Anda di halaman 1dari 9

Nama : Titania Veronica Sijabat

Nim : 01031281722089
Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

SHARI’AH ENTERPRISE THEORY


( SET )

SUDUT EKONOMI
Sharia Enterprise Theory menurut Triyuwono (2007) adalah teori yang
menempatkan Tuhan sebagai pusat dari segala sesuatu. Tuhan menjadi pusat
tempat kembalinya manusia dan alam semesta. Manusia di sini hanya sebagai
wakilNya (khalitullah fil ardh) yang memiliki konsekuensi patuh terhadap semua
hukum-hukum Tuhan. Kepatuhan manusia semata-mata dalam rangka kembali
kepada Tuhan dengan jiwa yang tenang. Proses kembali ke Tuhan memerlukan
proses penyatuan diri dengan sesama manusia dan alam sekaligus dengan hukum-
hukum yang melekat di dalamnya (Farisi, 2015).
Allah adalah pihak dengan posisi yang paling tinggi dan menjadi satu-
satunya tujuan akhir bagi kehidupan manusia, dengan menempatkan Allah sebagai
stakeholder tertinggi, maka akan terbentuk tali penghubung antara akuntansi
syariah dengan sistem perekonomian. Sehingga sistem perekonomian tetap
bertujuan pada “membangkitkan kesadaran ketuhanan” para penggunanya, dengan
adanya hal tersebut maka diharapkan tidak adanya tindakan yang dapat merugikan
diri sendiri ataupun orang lain karena kepatuhannya terhadap perintah-perintah
Tuhan. 
Fungsi menetapkan Allah sebagai stakeholder tertinggi adalah
digunakannya sunnatullah sebagai basis bagi konstruksi akuntansi syariah.
Sunnatullah dalam akuntansi syariah dapat diartikan bahwasannya sistem
akuntansi hanya dibangun dan dijalankan sesuai dengan aturan atau hukum-hukum
Allah.
Stakeholder kedua dari SET adalah manusia yang dibedakan dalam dua
kelompok, yaitu direct-stakeholders dan indirect-stakeholders. Directstakeholders
adalah pihak-pihak yang secara langsung memberikan kontribusi pada perusahaan,
baik dalam bentuk kontribusi keuangan (financial contribution) maupun non-
keuangan (nonfinancial contribution), karena mereka telah memberikan kontribusi
kepada perusahaan, maka mereka mempunyai hak untuk mendapatkan
kesejahteraan dari perusahaan. 
Sementara, yang dimaksud dengan indirect-stakeholders adalah pihak-
pihak yang tidak memberikan kontribusi kepada perusahaan (baik secara keuangan
maupun non-keuangan), tetapi secara syariah mereka adalah pihak yang memiliki
hak untuk mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan (Triyuwono, 2007). Direct-
stakeholders dan indirect-stakeholders adalah pihak-pihak yang memiliki hak
untuk mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan atau minimal tidak menerima
kerugian dari keberadaan suatu perusahaan.
Golongan stakeholder terakhir dari SET adalah alam. Alam adalah pihak
yang memberikan kontribusi bagi mati-hidupnya perusahaan sebagaimana pihak
Allah dan manusia. Perusahaan eksis secara fisik karena didirikan di atas bumi,
menggunakan energi yang tersebar di alam, memproduksi dengan menggunakan
bahan baku dari alam, memberikan jasa kepada pihak lain dengan menggunakan
energi yang tersedia di alam, dan lain-lainnya, namun demikian, alam tidak
menghendaki distribusi kesejahteraan dari perusahaan dalam bentuk uang
sebagaimana yang diinginkan manusia. Wujud distribusi kesejahteraan berupa
kepedulian perusahaan terhadap kelestarian alam, pencegahan pencemaran, dan
lain-lainnya (Triyuwono, 2007). 
Jadi, dalam Shariah Enterprise Theory, Allah adalah pemberi amanah
utama, sedangkan sumber daya yang dimiliki oleh para stakeholders adalah
amanah dari Allah yang di dalamnya melekat sebuah tanggung jawab untuk
digunakan dengan cara dan tujuan yang ditetapkan oleh Sang Maha Pemberi
Amanah.
Enterprise Theory lebih tepat bagi suatu sistem ekonomi yang
mendasarkan diri pada nilai-nilai syariah. Hal ini sebagaimana dinyatakan
Triyuwono bahwa “diversifikasi kekuasaan ekonomi ini dalam konsep syariah
sangat direkomendasikan, mengingat syariah melarang beredarnya kekayaan
hanya di kalangan tertentu saja,” dengan kata lain harta yang dimiliki tidak boleh
ditimbun tetapi sebaiknya digunakan dan dimanfaatkan. Hal ini dengan tujuan
dapat menghindarkan terjadinya kesenjangan sosial pada masyartakat, atau
terjadinya pemerataan kesejahteraan dalam kehidupan ekonomi maupun sosial
(Farisi, 2015).

SUDUT HUKUM 
Triyuwono (2012: 355) mengungkapkan akuntansi syariah tidak saja
sebagai bentuk akuntabilitas (accountability) manajemen terhadap pemilik
perusahaan (stockholders), tetapi juga sebagai akuntabilitas kepada stakeholders
dan Tuhan. Enterprise theory mengandung nilai keadilan, kebenaran, kejujuran,
amanah, dan pertanggung jawaban, bentuk pertanggung jawaban utamanya kepada
Allah SWT. 
Syariah Enterprise Theory Triyuwono (2012: 356) menjelaskan bahwa
aksioma terpenting yang harus mendasari dalam setiap penetapan konsepnya
adalah Allah sebagai Pencipta dan Pemilik Tunggal dari seluruh sumber daya yang
ada di dunia ini. Sedangkan sumber daya yang dimiliki oleh para stakeholders
pada prinsipnya adalah amanah dari Allah SWT yang di dalamnya melekat
tanggung jawab untuk digunakan dengan cara dan tujuan yang ditetapkan oleh
Sang Pemberi Amanah. 
Syariah enterprise theory memiliki pandangan dalam distribusi kekayaan
(wealth) atau nilai tambah (value added) tidak hanya berlaku pada partisipan yang
terkait langsung atau partisan yang memberikan kontribusi kepada operasi
perusahaan (pemegang saham, kreditur, karyawan, pemerintah), tetapi juga
terhadap pihak lain yang tidak tekait secara langsung terhadap operasi perusahaan.
Oleh karena itu, syariah enterprise theory akan membawa kemashalatan bagi
stockholders, stakeholders, masyarakat dan lingkungan alam tanpa meninggalkan
kewajiban penting menunaikan zakat sebagai manifestasi ibadah kepada Allah
(Triyuwono, 2012: 357).
Telaah manfaat dari Teori Syariah Enterprise ini dimana perbankan syariah
harus berlandaskan syariah enterprise theory dalam melaksanakan tugasnya,
karena perbankan syariah tidak hanya bertanggung jawab kepada pemilik
melainkan kepada stakeholder dan Allah SWT. Penerapan prinsip syariah
enterprise theory pada perbankan syariah akan membuat kinerja bank lebih sehat,
dikarenakan manajemen akan mematuhi prinsip–prinsip yang telah ditetapkan.
Semakin tinggi tingkat kepatuhan syariah dan penerapan Islamic corporate
governance dalam menerapkan prinsip tersebut akan memungkinkan bank untuk
mendapatkan katrgori sebagai bank sehat. Perbankan syariah juga akan lebih
berhati–hati dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat meminimalisir tindak
kecurangan yang mungkin dilakukan. Penerapan prinsip syariah enterprise theory
bank umum syariah harus memberikan informasi yang akurat dan transparan,
sehingga pemilik modal yakin akan kebenaran informasi laporan keuangan yang di
terbitkan oleh pihak bank umum syariah.
1. Menunjukkan upaya memenuhi akuntabilitas vertikal terhadap Tuhan dan
akuntabilitas horizontal terhadap direct stakeholders, indirect stakeholders,
dan alam.
2. Menunjukkan upaya memenuhi kebutuhan material dan spiritual seluruh
stakeholders, sebagai bagian dari upaya untuk memenuhi konsep
keseimbangan.
3. Mengungkapkan informasi kualitatif dam kuantitatif sebagai upaya untuk
memberikan informasi yang lengkap dan menyeluruh.

Meutia (2010) mengatakan terdapat beberapa dimensi yang ditawarkan


oleh shariah enterprise theory dalam pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan, terutama oleh perbankan syariah. Dimensi-dimensi tersebut, menurut
Meutia (2010), adalah akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horizontal.
Akuntabilitas vertikal ini, dinyatakan oleh Meutia (2010), ditujukan hanya
kepada Tuhan. Sedangkan akuntabilitas horizontal, menurut Meutia (2010),
ditujukan kepada tiga pihak, yaitu direct stakeholders, indirect stakeholders, dan
alam.
Pihak-pihak yang disebut direct stakeholders menurut shariah enterprise
theory adalah nasabah dan karyawan. Sedangkan pihak yang termasuk indirect
stakeholders menurut shariah enterprise theory adalah komunitas.

ENTERPRISE THEORY

Pengertian
1. Perusahaan adalah organisasi yang mengkombinasikan dan
mengorganisasikan sumber daya untuk keperluan produksi barang dan jasa
penjualan (Salvatore,2004).
2. Perusahaan adalah organisasi milik seseorang atau beberapa orang yang
didalamnya terdapat berbagai bentuk aktivitas produktif maupun aktivitas
lain yang telah di tentukan sebelumnya. (Barthwa,2010)
3. Perusahaan adalah suatu mesin untuk memuaskan kebutuhan manusia atau
masyarakat, dimana perusahaan memperoleh pendapatan dari masyarakat
yang selanjutnya didistribusikan kepada pemilik perusahaan, pekerja,
pemasok dan penyedia barang publik. (Kanterelis,2007)

Para pemangku kepentingan di Perusahaan:


Menurut Arsyad,2008
o Pemegang saham
o Pelanggan
o Manajemen
o Pemasok
Adapula yang berpendapat para pemangku kepentingan di perusahaan
adalah sebagai berikut:
o   Pemillik (untung)
o   Pekerja (gaji/upah)
o   Pemasok/agen distributor (pendapatan)
o   Pemerintah (pajak)
o   Pelanggan/konsumen (barang/jasa)

Alasan Munculnya Perusahaan

a) Dapat menghasilkan jumlah unit produkk yang lebih besar ( Clarkson &
Miller, 1982)
b) Para Wirausaha dapat mengorganisasikan sumber daya secara efisien dan
mengurangi biaya transaksi (Salvatore,2004)
c) Kanteralis 2007
d) Mampu mengidentifikasi kebutuhan konsumen & menemukan metode untuk
memenuhi kebutuhan konsumen
e) Mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mengakses input.
f) Menyediakan insentif yang terbaik bagi para stakeholder.
g) Konsisten dan terencana dalam mengembangkan diri.

Tujuan Perusahaan (berdasarkan teori modern )


1. Maksimalisasi Laba
2. Maksimalisasi Pertumbuhan (perkembangan perusahaan)
3. Maksimalisasi Nilai Perusahaan (nilai jual atau nilai prospek perusahaan, dapat
dicerminkan melalui harga saham perusahaan)
4. Maksimalisasi Penjualan (penguasaan market share)
5. Motivasi Manajerial (keberlangsungan usaha) 
Tujuan lainnya:
 Tujuan berbasis produksi
 Tujuan berbasis persediaan
 Tujuan penguasaan pangsa pasar

Motivasi Manajerial
Motivasi manajerial adalah memaksimumkan utilitas manager.
Utilitas manajer ditentukan oleh
1.       Gaji dan kompensasi yang diterima manager.
2.       Jumlah dan kualitas pekerja yang menjadi tanggung jawab manajer.
3.       Fasilitas/benefit non-finansial yang diterima manager.
4.       Jumlah & investasi diskresi yang berada dalam tanggungjawab manajer.

TEORI PERUSAHAAN
1. Teori neo-klasik perusahaan
- Perusahaan bertujuan memaksimumkan profit.
- Perusahaan memiliki informasi yang sempurna terkait kondisi pasar
serta permintaan dan penawaran yang terkait dengan produksinya.
- Harga (Price=P) yang ditetapkan untuk mencapai laba maksimal
adalah saat MR=MC.
2. Teori Manajerial Perusahaan
Pemaksimuman utilitas manajer menjadi titik awal beberapa bentuk
teori manajerial perusahaan, yang diantaranya yaitu :
o   Teori maksimalisasi penjualan
o   Teori maksimalisasi pertumbuhan
o   Model discretion expenditure
3. Teori Perilaku Perusahaan
Teori ini didasarkan pada pengamatan aktual dari perilaku
perusahaan berdasarkan proses pengambilankeputusan disetiap perusahaan
yang bervariasi.
Tujuan perusahaan tidak dapat dirumuskan melalui formulasi
sederhana (seperti maksimalisasi profit)
Tujuan perusahaan danperilaku perusahaan merupakan hasil tawar-
menawar dari pemangku kepentingan yang terkait dengan perusahaan.

4. Teori Keagenan dan Teori Governance Perusahaan


Teori keagenan menjelaskan interaksi pemilik perusahaan dan
stakeholders lain (manajer dan pekerja)
Teori Governance perusahaan menjelaskan tentang cara terbaik
terkait bagaimana perusahaan mengelola hubungan kontrak dengan rekan
bisnisnya.

5. Teori Evolusi Perusahaan


Perusahaan sebagai inisiator dan pencipta perubahan dalam mencapai
keunggulan kompetitif.

6. Teori Strategik Perusahaan


Daya saing perusahaan ditentukan oleh:
- Sumber daya yang dimiliki
- Batasan operasi perusahaan
- Kemampuan perusahaan bertindak secara tepat.

7. Teori Perusahaan Berbasis Pengetahuan


Pengetahuan sebagai aset strategis dan merupakan faktor paling
penting bagi sumber daya perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai