Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SYARIAH ENTERPRISE THEORY (SET)


Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah Teori Akuntansi Syariah
Dosen Pengampu: Arina Nurfaza, M.Si.

Disusun oleh:
1. Juwita Hidayat (202143030)
2. Marlina (202143023)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga
makalah “SYARIAH ENTERPRISE THEORY (SET)” ini dapat diselesaikan guna
memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu tercurahkan untuk junjungan Nabi Agung, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT, yang merupakan
sebuah petunjuk yang paling benar yakni syariah agama islam yang sempurna dan merupakan
satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta. Tak lupa juga berterimakasih
sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan penulis telah berusaha semaksimal
mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab itu, sangat mengharapkan kritik,
saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas makalah ini kedepannya. Demikianlah
yang dapat disampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat.

Lhokseumawe, 13 Mei 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ 1

DAFTAR ISI............................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 3

A. Latar Belakang.........................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah....................................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 5

A. Syariah Enterprise Theory (SET)............................................................................................ 5

B. Konsep Syariah Enterprise Theory (SET)............................................................................... 6

C. Karakteristik Syariah Enterprise Theory (SET)...................................................................... 8

D. Paradigma Transaksi Syariah.................................................................................................. 9

E. Pengertian SET dalam Perusahaan Manufaktur...................................................................... 10

F. Perusahaan Manufaktur dalam Pandangan Islam.................................................................... 10

BAB III PENUTUP.................................................................................................................... 13

A. Kesimpulan..............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 14

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori akuntansi adalah bentuk pengertian yang digunakan untuk menunjukan
spekulasi, metodologi, dan bentuk kerangka kerja serta mempelajari bentuk pelaporan
keuangan. Teori akuntansi juga membahas tentang bagaimana bentuk prinsip pelaporan
keuangan tersebut diterapkan dalam industri yang berkaitan dengan akuntansi. Teori ini pada
dasarnya digunakan sebagai kajian untuk memahami pelaporan keuangan dan bagaimana
perusahaan atau lembaga menyampaikan laporan tersebut menggunakan cara dan strategi
yang tepat. Keberadaan suatu perusahaan secara langsung maupun tidak langsung memiliki
dampak yang dirasakan tidak hanya bagi para pemegang saham (shareholders) namun juga
bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya seperti pegawai, pelanggan,
pemerintah, masyarakat, dan lingkungan. Dampak tersebut dapat berupa dampak yang
menguntungkan namun juga dapat berupa dampak yang justru merugikan.1
Tujuan utama dari kegiatan yang dilakukan suatu perusahaan adalah untuk
memperoleh laba, karena laba sangat berperan dalam menjaga kelangsungan hidup
perusahaan sesuai dengan prinsip going concern.2 Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan
dapat meningkatkan kinerjanya dengan mengelola aktivitas bisnisnya secara efektif, efisien,
dan ekonomis. Perusahaan tidak dapat hanya mengandalkan penjualan saja dalam
meningkatkan pendapatan dan memperoleh laba tanpa memperhatikan kepedualian terhadap
lingkungan dan sosialnya. Shariah Enterprise Theory menyatakan bahwa hakekat
kepemilikan utama berada pada kekuasaan Allah, sementara manusia hanya diberi hak untuk
mengelola (khalifa fil ardhi).
Manusia diharuskan mempertanggung jawabkan seluruh aktivitas kepada Allah secara
vertikal, dan kemudian dijabarkan lagi dalam bentuk pertanggung jawaban secara horizontal
kepada umat manusia lain serta pada lingkungan alam.

1
Almar M. dkk, Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap
Profitabilitas Perusahaan (2012): h. 541.
2
Nurdin, N. (2018). Institutional Arrangements in E-Government Implementation and Use: A Case
Study From Indonesian Local Government. International Journal of Electronic Government Research (IJEGR),
14(2), 44-63. https://doi.org/10.4018/ijegr.2018040104

3
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Syariah Enterprise Theory (SET)?
2. Apa saja konsep Syariah Enterprise Theory (SET)?
3. Bagaimanakah karakteristik Syariah Enterprise Theory (SET)?
4. Bagaimanakah Pardigma Transaksi Syariah?
5. Apakah pengertian Syariah Enterprise Theory (SET) dalam perusahaan manufaktur?
6. Bagaimanakah Perusahaan Manufaktur dalam Pandangan Islam?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Memahami penjelasan Syariah Enterprise Theory (SET)
2. Mengetahui konsep-konsep yang ada dalam Syariah Enterprise Theory (SET)
3. Mengetahui karakteristik Syariah Enterprise Theory (SET)
4. Memahami paradigma transaksi syariah
5. Mengetahui penjelasan SET dalam perusahaan manufaktur
6. Memahami perusahaan manufaktur dalam pandangan islam

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Syariah Enterprise Theory (SET)


Shariah Enterprise Theory (SET) merupakan teori yang melandasi akuntansi syariah.
SET dikembangkan dan dimodifikasi dari enterprise theory. Menurut Harahap (1996)
postulat, konsep, dan prinsip akuntansi syariah lebih tepat menggunakan enterprise theory
karena lebih mencakup aspek sosial dan berorientasi pada kepentingan stakeholders daripada
stockholders.
Triyuwono (2001) mengusulkan apa yang disebut dengan shariah enterprise
theory Aksioma terpenting yang harus mendasari dalam setiap penetapan konsep SET adalah
Allah sebagai Pencipta dan Pemilik Tunggal dari seluruh sumber daya yang ada di dunia ini.
Allah sebagai sumber amanah utama dan sumber daya yang dimiliki para stakeholders.
Dalam sumber daya tersebut melekat suatu tanggung jawab dalam penggunaan, cara dan
tujuan yang ditetapkan.
Konsep SET mendorong kepada pemahaman bahwa dalam harta sebenarnya
tersimpan hak orang lain. Pemahaman ini tentu membawa perubahan penting dalam
terminologi SET yang meletakkan premisnya untuk mendistribusikan kekayaan berdasarkan
kontribusi para partisipan, yaitu partisipan yang memberikan kontribusi keuangan atau
ketrampilan. Pemikiran ini dilandasi premis yang mengatakan bahwa manusia adalah
khalifatullah fil ardh yang membawa misi menciptakan dan mendistribusikan kesejahteraan
bagi seluruh manusia dan alam. Premis tersebut mendorong SET untuk mewujudkan nilai
keadilan terhadap manusia dan lingkungan alam. Oleh karena itu, SET akan membawa
kemaslahatan bagi stockholders, stakeholders, masyarakat dan lingkungan (Triyuwono,
2009). 3
Menurut penjelasan tersebut dapat digambarkan konsep pertanggung jawaban yang
dibawa oleh Shariah Enterprise Theory. Pada prinsipnya Shariah Enterprise Theory
memberikan bentuk pertanggung jawaban utamanya kepada Allah (akuntanbilitas vertikal)
yang kemudian dijabarkan lagi pada bentuk pertanggung jawaban pada manusia dan alam
(akuntanbilitas horizontal). Premis terakhir adalah falah, kesuksesan yang hakiki dalam bisnis

3
Nurdin, N. (2018). Institutional Arrangements in E-Government Implementation and Use: A Case
Study From Indonesian Local Government. International Journal of Electronic Government Research (IJEGR),
14(2), 44-63. https://doi.org/10.4018/ijegr.2018040104

5
berupa tercapainya kesejahteraan yang mencakup kebahagiaan (spiritual) dan kemakmuran
(material) pada tingkatan individu dan masyarakat.
Shariah Enterprise Theory menyatakan bahwa hakekat kepemilikan utama berada
pada kekuasaan Allah, sementara manusia hanya diberi hak untuk mengelola (khalifa fil
ardhi). Konsep Enterprise Theory menunjukkan bahwa kekuasaan ekonomi tidak lagi berada
di satu tangan, melainkan berada pada banyak tangan, yaitu stakeholder.4 Oleh karena itu
enterprise theory direkomendasikan untuk suatu sistem ekonomi yang mendasarkan diri pada
nilai-nilai syariah mengingat syariah melarang beredarnya kekayaan hanya di kalangan
tertentu saja. Tetapi, dalam konsep syariah belum Mengakui adanya partner tidak langsung
yang memberikan kontribusi ekonomi karena partner tidak langsung ini mempunyai hak atas
nilai tambah yang telah diperoleh perusahaan. Enterprise theory merupakan teori yang
mengakui adanya pertanggung jawaban tidak hanya kepada pemilik perusahaan saja
melainkan kepada kelompok stakeholders.

B. Konsep Syariah Enterprise Theory (SET)


Enterprise theory mengajukan beberapa konsep terkait dengan pengungkapan
tanggung jawab sosial sebuah perusahaan, terutama pada perbankan syariah. Konsep-konsep
tersebut, dijelaskan Meutia antara lain adalah:
Pertama Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan bentuk akuntabilitas
manusia terhadap Tuhan dan karenanya ditujukan untuk mendapatkan rida (legitimasi) dari
Tuhan sebagai tujuan utama. Kedua, Pengungkapan tanggung jawab sosial harus memiliki
tujuan sebagai sarana pemberian informasi kepada seluruh stakeholders (direct, in-direct, dan
alam) mengenai seberapa jauh institusi tersebut telah memenuhi kewajiban terhadap seluruh
stakeholders. Hal itu dapat dimaksimalkan melalui peran top management yaitu dewan
komisaris dan dewan direksi.5
Ketiga, Pengungkapan tanggung jawab sosial adalah wajib (mandatory), dipandang
dari fungsi bank syariah sebagai salah satu instrumen untuk mewujudkan tujuan syariah.
Keempat, Pengungkapan tanggung jawab sosial harus memuat dimensi material maupun
spriritual berkaitan dengan kepentingan para stakeholders. Kelima, Pengungkapan tanggung

4
Widjaya & Iwan Kurniawan, Enterprise Resource Planning (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),
h. 354.
Syafaat, M., & Nurfitriani, N. (2019). Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap Tanggung jawab
5

Sosial Perusahaan Pada BankUmum Syariah Di Indonesia. Jurnal Ilmu Perbankan dan Keuangan Syariah, 1(1),
96-125.

6
jawab sosial harus berisikan tidak hanya informasi yang bersifat kualitatif, tetapi juga
informasi yang bersifat kuantitatif.
a. Konsep Shariah Enterprise Theory
Shariah Enterprise Theory merupakan penyempurnaan teori yang mendasari
enterprise teory sebelumnya. Aksioma penting yang mendasari penetapan konsep Shari’ah
Enterprise Theory adalah Allah sebagai sumber amanah utama dan sumber daya yang
dimiliki para stakeholders. Sumber daya tersebut melekat suatu tanggung jawab dalam
penggunaan, cara dan tujuan yang ditetapkan sang pemberi amanah.6
Haryadi menyatakan bahwa pihak yang menerima pendistribusian nilai tambah dalam
teori ini diklasifikasikan menjadi dua golongan yakni direct participants dan indirect
participant. Direct participants adalah pihak yang terkait langsung dengan bisnis perusahaan
sedangkan indirect stakeholders adalah pihak yang tidak terkait langsung dengan bisnis
perusahaan. Shariah Enterprise Theory mengajarkan bahwa hakekat kepemilikan utama
berada pada kekuasaan Allah, sementara manusia hanya diberi hak untuk mengelola (khalifa
fil ardhi). 7
Manusia seharusnya mempertanggung jawabkan seluruh aktivitas kepada Allah secara
vertikal, dan kemudian dijabarkan lagi dalam bentuk pertanggung jawaban secara horizontal
kepada umat manusia lain serta pada lingkungan alam. Manusia sebagai khalifatullah fil ardi
memiliki misi mulia yaitu menciptakan dan mendistribusikan kesejahteraan (materi dan
nonmateri) bagi seluruh manusia dan alam semesta serta seluruh aktivitas kepada Allah
secara vertikal, dan kemudian dijabarkan lagi dalam bentuk pertanggung jawaban secara
horizontal kepada umat manusia lain serta pada lingkungan alam.
Shariah Enterprise Theory ini menyatakan bahwa penerima pertanggung jawaban di
dalam lembaga bisnis syariah terdiri atas dua yakni direct participant dan indirect participant.
Direct participant adalah pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam aktivitas bisnis
seperti pemilik, karyawan, investor dan karyawan perusahaan sedangkan indirect participant
adalah pihak-pihak yang secara tidak langsung terlibat dalam aktivitas bisnis yakni Allah swt,
masyarakat, alam dan stakeholder lainnya.8

6
Rahmah Yulisa Kalbarini, “Implementasi Akuntabilitas dalam Konsep Metafora Amanah di Lembaga
Bisnis Syariah”, JESTT 1, no. 7 (2014): h. 508.
7
Nurdin, N., Stockdale, R., & Scheepers, H. (2014). Coordination and Cooperation in E-Government:
An Indonesian Local E Government Case The Electronic Journal of Information Systems in developing
Countries, 61(3), 1-21.
8
Rahmah Yulisa Kalbarini, “Implementasi Akuntabilitas dalam Konsep Metafora Amanah di Lembaga
Bisnis Syariah”, h. 509.

7
Shariah Enterprise Theory dianggap paling pas untuk akuntansi syariah karena teori
ini mengandung nilai keadilan, kebenaran, amanah, kejujuran, dan pertanggung jawaban yang
telah sesuai dengan karakteristik humanis, emansipatoris, transendental dan teleologikal
dalam akuntansi syariah. Dalam Shariah enterprise theory, Allah adalah sumber utama.
Sesuatu yang dimiliki oleh para stakeholder adalah amanah dari Allah sehingga stakeholder
Bertanggung jawab untuk menggunakannya dengan cara dan tujuan yang telah ditetapkan
oleh Allah untuk mendapatkan ridho Allah dengan menjadikan amanah tersebut membawa
rahmat bagi seluruh alam.
Shariah Enterprise Theory memberi bentuk pertanggung jawaban utamanya kepada
Allah secara vertikal yaitu pihak paling tinggi dan merupakan tujuan utama hidup manusia,
yang kemudian memperluas bentuk pertanggung jawabannya secara horizontal yaitu kepada
manusia, lingkungan dan alam dimana manusia adalah khalifah yang telah diberi amanah
untuk mengatur dengan baik semua suberdaya yang telah Allah ciptakan untuk
keberlangsungan hidup manusia itu sendiri seperti tumbuhan, hewan, hutan, air, dan lain
sebagainya secara adil. Sebagai bentuk pertanggung jawaban secara horizontal yaitu kepada
sesama manusia, konsep Shariah Enterprise Theory ini menyajikan laporan nilai tambah
yang berguna untuk memberikan informasi kepada para stakeholders mengenai kepada
siapa nilai tambah yang diperoleh telah didistribusikan. 9

C. Karakteristik Syariah Enterprise Theory (SET)


Karakteristik mengenai tanggung jawab sosial suatu perusahaan, khususnya
khususnya perusahaan manufaktur, diantaranya adalah: 10
a. Bentuk tanggungjawab perusahaan secara vertikal, yaitu terhadap Allah SWT, ditunjukkan
dengan mengungkapkan laporan Corporate Social Responsibility atau laporan pertanggung
jawaban sosial mengenai apa saja yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan
utama mendapat ridho dari Allah SWT
b. Laporan pertanggungjawaban sosial yang telah disajikan oleh perusahaan hendaknya
dalam bentuk yang mudah dimengerti (understandable) oleh semua pihak yang
berkepentingan, karena menyajikan laporan sebagai sebagai sumber informasi yang
dibutuhkan oleh para stakeholder merupakan kewajiban perusahaan.

9
Inten Meutia, “Shariah Enterprise Theory sebagai Dasar Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial untuk
Bank Syariah, Disertasi 2010 (Malang: Program Pascasarjana Universitas Brawijaya).
10
Iwan Triyuwono, “Mengangkat ” sing liyan” untuk Formulasi Nilai Tambah Syari’ah. Simposium
Nasional Akuntansi X Unhas, 26-28 Juli 2007, h. 15.

8
c. Laporan pertanggungjawaban sosial bersifat wajib (mandatory) untuk mewujudkan tujuan
syariah, yaitu Allah memerintahkan untuk mengatur dan menata hubungan manusia
dengan Tuhannya dan mengelola hubungan antar manusia.
d. Dalam laporan pertanggungjawaban sosial, informasi yang disajikan selain mengandung
dimensi material juga harus mengandung dimensi spiritual, karena dimensi spiritual dapat
membimbing manusia untuk menjadi beriman dan bertakwa kepada Allah dan dimensi
material membantu untuk memecahkan masalah kehidupan agar dapat mencapai kemajuan.
Dengan demikian laporan pertanggungjawaban nantinya akan berguna bagi kepentingan
para stakeholder.
e. Informasi yang disajikan dalam laporan pertanggungjawaban sosial harus berisikan
informasi yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

D. Paradigma Transaksi Syariah


Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah
(KDPPLKS) dibahas tentang paradigma transaksi syariah yang menjadi kerangka dasar
akuntansi syariah. Paradigma transaksi syariah merupakan bagian dari konsep SET.
Transaksi Syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta
oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan illahi) dan sarana kebahagian hidup bagi seluruh
umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (al falah).
Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki akuntabilitas
dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik
dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Paradigma ini akan membentuk integritas
yang membantu terbentuknya karakter tata kelolayang baik (good governance) dan disiplin
pasar (market disciplin) yang baik.
Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia
yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan
Tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk. Prinsip Syariah yang berlaku
umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat secara hukum bagi semua
pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi syariah. Akhlak merupakan norma
dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesama makhluk agar hubungan
tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis, dan harmonis.

9
E. Pengertian Perusahaan Manufaktur
Manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti membuat dengan tangan
(manual) atau dengan mesin sehingga menghasilkan sesuatu barang. Untuk membuat sesuatu
barang dengan tangan maupum mesin diperlukan bahan atau barang lain. Seperti halnya
membuat kue diperlukan tepung, gula, mentega, dan sebagainya. Secara umum dapat
dikatakan bahwa manufaktur adalah kegiatan memproses suatu atau beberapa bahan menjadi
barang lain yang mempunyai nilai tambah yang lebih besar.
Manufaktur juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan memproses pengolahan
input menjadi output. Kegiatan manufaktur dapat dilakukan oleh perorangan (manufacturer)
maupun oleh perusahaan (manufacturing company). Sedangkan industri manufaktur adalah
kelompok perusahaan sejenis yang mengolah bahan-bahan menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi yang bernilai tambah lebih besar.11
Perusahaan industri (manufaktur) adalah suatuperusahaan yang aktivitas utamanya
adalah membeli bahan baku (raw material) kemudian diproses lebih lanjut untuk menjadi
bahan jadi (finished googs) dan kemudian dijual. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan
mempunyai peranan penting karena persediaan merupakan sumber utama pendapatan dan
merealisasikan laba perusahaan.

F. Perusahaan Manufaktur dalam Pandangan Islam


Dalam mengelola alam ciptaan Allah ini, manusia dapat merekayasa alam dalam
memenuhi kebutuhan umat manusia dan Allah SWT telah menciptakan sifat pada setiap
unsur yang ada di alam ini sehingga manusia dapat merekayasa atau mengolah bahan alami
untuk berbagai keperluan umat manusia. Dalam proses rekayasa terhadap alam yang
dilakukan umat manusia akan menghasilkan produk baik berupa barang maupun jasa.
Industri manufaktur merupakan suatu proses pengolahan bahan atau barang yang
dapat menciptakan nilai tambah. Dalam kegiatan proses pengolahan bahan atau barang dapat
melibatkan berbagai unsur baik berupa peralatan, mesin, maupun sumber daya manusia.12
Dalam al-Qur’an dan hadist banyak ditemui ayat-ayat yang membicarakan atau
menjelaskan baik secara tersurat maupun secara tersirat permasalahan industri manufaktur
diataranya sebagaimana yang tercantum dalam Q.S. aL-Nahl/16: 80 yang artinya: “Dan Allah
menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu

11
Iwan Triyuwon, Akuntansi Syari’ah (Perspektif, Metodologi, dan Teori) edisi II (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), 24.
12
http://bdipadang.kemenperin.go.id/b erita/industri-manufaktur-dalam-perspektif islam

10
rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)
nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu
domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai)
sampai waktu (tertentu)”.13
Dari paparan ayat di atas sungguh jelas bagi kita sebagai satu diantara contoh ayat
yang membahas industri manufaktur. Dalam ayat ini terlihat secara jelas bagi kita bagaimana
proses industri manufaktur yang cukup sederhana yang mudah dipahami dan dimengerti oleh
umat manusia. Dalam ayat tersebut terlihat jelas proses produksi dalam menciptakan nilai
tambah yang sangat bermanfaat dan dibutuhkan umat manusia.14
Dalam industri manufaktur ada tiga unsur utama dalam pengolahan bahan baku yaitu
pertama sumber daya manusia baik berupa ilmu pengetahuan, keterampilan, maupun tenaga
kerja, kedua bahan baku atau bahan mentah yang masih bersifat alami, ketiga peralatan.
Dalam surat al-Nahl/16: 80 ini sudah terlihat dengan seksama ketiga unsur industri
manufaktur yaitu pertama bahan baku berupa kulit dan bulu binatang ternak yang masih
alami, kedua proses pengolahan yang melibatkan sumber daya manusia (pikiran dan tenaga)
sehingga melahirkan suatu produk berupa pakaian dan perumahan yang berbahan dasar kulit
dan bulu binatang ternak, ketiga peralatan dalam ayat ini secara tersirat sudah terlihat
peralatan bagaimana teknik mengolah kulit dan bulu binatang ternak, mungkin peralatan yang
digunakan menggunakan pisau, parang, dan teknik pemanasan dengan sinar matahari dan
lain-lain sebagainya.

13
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 290.
14
http://bdipadang.kemenperin.go.id/ber ita/industri-manufaktur-dalam-perspektif-islam

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun dari pembahasan diatas penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. bahwa pada prinsipnya Shariah Enterprise Theory memberikan bentuk pertanggung
jawaban utamanya kepada Allah (akuntabilitas vertikal) yang kemudian dijabarkan
lagi pada bentuk pertanggung jawaban pada manusia dan alam (akuntabilitas
horizontal).
2. Premis akhirnya bermuara pada falah, kesuksesan yang hakiki dalam sebuah
perusahaan adalah tercapainya kesejahteraan yang mencakup kebahagiaan (spiritual)
dan kemakmuran (material) pada tingkatan individu dan masyarakat.
3. Dalam konteks perusahaan manufaktur maka, Syariah Enterprise Theory (SET) hadir
memberikan amanah kepada manusia sebagai wakil Allah di bumi sehingga ketika
amanah Tuhan terebut benar benar diaplikasikan maka akan memberikan dampak
yang baik bagi perusahaan khususnya perusahaan berbasis industri.

12
DAFTAR PUSTAKA
Haryadi Bambang. Political Economy of Shariah Accounting (Membangun Teori Ekonomi
Politik Akuntansi Syari’ah), (Malang: Pascasarjana Universitas Brawijaya, 2010)
Inten Meutia. Menata Pengungkapan CSR di Bank Islam (Suatu Pendekatan Kritis. Jakarta:
Citra Pustaka Indonesi, 2010.
Nurdin, N., & Yusuf, K. (2020). Knowledge management lifecycle in Islamic bank: the case
of syariah banks in Indonesia. International Journal of Knowledge Management
Studies.
Nurdin, N. (2018). Institutional Arrangements in E-Government Implementation and Use: A
Case Study From Indonesian Local Government. International Journal of Electronic
Government Research (IJEGR).
Saputra, Rifki Oki dkk. Teknologi di Bidang Industri Manufaktur, Makalah Presentasi
(Universitas Teknologi Yogyakarta, 2012).
Triyuwono Iwan. “Mengangkat ”sing liyan” untuk Formulasi Nilai Tambah Syari’ah.
Simposium Nasional Akuntansi X Unhas, 26- 28 Juli 2007.
Widjaya & Iwan Kurniawan, Enterprise Resource Planning. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012

13

Anda mungkin juga menyukai