didasarkan pada pusat tanggung jawab (biaya) di pabrik baja

terintegritas, sehingga mempunyai saling ketergantungan yang luas antara bagian yang satu

dengan yang lainnya. Studi Otley melibatkan pusat tanggung jawab (laba) pada industri

penambangan batu bara, yang karena alasan yang praktis, tidak saling tergantung satu sama

lain. Studi awal menunjukan bahwa penggunaan yang kaku dari ukuran pencapaian

tidaklah sesuai jika terdapat saling ketergantungan yang luas. Penggunaan gaya anggaran

9
yang sesuai bergantung pada derajat tingkat saling ketergantungan yang ada diantara pusat

tanggung jawab yang terlibat.

 Efek Lingkungan

Faktor lingkungan juga dilibatkan untuk menjelaskan perbedaan dalam penggunaan

informasi akuntansi, Pengaruh persaingan yang dihadapi oleh perusahaan yang memakai

manajemen pengendalian menyimpulkan bahwa kesempurnaan akuntansi dan sistem

pengendalian dipengaruhi oleh intensitas persaingan yang dihadapi. Lebih lanjut lagi, jenis

persaingan yang berbeda mempunyai dampak sangat berbeda terhadap penggunaan

pengendalian akuntansi dalam perusahaan manufaktur. Dengan membedakan antara operasi

(lingkungan dimana adalah sulit bagi seseorang manajer unit untuk menunjukanlaba

akuntansi) dan operasi liberal (lingkungan yang relatof lebih mudah untuk memelihara

operasi yang menguuntungkan) dapat ditunjukan bahwa para manajer senior menggunakan

informasi anggaran untuk pencapaian manajerial yang sangat berbeda dalam kedua situasi

tersebut. anggaran dianggap sebagai suatu corak yang diinginkan dari sistem akuntansi,

penggunaan anggaran yang berbeda diperlukan untuk mencapai anggaran akurat terhadap

lingkungan. dya

 Pengaruh Teori Organisasi

Ketiga contoh terdahulu telah mengindikasikan sebagian dari variabel yang

mengakibatkan perbedaan dalam penggunaan dan desain dari sistem akuntansi. Ketiga

variabel kontinjensi adalah teknologi umum, struktur organisasi, dan lingkungan telah

digunakan sebagai contoh llustratiif karena ketiganya telah mengembangkan teori

kontinjensi akuntansi manajemen teoretis. Gerakan ini merupakan pendekatan

universalistis terhadap pendekatan akuntansi manajemen yang menjadi mode pada tahun

10
1970an. Kelebihan dari pendekatan ini tidak dapat dijelaskan hanya oleh tekanan

penemuan empiris yang berusaha untuk menemukan teori yang bersifat menjelaskan.

Faktor utama lain yang memengaruhi teori kontinjensi akuntansi manajemen yang terjadi

lebih dahulu.

2.3. Variable Dasar Kontingensi Dan Hubunganya

 Variabel Sosial

Perdebatan para ahli dalam kerangka teoretis yang mendasari riset komparatif tentang

akuntansi internasional berada dalam perspektif kontinjensi. Pada umumnya, studi ini lebih

banyak menggunakan bentuk pengujian atas perbedaan perbedaan dalam praktik pelaporan

keuangan tertentu diantara berbagai negara atau atas sistem akuntansi nasional. Dalam

kedua kasus tersebut, hasil yang umumnya diperoleh dalam suatu kesimpulan yang

menghubungkan perbedaan atau persamaan, baik dalam hal sosial, politik maupun

ekonomi. Teori dalam praktik pelaporan disetiap negara dipengaruhi oleh variabel-variabel

sosial tertentu. Variabel-variabel sosial terdiri dari beberapa faktor yang terutama terdapat

di semua perusahaan dalam suatu negara yang merupakan hal pokok yang bervariasi pada

setiap negara.

 Lingkungan

Lingkungan perusahaan merupakan konsep dalam hubungannya dengan

ketidakpastian. Karakteristik tersebut mempunyai sedikitnya dua dimensi yang terdiri atas:

a) dimensi stabil- dinamis, dan b) dimensi homogen dan heterogen. Hal ini sesuai dengan

struktur organisasi dan aplikasinya adalam akuntansi manajemen. Dimensi stabil dan

dinamis ditandai dengan tingkat keputusan faktor perubahan lingkungan internaldan

eksternal yang pada dasarnya sama dari waktu ke waktu dalam proses yang

11
berkesinambungan. Adapun dimensi homogen-heterogen daoat digambarkan dalam

hubungannya dengan tingkat keputusan di mana faktor lingkungan sebagai alternatif dari

yang terkecil sampai dengan yang terbesar. Faktor-faktor yang ada di dalam lingkungan

perusahaan dapat dibedakan dalam suatu rangkaian ketidakpastian dari yang dapat

diramalkan sampai yang tidak dapat diramalkan. Hal yang diperlukan dalam suatu riset

adalah pertimbangan yang menyatakan bahwa ketidakpastian lingkungan tertentu

memengaruhi struktur organisasi dan desain sistem akuntansi manajemen.

 Atribut Organisasi

Terdapat beberapa konsep yang membingungkan dalam literatur teori kontinjensi

terutama mengenai perbedaan antara variabel lingkungan dan atribut organisasi. Hal ini

dapat menimbulkan berbagai kesulitan yang tidak dapat dipisahkan dalam mendefinisikan

atau menjelaskan suatu organisasi. Pembahasan ini tidak bertujuan untuk memberikan

suatu penyelesaian suatu masalah. Atribut organisasi tetap merupakan konsep yang

berkaitan dengan penyediaan dan pengorganisasian sumberdaya perusahaan meliputi

ukuran organisasi, teknologi dan lain sebagainya. Besaran suatu organisasi merupakan

konsep dari ukuran yang ada didalamnya, seperti jumlah karyawan, tingkat perputaran

penjualan, nilai aset bersih atau modal yang digunakan, dan lain, sebagainya yang pada

umumnya saling berhubungan. Teknologi telah menjadi konsep penting. Terdapat tiga

skala penggunaan teknologi dalam meningkatkan kompleks teknis yaitu unit dan kelompok

kecil, kelompok besar dan massa, dan proses produksi.

 Karakteristik Pengguna

Para pengguna dapart digambarkan sebagai individu yang menggunakan data yang

terdapat dalam laporan perusahaan, dan memiliki suatu kepentingan atau sedang dalam

12
pengambilan keputusan keuangan. Suatu bukti riset yang harus dipertimbangkan oleh para

pengguna adalah alternatif yang berbeda untuk informasi dan kemampuan proses yang

ditimbulkan oleh perbedaan dalam model keputusan, gaya pengambilan keputusan, dan

sifat yang diturunkannya.

Pada kenyataannya, dalam literatur mengenai pengolahan informasi manusia dalam

rangka pengambilan keputusan menyatakan bahwa setiap individu mempunyai model

keputusan yang berbeda. Konsep gaya pengambilan keputusan mempunyai enam dimensi

berikut:

a. Analisis keputusan berbeda dengan pengambilan keputusan intuitif

b. Perbedaan dalam horizon waktu

c. Bentuk pengulangan yang mengacu banyak faktor dalam pertimbangan pengambilan

keputusan

d. Kemampuan untuk beradaptasi dalam keadaan yang berubah-ubah,

e. Proaktif vs reaktif, dan

f. Kemampuan strategis dalam hubungannya dengan pertimbangan di antara keputusan

yang sesuai dengan tujuan dan strategi perusahaan.

2.4. Isi Teori Kontinjensi

 Studi Empiris

Terdapat studi empiris dalam area akuntansi yang dengan tegas mengadopsi

pendekatan kontinjensi sebelum mengumpulkan data. Lebih lanjut lagi, dua di antara dari

studi utama menggunakan faktor metodologi analisis yang memandang permasalahan

dalam penafsiran dan perbandingan. Penafsiram sulit dilakukan karena faktor dari variabel

asli yang mendasari konsep teoretis dalam lompatan intuitif yang dibuat oleh peneliti

13
tersebut. Tentu saja, perbedaan yang sangat kecil dalam kesalahan acak pada pengukuran

mengakibatkan diperolehnya faktor yang sangat berbeda, sehingga membuat perbandingan

antar studi yang berbeda hampir mustahil. Walaupun analisis faktor adalah metode yang

bermanfaat sebagai dasar dimensi bahwa penggunaan kritik akan terbatas pada akumulasi

pengetahuan lebih lanjut.

Bruns dan Watrehouse membantah bahwa perilaku manajer berkaitan dengan

anggaran merupakan kontinjensi atas berbagai aspek struktur organisasi, seperti pemusatan,

otonomi, dan derajat tingkay aktivitas yang tersusun. tulisan ini menyimpulkan bahwa

pengendalian strategi yang berbeda bergantung pada jenis organisasinya.

 Perumusan Teoretis

Sebagai tambahan terhadap pekerjaan yang berdasarkan spekulasi teoretis

menyangkut sifat alami dari teori kontinjensi sistem informasi akuntansi, Gordon dan

Milner berusaha untuk menyediakan kerangka menyeluruh bagi perencanaan Sistem

Informasi Akuntansi (SIA) yang mempertimbangkan kebutuhan spesifikasi organisasi yang

luas dalam teori organisasi. Kebijakan manajemen dan akuntansi untuk mengidentifikasi

variabel adalah penting bagi pencapaian organisasi. Lingkungan, gaya pengambilan

keputusan dan karakteristik organisasi diusulkan sebagai variabel kontinjensi yang

terpenting. Masing-masing variabel kontinjenti tersebut dihubungkan dengan kondisi-

kondisi yang sesuai dengan variabel SIA. Walaupun pertanyaan SIA didesain untuk

menghadapi lingkungan, organisasi dan kondisi-kondisi gaya pengambilan keputusan,

perlu dicatat bahwa terdapat tiga pola dasar perusahaan dan pengelompokan variabel

kontinjensi yang khas. Bagaimanapun dua contoh tersebut mempunyai usulan mengenai

karakteristik yang tidak diinginkan yang dapat diperbaiki dengan pemanfaatan sesuai SIA.

14
Tidak terdapat pertimbangan eksplisit dari efektivitas dan sasaran tujuan organisasi dan

keunggulan yang nampak sepertinya didasarkan pada akal sehat dan bukannya kerangka

teoretis eksplisit.

Suatu pendekatan lebih lanjut sedikit berbeda secara alami karena ditulis oleh

mahasiswa yang belum lulus sistem perencanaan dan pengendalian manajemen. Tidak ada

formula yang diberikan, melainkan hanya pendekatan kearah desai sistem yang

direkomendasikan dan berbagai kontinjensi yang dikenali. Argumentasinya bahwa desain

apapun dari sistem perencanaan dan pengendalian khususnya bergantung pada:

a. Sasaran khusus yang dicapai dalam konteks sasaran tujuan organisasi.

b. Format tingkat dan perbedaan desentralisasi tertentu yang dipilih (yaitu struktur

organisasi).

c. Proses tunggal dan gabungan yang dikendalikan oleh sub unit-sub unit apakah tidak

tersusun atau tersusun (yaitu jenis teknologi) d) Jenis gaya manajerial yang digunakan

oleh para manajer senior.

2.5. Kerangka Evaluasi Teori Kontijensi

Sistem Informasi Akuntansi (SIA) hanya meliputi salah satu bagian dari struktur

pengendalian organisasi. Suatu strategi pengendalian organisais akan melibatkan pertimbangan

desain organisasim, sistem informasi manajemen, dan sistem perencanaan dan pengendalian.

Tentu saja, hal ini mungkin terlihat sama dengan subtitusi parsial yang ditandai oleh pernyataan

perasaan para manajer industri tertentu bahwa SIA yang digunakan dimaksudkan untuk

mengatasi kelemahan dalam desain organisasi. Dengan adanya kekurangan tersebut, dibentuklah

teori kontinjensi SIA diluar konteks dari keseluruhan paket pengendalian organisasi yang nyata.

Pertana, apa yang mendasari SIA, sehingga berpengaruh baik terhadap apa yang dilakukan oleh

15
organisasi untuk mencapai tujuannya dan proses pengendalian lain yang kkomplementer

terhadap SIA. Kedua, terdapat jangkauan menyeluruh dari faktor yang akan memengaruhi

pencapaian organisasi, dan bahwa hal itu akan mengendalikan strategi dan struktur, serta

menyatakan mengenai produk pasar dan pengaturan antarorganisasi. Pengaruh SIA terhadap riset

kelihatannya relatif kecil. Akhirnya, pertu ditentukan faktor apa yang mendasari pencapaian

organisasi yang efektif dengan menggunakan perbandingan antara sasaran hasil organisasi

dengan standar. Terdapat berbagai kesulitan substansial dalam pengukuran efektivitas organisasi

yang penting begi ukuran tersebut untuk mengembangkan teori kontinjensi secara benar.

2.6. Implikasi Untuk Riset

 Akuntansi sebagai Bagian dari Sistem Pengendalian

Studi efektivitas sistem informasi akuntansi manajemen berhubungan dengan studi

dari berbagai mekanisme pengendalian yang digunakan oleh organisasi untuk

memengaruhi perilaku anggota mereka dan hubungan mereka dengan lingkungan eksternal.

Sulit untuk memisahkan efek dari SIA dari pengendalian lainnya. Semuanya bertindak

sebagai suatu paket dan harus ditaksir bersama-sama. Fakta ini memperluas lingkup

tentang penyelidikan dan pengindikasian cakupan aktivitas kendali dalam daftar

penyusunan pengendalian. Sistem imbalan adalah suatu penghilang terkemuka. Selain itu

jenis pengendalian berbeda dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang berbeda.

Mekanisme pengendalian untuk berbagai tujuan akan menjadi sulit, jika tidak mungkin,

untuk mengisolasi efekdari alat pengendalian spesifik. Mungkin, riset awal dari strategi

untuk mengidentifikasi kombinasi pengendalian terutama sekali ditujukan untuk keadaan

tertentu.

16
Jadi, variabel kontinjensi yang terkait dengan desain organisasi dalam akuntansi

manajemen adalah penting, Klarifikasi konseptual lebih berada pada pemanfaatan

kerangkasistem kontrol. Walaupun model mekanik kendali sederhana tidak dapat secara

langsung deberlakukan bagi organisasi, terdapat empat karakteristik proses yang penting

bagi pengendalian organisasi efektif yaitu:

a. Spesifikasi suatu sasaran.

b. Pengukuran tingkat pencapaian sasaran.

c. Model yang bersifat prediktif terhadap kemungkinan tindakan hasil pengendalian.

d. Kemampuan dan motivasi untuk bertindak.

 Efektivitas Organisatoris

Penggunaan kerangka pengendalian menguatkan peran efektivitas organisasi dan

perhatian pada sasaran hasil organisasi. Sasaran hasil adalah suatu bagian penting dari

kerangka kontinjensi disamping satu variabel kontinjensi yang mungkin memenuhi sifat

alami sistem akuntansi yang membentuk ukuran perbandingan dengan efek dalam bentuk

pengendalian berbeda yang harus dievaluasi. Dalam rangka mengasosiasikan sistem

akuntansi dan kontinjensi tertentu harus dibuat pedoman mengenai dampak sistem

akuntansi dalam membantu pencapaian organisasi.

 Metodologi Riset

Pendekatan kontinjensi berhadapan dengan struktur alat pengendalian yang sangat

berhubungan, dimana SIA merupakan satu kesatuan,membenuk satu

pengendalian organisasi yang teratur.banyak dari dibuat hipotesis variabel yang

memengaruhi desain SIA untuk menjelaskan perbedaan struktur organisasi. Keadaan ini

tidaklah realistis untuk metode analisis statistik yang tidak menguraikan pola teladan

17
interaksi secara kompleks. Peneliti harus mempunyai keterlibatan semakin dekat dalam

pengembangan hipotesis seperti hubungan organisasi. Selain itu hubungan sebab akibat

menjadi jauh lebih penting dibandingkan dengan asosiasi,dimana interaksi variabel diamati

dari waktu ke waktu, sehingga menjadi lebih dihargai dibandingkan studi lintas bagian.

Studi longitudinal juga mampu menjelaskan proses dengan mana sistem akuntansi

dikembangkan dan diubah sebagai jawaban atas tekanan organisasi.

Campbell mengambil pelajaran dari riset mengenai efektivitas organisasi dan

menyimpulkan bahwa: 1) adalah kontra-produktif untuk mengikuti pendekatan multivariasi

dalam pengembangan ukuran efektivitas, 2) untuk sasaran dari efektivitas organisasi adalah

suatu tugas yang hampir pasti gagal, dan 3) kekeliruan dalam memusatkan perhatian pada

riset terhadap sumber daya yang langka guna mengembangkan ukuran berorientasi hasil

yang berfungsi dalam organisasi, seperti rasio modal laba, produktivitas dan semacamnya

(Lubis, 2017).

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perkembangan akutansi keperilakuan sekarang ini telah meluas hingga meliputi berbagai

dimensi ilmu. Arah perkembangan akuntansi keperilakuan sejalan paralel dengan perkembangan

teori perilaku organisasi sebagai induk evolusi akuntansi keperilakuan itu sendiri. Pada akhir

perkembangannya, akuntansi keperilakuan mengakses berbagai disiplin ilmu dan teori, namun

tampaknya teori kontinjensi memberi pengaruh yang dominan dalam disiplin ilmu dan riset-riset

akuntansi keperilakuan. Berbagai fakta empiris menunjukkan, riset-riset akuntansi keperilakuan

yang berbasis kontinjensi telah memberikan hasil-hasil yang berbeda dalam menjelaskan

fenomena hubungan antar variabel dalam riset. Investigas atas riset-riset terdahulu menunjukkan

bahwa perbedaan hasil-hasil riset tersebut disebabkan oleh setting riset dalam hal pemahaman

logis atas konstruksi hubungan antar variabel dapat dipahami melalui sejumlah fenomena sosial,

terutama berkaitan dengan psikologi periluku manusia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, A. (2017). Akuntansi Keperilakuan : Akuntansi Multiparadigma. Jakarta: Salemba Empat.

20

Anda mungkin juga menyukai